Asuhan Keperawatan Pada An. T dengan Masalah Gangguan Kebutuhan Dasar Rasa Aman Nyaman di RSUD. Dr. Pirngadi Medan
Asuhan Keperawatan pada An. T dengan
Prioritas Masalah Gangguan Kebutuhan Dasar Aman
Nyaman di RSUD Dr. Pirngadi Medan
Karya Tulis Ilmiah
Disusun dalam rangka menyelesaikan
Program studi DIII Keperawatan
Oleh
Alan Anggara Pohan
112500094
Program Studi DIII Keperawatan Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara
(2)
(3)
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur saya ucapkan terlebih dahulu kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya dengan izin-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada An. T dengan Masalah Gangguan Kebutuhan Dasar Rasa Aman Nyaman di RSUD. Dr. Pirngadi Medan”
Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari bahwasannya makalah ini jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.
Adapun maksud dan tujuan pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan di Fakultas Keperarwatan USU.
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik isi dan makna maupun tata bahasa tata cara penulisan oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang sifatnya membangun demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.
Pada kesempatan ini izinkanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Yessi Ariani, S.Kep, NS, M.Kep selaku dosen pembimbing dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini dimana beliau telah meluangkan waktunya dan kesempatanya untuk membimbing, mengarahkan dan memberikan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapatkan bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan. 2. Erniyati, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan I.
3. Evi Karota Bukit, S.Kp, M.Kep selaku Pembantu Dekan II 4. Ikhsannudin A Harahap, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan III
5. Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep selaku ketua Prodi DIII Keperawatan Fakultas Keperawatan USU.
6. Rosina Tarigan, S.Kep, M.Kep, Sp.KMB selaku dosen penguji karya tulis ilmiah ini.
7. Seluruh Staf Dosen dan Staf Administrasi Fakultas Keperawatan USU
(4)
Dalam kesempatan ini juga, penulis secara khusus ingin memberikan penghargaan yang sebesar-besarnya beserta ucapan rasa terima kasih yang setulus-tulusnya kepada :
1. Terutama sekali sembah sujud ananda serta ucapan terima kasih yang sangat mendalam ananda persembahkan kepada orang tua saya, Bunda Zuriah yang telah mendidik dan membesarkan ananda dengan penuh kesabaran dan kasih sayang dan juga do’a yang tak pernah henti-hentinya serta dukungan baik moril maupun materil serta do’a tulusnya sehingga ananda sukses dalam menempuh perkuliahan ini, ananda berjanji tidak akan menyia-nyiakan pengorbanan orang tua saya. Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu memudahkan rezeki, dan selalu melindungi orang tua saya, Amiin.
2. Kepada seluruh kerabat saya yang terus memberikan motivasi bagiku dan memberikan bantuan baik secara materil maupun moril, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
3. Kepada Khususnya seluruh rekan-rekan mahasiswa/i DIII Keperawatan Fakultas Keperawatan USU stambuk 2011.
Semoga Tuhan senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua dan semoga karya tulis ilmiah ini berguna dan bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi kita semua. Amin
Medan, Juni 2014 Penulis
(5)
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Tujuan ... 2
1.3 Manfaat ... 2
BAB II PENGELOLAAN KASUS ... 3
2.1 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Aman Nyaman... 3
1. Pengkajian ... 9
2. Rumusan Masalah ... 11
3. Intervensi ... 12
4. Implementasi ... 22
2.2 Asuhan Keperawatan Kasus Aman Nyaman ... 23
1. Pengkajian ... 22
2. Analisa Data ... 32
3. Diagnosa ... 34
4. Intervensi keperawatan ... 35
5. Implementasi ... 37
6. Evaluasi ... 38
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN ... 39
A. Kesimpulan ... 39
B. Saran ... 40 DAFTAR PUSTAKA
(6)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Kejang demam: bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu tubuh rectal di atas 38o C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium (Mansjoer, 2002). Terjadinya jangkitan demam kejang tergantung kepada umur, tinggi serta cepatnya suhu tubuh meningkat. Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda, tergantung tinggi rendahnya ambang kejang seseorang anak akan menderita demam kejang pada kenaikan suhu tertentu.
Bangkitan demam kejang merupakan satu manifestasi daripada lepasnya muatan listrik yang berlebihan disel neuron saraf pusat. Keadaan ini merupakan gejala terganggunya fungsi otak dan keadaan ini hasru segera mendapatkan penanganan medis secara tepat dan adekuat untuk mencegah terjadinya komplikasi antara lain : Depresi pusat pernafasan, Pneumonia aspirasi, cedera fisik dan retardasi mental.
Selain dampak biologis, klien juga mengalami pengaruh psikososial. Dalam keadaan ini klien akan merasa rendah tinggi karena perubahan pada tubuhnya. Klien juga aktivitasnya Kejang demam : bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (Rectal di atas 38o C) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium (Ngastiyah, 2005).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi karena peningkatan suhu tubuh yaitu 38o C yang sering di jumpai pada usia anak dibawah lima tahun. Kejang demam diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:
1. Kejang demam sederhana (simple febrile seizure) Ciri dari kejang ini adalah: a. Kejang berlangsung singkat
b. Umumnya serangan berhenti sendiri dalam waktu < semakin pendek jarak antara mulainya demam dengan kejang, maka semakin besar risiko kejang demam berulang. yang dapat menimbulkan bahaya bagi anak. 2. Kejang demam kompleks (complex febrile seizure) Ciri kejang ini:
(7)
b. Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial
c. Kejang berulang 2 kali atau lebih dalam 24 jam. 1.2 Tujuan Penelitian
Mampu menerapkan Asuhan Keperawatan pada An. T dengan demam kejang di Ruang Perinatologi RSUD Dr.Pirngadi Medan.
1. Bagi Praktik Keperawatan
Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman dalam membuat asuhan keperawatan yang sistematis dan sesuai dengan konsep keperawatan.
2. Bagi Pendidikan Keperawatan
Hasil Karya Tulis Ilmiah yang diperoleh dapat dijadikan konstribusi bagi peningkatan pendidikan keperawatan dan pengembangan ilmu keperawatan. 3. Bagi Kebutuhan Klien
Hasil asuhan keperawatan ini dapat digunakan untuk mengetahui cara memenuhi kebutuhan dasar klien khususnya pada An.T Yang mengalami gangguan kebutuhan Aman Nyaman.
1.3. Manfaat
1. Sebagai salah satu cara untuk menambah wawasan serta pengetahuan bagi penulis dalam menangani kasus Aman Nyaman.
2. Sebagai bahan masukan kepada An.T mengenai penjelasan dan penanganan Aman Nyaman.
3. Untuk menambah wawasan para pembaca karya tulis ilmiah tentang Aman Nyaman.
4. Untuk meningkatkan iptek dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah Aman Nyaman.
(8)
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Aman Nyaman
Keamanan adalah keadaan bebas dari cedera fisik dan psikologis atau bisa juga keadaan aman dan tentram (Potter & Perry, 2006). Perubahan kenyamanan adalah keadaan dimana individu mengalami sensasi yang tidak menyenangkan dan berespons terhadap suatu rangsangan yang berbahaya (Carpenito, 2000)
A. Keamanan
Kebutuhan fisiologis yang terdiri dari kebutuhan terhadap oksigen, kelembaban yang optimum, nutrisi, dan suhu yang optimum akan mempengaruhi kemampuan seseorang.
