Pengurangan UPAYA HUKUM YANG DILAKUKAN MASYARAKAT

memberikan kepastian bahwa atas pembayaran pajak yang telah dilakukan wajib pajak yang ternyata tidak merupakan pajak terutang tetap menjadi hak wajib pajak dan akan dikembalikan kepada wajib pajak. Untuk tidak merugikan wajib pajak maka kepada wajib pajak diberikan imbalan bunga atas kelebihan pembayaran pajak yang telah dilakukannya.

C. Pengurangan

1. Ketentuan Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan PBB pada dasarnya merupakan pajak objektif, dimana pengenaan dan penetuan besarnya pajak terutang didasarkan pada kondisi bumi atau bangunan yang menjadi objek pajak. Dalam penetuan pajak terutang kemampuan membayar pajak dari wajib pajak tidak dijadikan sebagai bahan pertimbangan. Dengan demikian atas objek yang sama akan dikenakan PBB terutang yang sama tampa melihat apakah objek dimaksud dimiliki atau dimanfaatkan oleh wajib pajak yang kaya ataukah wajib pajak yang kurang mampu. Dalam praktik pengenaan pajak, sering kali hal ini dirasakan kurang adil oleh wjaib pajak. Sangat sering pula dijumpai objek pajak yang memang memiliki nilai tinggi tetapi memiliki atau dimanfaatkan oleh wajib pajak yang memiliki kemampuan membayar pajak ability to pay yang rendah. Misalnya wajib pajak yang berpenghasilan rendah menerima rumah warisan tinggal yang memiliki NJOP tinggi; wajib pajak yang menguhasakan swah yang NJOP meningkat akibat peningkatan permintaan akan tanah disekitarnya sedangkan penghasilan sawah tersebut tidak meningkat dari tahun ke tahun; serta asset berupa tanah dan bangunan yang dimiliki perusahaan yang mengalami kesulitan likuiditas. Untuk Universitas Sumatera Utara mengatasi permasalahan wajib pajak dimaksud untuk meningkatkan rasa keadilan maka kepada wajib pajak tertentu diberikan hak untuk mengajukan permohonan pengurangan atas PBB terutang. Ketentuan tentang pengurangan PBB diatur dalam Pasal 19 Undang- Undang Nomor 12 tahun 1985 tentang PBB. Pengurangan pajak terutang merupakan hak dapat diajukan oleh wajib pajak kepada Menteri Keuangan. Pemberian pengurangan PBB merupakan hak prerogative yang dimiliki oleh Menteri Keuangan berdasarkan penelitian terhadap kemampuan membayar pajak dari wajip pajak. Pengurangan terutang harus diajukan oleh wajib pajak secara tertulis dan tidak dapat diberikan begitu saja oleh fiskus tanpa adanya permohonan wajib pajak. Dengan demikian apabila wajib pajak tidak mengajukan pengurangan maka akan dikenakan ketentuan pengenaan secara penuh sebagaimana mestinya. 2. Dasar Pemberian Pengurangan Sesuai dengan Pasal 19 ayat 1 Undang-Undang Nomor 12 tahun 1985 Menteri Keuangan dapat memberikan pengurangan pajak yang terutang karena dua alasan sebagaimama dibawah ini: a. Karena Kondisi tertentu objek pajak yang ada hubungannya dengan subjek pajak dan atau karena sebab-sebab tertentu lainnya, antara lain: Lahan Pertanian yang sangat terbatas; bangunan yang ditempati sendiri yang dikuasai atau dimiliki oleh golongan wajib pajak tertentu serta lahan yang nilai jualnya meningkat sebagai akibat perubahan lingkungan dan dampak Universitas Sumatera Utara positif pembangunan serta pemanfaatannya belum sesuai dengan peruntukan lingkungan . b. Dalam objek pajak terkena bencana alam atau sebab lain yang luar biasa. Yang dimaksud dengan bencana alam adalah gempa bumi, banjir, dan tanah longsor; sedangkan yang dimaksud dengan sebab lain yang luar biasa adalah kebakaran, kekeringan, wabah