Keamanan Kenyamanan QuantityQuality Konsep Dasar Aman Nyaman

3

BAB II TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Aman Nyaman

Keamanan adalah keadaan bebas dari cedera fisik dan psikologis atau bisa juga keadaan aman dan tentram Potter Perry, 2006. Perubahan kenyamanan adalah keadaan dimana individu mengalami sensasi yang tidak menyenangkan dan berespons terhadap suatu rangsangan yang berbahaya Carpenito, 2000

A. Keamanan

Kebutuhan fisiologis yang terdiri dari kebutuhan terhadap oksigen, kelembaban yang optimum, nutrisi, dan suhu yang optimum akan mempengaruhi kemampuan seseorang. 1. Oksigen Bahaya umum yang ditemukan dirumah adalah sistem pemanasan yang tidak berfungsi dengan baik dan pembakaran yang tidak mempunyai sistem pembuangan akan menyebabkan penumpukan karbondioksida. 2. Kelembaban Kelembaban akan mempengaruhi kesehatan dan keamanan klien, jika kelembaban relatifnya tinggi maka kelembaban kulit akan terevaporasi dengan lambat 3. Nutrisi Makanan yang tidak disimpan atau disiapkan dengan tepat atau benda yang dapat menyebabkan kondisi kondisi yang tidak bersih akan meningkatkan resiko infeksi dan keracunan makanan.

B. Kenyamanan

1. Nyeri Nyeri adalah kondisi suatu mekanisme prolektif tubuh ayng timbul bilamana jaringan mengalami kerusakan dan menyebabkan individu tersebut bereaksi untuk menghilangkan rangsangan tersebut Hall, 1997. Universitas Sumatera Utara 4 a. Nyeri Akut Nyeri akut adalah suatu keadaan dimana seseorang melaporkan adanya ketidaknyamanan yang hebat. Awitan nyeri akut biasanya mendadak, durasinya singkat kurang dari 6 bulan. b. Nyeri Kronik Nyeri kronik adalah keadaan dimana seorang individu mengalami nyeri yang berlangsung terus menerus, akibat kausa keganasan dan non keganasan atau intermiten selama 6 bulan atau lebih c. Mual Mual adalah keadaan dimana individu mengalami sesuatu ketidaknyamanan, sensasi seperti gelombang dibelakang tenggorokan epigastrium, atau seluruh abdomen yang mungkin atau mungkin tidak menimbulkan muntah.

C. Faktor-Faktor Mempengaruhi Keamanan dan Kenyamanan

1. Emosi Kecemasan, depresi, dan marah akan mudah terjadi dan mempengaruhi keamanan dan kenyamanan 2. Status Mobilisasi Keterbatasan aktivitas, paralisis, kelemahan otot, dan kesadaran menurun memudahkan terjadinya resiko injury 3. Gangguan Persepsi Sensory Mempengaruhi adaptasi terhadaprangsangan yang berbahayaseperti gangguan penciuman dan penglihatan. 4. Keadaan Imunits Gangguan ini akan menimbulkan daya tahan tubuh kurang sehingga mudah terserang penyakit 5. Tingkat Kesadaran Pada pasien koma, respon akan enurun terhadap rangsangan, paralisis, disorientasi, dan kurang tidur. Universitas Sumatera Utara 5 6. Informasi atau Komunikasi Gangguan komunikasi seperti aphasia atau tidak dapat membaca dapat menimbulkan kecelakaan. 7. Gangguan Tingkat Pengetahuan Kesadaran akan terjadi gangguan keselamatan dan keamanan dapat diprediksi sebelumnya. 8. Penggunaan antibiotik yang tidak rasional Antibiotik dapat menimbulkan resisten dan anafilaktik syok 9. Status nutrisi 10. Keadaan kurang nutrisi dapat menimbulkan kelemahan dan mudah menimbulkan penyakit, demikian sebaliknya dapat beresiko terhadap penyakit tertentu. 11. Usia Pembedaan perkembangan yang ditemukan diantara kelompok usia anak- anak dan lansia mempengaruhi reaksi terhadap nyeri. 12. Jenis Kelamin Secara umum pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna dalam merespon nyeri dan tingkat kenyamanannya. 13. Kebudayaan Keyakinan dan nilai-nilai kebudayaan mempengaruhi cara individu mengatasi nyeri dan tingkat kenyaman yang mereka punyai Universitas Sumatera Utara 6 Kejang demam Inflamasi Infeksi Peningkatan suhu tubuh Metabolisme basal meningkat Kebutuhan O 2 meningkat Glukosa ke otak menurun Perubahan konsentrasi dan jenis ion di dalam dan di luar sel Difusi ion Na + dan K + Kejang Durasi pendek Durasi lama Sembuh Apnea Smeltzer Bare, 2000 Resiko Tinggi injuri Universitas Sumatera Utara 7