1. Oksigen
Bahaya umum yang ditemukan dirumah adalah sistem pemanasan yang tidak berfungsi dengan baik dan pembakaran yang tidak mempunyai sistem pembuangan akan menyebabkan penumpukan karbondioksida.
2. Kelembaban
Kelembaban akan mempengaruhi kesehatan dan keamanan klien, jika kelembaban relatifnya tinggi maka kelembaban kulit akan terevaporasi dengan lambat
3. Nutrisi
Makanan yang tidak disimpan atau disiapkan dengan tepat atau benda yang dapat menyebabkan kondisi kondisi yang tidak bersih akan meningkatkan resiko infeksi dan keracunan makanan.
B. Kenyamanan
1. Nyeri
Nyeri adalah kondisi suatu mekanisme prolektif tubuh ayng timbul bilamana jaringan mengalami kerusakan dan menyebabkan individu tersebut bereaksi untuk menghilangkan rangsangan tersebut (Hall, 1997).
(9)
a. Nyeri Akut
Nyeri akut adalah suatu keadaan dimana seseorang melaporkan adanya ketidaknyamanan yang hebat. Awitan nyeri akut biasanya mendadak, durasinya singkat kurang dari 6 bulan.
b. Nyeri Kronik
Nyeri kronik adalah keadaan dimana seorang individu mengalami nyeri yang berlangsung terus menerus, akibat kausa keganasan dan non keganasan atau intermiten selama 6 bulan atau lebih
c. Mual
Mual adalah keadaan dimana individu mengalami sesuatu ketidaknyamanan, sensasi seperti gelombang dibelakang tenggorokan epigastrium, atau seluruh abdomen yang mungkin atau mungkin tidak menimbulkan muntah.
C. Faktor-Faktor Mempengaruhi Keamanan dan Kenyamanan
1. Emosi
Kecemasan, depresi, dan marah akan mudah terjadi dan mempengaruhi keamanan dan kenyamanan
2. Status Mobilisasi
Keterbatasan aktivitas, paralisis, kelemahan otot, dan kesadaran menurun memudahkan terjadinya resiko injury
3. Gangguan Persepsi Sensory
Mempengaruhi adaptasi terhadaprangsangan yang berbahayaseperti gangguan penciuman dan penglihatan.
4. Keadaan Imunits
Gangguan ini akan menimbulkan daya tahan tubuh kurang sehingga mudah terserang penyakit
5. Tingkat Kesadaran
Pada pasien koma, respon akan enurun terhadap rangsangan, paralisis, disorientasi, dan kurang tidur.
(10)
6. Informasi atau Komunikasi
Gangguan komunikasi seperti aphasia atau tidak dapat membaca dapat menimbulkan kecelakaan.
7. Gangguan Tingkat Pengetahuan
Kesadaran akan terjadi gangguan keselamatan dan keamanan dapat diprediksi sebelumnya.
8. Penggunaan antibiotik yang tidak rasional
Antibiotik dapat menimbulkan resisten dan anafilaktik syok 9. Status nutrisi
10. Keadaan kurang nutrisi dapat menimbulkan kelemahan dan mudah menimbulkan penyakit, demikian sebaliknya dapat beresiko terhadap penyakit tertentu.
11. Usia
Pembedaan perkembangan yang ditemukan diantara kelompok usia anak-anak dan lansia mempengaruhi reaksi terhadap nyeri.
12. Jenis Kelamin
Secara umum pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna dalam merespon nyeri dan tingkat kenyamanannya.
13. Kebudayaan
Keyakinan dan nilai-nilai kebudayaan mempengaruhi cara individu mengatasi nyeri dan tingkat kenyaman yang mereka punyai
(11)
Kejang demam
Inflamasi Infeksi
Peningkatan suhu tubuh
Metabolisme basal meningkat Kebutuhan O2 meningkat
Glukosa ke otak menurun
Perubahan konsentrasi dan jenis ion di dalam dan di luar sel
Difusi ion Na+ dan K+
Kejang
Durasi pendek Durasi lama
Sembuh Apnea (Smeltzer & Bare, 2000)
Resiko Tinggi injuri
(12)
1. Komplikasi
Menurut Ngastiyah (1997), komplikasi tergantung pada : a. Riwayat penyakit kejang tanpa demam dalam keluarga
b. Kelainan dalam perkembangan atau kelainan saraf sebelum anak menderita demam kejang
c. Kejang berlangsung lama atau kejang tikal
Bila terdapat paling sedikit 2 atau 3 faktor tersebut diatas, maka dikemudian hari akan mengalami serangan kejang tanpa demam sekitar 13 % dibandingkan bila hanya 1 atau tidak ada sama sekali faktor tersebut. Serangan kejang tanpa demam hanya 2-3% saja.
Hemiparesis biasanya terjadi pada klien yang mengalami kejang lama (berlangsung lebih dari 30 menit)
Dari suatu penelitian, demam kejang sederhana menyebabkan kelainan pada IQ tetapi pada klien demam kejang yang sebelumnya telah terdapat gangguan perkembangan atau kelainan neurologist akan didapat IQ yang lebih rendah dibanding dengan saudaranya, jika demam kejang diikuti dengan terulangnya kejang tanpa demam, retardasi mental akan terjadi 5 kali lebih besar. Demam kejang yang beralngsung lama dapat menyebabkan kelainan anatomis di otak hingga terjadi epilepsy.
2. Penatalaksanaan Medis
a. Pemberian cairan IV dengan cairan yang mengandung glukosa b. Pila kejang sangat lama, sehingga terdapat kemungkinan terjadinya
edema otak. Diberikan kortikosteroid sepeti kortison 20-30 mg/Kg BB atau glukokortikoid seperti deksametason ½ - ampul setiap 6 jam sampai keadaan membaik.
c. Berikan diazepam secara IV / Rectal untuk menghentikan kejang d. Pemberian Fenobarbital secara IV
e. Untuk menghentikan status kovulsivus diberikan difenilhidantion secara IV
f. Pembedahan, terutama untuk pasien yang resisten terhadap pengobatan yang tujuannya :
(13)
2) Menentukan letak / focus epileprogenik 3) Mengangkat tumor, kelainan otak lainnya
4) Namun pembedahan dapat meninbulkan berbagai komplikasi lain : edema serebral, hemoragi, hidrocepalus, infark serebral atau peningkatan kejang. (Ngastiyah, 2005).