penyakti tanaman, dan hama tanaman. Selanjutnya dalam Pasal 19 Ayat 2 dinyatakan ketentuan mengenai pemberian pengurangan pajak diatur oleh Menteri Keuangan. Saat ini ketentuan yang berlaku adalah Keputusan Menteri Keuangan Nomor 362KMK.041999 tentang Pemberian Pengurangan pajak Bumi dan bangunan, yang ditetap dan mulai berlaku sejak tanggal 5 juli 1999. Sebagai kententuan lebih lanjut dalam pelaksanaan pemberian Pengurangan PBB, Direktur Jenderal Pajak mengeluarkan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor Kep-10PJ.61999 tentang Tata Cara Pemberian Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan, yang ditetapkan dan mulai berlaku sejak tanggal 04 Oktober 1999. 3. Wajib Pajak yang Berhak Mendapat Pengurangan Berdasarkan Pasal 19 1 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 dan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 362KMK.041999 pengurangan pajak atas pajak terutang dapat diberikan kepada wajib pajak dibawah ini: a. Wajib Pajak orang pribadi atau badan karena kondisi tertentu objek pajak yang ada hubungannya dengan subjek pajak dan atau karena sebab-sebab tertentu lainnya, yaitu: Universitas Sumatera Utara 1 Objek pajak berupa lahan pertanianperkebunanperikananpeternakan yang hasilnya sangat terbatas yang dimiliki, dikuasai dan atau dimanfaatkan oleh wajib pajak orang pribadi. 2 Objek pajak yang dimiliki, dikuasai dan atau dimafaatkan oleh wajib pajak oran pribadi yang berpenghasilan rendah yang nilai jualnya meningkat akibat adanya pembangunan atau perkembangan lingkungan. 3 Objek pajak yang dimiliki, dikuasai dan atau dimanfaatkan oleh wajib pajak orang pribadi yang berpenghasilannya semata-mata berasal dari pensiunan, sehingga kewajiban PBB-nya sulit dipenuhi. 4 Objek pajak yang dimilikinya, dikuasai dan dimanfaatkan oleh pajak orang pribadi yang berpenghasilan rendah sehingga kewajiban PBB-nya sulit dipenuhinya; serta 5 Objek pajak yang dimilikinya, dikuasai, dan atau dimanfaatkan oleh wajib pajak badan yang mengalami kerugian dan kesulitan likuiditas yang serius sepanjang tahun, sehingga tidak dapat memenuhi kewajiban rutin perusahaan. b. Wajib Pajak orang pribadi atau badan dalam hal objek pajak yang terkena bencana alam seperti Gempa Bumi, Banjir, Tanah longsor, gunung meletus dan sebagainya atau sebab-sebab lain yang luar biasa seperti Kebakaran, kekeringan, wabah penyakit dan hama tanaman. c. Wajib pajak anggota veteran pejuang kemerdekaan dan veteran pembela kemerdekaan. Pemberian pengurangan berlaku juga bagi jandaduda anggota Veteran RI. Yang dimaksud dengan veteran adalah warga negara Indonesia yang telah menyumbangkan tenaganya secara aktif atas dasar sukarela dalam ikatan kesatuan bersenjata resmi maupun kelaskaran dalam memperjuangkan atau membela kemerdekaan Republik Indonesia dan diakui oleh pemerintah yang dibuktikan dengan SKKartu Tanda Anggota KTA Veteran. Gelar Veterang terdiri dari: 1 Veteran pejuang kemerdekaan, yaitu warga negara Indonesia yang berjuang sewaktu revolusi fisik antara 17 Agustus 1945 sd 27 Desember 1949; dan Universitas Sumatera Utara 2 Veteran pembela kemerdekaan, yaitu Warga Negara Indonesia yang berjuang melakukan tugas Trikora, Dwikora dan SerojaTimor- timor. 