1. Komplikasi

Menurut Ngastiyah 1997, komplikasi tergantung pada : a. Riwayat penyakit kejang tanpa demam dalam keluarga b. Kelainan dalam perkembangan atau kelainan saraf sebelum anak menderita demam kejang c. Kejang berlangsung lama atau kejang tikal Bila terdapat paling sedikit 2 atau 3 faktor tersebut diatas, maka dikemudian hari akan mengalami serangan kejang tanpa demam sekitar 13 dibandingkan bila hanya 1 atau tidak ada sama sekali faktor tersebut. Serangan kejang tanpa demam hanya 2-3 saja. Hemiparesis biasanya terjadi pada klien yang mengalami kejang lama berlangsung lebih dari 30 menit Dari suatu penelitian, demam kejang sederhana menyebabkan kelainan pada IQ tetapi pada klien demam kejang yang sebelumnya telah terdapat gangguan perkembangan atau kelainan neurologist akan didapat IQ yang lebih rendah dibanding dengan saudaranya, jika demam kejang diikuti dengan terulangnya kejang tanpa demam, retardasi mental akan terjadi 5 kali lebih besar. Demam kejang yang beralngsung lama dapat menyebabkan kelainan anatomis di otak hingga terjadi epilepsy.

2. Penatalaksanaan Medis

a. Pemberian cairan IV dengan cairan yang mengandung glukosa b. Pila kejang sangat lama, sehingga terdapat kemungkinan terjadinya edema otak. Diberikan kortikosteroid sepeti kortison 20-30 mgKg BB atau glukokortikoid seperti deksametason ½ - ampul setiap 6 jam sampai keadaan membaik. c. Berikan diazepam secara IV Rectal untuk menghentikan kejang d. Pemberian Fenobarbital secara IV e. Untuk menghentikan status kovulsivus diberikan difenilhidantion secara IV f. Pembedahan, terutama untuk pasien yang resisten terhadap pengobatan yang tujuannya : 1 Memetakan aktivitas listrik di otak Universitas Sumatera Utara 8 2 Menentukan letak focus epileprogenik 3 Mengangkat tumor, kelainan otak lainnya 4 Namun pembedahan dapat meninbulkan berbagai komplikasi lain : edema serebral, hemoragi, hidrocepalus, infark serebral atau peningkatan kejang. Ngastiyah, 2005.

3. Penatalaksanaan Keperawatan

a. Pertahanan suhu tubuh stabil b. Menjelaskan cara perawatan anak demam c. Melakukan dan mengajarkan pada keluarga cara kompres panas serta menjelaskan tujuan d. Beri terapi anti konvulsan jika diindikasikan. Terapi konvulsan dapat diindikasikan pada anak-anak yang memenuhi kriteria tertentu antara lain : kejang fokal atau kejang lama, abnormalitas neurology, kejang tanpa demam, derajat pertama, usia dibawah 1 tahun dan kejang multiple kurang dari 24 jam.

4. Pemeriksaan Diagnostik

Ngastiyah, 1995 menjelaskan beberapa pemeriksaan penunjang untuk kejang demam, yaitu : a. Untuk mengetahui adanya keadaan patologis di otak : tumor, edema, infark, lesi congenital dan hemoragik b. MRI Magnetic Resenance Imaging Menentukan adanya perubahan patologis SSP c. Rontgen Tengkorak, Tidak banyak mebantu untuk mendiagnosa aktivitas kejang kecuali untuk mengetahui adanya fraktur d. Pemeriksaan Metabolk Pemeriksaan Laboratorium Meliputi : 1 Glukosa darah 2 Kalsium fungsi ginjal dan hepar e. EEG Sangat bermanfaat untuk menentukan diagnosa kejang dan menentukan lesi serta fungsi neurology. Universitas Sumatera Utara 9