3. Penatalaksanaan Keperawatan a. Pertahanan suhu tubuh stabil
b. Menjelaskan cara perawatan anak demam
c. Melakukan dan mengajarkan pada keluarga cara kompres panas serta menjelaskan tujuan
d. Beri terapi anti konvulsan jika diindikasikan. Terapi konvulsan dapat diindikasikan pada anak-anak yang memenuhi kriteria tertentu antara lain : kejang fokal atau kejang lama, abnormalitas neurology, kejang tanpa demam, derajat pertama, usia dibawah 1 tahun dan kejang multiple kurang dari 24 jam.
4. Pemeriksaan Diagnostik
Ngastiyah, 1995 menjelaskan beberapa pemeriksaan penunjang untuk kejang demam, yaitu :
a. Untuk mengetahui adanya keadaan patologis di otak : tumor, edema, infark, lesi congenital dan hemoragik
b. MRI (Magnetic Resenance Imaging ) Menentukan adanya perubahan / patologis SSP
c. Rontgen Tengkorak, Tidak banyak mebantu untuk mendiagnosa aktivitas kejang kecuali untuk mengetahui adanya fraktur
d. Pemeriksaan Metabolk (Pemeriksaan Laboratorium ) Meliputi : 1) Glukosa darah
2) Kalsium fungsi ginjal dan hepar
e. EEG Sangat bermanfaat untuk menentukan diagnosa kejang dan menentukan lesi serta fungsi neurology.
(14)
1. Pengkajian a. Identitas Klien
Nama, umur, jenis kelamin, nama orang tua, pekerjaan orang tua, pendidikan orang tua, alamat dan diagnosa medis serta tanggal masuk
b. Riwayat Kesehatan
− Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien mengalami peningkatan suhu tubuh >380C, peningkatan nadi, apnea, keletihan dan kelemahan umum, inkontinesia baik urine ataupun fekal, sensitivitas terhadap makanan, mual / muntah yang berhubungan dengan aktivitas kejang. Klien akan merasa nyeri otot dan sakit kepala.
− Riwayat Kesehatan Dahulu
Adanya klien riwayat terjatuh / trauma, faktur, adanya riwayat alergi dan adanya infeksi.
− Riwayat Kesehatan Keluarga
Faktor resiko demam kejang pertama yang penting adalah deman, selain itu terdpat factor herediter.
c. Pemeriksaan Fisik
I. Kepala : kulit kepala bersih san beruban, tidak ada luka lesi, rambut klien tipis, mukosa mulut kering, skelera tidak iketrik, konjungtiva anemis
II. Leher : tidak terdapat pembengkakan kelenjar tiroid ( tidak ada kelainan)
III. Dada : simetris kiri- kanan, tidak tertaba massa IV. abdomen : distansi abdomen, terdenngar bising usus
V. Ekstremitas : terpasang cairan infuse di tangan kanan dengan cairan RL, turgor kulit jelek ± 3 detik, kekuatan otot
VI. Genitalia : tidak ada keluhan. VII. Tanda-tanda vital
− Suhu tubuh klien meningkat lebih dari 37’5C
− Pernapasan : Gigi mengatup, siasonosis, apnea, pernapasan menurun / cepat; peingkatan mucus.
(15)
d. Tingkat pertumbuhan dan perkembangan pada anak balita (0-5 tahun) (Smeltzer, 2000)
1) Pertumbuhan
Pertambahan BB 2 kg / tahun pada usia 21 bulan, kelihatan kurus, tapi aktifitas motorik tinggi, system tubuh matang (berjalan dan lompat), TB 6-7 cm / tahun, kesulitan makan, eliminasi mandiri, kognitif berkembang, mmebutuhkan pengalaman belajar, inisiatif dan mampu identifikasi identitas diri.
2) Perkembangan (Motorik, bahasa, kognitif)
Berdiri satu kaki, menggoyangkan jari kaki, mengambar acak, menjepit benda, melambaikan tangan, makan sendiri, menggunakan sendok, menyebutkan empat gambar dan warna, menyebutkan warna benda, mengerti kata sifat, menirukan berbagai bunyi kata, paham dengan arti larangan berespon terhadap panggilan, menagis bial dimarahi, permintaan sederhana, kecemasan perpisahan orang terdekat, mengenali semua anggota keluarga.
e. Pemeriksaan Penunjang 1) CT-Scan
Untuk mengetahui adanya keadaan patologis di otak : tumor, edema, infark, lesi congenital dan hemogragik.
2) MRI (Magnetic Resenance Imaging )
Menentukan adanya perubahan / patologis SSP 3) Rontgen Tengkorak
4) Tidak banyak membantu untuk mendiagnosa aktivitas kejang kecuali untuk mengetahui adanya fraktur
a) Pemeriksaan Metabolk (Pemeriksaan Laboratorium ) Meliputi:
− Glukosa darah
− Kalsium fungsi ginjal dan hepar
− Pemeriksaan adanya infeksi : test widal, lumbal fungsi
− Kecepatan sedimentasi, hitung platelet
(16)
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan data pengkajan, diagnosa keperawatan utama pasien dapat meliputi yang berikut: (Doenges, 2000)
1. Resiko tinggi injury berhubungan dengan aktivitas motorik dan hilangnya kesadaran selama kejang
2. Gangguan perfusi serebral b / d peningkatan tekanan intracranial 3. Peningkatan suhu tubuh b/d status metabolic
4. Kurang pengetahuan behubungan dengan kurangnya informasi
(17)
3. Intervensi
Berdasarkan dianosa keperawatan diatas, maka dapat disusun perencanaan asuhan keperawatan. Pada tahap ini akan ditetapkan tujuan kriteria hasil dan rencana tindakan untuk mengatasi masalah-masalah yang ditemukan (Doenges, 2000).
No No
Dx
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
Keperawatan Rasional
1. I Tujuan: Klien
terhindar dari banyak fisik
Kriteria hasil : − Klien tenang
1. Gali bersama klien / keluarga berbagai stimulasi yang dapat menjadi pencetus kejang. 2. Pertahanan bantalan lunak pada penghalang tempat tidur 3. Evaluasi kebutuhan untuk / berikan pelindungan pada kepala 1. Stimulasi seperti lampu yang terang dapat meningkatkan aktivitas otak yang selanjutnya meningkatkan resiko terjadinya kejang 2. Mengurangi trauma saat kejang terjadi selama klien berada ditempat tidur 3. Penggunaan penutup kepala dapat memberikan perlindungan tambahan
(18)
4. Gunakan thermometer dengan bahan mental atau dapat suhu melalui lubang telinga jika perlu 5. Pertahanan tirah baring secara ketat jika klien
mengalami tanda-tanda timbulnya fase prodomal / aura
6. Tinggallah
bersama klien dalam waktu beberapa lama selama / setelah kejang
7. Miringkan
kepala kesalah satu sisi / lakukan penghisapan 4. Menurunkan resiko klien mengigit dan menghancurkan thermometer atau kemungkinan mengalami trauma jika taiba-tiba terjadi kejang 5. Pemahaman kepentingan untuk mempertimbang kan tentang pentingnya kebutuhan keamanan diri sendiri 6. Meningkatkan keamanan klien dan menghindari terjadinya trauma 7. Menurunkan resiko terjadinya trauma mulut tetpi tidak boleh dipaksa karena
(19)
pada jalan nafas sesuai indikasi
8. Atur kepala, tempatkan
diatas daerah yang empuk atau Bantu meletakkan pada lanati jika keluar dari tempat tidur jangan lakukan restrein.
9. Lakukan penilaian TTV
10.Berikan obat sesuai indikasi
kerusakan pada
gigi dan jaringan lunak dapat terjadi 8. Menurunkan
resiko trauma fisik ketika klien kehilangan control terhadap otot volunteer
9. Mencatat keadaan
postikal dan waktu
penyembuhan pada keadaan normal
10.Untuk
mengoptimalkan penekanan terhadap
aktivitas kejang dengan dosis obat yang terendah dan efek samping
(20)
11.Pantau kadar sel darah, elektrolit dan glukosa yang minimal 11.Mengidentifikas
ikan factor yang memperberat ./ menurunkan ambang kejang 2 2 Tujuan : Gangguan
perfusi serebral terati Kriteria hasil :
− Tingkatkan kesaradan membaik
− Tanda-tanda vital stabil
− Tak ada tanda peningkatan TIK
1. Tentukan faktor yang berhubungan dengan keadaan / penyebab khusus selama koma / penurunan perfusi serebral dan potensial terjadinya peningkatan TIK
2. Pantau status neurologist sesering mungkin dan bandingkan dengan keadaan normal 1. Kerusakan/kem unduran tanda/gejala neurologist atau kegagalan memperbaikiny a setelah fase awal memerlukan tindakan pembedahan 2. Mengetahui kecenderungan tingkat kesadaran dan potensial pneningkatan TIK dan mengetahu
lokasi, luas dan kemajuan/ resolusi
(21)
3. Pantau tanda-tanda vital
4. Evaluasi pupil, catat ukuran, kesamaan, bentuk dan reaksinya terhadap cahaya 5. Letakkan kepala dengan posisi agak ditinggikan dan dalam posisi anatomis 6. Pertahankan keadaan tirah baring, 3. Variasi mungkin terjadi oleh karena tekanan / trauma serebral pada daerah vasomotor otak 4. Gangguan penglihatan yang spesifik mencerminkan daerah otak yang terkena, mengindikasika n kemanan yang harus mendapat perhatian dan mempengaruhi intervensi yang akan dilakukan 5. Menurunkan tekanan arteri dengan meningkatkan dramas dan meningkatkan sirkulasi / perfusi
6. Aktivitas / stimulasi yang kontiniu dapat
(22)
cipatakan lingkungan yang tenang
7. Cegah terjadinya
mengdan saat defeksi dan pernafasan
yang memaksa
8. Berikan
oksigen sesuai indikasi
meningkatkan TIK istirahat total dan ketanangan
mungkin diperlukan untuk pencehana terhadap pendarahan
dalam kasus stroke
7. Manuver
valsava dapat meningkatkan
TIK dan memperbesar
resiko terjadinya pendarahan 8. Menurunkan
hipoksia yang dapat
menyebabkan vasodilatasi
serebral dan tekanan
meningkat/ terbentuknya edema
(23)
9. Berikan obat sesuai dengan indikasi 9. Dapat digunakan untuk mengontrol kejang dan atau untuk aktivitas sedatif
3 III Tujuan : Suhu tubuh kembali normal Kriteria hasil :
− Klien tidak
gelisah
− Klien dapat
istirahat
1. Monitor suhu tubuh klien
2. Monitor tanda-tanda vital klien
3. Lakukan kompres dengan air hangat jika temperature > 38 derajat celcius 4. Cegah penggunaan pakaian yang tebal dan terlalu
1. Mengawasi keadaan yang dapat menimbulkan komplikasi 2. Kekurangan cairan meningkatkan frekuensi jantung, menurunkan TD dan mengurangi volume nadi 3. Meningkatkan rasa nyaman dengan menurunkan vasodilatasi 4. Meningkatkan rasa nyaman klien
(24)
ketat 5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat sesuai indikasi 5. Untuk mengoptimalka n terhadap proses metabolic dengan dosis obat yang terendah dan dengan efek samping yang minimal 4 IV Tujuan : klien /
keluarga mengerti kondisi kesehatan sekarang
Kriteria Hasil :
− Orang tua /
keluarga tidak gelisah 1. Jelaskan mengenai penyakit dan perlunya pengobatan / penanganan penyakit sesuai indikasi 2. Berikan informasi tentang penyebab / timbulnya proses penyakit 1. Memberikan kesempatan untuk mengklarifikasi kan kesalahan persepsi dan keadaan penyakit yang ada seabagi sesuatu yang dapat ditangani dalam cara hidup yang normal 2. Memberikan kemudahan untuk mengidentifikas i terjangkitnya penyakit
(25)
pada klien / keluarga
3. Berikan
petunjuk yang jelas pada klien untuk minum obat bersamaan dengan waktu makan jika memungkinkan 4. Diskusikan mengenai efek samping secara khusus seperti mengantuk, heperaktif, gangguan tidur, mual / muntah 5. Tekankan perlunya untuk melakukan evaluasi yang teratur / melakukan pemeriksaan laboratorium yang teratur sesaui indikasi 6. Bicarakan kembali kemungkinan efek dari 3. Dapat menurunkan iritasi lambung 4. Dapat mengindikasika n kebutuhan akan perubahan dalam dosis / obat pilihan yang lain. 5. Kebutuhan terapeutik dapat berubah dan atau efek samping obat yang serius dapat terjadi 6. Ganggaun kadar hormonal yang terjadi selama
(26)
perubahan homone
7. Diskusikan manfaat kesehatan umum yang baik seperti diit yang adekuat
8. Tinjau kembali pentingnya kebersihan mulut dan perawatan gigi yang teratur kehamilan dapat meningkatkan resiko kejang 7. Meningkatkan perasan sehat dan mneingkatkan kemampuan koping yang baik 8. Menurunkan resiko infeksi mulut dan hyperplasia dari gusi
5. V Tujuan : tidak terjadi demam kejang berulang
Kh : suhu tubuh dalam batas normal
1. Pantai tanda-tanda vital
2. Lakukan
kompres hangat
3. Anjurkan klien banyak minum ±2000-2500 ml/hari
4. Berikan obat sesuai indikasi dokter
1. Untuk mengetahui perubahan suhu tubuh 2. Untuk menurunka panas 3. Untuk mengganti cairan yang hilang 4. Untuk mempercepat penyembuhan klien
(27)
4. Implementasi
Implimentasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Implementasi keparawatan disesuaikan dengan rencana keperawatan yang telah disusun. Implementasi dilakukan sesuai dengan kebutuhan klien dan dapat diterima oleh klien itu sendiri dan keluarga klien.
Jenis tindakan pada implimentasi ini terdiri dari tindakan: a. Independent
b. Dependent c. Interdependent
(28)
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN USU
FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT
2.2. PENGKAJIAN
1. Identitas klien
− Nama : An. T
− Umur : 38 hari
− Jenis Kelamin : Perempuan
− Status Perkawinan : Belum menikah
− Agama : Islam
− Pendidikan : Belum sekolah
− Pekerjaan : Belum bekerja
− Alamat : Jl. Telaga Gg. Sekota
− Tanggal Masuk : 23 April 2014
− No Register : 018620
− Ruangan/Kamar : Perinatologi
− Golongan darah : A
− Diagnosa Medis : Demam Kejang
I. KELUHAN UTAMA
Ibu An.T mengatakan bahwa anaknya lemas dan badan anaknya demam tinggi.
II. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
A. Provocative/Palliative 1. Apa penyebabnya
Ibu An.T mengatakan Pada beberapa hari lalu pasien sering menangis, kemudian secara tiba – tiba An.T kejang.
2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan
(29)
B. Quantity/Quality
1. Bagaimana dirasakan -
2. Bagaimana dilihat
Pasien terlihat lemas di tempat tidur.
C. Region
1. Dimana lokasinya Seluruh badan 2. Apakah menyebar
Ya
D. Severity
Akibat penyakitnya pasien tampak lemas dan sering menangis
E. Time
Ibu pasien mengatakan jika anaknya menangis maka anaknya akan kejang-kejang dan itu tidak menentu waktunya.
III. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
A. Penyakit yang pernah dialami Tidak ada
B. Pengobatan/tindakan yang dilakukan Tidak ada
C. Pernah dirawat/dioperasi
Ibu klien mengatakan An.T tidak pernah dirawat dirumah sakit ataupun dioperasi.
D. Lama dirawat
- E. Alergi
(30)
F. Imunisasi
Ibu klien mengatakan An.T melakukan imunisasi belum lengkap
IV. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
A. Orang tua
Ayah memiliki penyakit asma dan ibu pasien tidak memiliki riwayat penyakit apapun.
B. Saudara kandung
Ibu pasien mengatakan bahwa saudara kandung dari An.T tidak mengalami sakit.
C. Penyakit keturunan yang ada Tidak ada penyakit
D. Anggota keluarga yang meninggal
Ibu pasien mengatakan keluarganya tidak ada yang meninggal E. Penyebab meninggal
-
V. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL
A. Persepsi pasien tentang penyakitnya
Ibu pasien mengharapkan bahwa An.T bias sembuh dengan cepat. B. Konsep diri
− Gambaran diri
Ibu pasien mengatakan An.T adalah anak terakhir dari 2 bersaudara.
− Ideal diri
Ibu pasien mengharapkan An.T menjadi kebanggaan orang tuanya.
− Harga diri
Ibu pasien merasa sedih pada anaknya karena tidak dapat bermain bersama anak seusiannya.
− Peran diri -
− Identitas
(31)
C. Keadaan emosi
Ibu pasien mengatakan An.T masih belum biasa mengontrol emosi.
D. Hubungan sosial
− Orang yang berarti : Ibu An.T mengatakan orang yang berarti bagi anaknya adalah keluarganya.
− Hubungan dengan keluarga: Ibu An.T mengatakan hubungan An.T dengan keluarga sangat baik.
− Hubungan dengan orang lain : Ibu An.T mengatakan hubungan An.T dengan orang lain/teman naik.
− Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : Ibu An.T mengatakan tidak memiliki hambatan dengan orang lain.
VI. PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan umum
Pasien tampak lemas serta demam yang tinggi B. Tanda-tanda vital
− Suhu tubuh : 39,3˚c
− Tekanan darah : Tidak diakukan pengkajian
− Nadi : 160/x menit
− Pernapasan : 48/x menit
− Skala nyeri : Tidak diukur
− Tinggi badan : 53 cm
− Berat badan : 2300gr
C. Pemeriksaan Head to toe Kepala
− Bentuk : Simetris dan Oval
− Ubun-ubun : Tepat di tengah – tengah.
(32)
Rambut
− Penyebaran dan keadaan rambut : Menyeluruh dan bersih dan berwarna hitam.
− Bau : Tidak berbau
− Warna kulit : Kuning langsat
Wajah
− Warna kulit : Sawo matang
− Struktur wajah : oval, Simetris Mata
− Kelengkapan dan kesimetrisan : Lengkap, Normal dan Simetris.
− Palpebra : Tidak edema, tidak ada bintitan.
− Konjungtiva dan sklera : Konjungtiva tidak anemis dan sclera tidak ikterus
− Pupil : Ishokor, reflek terhadap cahaya.
− Cornea dan iris : Tidak ada peradangan pada mata klien
− Visus : Tidak dilakukan pemeriksan
− Tekanan bola mata : Normal
Hidung
− Tulang hidung dan posisi septum nasi : Normal dan simetris
− Lubang hidung : Normal dan simetris kiri kanan dan tidak terdapat sekret
− Cuping hidung : Terdapat bernafas dengan
cuping hidung Telinga
− Bentuk telinga : Normal dan simetris
− Ukuran telinga : Normal
− Lubang telinga : simetris dan terdapat serum di lubang telinga
− Ketajaman pendengaran : Terdapat ketajaman pendengaran dengan baik
(33)
Mulut dan faring
− Keadaan bibir : Mukosa lembab dan bibir pucat
− Keadaan gusi dan gigi : Keadaan gusi berwarna kemerahan dan Keadaan gigi tampak bersih
− Keadaan lidah : Bersih
− Orofaring : Tidak ada kelainan di orofaring Leher
− Posisi trachea : Posisi trakea klien normal
− Thyroid : Tidak terdapat pembesaran
kelenjar pada thyroid
− Suara : Tidak dilakukan pengkajian
− Kelenjar limfe : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe
− Vena jugularis : Tidak dilakukan pengkajian
− Denyut nadi karotis : Teraba kuat Pemeriksaan integument
− Kebersihan : Permukaan kulit tampak bersih
− Warna : Kulit kuning langsat
− Turgor : >3detik
− Kelembaban : Kering
− Kelainan pada kulit : Tidak ada kelainan pada kulit Pemeriksaan thoraks/dada
− Inspeksi thoraks : Pernafasan menggunakan otot aksesoris
− Pernafasan : 48x Menit
− Tanda kesulitan bernafas : ada Pemeriksaan paru
− Palpasi getaran suara : Merata
− Perkusi : Resonan
(34)
Pemeriksaan jantung
− Inspeksi : Tidak ada pembengkakan
− Palpasi : Tidak ada kelainan
− Perkusi : Dullness, jantung dalam batas
normal
− Auskultasi : Bunyi jantung lup dup
Pemeriksaan abdomen
− Inspeksi (bentuk, benjolan) : Simetris tidak terdapat massa
− Auskultasi : tidak dilakukan
− Palpasi : Normal
− Perkusi : Normal
Pemeriksaan muskuloskletal/ekstremitas
− Kesimetrisan : Simetris kanan kiri
− Kekutan otot : 5
− Edema : tidak terdapat edema
Pemeriksaan neurologi (Nervus cranialis) : tidak dapat dikaji Fungsi motoric
− Identifikasi sentuhan : Mampu mengidentifikas sentuhan saat melakukaan pengkajian
− Tes tajam tumpul : Mampu membedakan tajam
tumpul
− Panas dingin : Mampu membedakan panas
dingin
(35)
VII. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI
I. Pola makan dan minum
− Frekuensi makan/hari : -
− Nafsu/selera makan : Tidak dapat dikaji
− Nyeri ulu hati : Tidak ada
− Alergi : Orang tua OS tidak ada alergi
makanan
− Mual dan muntah : Tidak ada
− Waktu pemberian makan : Setiap 2 jam minum susu
− Jumlah dan jenis makanan : Susu ASI dan formula
− Waktu pemberian cairan/minum : Melalui infuse dan langsung ASI
− Masalah makan dan minum : tidak ada II. Perawatan Diri/Personal Hygiene
− Kebersihan tubuh : Tubuh pasien tampak bersih
− Kebersihan gigi dan mulut: kebersihan gigi tampak kekuningan dan mulut tidak berbau
− Kebersihan kuku (kaki dan tangan) : Kuku pasien terlihat panjang dan kotor
III. Pola Kegiatan/Aktivitas
Kegiatan Mandiri Tidak Mandiri
Mandi
Makan
BAB
BAK
(36)
IV. Pola eleminasi
1. BAB
− Pola BAB : 3-5x/ hari
− Karakter feses : Encer dan berbau khas
− Riwayat pendarahan : -
− BAB terakhir : ibu An.T mengatakan BAB terakhir pada pukul 07 malam.
− Diare : -
− Penggunaan laksatif : -
2. BAK
− Pola BAK : 6-8x/ hari
− Karakter urine : kuning dan berbau khas
− Nyeri/rasa terbakar/kesulitan BAK : Tidak
− Riwayat penyakit ginjal/kandung kemih: Tidak ada riwayat penyakit
(37)
2.3. Analisa Data
No Data Etiology Masalah Keperawatan
1 DS :
− Ibu mengatakan anak demam sejak 2 Minggu lalu
− Ibu mengatakan badan anaknya terasa panas DO :
a. T: 390C
b. HR : 100x/menit c. RR : 30 x/ menit
Proses infeksi
Menganggu pusat pengaturan suhu
tubuh
Peningkatan suhu tubuh
Resiko demam kejang berulang
2 DS:
− Orang tua menanyakan apa
yang menyebabkan anaknya kejang
− Orang tua mennayakan apakah anaknya bisa kejang kembali
− Orang tua menanyakan bagaimana cara agar anaknya tidak kembali kejang
DO:
− Orang tua mengatakan tidak tau tentang penyakit demam kejang.
− Orang tua kelihatan
bingung
Proses penyakit
Hospitalisasi dan kurang Terpajan
informasi
(38)
3 DS: - DO :
− An. T Tampak letih dan lemah
− Susu formula yang
diberikan tidak habis, hanya 100 cc
− BB badan (2300gr) − Konjungtiva anemis
Kejang
Vomiting center terganggu
Nausea, anoreksia
Gangguan nutrisi
Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
(39)
2.4 Diagnosa Keperawatan
1. Resiko demam kejang berulang berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh 2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang penyakit
klien
3. Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan muntah
(40)
2.5 Intervensi Keperawatan
No Diagnosa
Keperawatan Intervensi Keperawatan Rasional
1. Resiko demam kejang berulang b/d Peningkatan suhu Tujuan : Suhu tubuh kembali normal Kriteria hasil : gelisah
Klien dapat istirahat tubuh.
a. Pantai tanda-tanda vital b. Lakukan kompres hangat c. Anjurkan klien banyak
minum ±2000-2500 ml/hari
d. Berikan obat sesuai indikasi dokter
a. Untuk mengetahui perubahan suhu tubuh b. Untuk menurunkan panas c. Untuk mengganti cairan
yang hilang
d. Untuk mempercepat penyembuhan klien
2. Kurang
pengetahuan b/d kurang informasi tentang penyakit klien.
Tujuan : Klien / keluarga mengerti dengan kondisi sekarang
Kriteria hasil : Orang tua tampak tidak cemas / tenang
a. Bina hubungan yang baik dengan orang tua klien
b. Berikan penjelasan tentang keadaan anaknya
c. Berikan kesempatan orang tua klien / keluarga untuk mengekpresikan perasaanya
d. Berikan pendidikan kesehatan tentang penyakit anaknya
e. Libatkan orang tua dalam proses keperawatan
a. Mempermudah dalam proses tindakan keperawatan
b. Untuk mengurangi
kecemasan keluarga c. Mengetahui keluahan dan
kecemasan yang sedang dihadapi
d. Menambah pengetahuan ibu dan keluarga
e. Mempercepat proses penyembuhan
3. Gangguan pemenuhan
kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b
/ d muntah
a. Anjurkan orang tua untuk memberikan anak makan dalam keadaan hangat b. Anjurkan orang tua untuk
memberikan anak makan porsi kecil tapi sering
a. Mengurangi mual dan muntah
b. Menghindari terjadinya mual dan muntah
c. Menambah selera makan d. Mengetahui kebutuhan
(41)
Tujuan : Nutrisi seimbang
Kriteria hasil :
− Klien tidak lemah dan letih
− Klien tidak mual dan muntah
− Diet yang
disediakan habis
c. Kaji makan yang disukai klien
d. Monitor makan yang dihabiskan setiap makan e. Timbang BB Klien
f. Jelaskan pada orang tua pentingnya nutrisi untuk pemulihan kesehatan
nurtisi klien
e. Dengan menimbang berat badan perawat dapat mengetahui
perkembangan dan pertumbuhan anak
f. Menambah pengetahuan ibu dan keluarga
(42)
Implementasi keperawatan Evaluasi
1. Mempertahankan suhu tubuh stabil 2. Melakukan dan mengajarkan pada
keluarga cara kompres panas serta menjelaskan tujuan
3. Menjelaskan cara perawatan anak demam
4. Beri terapi anti konvulsan jika
diindikasikan. Terapi konvulsan dapat diindikasikan pada anak-anak yang memenuhi kriteria tertentu antara lain : kejang fokal atau kejang lama,
abnormalitas neurology, kejang tanpa demam, derajat pertama, usia dibawah 1 tahun dan kejang multiple kurang dari 24 jam.
S:
Ibu An.T Mengatakan demam anaknya sudah mulai turun dan BB meningkat
O :
klien terlihat sudah mulai makan dan sudah mulai aktif
A :
Masalah belum teratasi
− Klien masih muntah P :
(43)
2.6 Evaluasi
Keefektifan intervensi keparawatan pada anak dengan kejang dapat dilakukan dengan pengkajian secara terus menerus dan evaluasi terhadap asuhan yang dapat di observasi:
1. Anak dan keluarga memahami tanda dan tingkah laku yang menyebakan kejang
2. Mengkaji lingkungan / situasi yang dapat membahayakan anak saat kejang 3. Keluarga mampu melakukan manajemen perawatan anak-anak selama kejang 4. Anak dan keluarga memahami tentang tearpi pengobatan dan bisa
mengidentifikasi faktor-faktor akibat pengobatan
5. Keluarga merasa tenang dan mengerti tentang kondisi anaknya
6. Anak merasakan bahagia, memahami tentang kesehatannya dan tetap berinteraksi dengan teman-teman
(44)
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN 3.1 Kesimpulan
Setelah melakukan Asuh Keperawatan ini penulis sudah mampu untuk menerapkan asuhan keperawatan pada An. A dengan diagnosa medisnya yaitu demam kejang melalui proses:
Pengkajian
Dalam melakukan pengkajian, penulis dapat mengumpulkan data pada klien dengan kejang demam yang dilakukan dengan wawancara, pemeriksaan fisik, observasi dan dokumentasi keperawatan. Sehingga dengan pengkajian didapat data dasar berupa data demografi, riwayat kesehatan sekarang, riawayat kesehatan terdahulu, riwayat kesehatan keluarga dan pemeriksaan fisik serta data penunjang Diagnosa Keparawatan
Setelah pengumpulan data maka dapat ditemukan masalah-masalah keperawatan melalui analisa data dengan diagnosa :
1. Resiko kejang berulang berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh
2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan muntah
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan informasi tentang penyakit klien Perencanaan
Pada tahap perencanaan dapat disusun rencana tindakan dengan prioritas masalah yang bertujuan: keseimbangan cairan tubuh, demam berkurang, napsu makan meningkat, tidak terjadi kejang berulang, kecemasan orang tua berkurang. Implementasi
Pada tahap ini merupakan realisasi mandiri dan kolaborasi dari perencanaan yang sudah disusun.
Evaluasi
Pada tahap evaluasi dapat dinilai keberhasilan asuhan Keperawatan yang sudah dijalankan. Pada umumnya tujuan tercapai sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.
Terlaksananya asuhan keperawatan ini tidak terlepas dari dukungan dari tim medis, staf ruangan dan klien / keluarga klien.
(45)
3.2 Saran
Berdasarkan hasil penerapan Asuhan keperawatan yang dilakukan maka beberapa masukan yang dapat diberikan antara lain :
Klien dan Keluarga
Kepada klien dan keluarga diharapkan mampu menjaga kesehatan serta mempunyai keinginan untuk melaksanakan tindakan-tindakan dan nasehat-nasehat yang telah diberikan tenaga kesehatan demi kesehatan klien agar tidak terjadi kejang berulang.
Tenaga Perawat
Dalam melakukan pengkajian pada klien / keluarga diharapkan perawat perlu mempersiapkan diri dengan pengetahuan keterampilan dan komunikasi tereupetik. Sehingga memudahkan dalam pengumpulan data agar asuhan keperawatan dapat berjalan dengan baik, perlu adanya perencanaan yang matang
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan diharapkan adanya kerjasama yang baik dengan klien, keluarag klien dan tim kesehatan lainnya.
Institusi Pendidikan
Diharapkan study kasus ini dapat meningkatkan mutu dan kualitas tenaga kesehatan serta mengahsilkan tenaga kesehatan yang professional.
(46)
DAFTAR PUSTAKA
Brunner, S. (2003). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta
Carpenito, L. J. 2006. Buku Saku Diagnostik Keperawatan Edisi 10. Jakarta: EGC.
Doenges, M, et all. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, EGC, Jakarta. Hall J. E. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta : EGC.
Mansjoer. (2002). Kapital Selecta Kedokteran. Jilid Ke 1. Media Aesculapius: Jakarta.
NANDA, (2005). .Nursing Diagnosis: Definition And Klasification 2005-2006. NANDA Internasional Philadelphia.
Ngastiyah. (1997). Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta. Ngastiyah. (2004). Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta. Ngastiyah. (2005). Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta.
Potter & Perry. (2006). Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC.
Smeltzer, S.C & Bare. (2000). Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Jakarta : EGC.
Martin, dkk. (1998). Standar Perawatan Pasien, Proses Keperawatan, Diagnosa dan Evaluasi, Edisi 5, EGC, Jakarta.
(47)
LAMPIRAN CATATAN PERKEMBANGAN
No Hari/
Tanggal
No
Dx Implementasi Evaluasi
1 Senin/ 02 Juni 2014
I 1. Memonitor TTV tubuh An.T 2. Melakukan dan mengajarkan
orang tua An.T cara kompres panas dan menjelaskan tujuannya
3. Menganjurkan pada orang tua untuk memasangkan anaknya pakain yang tipis 4. Melibatkan keluarga dalam
pemberian asuhan keperawatan
S:
Orangtua mengatakan anaknya masih demam. Orang tua mengatakan ada melakukan kompres hangat
O:
- An.T tampak lemah - Bibir An.T kering - Suhu 39 o C
- Anak masih demam A:
Masalah belum teratasi P :
Intervensi dilanjutkan 1,2,3,4
(48)
II 1. Membina hubungan yang baik dengan orang tua klien 2. Memberikan penjelasan
tentang demam kejang
3. Memberikan kesempatan orang tua klien / keluarga untuk mengekpresikan perasaanya
4. Memberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit anaknya
5. Melibatkan orang tua dalam proses keperawatan
S:
- Ibu mengatakan mengerti dengan yang dijelaskan - Orang tua
mengatakan
kecemasannya sudah berkurang.
O :
- Ibu An. T tampak mengerti
- Orang tua tampak tenang
- ibu dapat menjawab pertanyaan siswa A :
Masalah teratasi, P:
Intervensi dihentikan III 1. Menganjurkan orang tua
untuk memberikan anak makan dalam keadaan hangat
2. Menimbang bb klien
3. Menjelaskan pada orang tua pentingnya nutrisi untuk pemulihan kesehatan
S: Ibu mengatakan anaknya belum mau makan.
Orang tua mengataka setengah porsi diit habis O:
- BB badan (2300gr) - Konjungtiva anemis - Hemoglobin: 11g/dl A:
- Masalah belum teratasi
(49)
2 Selasa/ 03 Juni 2014
I 2. Memonitor TTV tubuh An.T 3. Memotivasi orang tua An.T
cara kompres panas dan menjelaskan tujuannya
4. Menganjurkan pada orang tua untuk memasangkan anaknya pakain yang tipis 5. Melibatkan keluarga dalam
pemberian asuhan keperawatan
S:
- Ibu mengatakan AN. T demam sudah berkurang
- An.T dapat istirahat O:
- (S;37,5o C, nadi 100 x / I, pernafasan 28x/I - AN. T tidak rewel - Mukosa mulut lembab - An. T masih tampak
lemah A:
Masalah sebagian teratasi
P: Intervensi dilanjutkan III 1. Mengnjurkan orang tua
untuk memberikan anak makan dalam keadaan hangat
2. Menimbang BB klien
3. Menjelaskan pada orang tua pentingnya nutrisi untuk pemulihan kesehatan
S:
- Ibu mengatakan anaknya sudah mau makan
- Ibu mengataka ¾ porsi dihabiskan
O:
- BB badan (2300gr) - Konjungtiva sub
anemis
- Makanan masih bersisa setengah porsi - Anak masih lemah A:
Masalah teratasi
(50)
3 Rabu/ 04 Juni 2014
I 1. Memonitor TTV tubuh An.T
2. Melakukan dan
mengajarkan orang tua An.T cara kompres panas dan menjelaskan tujuannya 3. Menganjurkan pada orang
tua untuk mempertahankan kompres hangat jika suhu tinggi
4. Melibatkan keluarga dalam
pemberian asuhan keperawatan
S:
- Ibu mengatakan An .T tidak demam lagi O:
- Suhu : 36,5 o C - Nadi : 100 x / i - Pernafasan : 28 x / I - An.T tampak mulai
bersemangat
- Mukosa mulut lembab - BB : 3000 gr
A:
Masalah setengah teratasi
P:
Intervensi lanjutkan oleh pegawai ruangan
(1)
3.2 Saran
Berdasarkan hasil penerapan Asuhan keperawatan yang dilakukan maka beberapa masukan yang dapat diberikan antara lain :
Klien dan Keluarga
Kepada klien dan keluarga diharapkan mampu menjaga kesehatan serta mempunyai keinginan untuk melaksanakan tindakan-tindakan dan nasehat-nasehat yang telah diberikan tenaga kesehatan demi kesehatan klien agar tidak terjadi kejang berulang.
Tenaga Perawat
Dalam melakukan pengkajian pada klien / keluarga diharapkan perawat perlu mempersiapkan diri dengan pengetahuan keterampilan dan komunikasi tereupetik. Sehingga memudahkan dalam pengumpulan data agar asuhan keperawatan dapat berjalan dengan baik, perlu adanya perencanaan yang matang
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan diharapkan adanya kerjasama yang baik dengan klien, keluarag klien dan tim kesehatan lainnya.
Institusi Pendidikan
Diharapkan study kasus ini dapat meningkatkan mutu dan kualitas tenaga kesehatan serta mengahsilkan tenaga kesehatan yang professional.
(2)
DAFTAR PUSTAKA Brunner, S. (2003). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta
Carpenito, L. J. 2006. Buku Saku Diagnostik Keperawatan Edisi 10. Jakarta: EGC.
Doenges, M, et all. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, EGC, Jakarta.
Hall J. E. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta : EGC.
Mansjoer. (2002). Kapital Selecta Kedokteran. Jilid Ke 1. Media Aesculapius: Jakarta.
NANDA, (2005). .Nursing Diagnosis: Definition And Klasification 2005-2006. NANDA Internasional Philadelphia.
Ngastiyah. (1997). Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta.
Ngastiyah. (2004). Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta.
Ngastiyah. (2005). Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta.
Potter & Perry. (2006). Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC.
Smeltzer, S.C & Bare. (2000). Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Jakarta : EGC.
Martin, dkk. (1998). Standar Perawatan Pasien, Proses Keperawatan, Diagnosa dan Evaluasi, Edisi 5, EGC, Jakarta.
(3)
LAMPIRAN CATATAN PERKEMBANGAN
No Hari/ Tanggal
No
Dx Implementasi Evaluasi
1 Senin/ 02 Juni 2014
I 1. Memonitor TTV tubuh An.T 2. Melakukan dan mengajarkan
orang tua An.T cara kompres panas dan menjelaskan tujuannya
3. Menganjurkan pada orang tua untuk memasangkan anaknya pakain yang tipis 4. Melibatkan keluarga dalam
pemberian asuhan keperawatan
S:
Orangtua mengatakan anaknya masih demam. Orang tua mengatakan ada melakukan kompres hangat
O:
- An.T tampak lemah - Bibir An.T kering - Suhu 39 o C
- Anak masih demam A:
Masalah belum teratasi P :
Intervensi dilanjutkan 1,2,3,4
(4)
II 1. Membina hubungan yang baik dengan orang tua klien 2. Memberikan penjelasan
tentang demam kejang
3. Memberikan kesempatan orang tua klien / keluarga untuk mengekpresikan perasaanya
4. Memberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit anaknya
5. Melibatkan orang tua dalam proses keperawatan
S:
- Ibu mengatakan mengerti dengan yang dijelaskan - Orang tua
mengatakan
kecemasannya sudah berkurang.
O :
- Ibu An. T tampak mengerti
- Orang tua tampak tenang
- ibu dapat menjawab pertanyaan siswa A :
Masalah teratasi, P:
Intervensi dihentikan III 1. Menganjurkan orang tua
untuk memberikan anak makan dalam keadaan hangat
2. Menimbang bb klien
3. Menjelaskan pada orang tua pentingnya nutrisi untuk pemulihan kesehatan
S: Ibu mengatakan anaknya belum mau makan.
Orang tua mengataka setengah porsi diit habis O:
- BB badan (2300gr) - Konjungtiva anemis - Hemoglobin: 11g/dl A:
- Masalah belum teratasi
(5)
2 Selasa/ 03 Juni 2014
I 2. Memonitor TTV tubuh An.T 3. Memotivasi orang tua An.T
cara kompres panas dan menjelaskan tujuannya
4. Menganjurkan pada orang tua untuk memasangkan anaknya pakain yang tipis 5. Melibatkan keluarga dalam
pemberian asuhan keperawatan
S:
- Ibu mengatakan AN. T demam sudah berkurang
- An.T dapat istirahat O:
- (S;37,5o C, nadi 100 x / I, pernafasan 28x/I - AN. T tidak rewel - Mukosa mulut lembab - An. T masih tampak
lemah A:
Masalah sebagian teratasi
P: Intervensi dilanjutkan III 1. Mengnjurkan orang tua
untuk memberikan anak makan dalam keadaan hangat
2. Menimbang BB klien
3. Menjelaskan pada orang tua pentingnya nutrisi untuk pemulihan kesehatan
S:
- Ibu mengatakan anaknya sudah mau makan
- Ibu mengataka ¾ porsi dihabiskan
O:
- BB badan (2300gr) - Konjungtiva sub
anemis
- Makanan masih bersisa setengah porsi - Anak masih lemah A:
Masalah teratasi
(6)
3 Rabu/ 04 Juni 2014
I 1. Memonitor TTV tubuh An.T
2. Melakukan dan
mengajarkan orang tua An.T cara kompres panas dan menjelaskan tujuannya 3. Menganjurkan pada orang
tua untuk mempertahankan kompres hangat jika suhu tinggi
4. Melibatkan keluarga dalam
pemberian asuhan keperawatan
S:
- Ibu mengatakan An .T tidak demam lagi O:
- Suhu : 36,5 o C - Nadi : 100 x / i - Pernafasan : 28 x / I - An.T tampak mulai
bersemangat
- Mukosa mulut lembab - BB : 3000 gr
A:
Masalah setengah teratasi
P:
Intervensi lanjutkan oleh pegawai ruangan