Sejarah Lelang Indonesia Sejarah Lelang 1. Sejarah Lelang Dunia

9 Auctions” yang dilakukan secara terbuka dan lisan. Sistem penjualan secara lelang di Inggris semakin berkembang dan terorganisir dengan baik. Bahkan lelang terhadap barang-barang rumah tangga pun ada yang dikenal dengan Auction Candle. Pada tahun 1766 di London didirikan Balai Lelang Christie yang merupakan balai lelang terbesar di dunia. Di Swedia, berkembangnya penjualan dengan sistem lelang ditandai dengan berdirinya Stockholm Auction House Stockholms Auktionsverk yang dikenal sebagai balai lelang tertua di dunia. Sementara di Amerika Serikat terdapat Balai Lelang Sotheby yang sangat terkenal yang didirikan pada tahun 1744 sebagai tonggak berkembangnya lelang di negara tersebut. Sekitar tahun 1990-an, sistem penjualan secara lelang semakin marak seiring dengan berkembangnya teknologi. Juru lelang memanfaatkan beragam sarana teknologi yang menjadikan bisnis lelang semakin berkembang dan mudah. Pada awal tahun 1995, seorang pria Jepang bernama Masatakan Fujisaki menciptakan sistem lelang terbaru, yakni dengan memanfaatkan jaringan internet. Sistem lelang ini dikenal dengan AUCNET. Kesuksesan AUCNET menginspirasi lahirnya situs lelang Onsale yang diresmikan pada bulan Mei 1995. Kemudian pada bulan September di tahun yang sama, situs lelang barang melalui internet yang sangat terkenal, yakni eBay lahir.

2.1.1.2. Sejarah Lelang Indonesia

Sejarah awal sistem penjualan melalui lelang di Indonesia ditandai dengan dikeluarkannya Staatsblad 1908 Nomor 189 tentang Vendu Reglement dan Staatsblad 1908 Nomor 190 tentang Vendu Instructie oleh pemerintah Hindia 10 Belanda. Latar belakang dikeluarkannya peraturan tersebut adalah untuk memfasilitasi permasalahan yang timbul mengenai penjualan barang-barang milik pejabat yang dimutasi. Lahirnya peraturan tersebut menuntut terbentuknya Inspeksi Urusan Lelang sebagai struktur organisasi di tingkat pusat yang secara langsung bertanggung jawab pada Direktuur van Financient Menteri Keuangan. Untuk tingkat daerah dibentuk unit operasional yang dinamakan Kantor Lelang Negeri Vendu Kantoren yang baru terbatas pada beberapa kota besar, yakni: Batavia sekarang Jakarta, Bandung, Cirebon, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Makasar, Banda Aceh, Medan, dan Palembang. Gambar 2.1 Bagan Struktur Organisasi Lelang Berdasarkan Vendu Reglement 1908 Sumber: Modul Pengetahuan Lelang, Susanto 2014: 22, diolah kembali Mengingat frekeunsi lelang yang masih rendah dan kurang menjangkau daerah-daerah yang tidak terdapat kantor operasional lelang, maka pada tahun Vendu Reglement 1908 Direktuur van Financient Inspeksi Urusan Lelang Vendu Kantoren Kantor Lelang Negeri Vendumesteer Klas II Pejabat Lelang Kelas II 11 1919 Gubernur Jenderal Nederlandsch Indie mengangkat Pejabat Lelang Kelas II Vendumesteer Klas II yang dijabat oleh Pejabat Notaris setempat juga Pejabat Pemda Tingkat II bupati dan walikota. Seiring dengan berkembangnya lelang, jabatan tersebut ditingkatkan menjadi Kantor Lelang Negeri Kelas 1. Selain Kantor Lelang Negeri dan Kantor Pejabat Lelang Kelas II, terdapat Balai Lelang atau Komisioner Lelang yang memberikan pelayanan jasa lelang. Lembaga ini dikelola oleh swasta dan lokasinya hanya terbatas di Surabaya, Makasar, dan Medan. Namun, dengan keluarnya Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor D.15.4D116-2 tanggal 2 Mei 1972, lembaga ini dihapuskan. Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, pemerintah menggulirkan program pengucuran atau pemberian pinjaman dana untuk kredit para pengusaha kecil dalam rangka mendorong pertumbuhan perekonomian rakyat paska penjajahan. Kebijakan ini digariskan oleh Panitia Pemikir Siasat Ekonomi yang didirikan oleh Muhammad Hatta pada tahun 1946. Dalam perkembangannya, pengucuran atau pinjaman dana yang diberikan oleh pemerintah tersebut tidak dapat dikembalikan tepat pada waktunya, bahkan dana tersebut menjadi kredit macet. Bila keadaan tersebut tidak segera dilakukan langkah pengamanan, maka dikhawatirkan akan sangat merugikan keuangan dan kekayaan negara yang selanjutnya akan memperlambat pertumbuhan perekonomian negara. Atas dasar pertimbangan tersebut dan mengingat sistem penyelesaian perkara yang ada pada saat itu berdasarkan pasal 195 HIR tidak mampu melakukan fungsinya dalam melakukan pengamanan terhadap keuangan dan kekayaan negara. Oleh karena itu 12 berdasarkan Keputusan Penguasa Perang Pusat Kepala Staf Angkatan Darat Nomor KptsPeperpu02411958 tanggal 6 April 1958 dibentuklah Panitia Penyelesaian Piutang Negara P3N dengan tugas melakukan penyelesaian piutang negara dengan cara Parate Eksekusi melaksanakan sendiri putusan- putusannya seperti surat paksa, sita, lelang, dan keputusan hukum lainnya tanpa harus meminta bantuan lembaga peradilan. Akan tetapi, dengan terbitnya Dekrit Presiden tanggal 5 Juli 1959, negara Indonesia kembali ke keadaan tertib sipil yang dimulai pada tanggal 16 Desember 1960. Dengan demikian, dasar hukum yang memayungi Keputusan Penguasa Perang Pusat pada masa itu diberlakukan Undang-Undang Dasar Sementara 1950 menjadi tidak berlaku lagi, termasuk dasar hukum pembentukan P3N. Meskipun demikian, tugas dan kewenangan P3N untuk menyelesaikan piutang negara secara cepat dan efisien masih dipandang relevan untuk tetap dilaksanakan. Oleh karena itu, pada tanggal 14 Desember 1960 pemerintah menetapkan Undang-Undang Nomor Prp 49 Tahun 1960 tentang Panitia Urusan Piutang Negara PUPN sebagai pengganti P3N. Pada tahun yang sama, pada masa pembentukan unit eselon I di lingkungan Departemen Keuangan, unit lelang masuk di bawah Direktorat Jenderal Pajak dengan pertimbangan: 1. Penerimaan negara yang dihimpun unit lelang negara berupa bea lelang merupakan salah satu jenis pajak tidak langsung; 13 2. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1959 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa baru terbit yang menjadikan lembaga lelang sebagai unit yang sangat diperlukan dalam pelaksanaan penagihan pajak. Sejak tahun 1971, penyerahan piutang negara yang berasal dari kredit investasi cukup banyak, namun struktur organisasi dan sumber daya manusia PUPN sangat terbatas. Atas dasar itu dibentuklah Badan Urusan Piutang Negara BUPN dengan Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 1976 dengan tugas mengurus penyelesaian piutang negara. Ada pun PUPN selaku panitia interdeparmental hanya menetapkan produk hukum dalam penyelesaian piutang negara. Meningkatnya piutang negara yang pengurusannya diserahkan ke BUPN menandakan semakin banyaknya piutang negara yang bermasalah macet, baik yang berasal dari perbankan yang memiliki aguanan mau pun nonperbankan. Oleh karena itu, sebagai upaya percepatan pengurusan piutang negara diterbitkanlah Keputusan Presiden Nomor 21 Tahun 1991 tanggal 1 Juni 1991 yang menggabungkan fungsi lelang dan seluruh aparatnya dari Direktorat Jenderal Pajak ke dalam organisasi BUPN sehingga organisasi ini berubah menjadi Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara BUPLN. Dengan semakin berkembangnya sistem penjualan lelang di Indonesia, maka peran serta balai lelang oleh pihak swasta kembali dihidupkan dengan keluarnya Keputusan Menteri Keuangan Nomor 47KMK.011996 tanggal 25 Januari 1996. Balai lelang dalam menjalankan usahanya berada dalam pembinaan dan pengawasan BUPLN. 14 Seiring dengan proses reorganisasi yang ditandai dengan terbitnya Keputusan Presiden Nomor 177 Tahun 2000 tanggal 15 Desember 2000, BUPLN berubah menjadi Direktorat Jenderal Piutang dan Lelang Negara DJPLN sebagai salah satu unit eselon 1 di bawah Departemen Keuangan. Sebagai unit operasionalnya di daerah adalah Kantor Pelayanan Piutang dan Lelang Negara KP2LN. Proses reorganisasi dalam tubuh Departemen Keuangan terus bergulir yang ditandai dengan keluarnya Peraturan Menteri Keuangan Nomor 445PMK.012006 menyebabkan perubahan bagi DJPLN yang berubah menjadi Direktorat Jenderal Kekayaan Negara DJKN dengan kantor operasional di daerah berubah menjadi Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang KPKNL hingga sekarang. Gambar 2.2 Alur Perubahan Organiasi Unit Lelang 1991 2000 2006 Sumber: Modul Pengetahuan Lelang, Susanto 2014: 36, diolah kembali

2.1.2. Pengertian Lelang

Dokumen yang terkait

Hambatan-Hambatan Dalam Pelaksanaan Lelang Atas Jaminan Hutang Kebendaan Yang Diikat Dengan Hak Tanggungan (Penelitian Pada Kantor Pelayanan Piutang Dan Lelang Negara (Kp2ln) Medan), 2003

0 22 231

LELANG EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN DENGAN KREDITUR BANK PEMERINTAH DI KANTOR PELAYANAN KEKAYAAN NEGARA DAN LELANG(KPKNL) SEMARANG

6 85 94

Tinjaun Yuridis Tentang Pelaksanaan Lelang Eksekusi Hak Tanggungan (Studi Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Medan)

7 68 142

Tinjaun Yuridis Tentang Pelaksanaan Lelang Eksekusi Hak Tanggungan (Studi Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Medan)

0 0 11

Tinjaun Yuridis Tentang Pelaksanaan Lelang Eksekusi Hak Tanggungan (Studi Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Medan)

0 1 1

Tinjaun Yuridis Tentang Pelaksanaan Lelang Eksekusi Hak Tanggungan (Studi Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Medan)

0 0 14

Tinjaun Yuridis Tentang Pelaksanaan Lelang Eksekusi Hak Tanggungan (Studi Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Medan)

0 1 49

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Frekuensi Pelaksanaan Lelang Atas Hak Tanggungan Dari Kreditur Perbankan di Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Medan

0 0 135

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Sejarah Lelang 2.1.1.1. Sejarah Lelang Dunia - Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Frekuensi Pelaksanaan Lelang Atas Hak Tanggungan Dari Kreditur Perbankan di Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lel

0 0 26

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Frekuensi Pelaksanaan Lelang Atas Hak Tanggungan Dari Kreditur Perbankan di Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Medan

0 0 14