4. Objek Pajak yang Mendapat Pengurangan Berdasarkan Pasal 5 Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor Kep– 10PJ.61999, objek pajak yang dapat diberikan pengurangan PBB adalah sebagaimana dibawah ini: a. Pengurangan PBB untuk masing–masing wilayah kabupaten atau kota hanya diberikan satu objek pajak yang dimiliki, dikuasai, dan dimafaatkan wajib pajak. b. Dalam hal wajib pajak orang prbadi memiliki, menguasai dan memanfaatkan lebih dari satu objek pajaj, maka objek pajak yang dapat diajukan permohonan pengurangan adalah objek pajak yang menjadi tempat domisili wajib pajak. c. Dalam hal wajib pajak yang memiliki, menguasai dan atau memanfaatkan lebih dari satu objek pajak adalah wajib pajak badan, maka objek pajak yang dapat diajukan permohonan pengurangan adalah salah satu objek pajak yang dimiliki, dikuasai dan atau dimanfaatkan wajib pajak. 5. Besarnya Pengurangan Pengurangan PBB diberikan atas pajak terutang yang tercantum dalam SPPT dan SKP PBB. Besarnya pengurangan PBB yang dapat diberikan kepada wajib pajak dalah sebagaimana dibawah ini. 67 67 Berdasarkan ketentuan yang diatur dalam Pasal 19 Undang-Undang PBB, Keputusan Menteri Keuangan Nomor 362KMK.041999, dan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor kep- 10Pj.61999. Universitas Sumatera Utara a. Pengurangan terhadap wajib pajak orang pribadi atau badan karena kondisi tertentu objek pajak yang ada hubungannya dengan subjek pajak dan atau karena sebab-sebab tertentu lainnya dapat diberikan setinggi-tingginya 75 dari besarnya pajak terutang, yang ditetapkan berdasarkan pertimbangan kondisi objek pajak serta penghasilan tetap pajak. b. Pengurangan terhadap wajib orang pribadi atau badan dalam hal objek terkena bencana alam atau sebab-sebab lain yang luar biasa dapat diberikan sampai dengan 100 dari besarnya pajak terutang. c. Pengurangan terhadap pajak anggota veteran pejuang kemerdekaan dan veteran pembela kemerdekaan ditetapkan sebesarnya 75 dan besarnya pajak terutang. d. Dalam hal permohonan pengurangan diajukan oleh jendaduda veteran yang telah kawinmenikah lagi, maka besarnya persentase pengurangan dapat diberikan setinggi-tinggiya 75 dari besarnya pajak terutang, yang ditetapkan berdasarkan pertimbangan kondisi objek pajak serta berpenghasilan wajib pajak 6. Tata Cara Pengajuan Pengurangan Pengajuan pengurangan dilakukan oleh wajib pajak dengan ketentuan sebagaimana mana dibawah ini: a. Permohonan Pengurangan diajukan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia kepada Kepala KPPPBBKPP Pratama yang menerbitkan SPPT atau SKP PBB dengan mencantumkan besarnya persentase pengurangan yang dimohonkan. b. Dalam hal permohonan pengurangan diajukan terhadap SKP PBB, maka pemberian pengurangan PBB hanya dapat diberikan atas pokok ketetapan pajak terutang. c. Permohonan pengurangan diajukan selambat-lambatnyaa tiga bulan terhitung. 1 Sejak tanggal diterimanya SPPT atau SKP-PBB; atau 2 Sejak terdirinya bencana alam atau sebab-sebab lain yang luar biasa. Universitas Sumatera Utara d. Permohonan pengurangan pajak terutang dapat mengajukan secara kolektif atau perseorangan e. Permohonan pengurangan pajak terutang wajib pajak orang pribadi harus dilampiri: 1 Foto Copy SPPT atau SKP PBB dari tahun pajak yang diajukan permohonan pengurangan; 2 Foto Copy STTS Tahun Pajak Terakhir; dan 3 Foto Copy Kartu Tanda Penduduk. f. Permohonan pengurangan pajak terutang untuk wajib pajak anggota Veteran RI termasuk janda dan dudanya, harus dilampiri dengan: 1 Foto Copy SPPT atau SKP PBB dari tahun pajak yang diajukan permohonan Pengurangan; 2 Foto STTS tahu Pajak Terakhir: 3 Foto Kartu Tanda Penduduk