1. Pengkajian

a. Identitas Klien Nama, umur, jenis kelamin, nama orang tua, pekerjaan orang tua, pendidikan orang tua, alamat dan diagnosa medis serta tanggal masuk b. Riwayat Kesehatan − Riwayat Kesehatan Sekarang Klien mengalami peningkatan suhu tubuh 38 C, peningkatan nadi, apnea, keletihan dan kelemahan umum, inkontinesia baik urine ataupun fekal, sensitivitas terhadap makanan, mual muntah yang berhubungan dengan aktivitas kejang. Klien akan merasa nyeri otot dan sakit kepala. − Riwayat Kesehatan Dahulu Adanya klien riwayat terjatuh trauma, faktur, adanya riwayat alergi dan adanya infeksi. − Riwayat Kesehatan Keluarga Faktor resiko demam kejang pertama yang penting adalah deman, selain itu terdpat factor herediter. c. Pemeriksaan Fisik I. Kepala : kulit kepala bersih san beruban, tidak ada luka lesi, rambut klien tipis, mukosa mulut kering, skelera tidak iketrik, konjungtiva anemis II. Leher : tidak terdapat pembengkakan kelenjar tiroid tidak ada kelainan III. Dada : simetris kiri- kanan, tidak tertaba massa IV. abdomen : distansi abdomen, terdenngar bising usus V. Ekstremitas : terpasang cairan infuse di tangan kanan dengan cairan RL, turgor kulit jelek ± 3 detik, kekuatan otot VI. Genitalia : tidak ada keluhan. VII. Tanda-tanda vital − Suhu tubuh klien meningkat lebih dari 37’5 C − Pernapasan : Gigi mengatup, siasonosis, apnea, pernapasan menurun cepat; peingkatan mucus. − Sirkulasi : Hipertensi, peningkatan nadi. Universitas Sumatera Utara 10 d. Tingkat pertumbuhan dan perkembangan pada anak balita 0-5 tahun Smeltzer, 2000 1 Pertumbuhan Pertambahan BB 2 kg tahun pada usia 21 bulan, kelihatan kurus, tapi aktifitas motorik tinggi, system tubuh matang berjalan dan lompat, TB 6-7 cm tahun, kesulitan makan, eliminasi mandiri, kognitif berkembang, mmebutuhkan pengalaman belajar, inisiatif dan mampu identifikasi identitas diri. 2 Perkembangan Motorik, bahasa, kognitif Berdiri satu kaki, menggoyangkan jari kaki, mengambar acak, menjepit benda, melambaikan tangan, makan sendiri, menggunakan sendok, menyebutkan empat gambar dan warna, menyebutkan warna benda, mengerti kata sifat, menirukan berbagai bunyi kata, paham dengan arti larangan berespon terhadap panggilan, menagis bial dimarahi, permintaan sederhana, kecemasan perpisahan orang terdekat, mengenali semua anggota keluarga. e. Pemeriksaan Penunjang 1 CT-Scan Untuk mengetahui adanya keadaan patologis di otak : tumor, edema, infark, lesi congenital dan hemogragik. 2 MRI Magnetic Resenance Imaging Menentukan adanya perubahan patologis SSP 3 Rontgen Tengkorak 4 Tidak banyak membantu untuk mendiagnosa aktivitas kejang kecuali untuk mengetahui adanya fraktur a Pemeriksaan Metabolk Pemeriksaan Laboratorium Meliputi: − Glukosa darah − Kalsium fungsi ginjal dan hepar − Pemeriksaan adanya infeksi : test widal, lumbal fungsi − Kecepatan sedimentasi, hitung platelet − Pemeriksaan serologi imunologi Universitas Sumatera Utara 11

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan data pengkajan, diagnosa keperawatan utama pasien dapat meliputi yang berikut: Doenges, 2000 1. Resiko tinggi injury berhubungan dengan aktivitas motorik dan hilangnya kesadaran selama kejang 2. Gangguan perfusi serebral b d peningkatan tekanan intracranial 3. Peningkatan suhu tubuh bd status metabolic 4. Kurang pengetahuan behubungan dengan kurangnya informasi 5. Resiko kejang demam berulang berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh Universitas Sumatera Utara 12

