Analisa Sensitifitas Satu Variabel Diagram Tornado

= Jam Terbang x Biaya Pengoprasian + Asuransi + Harga x Propporsi Pinjaman x Tingkat Suku Bunga = Rp1. 960.000.000 + Rp200.000.000 + Rp75.000.000 x 0,4 x 11,5 = Rp1.96.000.000 + Rp200.0000 + Rp40.250.000 = Rp2.200.250.000,- Jadi, dengan menggunakan nilai dasar, keuntungan tahunan Thoriq diperkirakan sebesar : Rp2.200.000.000,- Rp2.200.250.000,- = Rp99.750.000,-. Dengan memperkirakan bahwa harga beli pesawat yang mampu dibayar oleh Thoriq adalah Rp75.000.000,- seperti yang telah disebutkan diawal, Thoriq memiliki sekitar 60 dari harga tersebut, yaitu 60 x Rp75.000.000 = Rp525.000.000,-. Diperkirakan laba yang diperoleh adalah sekitar 19 Dari modal yang sekarang dimilikinya.

3.1.1 Analisa Sensitifitas Satu Variabel

Dalam permasalahan Cendarawasih Airway, analisa sestifitasnya adalah mencari variabel mana yang benar-benar dapat membuat perbedaan dalam keputusan yang dibuat. Analisa sestifitas satu variabel dapat menjawab pertayaan seperti : apakah tingkat suku bunga berbeda dapat mempengaruhi laba yang diterima atau apakah harga tiket harus direvisi, atau apakah jika jam terbang diubah akan mempengaruhi banyak pada laba, dan pertanyaan-pertanyaan lain sebagainya. Jika diperhatikan tabel 3.1 pada baris jam Terbang, dapat dilihat bahwa sebenarnya Thoriq tidak terlalu yakin seberapa besar nilai yang tepat untuk jam Terbang, dimana jam Terbang tersebut dapat bervariasi antara 500 – 1.000 jam. Tentunya perubahan pada jam Terbang dengan keuntungan dapat digunakan sebuah Grafik Analisa Sesitifitas Satu Variabel seperti terlihat pada Gambar 3.2. Garis lurus menuju ke arah kanan atas menunjukkan laba yang mungkin didapatkan jika jam Terbangnya divariasikan 500 – 1.000. Untuk menggambarkan garis ini, dimasukan nilai jam Terbang yang berbeda-beda kedalam rumus perhitungan di atas. Garis lurus mendatar menggambarkan laba yang bisa diperoleh Thoriq jika dia Universitas Sumatera Utara menanamkan modalnya di pasar uang. Titik di mana kedua garis ini berpotongan adalah titik di mana kedua alternatif investasi ini menghasilkan laba yang sama Rp525.000.000,-, yaitu Terbang sama dengan 664. Garis tebal mewakili keuntungan maksimum yang dapat diperoleh oleh Thoriq untuk tiap nilai Jam Terbang yang berbeda-beda, dan segmen yang berbeda dari garis ini disesuaikan dengan strategi investasi yang digunakan apakah membeli pesawat baru atau mendepositokan uangnya. Pada kenyataannya, Thoriq meyakini bahwa dengan adanya kemungkinan nilai jam terbang berada di bawah atau di atas 664, menunjukkan bahwa variabel Jam Terbang adalah termasuk variabel yang penting dan perlu dipertimbangkan secara hati-hati tentang ketidakpastian yang ada dalam variabel ini.

3.1.2 Diagram Tornado

Dengan menggunakan sebuah diagram tornado, dapat dibandingkan banyak variabel input pada saat yang bersamaan dengan menggunakan Analisa Sensitifitas Satu Variabel. Misalnya untuk setiap variabel input pada Tabel 3.1 digunakan nilai batas atas dan batas bawahnya, untuk dapat melihat seberapa besar perubahan yang terjadi pada Universitas Sumatera Utara keuntungan laba. Gambar 3.2 di atas menunjukan variasi profit yang terjadi saat variabel inputnya divariasikan antara batas atas dan batas bawahnya. Contohnya dapat dilihat pada variabel Kapasitas Penerbangan Terjadwal. Pendapatan Total = Pendapatan dari Carter + Pendapatan dari Penerbangan Terjadwal = Proporsi Carter x Jam Terbang x Tarif Carter + [1 - Proporsi Carter x Jam Terbang x Harga Tiket x Kapasitas Tempat Duduk Penumpang x Kapasitas Penerbangan Terjadwal] = 0,5 x 800 x Rp3.250.000 + 0,5 x 800 x Rpl.000.000 x 5 x 0,4 = Rpl.300.000.000 + Rp800.000.000 = Rp2.100.000.000,- Dengan tidak adanya perubahan pada perhitungan total biaya, sehingga biaya masih diperkirakan sebesar Rp2.200.250.000,-. Perkiraan kerugian adalah hasil pengurangan antara total pendapatan dengan total kerugian, yaitu Rp2.100.000.000,- - Rp2.200.250.000,- = - Rp l00.250.000,-. Jadi jika semua variabel lain ditetapkan pada Nilai dasarnya, sementara variabel Kapasitas Penerbangan Terjadwal ditetapkan pada batas bawah 0,4 maka akan mengakibatkan kerugian sebesar Rp l00.25 0.000,-. Nilai - Rpl00.250.000,- ini diletakkan di sebelah ujung kiri pada batang yang variabel Kapasitas Penerbangan Terjadwal. Untuk mencari nilai batas ujung kanannya, digunakan nilai batas atas dari variabel Kapasitas Penerbangan Terjadwal, dengan menggunakan rumus yang sama seperti di atas. Pendapatan Total = Pendapatan dari Carter + Pendapatan dari Penerbangan Terjadwal = Proporsi Carter x Jam Terbang x Tarif Carter + [1 - Proporsi Carter x Jam Terbang x Harga Tiket x Kapasitas Tempat Duduk Penumpang x Kapasitas Penerbangan Terjadwal] = 0,5 x 800 x Rp3.250.000 + 0,5 x 800 x Rpl.000.000 x 5 x 0,6 Universitas Sumatera Utara = Rpl.300.000.000 + Rpl.200.000.000 = Rp2.500.000.000,- Dengan tetap menggunakan asumsi bahwa perkiraan biaya dasar tidak berubah, maka diperkirakan keuntungan sebesar Rp2.500.000.000 - Rp2.200.250.000 = Rp299.750.000,-. Sehingga nilai batas ujung kanan batangnya pada diagram tornado adalah Rp299.750.000,-. Tabel 3.2 Batas Bawah dan Batas atas Keuntungan yang Didapat untuk Tiap Variabel Variabel Profit Bawah Profit Atas Jam terbang Rp 100.250.000 Rp 299.750.000 Harga carterjam Rp 27.750.000 Rp 184.750.000 Harga tiketjam Rp 20.250.000 Rp 219.750.000 Kapasitas dari penerbangan terjadwal Rp 250.000 Rp 199.750.000 Proporsi dari penerbangan carter Rp 49.750.000 Rp 119.750.000 Biaya pengoperasian per jam Rp 49.750.000 Rp 179.750.000 Asuransi Rp 69.750.000 Rp 219.750.000 Proporsi pinjaman Rp 89.687.500 Rp 109.812.500 Tingkat Rp 94.500.000 Rp 103.250.000 Harga pembelian Rp 98.600.000 Rp 100.900.000 Jika digunakan cara yang sama untuk setiap variabel yang ada, akan didapat data seperti Tabel 3.2 di atas, akan didapat bentuk diagram seperti yang berikut ini. Universitas Sumatera Utara Diagram Tarnado untuk permasalahan di Cendrawasih Airyas Gambar 3.3 Diagram Tornado Untuk permasalahan di Cendrawasih Airways Panjang dari batang untuk setiap variabel yang diberikan mewakili perluasan dari keuntungan yang mungkin didapat. Grafik tersebut disusun sedemikian rupa sehingga variabel yang sangat sensitif; yaitu variabel dengan batang terpanjang, terletak pada bagian atas, dan yang paling tidak sensitif diletakkan pada bagian bawah. Dengan susunan batang yang diletakkan berdasarkan panjang ini, dapat dengan mudah dilihat mengapa grafik ini disebut dengan Diagram Tornado. Garis vertikal yang memotong sumbu x = 42.000.000 mewakili nominal yang didapat oleh Thoriq apabila dia menanamkan modalnya sebesar Rp.525.000.000,-pada pasar uang dengan tingkat pengembalian sebesar 8. Jika dia tidak yakin keuntungan yang mungkin akan diperolehnya lebih besar dari Rp42.000.000,- maka mungkin sebaiknya dia tidak perlu membeli CN-235 tersebut. Ada banyak hal yang menarik yang dapat dilihat dari Gambar 3.3 di atas. Contohnya, ketidakpastian yang akan dihadapi Thoriq mengenai Kapasitas Penerbangan Terjadwal ternyata sangatlah penting. Sementara sebaliknya, keuntungan tahunan ternyata tidaklah sensitif terhadap harga pesawat terbang. Diagram Tornado dapat menunjukkan variabel mana saja yang perlu lebih diperhatikan dan mana yang dapat diabaikan diasumsikan tetap berada pada nilai dasarnya. Untuk kasus ini, keuntungan tahunan tidak sensitif pada Proporsi Pinjaman, Tingkat Suku Bunga dan Harga Pesawat, Universitas Sumatera Utara sehingga untuk proses analisa lebih lanjut, variabel-variabel di atas dapat diasumsikan tetap berada pada nilai dasarnya. Sementara Kapasitas Penerbangan Terjadwal, Biaya Pengoperasian, Jam Terbang dan Tarif Carter mempunyai efek yang besar terhadap keuntungan tahunan; dimana batang untuk keempat variabel ini memotong garis kritis 42.000.000. Proporsi dari Penerbangan Carter, Harga Tiket, dan Asuransi juga mempunyai efek yang kuat terhadap laba, tetapi batang dari ketiga variabel ini semuanya terletak di sebelah kanan garis 42.000.000. Untuk tahapan awal, ketiga variabel ini dapat diasumsikan tetap pada nilai dasarnya. Terdapat empat variabel yang sensitif karena yang menjadi benchmark-nya. adalah investasi di pasar uang dengan asumsi suku bunga tidak berubah sebesar 8. Tapi jika benchmark investasi lainnya diubah, misalnya ke dalam bentuk tabungan dengan tingkat suku bunga 3 pertahun, maka keuntungan yang akan diperolehnya dalam setahun adalah Rp. 15.750.000,- maka tinggal tiga variabel saja yang diagram tornadonya berpotongan dengan garis benchmark. Artinya hanya tinggal tiga variabel saja yang sensitif terhadap laba. Demikian sebaliknya, jika modal yang ada diinvestasikan di dalam instrumen saham, dan kebetulan saham tersebut tidak meraup keuntungan pada tahun tersebut, tetapi malah minus 10 dalam setahun, maka tinggal satu variabel saja yang sensitif terhadap laba. Jadi, pada permasalahan ini, terdapat empat variabel yang sensitif, karena benchmark-nya. adalah investasi di pasar uang dengan tingkat pengembalian 8 pertahun fixed 3 tahun.

3.1.3 Analisa Sensitifitas Dua Peubah