Manfaat Akademis Manfaat Praktis

boleh dibiarkan karena tidak sesuai dengan prinsip-prinsip yang di inginkan oleh ketentuan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang PBB. Melihat permasalahan yang dikemukakan diatas maka diperlukan suatu analisis hukum sebagai kontribusi pemikiran dalam memberikan masukan bagi penuntasan permasalahan penentuan nilai jual objek pajak ini.

B. Permasalahan

Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah realisasi penentuan nilai jual obyek pajak bumi dan bangunan di Kabupaten Pakpak Bharat? 2. Bagaimana mekanisme penetapan NJOP PBB di Kabupaten Pakpak Bharat? 3. Apa upaya hukum jika masyarakat selaku wajib pajak tidak menerima penetapan NJOP yang ditetapkan pemerintah?

C. Tujuan Penelitian

Selaras dengan permasalahan-permasalahan yang telah dirumuskan di atas, penelitian ini bertujuan sebagai berikut : a. Untuk mengetahui realisasi penentuan nilai jual obyek pajak bumi dan bangunan di Kabupaten Pakpak Bharat. b. Untuk mengetahui mekanisme penetapan NJOP PBB di Kabupaten Pakpak Bharat. c. Untuk mengetahui upaya hukum apa yang dilakukan jika masyarakat selaku wajib pajak tidak menerima penetapan NJOP yang ditetapkan pemerintah.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Akademis

Universitas Sumatera Utara Penelitian tesis ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai sumbangan pemikiran secara teoritikal dalam kaitannya dengan “Analisis Hukum Terhadap Penentuan Nilai Jual Objek Pajak Bumi Dan Bangunan Di Kabupaten Pakpak Bharat”. Manfaat teoritikal yakni diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu pengetahuan hukum.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktikal yakni diharapkan dapat memecahkan problem- problem hukum yang berkaitan dengan pemerintahan daerah, pembuatan peraturan-peraturan daerah yang demokratis. Disamping itu diharapkan dapat sebagai sumbangan pemikiran bagi daerah dalam pelaksanaan otonomi daerah, khususnya dalam penentuan nilai jual obyek pajak bumi dan bangunan.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan pengamatan serta penelusuran kepustakaan yang dilakukan diperpustakaan Universitas Sumatera Utara, penelitian ini yang mengangkat judul “Analisis Hukum Terhadap Penentuan Nilai Jual Objek Pajak Bumi Dan Bangunan Di Kabupaten Pakpak Bharat”” belum pernah dilakukan, baik dalam judul maupun permasalahan yang sama. Dengan demikian, penelitian ini dapat dikategorikan sebagai penelitian yang baru dan keasliannya dapat dipertanggungjawabkan, karena dilakukan dengan nuansa keilmuan, kejujuran, rasional, objektif, terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan akademis.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi

Universitas Sumatera Utara 1 Kerangka Teori Menentukan suatu teori dalam suatu penelitian sangat penting, sedemikian pentingnya sehingga menurut David Madsen sebagaimana dikutip oleh Lintong O. Siahaan mengatakan “The basic purposes of scientific research is theory he adds that a good theory properly seen present a systematic view of phenomene by specifying realitions among cariables, with the purpose of exploring and prediction the phenomena” 3 Kerangka teori untuk menganalisis tentang Analisis Hukum Terhadap Penentuan Nilai Jual Objek Pajak Bumi Dan Bangunan Di Kabupaten Pakpak Bharat adalah dengan menggunakan teori Demokrasi Deliberatif dari Jurgen Habermas, Teori Keadilan dari Adam Smith “The Four Cannons Maxims Taxation “ dan Teori Kedaulatan Hukum dari Krabbe. Teori demokrasi deliberatif menyatakan penyusunan suatu hukum peraturan yang demokratis menjamin semua kepentingan masyarakat, bila dalam proses penyusunannya memberi akses dan membuka komunikasi dengan semua masyarakat 4 . Teori ini digunakan untuk menganalisis permasalahan yang berkaitan dengan materi perundang-undangan perpajakan khususnya yang berkaitan dengan penyelesaian sengketa pajak dalam hal ini pajak bumi dan bangunana. Pajak meskipun dijadikan sebagai sumber penerimaan utama negara tetapi dalam pemungutannya tidak boleh sewenang-wenang dan mengorbankan 3 Lintong O. Siahaan, Prospek PTUN sebagai penyelesaian sengketa Administrasi Indonesia, Cetakan Pertama Jakarta: Perum Percetakan Negara RI. 2005 Hlm.5. 4 Lili Rasjidi,Dasar-dasar Filsafat Hukum,PT.Citra Aditya Bakti,1999,hlm.23 Universitas Sumatera Utara kepentingan yang lain. Pengenaan sanksi administrasi yang tinggi dalam keberatan dan banding pada dasarnya dimaksudkan agar lembaga keberatan dan banding tidak dijadikan alasan penundaan pembayaran pajak tetapi disisi lain bagi wajib pajak sanksi tersebut, dianggap sebagai suatu ancaman dan hambatan dalam proses pencarian keadilan. Teori ini dapat dijadikan sebagai pertimbangan untuk membuat suatu ketentuan yang mengatur penyelesaian sengketa pajak yang tetap menyeimbangkan kepentingan wajib pajak dengan kepentingan fiskus. Memberi kesempatan kepada masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam penyusunan peraturan merupakan salah satu ciri dari teori ini sehingga tercipta suatu peraturan yang sesuai dengan aspirasi rakyat. Suatu hukum atau peraturan perundang-undangan yang baik adalah adil, Berkaitan dengan hal ini peraturan yang mendasari pemungutan pajak hendaknya harus sesuai dengan syarat-syarat keadilan. Keadilan dalam kebijakan perpajakan dapat dilihat dari: pertama, keadilan dalam hubungan antara pemerintah dan wajib pajak, kedua, keadilan dari alokasi beban pajak pada berbagai golongan masyarakat. Adam Smith dalam bukunya “ Wealth Of Nations “, mengemukakan empat kaedah dalam pemungutan pajak yang lazim disebut “The Four Cannons Maxims Taxation “, lebih lanjut disebutkan, supaya peraturan pajak adil harus memenuhi syarat: kaedah kesamaan equality yaitu suatu kaedah yang menginginkan agar pembebanan pajak pada subjek pajak masing-masing hendaknya dilakukan secara seimbang dan dengan memperhatikan kemampuannya, kaedah keadilan equity, kaedah kepastian hukum certainty yakni supaya pajak yang harus dibayar subjek pajak harus terang dan pasti, tidak Universitas Sumatera Utara dapat diulur-ulur atau ditawar-tawar. Dalam istilah hukum pajak dikenal dengan istilah “Clear and Distinc” secara mutlak jelas dan nyata-nyata. Asas tepat waktu convenient of payment yakni agar dalam pemungutan pajak pemerintah hendaknya memperhatikan saat-saat yang paling baik bagi si pembayar pajak dan asas economic of collection syarat yang mengharuskan biaya pemungutan pajak harus relatif kecil dibandingkan dengan pajak yang masuk. Berdasarkan keempat asas tersebut asas kesamaan equality dan keadilan equity yang sangat relevan dengan penelitian ini. Suatu kebijakan perpajakan dikatakan adil apabila terdapat keseimbangan hak dan kewajiban antara wajib pajak dengan fiskus. Asas-asas pemungutan pajak di atas menjadi pedoman bagi pembuat undang-undang perpajakan agar undang- undang tersebut dapat mencerminkan rasa keadilan. Asas-asas tersebut dijadikan sebagai ukuran untuk menguji apakah suatu undang-undang perpajakan telah mencerminkan rasa keadilan atau tidak, sedangkan kriterianya terletak pada sejauh mana asas-asas atau syarat-syarat pemungutan pajak tersebut diintrodusir dalam undang-undang yang bersangkutan 5 . Mansury menyederhanakan asas pemungutan pajak di atas menjadi 3 tiga asas. Menurutnya, tiga asas yang dipegang teguh oleh sistem perpajakan yang seimbang harus memperhatikan semua kepentingan. The Revenue Adequancy Principle adalah kepentingan pemerintah, The Equity Principle adalah kepentingan masyarakat dan The Certainity Principle adalah untuk kepentingan 5 Bohari, Pengantar Hukum Pajak,PT.raja Grafindo Persada, Jakarta.2002.,hlm 45 Universitas Sumatera Utara pemerintah dan masyarakat. 