dan atau Kartu Keluarga; dan 4 Foto Copy tanda anggota Veteran Berupa Kartu Tanda Penduduk Anggota KTA Veteran atau surat Keputusan Pengakuan, pengesahan dan penganugerahan Gelar Kehormatan dari Departemen Pertahanan dan keamanan. g. Permohonan Pengurangan pajak terutang secara kolektif dapat diajukan sebelum SPPT diterbitkan, selambat-lambatnya tanggal 10 Januari untuk tahun pajak yang bersangkutan melalui: 1 Pemerintah daerah setempat Kepala Desalurah dan diketahui camat; atau 2 Organisasi Legiun Veteran Republik Indonesia h. Permohonan Pengurangan PBB atas objek pajak yang terkena bencana alam seperti gempa Bumi, banjir, banjir, tanah longsor, gunung meletus, dan sebagainya serta sebab-sebab lain yang luar biasa seperti kebakaran, kekeringan, wabah penyakit, dan hama tanaman harus dilampiri surat Universitas Sumatera Utara keterangna dari Pemeritah daerah setempat instansi terkait. Untuk itu permohonan pengurangan pajak diajukan secara tertulis melalui Pemerintah daerah setempat Kepala desa Lurah dan diketahui Camat. i. Permohonan pengurangan pajak terutang untuk wajib pajak badan harus dilampiri dengan: 1 Foto Copy SPPT atau SKP PBB dari tahun pajak yang diajukan permohonan pengurangan; 2 Foto Copy STTS tahun pajak terakhir; 3 Foto Copy SPT PPh tahun pajak terakhir bersama lampiran nya; dan 4 Laporan keuangan perusahaan j. Wajib pajak dapat mengajukan permohonan pengurangan pajak terutang apabila telah melunasi PBB untuk tahun sebelumnya atas objek pajak yang sama. k. Dalam hal permohonan pengurangan PBB yang diajukan wajib batas telah melewati batas waktu yang ditentukan, maka permohonan tersebut tidak diproses dan kepala KPPBBKPP Pratama memberitahukan wajib pajakpemerintah daerah setempat Kepala DesaLegiun Veteran RI dengan diberikan penjelasan seperlunya l. Atas permohonan pengurangan PBB secara kolektif yang tidak diproses karena telah melewati batas waktu selambatnya-lambatnya tanggal 10 januari tahun pajak yang bersangkutan, wajib pajak masih dapat mengajukan permohonan pengurangan sepanjang tidak melebihi batas waktu tiga bulan sejak SPPT atau SKP PBB diterima oleh wajib pajak. Universitas Sumatera Utara m. Permohonan pengurangan PBB untuk ketetapan PBB sampai dengan Rp. 100.000,00 dapat diajukan secara perseorangan maupun kolektif melalui pemerintah daerah setempat Kepala DesaLurah dan diketahui Camat n. Permohonan pengurangan PBB untuk ketetapan PBB diatas Rp. 100.000,00 harus diajukan oleh wajib pajak yang bersangkutan. o. Permohonan pengurangan yang diajukan oleh wajib pajak atau melalui pemerintah daerah setempat Kepala DesaLurah selanjutnya diberikan tanda terima oleh petugas KPPBBKPP Pratama berupa Formulir Pelayanan Wajib Pajak dan diatas usahakan oleh petugas yang ditunjuk. 7. Pejabat yang Berwenang Menyelesaikan Permohonan Pengurangan. Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya pengurangan atas pajak yang terutang merupakan hak perogratif Menteri Keuangan. Hanya saja demi kelancaran pelaksanaanya maka wewenang untun memberikan pengurangan kepada wajib pajak telah didelegasikan kepada pejabat vertikal daerah tingkat bahwa sesuai dengan Pasal 7 ayat 1 dan 2 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 362KMK.041999, Pejabat yang berwenang untuk memberikan keputusan keberatan adalah: a. Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak yang membawahi Kepala KPPBBKPP Pratama yang menerbitkan SPPT dan atau SKP PBB, atas nama Menteri Keuangan memberikan Keputusan atas permohonan pengurangan pajak terutama yang lebih dari Rp. 500.000.000,00 . b. Kepala BPPBBKPP Pratama yang menerima permohonan pengurangan PBB dengan pokok ketetapan di atas Rp. 500.000.000,00, selambat-lambatnya 14 hari sejak tanggal diterimanya permohoan terus meneruskan kepada Kepala Kantor Wiilayah Direktorat Jenderal Pajak 8. Ketentuan Penyelesaian Pengurangan Universitas Sumatera Utara Setiap permohonan pengurangan yang diterima oleh Menteri Keuangan atau pejabat yang ditunjuk harus diselesaikan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Ketentuan penyelesaian keberatan yang harus diikuti adalah sebagaimana dibawah ini: a. Keputusan pemberian pengurangan dapat berupa: mengabulkan seluruh, sebagaian, atau menolak permohonan. b. Keputusan pemberian pengurangan berlaku untuk tahun pajak yang bersangkutan. c. Keputusan penguranga harus diterbitkan selambatnya-lambatnya tiba bulan sejak diterimanya permohonan pengurangan dari wajib pajak. d. Apabila jangka waktu tiga bulan sejak diterimanya permohonan pengurangan dari wajib pajak telah lewat dan keputusan pengurangam belum diterbitkan, maka permohonan pengurangan wajib pajak dianggap dikabulkan. Karena itu harus diterbirkan keputusan pemberian pengurangan yang besarnya sesuai dengan permohonan pengurangan yang diajukan oleh wajib pajak. e. Jangka waktu tiga bulan sejak: 1 Tanggal tanda terima Surat Permohonan pengurangan, dalam hal surat permohonan disampaikan secara langsung, atau 2 Tanggal stempel pos, dalam hal surat permohonan pangurangan dikirimkan melalui pos biasa maupun tercatat atau sarana pengiriman lainnya. Tanggal-tanggal tersebut dihitung sejak semua dokumen permohonan pengurangan diterima secara lengkap. f. Apabila jangka waktu tiga bulan sejak diterimanya permohonan pengurangan dari wajib pajak telah lewat dan keputusan pengurangan belum diterbitkan, Universitas Sumatera Utara maka permohonan pengurangan wajib pajak dianggap dikabulkan. Karena itu harus diterbitkan keputusan pemberian pengurangan yang diajukan oleh wajib pajak. g. Direktur Jenderal Pajak melaporkan pelaksanaan pemberian Pengurangan PBB kepada Menteri Keungan dalam tiap semester. h. Atas permohonan pengurangan PBB yang diajukan oleh wajib pajak orang pribadi atau badan dengan ketetapan PBB: 1 Lebih kecil dari Rp. 3.000.000.00 untuk wilayah DKI Jakarta; 2 Lebih kecil dari Rp. 1.000.000.00 untuk wilayah Medan, Bogor, Tanggerang, Bekasi, Bandung, Semarang, Surabaya, Ujung Pandang, Denpasar, dan D.I Yokyakarta 3 Lebih Kecil dari dari Rp. 500.000.00 untuk wilayah Kabupaten atau Kota lain Diterbitkan Surat Keputusan Pemberianga Pengurangan berdasarkan hasil . 1 Lebih dari Rp. 3.000.000,00 Untuk wilayah DKI Jakarta; 2 Lebih kecil dari Rp. 1.000.000,00 Untuk wilayah Medan. Bogor Tanggerang, Bekasi, Bandung, Semarang, Surabaya, Ujung Pandang, Denpasar dan D.I Yogyakarta; atau 3 Lebih kecil Rp. 500.000,00 Untuk wilayah Kabupaten atau kota lainnya. Diterbitkan Surat Keputusan Pemberian Pengurangan berdasarkan hasil pemeriksaan sederhana dikantor PSK yang dituangkan dalam berita acara pemeriksaan. i. Atas permohonan pengurangan PBB yang diajukan oleh waib pajak atas ketetapan sebagai berikut: 1 Sama dengan atau lebih besar Rp. 3.00.000,00 untuk wilayah DKI Jakarta 2 Lebih kecil dari Rp. 1.000.000,oo Untuk wilayah Medan. Bogor Tanggerang, Bekasi, Bandung, Semarang, Surabaya, Ujung