3. Intervensi

Berdasarkan dianosa keperawatan diatas, maka dapat disusun perencanaan asuhan keperawatan. Pada tahap ini akan ditetapkan tujuan kriteria hasil dan rencana tindakan untuk mengatasi masalah-masalah yang ditemukan Doenges, 2000. No No Dx Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan Rasional 1. I Tujuan: Klien terhindar dari banyak fisik Kriteria hasil : − Klien tenang 1. Gali bersama klien keluarga berbagai stimulasi yang dapat menjadi pencetus kejang. 2. Pertahanan bantalan lunak pada penghalang tempat tidur 3. Evaluasi kebutuhan untuk berikan pelindungan pada kepala 1. Stimulasi seperti lampu yang terang dapat meningkatkan aktivitas otak yang selanjutnya meningkatkan resiko terjadinya kejang 2. Mengurangi trauma saat kejang terjadi selama klien berada ditempat tidur 3. Penggunaan penutup kepala dapat memberikan perlindungan tambahan Universitas Sumatera Utara 13 4. Gunakan thermometer dengan bahan mental atau dapat suhu melalui lubang telinga jika perlu 5. Pertahanan tirah baring secara ketat jika klien mengalami tanda-tanda timbulnya fase prodomal aura 6. Tinggallah bersama klien dalam waktu beberapa lama selama setelah kejang 7. Miringkan kepala kesalah satu sisi lakukan penghisapan 4. Menurunkan resiko klien mengigit dan menghancurkan thermometer atau kemungkinan mengalami trauma jika taiba-tiba terjadi kejang 5. Pemahaman kepentingan untuk mempertimbang kan tentang pentingnya kebutuhan keamanan diri sendiri 6. Meningkatkan keamanan klien dan menghindari terjadinya trauma 7. Menurunkan resiko terjadinya trauma mulut tetpi tidak boleh dipaksa karena Universitas Sumatera Utara 14 pada jalan nafas sesuai indikasi 8. Atur kepala, tempatkan diatas daerah yang empuk atau Bantu meletakkan pada lanati jika keluar dari tempat tidur jangan lakukan restrein. 9. Lakukan penilaian TTV 10. Berikan obat sesuai indikasi kerusakan pada gigi dan jaringan lunak dapat terjadi 8. Menurunkan resiko trauma fisik ketika klien kehilangan control terhadap otot volunteer 9. Mencatat keadaan postikal dan waktu penyembuhan pada keadaan normal 10. Untuk mengoptimalkan penekanan terhadap aktivitas kejang dengan dosis obat yang terendah dan efek samping Universitas Sumatera Utara 15 11. Pantau kadar sel darah, elektrolit dan glukosa yang minimal 11. Mengidentifikas ikan factor yang memperberat . menurunkan ambang kejang 2 2 Tujuan : Gangguan perfusi serebral terati Kriteria hasil : − Tingkatkan kesaradan membaik − Tanda-tanda vital stabil − Tak ada tanda peningkatan TIK 1. Tentukan faktor yang berhubungan dengan keadaan penyebab khusus selama koma penurunan perfusi serebral dan potensial terjadinya peningkatan TIK 2. Pantau status neurologist sesering mungkin dan bandingkan dengan keadaan normal 1. Kerusakankem unduran tandagejala neurologist atau kegagalan memperbaikiny a setelah fase awal memerlukan tindakan pembedahan 2. Mengetahui kecenderungan tingkat kesadaran dan potensial pneningkatan TIK dan mengetahu lokasi, luas dan kemajuan resolusi kerusakan SSP Universitas Sumatera Utara 16 3. Pantau tanda- tanda vital 4. Evaluasi pupil, catat ukuran, kesamaan, bentuk dan reaksinya terhadap cahaya 5. Letakkan kepala dengan posisi agak ditinggikan dan dalam posisi anatomis 6. Pertahankan keadaan tirah baring, 3. Variasi mungkin terjadi oleh karena tekanan trauma serebral pada daerah vasomotor otak 4. Gangguan penglihatan yang spesifik mencerminkan daerah otak yang terkena, mengindikasika n kemanan yang harus mendapat perhatian dan mempengaruhi intervensi yang akan dilakukan 5. Menurunkan tekanan arteri dengan meningkatkan dramas dan meningkatkan sirkulasi perfusi 6. Aktivitas stimulasi yang kontiniu dapat Universitas Sumatera Utara 17 cipatakan lingkungan yang tenang 7. Cegah terjadinya mengdan saat defeksi dan pernafasan yang memaksa 8. Berikan oksigen sesuai indikasi meningkatkan TIK istirahat total dan ketanangan mungkin diperlukan untuk pencehana terhadap pendarahan dalam kasus stroke 7. Manuver valsava dapat meningkatkan TIK dan memperbesar resiko terjadinya pendarahan 8. Menurunkan hipoksia yang dapat menyebabkan vasodilatasi serebral dan tekanan meningkat terbentuknya edema Universitas Sumatera Utara 18 9. Berikan obat sesuai dengan indikasi 9. Dapat digunakan untuk mengontrol kejang dan atau untuk aktivitas sedatif 3 III Tujuan : Suhu tubuh kembali normal Kriteria hasil : − Klien tidak gelisah − Klien dapat istirahat 1. Monitor suhu tubuh klien 2. Monitor tanda- tanda vital klien 3. Lakukan kompres dengan air hangat jika temperature 38 derajat celcius 4. Cegah penggunaan pakaian yang tebal dan terlalu 1. Mengawasi keadaan yang dapat menimbulkan komplikasi 2. Kekurangan cairan meningkatkan frekuensi jantung, menurunkan TD dan mengurangi volume nadi 3. Meningkatkan rasa nyaman dengan menurunkan vasodilatasi 4. Meningkatkan rasa nyaman klien Universitas Sumatera Utara 19 ketat 5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat sesuai indikasi 5. Untuk mengoptimalka n terhadap proses metabolic dengan dosis obat yang terendah dan dengan efek samping yang minimal 4 IV Tujuan : klien keluarga mengerti kondisi kesehatan sekarang Kriteria Hasil : − Orang tua keluarga tidak gelisah 1. Jelaskan mengenai penyakit dan perlunya pengobatan penanganan penyakit sesuai indikasi 2. Berikan informasi tentang penyebab timbulnya proses penyakit 1. Memberikan kesempatan untuk mengklarifikasi kan kesalahan persepsi dan keadaan penyakit yang ada seabagi sesuatu yang dapat ditangani dalam cara hidup yang normal 2. Memberikan kemudahan untuk mengidentifikas i terjangkitnya penyakit Universitas Sumatera Utara 20 pada klien keluarga 3. Berikan petunjuk yang jelas pada klien untuk minum obat bersamaan dengan waktu makan jika memungkinkan 4. Diskusikan mengenai efek samping secara khusus seperti mengantuk, heperaktif, gangguan tidur, mual muntah 5. Tekankan perlunya untuk melakukan evaluasi yang teratur melakukan pemeriksaan laboratorium yang teratur sesaui indikasi 6. Bicarakan kembali kemungkinan efek dari 3. Dapat menurunkan iritasi lambung 4. Dapat mengindikasika n kebutuhan akan perubahan dalam dosis obat pilihan yang lain. 5. Kebutuhan terapeutik dapat berubah dan atau efek samping obat yang serius dapat terjadi 6. Ganggaun kadar hormonal yang terjadi selama Universitas Sumatera Utara 21 perubahan homone 7. Diskusikan manfaat kesehatan umum yang baik seperti diit yang adekuat 8. Tinjau kembali pentingnya kebersihan mulut dan perawatan gigi yang teratur kehamilan dapat meningkatkan resiko kejang 7. Meningkatkan perasan sehat dan mneingkatkan kemampuan koping yang baik 8. Menurunkan resiko infeksi mulut dan hyperplasia dari gusi 5. V Tujuan : tidak terjadi demam kejang berulang Kh : suhu tubuh dalam batas normal 1. Pantai tanda- tanda vital 2. Lakukan kompres hangat 3. Anjurkan klien banyak minum ±2000-2500 mlhari 4. Berikan obat sesuai indikasi dokter 1. Untuk mengetahui perubahan suhu tubuh 2. Untuk menurunka panas 3. Untuk mengganti cairan yang hilang 4. Untuk mempercepat penyembuhan klien Universitas Sumatera Utara 22

4. Implementasi

Implimentasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Implementasi keparawatan disesuaikan dengan rencana keperawatan yang telah disusun. Implementasi dilakukan sesuai dengan kebutuhan klien dan dapat diterima oleh klien itu sendiri dan keluarga klien. Jenis tindakan pada implimentasi ini terdiri dari tindakan: a. Independent b. Dependent c. Interdependent Universitas Sumatera Utara 23 PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN USU FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT

2.2. PENGKAJIAN

1. Identitas klien − Nama : An. T − Umur : 38 hari − Jenis Kelamin : Perempuan − Status Perkawinan : Belum menikah − Agama : Islam − Pendidikan : Belum sekolah − Pekerjaan : Belum bekerja − Alamat : Jl. Telaga Gg. Sekota − Tanggal Masuk : 23 April 2014 − No Register : 018620 − RuanganKamar : Perinatologi − Golongan darah : A − Diagnosa Medis : Demam Kejang

I. KELUHAN UTAMA

Ibu An.T mengatakan bahwa anaknya lemas dan badan anaknya demam tinggi.

II. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG A.

ProvocativePalliative 1. Apa penyebabnya Ibu An.T mengatakan Pada beberapa hari lalu pasien sering menangis, kemudian secara tiba – tiba An.T kejang. 2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan Ibu pasien mengatakan An.T biasa di temani jikalau menangis Universitas Sumatera Utara 24

B. QuantityQuality

1. Bagaimana dirasakan - 2. Bagaimana dilihat Pasien terlihat lemas di tempat tidur.

C. Region