6 Dalam pemungutan pajak, dengan tidak mengesampingkan The Revenue adequancy principle, the certainity principle, neutrality principle dan the ease of administration menjadi hal yang utama untuk mendesain system perpajakan yang optimal. Prinsip kecukupan penerimaan revenue adequancy principle dimadsudkan bahwa setiap penerimaan pajak dapat membiayai pengeluaran Negara. Pengeluaran yang dimaksud tentunya dalam jumlah yang memadai, baik pembiayaan rutin maupun pembiayaan pembangunan. Meskipun asas ini menyatakan demikian, tetapi hendaknya dalam implementasinya tetap harus diperhatikan bahwa jangan sampai jumlah pajak yang dipungut terlalu tinggi sehingga menghambat pertumbuhan ekonomi. Prinsip kepastian hukum certainity principle merupakan salah satu prinsip pemungutan pajak yang dikemukakan oleh Smith sebagaimana disebut oleh Mansury dalam bukunya “Pajak Penghasilan Lanjutan pajak itu tidak ditentukan secara sewenang-wenang, sebaliknya pajak itu harus dari semula jelas bagi semua pembayar pajak, dan bagaimana cara pembayaran pajaknya tersebut. Brotodiharjo mengemukakan pentingnya kepastian hukum menyangkut subjek pajak, objek pajak, dan besarnya pajak serta ketentuan mengenai pembayarannya. 7 Menurut Smith, Kepastian adalah lebih penting dari keadilan. Jadi suatu sistem yang telah dirancang menurut asas keadilan, apabila tanpa kepastian terhadap kemungkinan untuk tidak adil. Selanjutnya Mansury 6 R. Mansury, Pajak Penghasilan Lanjutan, Jakarta, Ind Hill-Co, 1996, Hal.16. 7 Ibid, hal.27 Universitas Sumatera Utara berpendapat bahwa kepastian hukum menjamin tercapainya keadilan dalam pemunguta pajak yang ingin dicapai melalui tax treatment tertentu. Tanpa kepastian hukum, keadilan yang telah dicanangkan ke dalam system perpajakan yang bersangkutan sulit untuk dapat dicapai. Kepastian hukum akan terwujud apabila dalam kalimat dalam undang-undang tersusun sedemikian jelasnya sehingga tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda-beda. 8 Namun apabila ada pertentangan kepentingan antara kepastian hukum pajak dengan prinsip keadilan, maka dalam hal ini yang harus didahulukan adalah kepastian hukum guna menjamin pelaksanaan pajak kepada setiap pembayar pajak. Kepastian hukum dalam pemungutan pajak mencakup kepastian hukum pajak materil yang meliputi kepastian subjek pajak, kepastian objek pajak dan kepastian tarif pajak dan kepastian hukum pajak formal yang meliputi dalam hal prosedur untuk mewujudkan hukum pajak materil. Selain kepastian hukum, pemungutan pajak juga didasarkan pada prinsip kemudahan administarasi ease administration principle. Prinsip kemudahan administrasi seperti diutarakan oleh Neumark adalah bahwa suatu system perpajakan yang baik haruslah mudah dalam administrasinya dan mudah pula untuk mematuhinya. Selanjutnya prinsip ini terperinci dalam 4 empat persyaratan yaitu: the requirement of clarity, the requirement of Continuity, the requirement of economy and the requirement of convenience. 8 Ibid, Hal 107. Universitas Sumatera Utara Menurut Smith, prinsip netralitas dalam pemungutan pajak adalah bahwa pajak itu seyogianya adalah netral yaitu tidak mempengaruhi pilihan masyarakat untuk melakukan konsumsi dan tidak mempengaruhi pilihan produsen untuk menghasilkan barang dan jasa, serta hubungan erat dengan efesiensi perekonomian. 9 Sedangkan Sulivan mengemukakan defenisi “neutral tax sebagai berikut: ”A neutral tax may be defined as one which has no effect on the allocation of aneconomy’s resources.” 10 Khusus dalam VAT, prinsip netralitas menjadi hal yang mutlak dalam pemungutannya karena merupakan prinsip yang utama, seperti dikatakan oleh Hemming, Richard and Kay sebagai berikut: “Many VATs are far from general and as soon as exemptions and exeptions are allowed, the neutrality is lost. 11 Teori Kedaulatan Hukum dari Krabbe dalam bukunya “Die Lehre der Rechtssouveranitat”, pada intinya teori ini berpendapat bahwa ditaatinya hukum bukan karena negara menghendakinya tetapi karena merupakan perumusan kesadaran hukum rakyat 12 . Sanksi bukanlah satu-satunya cara untuk menciptakan agar suatu peraturan dapat ditaati, tetapi bagaimana menumbuhkan kesadaran hukum merupakan hal yang sangat penting. Penerapan sanksi yang tinggi dalam pengajuan keberatan dan banding pajak tentunya tidak sejalan dengan teori ini, 9 Ibid, Hal. 47-48. 10 Clara K. Sulivan, The Tax On Value Added, New York, Columbia University Press, 1996, Hal. 271. 11 Alan A. Tait, Value Added Tax, International practise and Problem, Washington D.C., International Monetary Fund, 1998, Hal. 221. 12 Lili Rasjidi, Op.Cit., hlm.88 Universitas Sumatera Utara upaya peningkatan kesadaran dan kepatuhan wajib pajak dalam pembayaran pajak dapat ditempuh melalui penciptaan suatu peraturan yang adil. Undang-undang yang adil secara tidak langsung dapat mempengaruhi kepatuhan dan ketaatan wajib pajak. Ketaatan akan datang dengan sendirinya jika hukum dirasa adil dan sesuai hak asasi manusia.

2. Kerangka Konsepsi A.