Pandang, Denpasar dan D.I Yogyakarta; atau Universitas Sumatera Utara 3 Lebih kecil Rp. 500.000,00 Untuk wilayah Kabupaten atau kota lainnya. Diterbitkan Surat Keputusan Pemberian Pengurangan berdasarkan hasil PSL yang dituangkan dalam berita acara pemeriksaan lapangan j. Atas permohonan pengurangan PBB atas pajak yang terkena bencana alam atau sebab-sebab lain yang luar biasa yang diajukan secara kolektif melalui pemerintah daerah setempat Kepala DesaLurah diterbitkan Surat Keputusan pemberian pengurangan berdasarkan hasil PSL yang dituangkan dalam berita acara PSL. k. Atas permohonan pengurangan PBB atas pajak yang terkena bencana alam atau sebab-sebab lain yang luar biasa yang diajukan secara kolektif melalui pemerintah daerah setempat Kepala DesaLurah diterbitkan Surat Keputusan pemberian pengurangan berdasarkan hasil PSL yang dituangkan dalam berita acara PSL. l. PSL dan PSK dilaksanakan dengan mempergunakan Surat Perintah Pemeriksaan Pajak Bumi dan Bangunan yang ditandatangani oleh Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak apabila permohonan pengurangan tersebut diproses oleh Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak, dan ditanda tangani oleh Kepala KPPPBBKPP Pratama apabila permohonan pengurangan tersebut diproses oleh Kepala KPPPBBKPP Pratama 9. Kentetuan Penyelesaian Pengurangan Khusus Untuk Wajib Pajak Badan Khusus untuk permohonan pengurangan yang diajukan oleh wajib pajak badan terdapat pengaturan lebih lanjut oleh Direktur Jenderal Pajak yang Universitas Sumatera Utara dituangkan dalam dua buah Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak. Kedua Surat Edaran tersebut adalah Surat Edaran Nomor Se- 11PJ2006 tanggal 06 Juni 2006 tentang Prosedur Pemberian Pengurangan PBB atasUnit Usaha dan Surat Edaran Nomor Se-12PJ2006 Tanggal 12 Juni 2006 tentang Penggunaan Laporan Keuangan dari SPT Pph wajib Pajak Badan serta kompensasi kerugian perusahaan dalam rangka pemberian pengurangan PBB. Berdasarkan kedua surat edaran dimaksud, ketentuan teknis lebih lanjut pemberian pengurangan PBB untuk wajib pajak badan adalah sebagaimana dibawah ini: a. Terhadap Objek pajak yang dimiliki, dikuasai dan atau dimanfaatkan oleh wajib pajak badan yang mengalami kerugian dan kesulitan likuiditas yang serius sepanjang tahun, sehingga tidak dapa memenuhi kewajiban rutin perusahaan dapat diberikan pengurangan setinggi-tingginya 75 dari besarnya pajak terutang, yang ditetapkan berdasarkan pertimbangan kondisi objek pajak serta penghasilan wajib pajak. b. Kerugian adalah kerugian tahun berjalan pada laporan keuangan perusahaan dan pada surat Pemberitahuan Tahunan SPT PPh wajib Pajak badan, yang dimaksud dengan kerugian tahun berjalan pada laporan keuangan perusahaan adalah perbedaan minus antara penghasilan bruto dikurangi yang tercantum dalam laporan labaRugi pada laporan keuangan perusahaan. Yang dimaksud dengan kerugian tahun berjalan pada SPT PPh wajib apa badan adalah apabila penghasilan Bruto setelah pengurangan sebagaimana dimaksud dengan pasal 6 1 Undang-Undang Pajak Penghasilan didapat Kerugian. Rugi Universitas Sumatera Utara yang deriata adalah rugi murni untuk tahun yang bersangkutan, tidak termasuk komptensi kerugian tahun-tahun sebelumnya. c. Kesulitan Likuiditas adalah ketidakmampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Perusahaan dinyatakan mengalami kesuliatan likuiditas apabila rasio antara aktiva lancar dan utang lancar menunjukkan nilai kurang dari 1 d. Persyaratan mengalami kerugian dan kesulitan likuiditas bersifat komulatif. sehingga harus dipenuhi keduanya agar pengajuan permohonan pengurangang dapat diproses lebih lanjut. e. SPT PPH Nihil yang dilampirkanharus diceramati oleh fiskus karena tidak selalu suatu perusahaan yang melaporkan SPT PPh Nihil mengalami kerugian untuk tahun yang bersangkutan. f. Khusus untuk Pemberian Pengurangan PBB terhadap wajib pajak badan dengan status sebagai anak perusahaancabang perusahaanunit usaha yang mengalami kerugian dan kesulitan likuiditas yang serius sepanjang tahun, sehinga tidak dapat memenuhi kewajiban rutin perusahaan, ketentuan melarkan laporan keuangan perusahaan dilakukan sebagaimana dibawah ini. 1 Terhadap perusahaan yang berstatus sebagai anak perusahaan yan merupakan badan hukum tersendiri dibuktikan dengan akta pendirian perusahaan dan pembukuan diselenggarakan secara terpisah dari induk Perusahaan yang mengajukan pengurangan, laporan keuangan yang dilampirkan adalah laporan keuangan yang dibuat oleh anak perusahaan dimaksud. 2 Terhadap perusahaan yang berstatus sebagai anak perusahaan yang bukan merupakan badan hukum tersendiri yang menyelenggarakan atau tidakl menyelenggarakan pembukuan tersendiri Laporan keuangan dibuat terpusat pada induk perusahaan yang mengajukan pengurangan, laporan Universitas Sumatera Utara keuangan yang dilampirkan adalah laporan keuangan yang dibuat oleh induk perusahaan. 3 Laporan Keuangan tersebut diatas pada neraca rugi laba harus menunjukkan posisi tugi sebagai syarat untuk mengajukan permohonan pengurangan PBB. 10. Pelaksanaan Keputusan Pengurangan Keputusan pengurangan disampaikan kepada wajib pajak untuk dapat dilaksanakan sebagai mana mestinya. Pelaksanaan keputusan pengurangan dilakukan sesuai dengan ketentuan di bawah ini. a. Surat Keputusan Pemberian Pengurangan PBB yang diajukan oleh wajib pajak secara perseorangan disampaikan kepada wajib pajak dan salinannya disampaikan kepada. 1 Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajakdan BupatiWalikota yang bersangkutan Khusus untuk DKI Jakarta, Kepada Gubernur DKI Jakarta apabila Surat Keputusan Pemberian Pengurangan PBB atas nama Menteri Keuangan ditetapkan oelh kepala KPPBBKPP Pratama 2 Kepala KPPBBKPP Pratama dan BupatiWalikota yang bersangkutan Khusus Untuk DKI Jakarta kepada Gubernur DKI Jakarta, apabila Surat Keputusan Pemberian Pengurangan PBB atas namaMenteri Keuangan ditetapkan oleh Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak. b. Surat Keputusan Pemberian Pengurangan PBB beserta lampirannya atas permohonan pengurangan yang disampaikan secara kolektif, disampai kepada kepala Kepala DesaLurah Legiun Veteran RI yang mengajukan permohonan dan salinannya disampaikan kepada: 1 Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak dan BupatiWalikota yang bersangkutan Khusus untuk DKI Jakarta, kepada Gubernur DKI Jakarata, apabila Surat Keputusan Pemberian Pengurangan PBB atas nama Menteri Keuangan ditetapkan oleh Kepala KPPBBKPP Pratama . 2 Kepala Kantor KPPBBKPP Pratama dan BupatiWalikota yang bersangkutan Khusus DKI Jakarta Kepada Gubernur DKI Jakarta, apabila surat keputusan pemberian pengurangan PBB atas nama Menteri Universitas Sumatera Utara Keungan ditetapkan oleh Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Jenderal Pajak.

D. Pelaksanaan Upaya Hukum oleh masyarakat di Kabupaten Pakpak Bharat.