Keungan ditetapkan oleh Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Jenderal Pajak.
D. Pelaksanaan Upaya Hukum oleh masyarakat di Kabupaten Pakpak Bharat.
Jika terjadi keberatan atas suatu penetapan terhadap besarnya pajak terutang yang dilakukan oleh fiskus karena wajib pajak tidak setuju dengan penetapan itu
wajib pajak PBB memiliki hak untuk mengajukan keberatan. Keberatan yang diajukan oleh waijb pajak pada dasarnya mengandung arti wajib pajak membantah
atau tidak sependapat atau isi SPPT atau SKP PBB yang diterbitkan oleh KPPBBKPP Pratama, karena tidak atau kurang sesuai dengan keadaan sebenarnya.
Keberatan atas penetapan pajak merupakan hak wajib pajak yang dijamin oleh undang-undang dalam rangka memberikan keadilan pemenuhan kewajiban pajak.
Adanya hak mengajukan keberatan membuat terjadinya kesimbangan antara wajib pajak dan fiskus serta menjamin wajib pajak terhindar dari kesewenangan Fiskus.
Lembaga keberatan yang diberikan kepada wajib pajak membuat penetapan pajak yang dilakukan oleh fiskus belum final dan masih menjadi tanggung jawab
pajak. Dengan demikian penetapan pajak masih dapat ditinjau kembali apabila wajib pajak dapat menunjukkan bukti bahwa penetapan pajak tersebut adalah tidak benar.
Hak untuk mengajukan keberatan ini harus dilakukan oleh wajib pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Ketentuan tentang keberatan PBB diatur dalam Pasal 15 dan
16 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang PBB. Di Kabupaten Pakpak Bharat, mengenai lembaga keberatan ini belum
berjalan dengan baik. Secara umum masyarakat belum mengetahui sebenarnya apa hak dan kewajibannya dalam pajak bumi dan bangunan. Seperti upaya hukum
Universitas Sumatera Utara
keberatan ini yang merupakan hak masyarakat sebagai subjek pajak jika terjadi komplein atas penetapan yang dilakukan pemerintah.
Sesuai dengan Pasal 15 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang PBB, Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan pada Direktur Jenderal
Pajak atas Surat Pemberitahuan tentang Pajak Terutang SPPT dan atau Surat Ketetapan Pajak SKP atas pajak bumi dan bangunan.
Menurut informasi yang dikemukakan oleh Bapak Syafruddin Lubis Kepala Seksi Ekstensifikasi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kabanjahe
bahwa mengenai keberatan ini oleh masyarakat di Kabupaten Pakpak Bharat belum ada. Kenyataan ini terjadi karena pembayaran masyarakat terhadap pajak
bumi dan bangunan disana relatif kecil. Biasanya wajib pajak yang ada disana hanya mengajukan komplein atas luas tanah yang menjadi objek pajak yang
menjadi hitungan dalam SPPT yang tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya juga karena terjadi kesalahan data atas batas-batas lokasi. Jika terjadi
hal demikian masyarakat hanya mengajukan permohonan untuk mengadakan perbaikan. Permohonan itu ditujukan kepada Kepala Kantor Pratama
Kabanjahe.
68
68
Hasil waancara dengan Kepala Seksi Ekstensifikasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kabanjahe pada tanggal 19 Agustus 2010.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN