Analisis Musik Dan Teks Padhu India Tamil Dalam Liturgi Anglikan Holy Trinity Di Medan

(1)

ANALISIS MUSIK DAN TEKS PADHU INDIA TAMIL DALAM LITURGI ANGLIKAN HOLY TRINITY DI MEDAN

TESIS

Oleh:

Ria Luinne Tabita Pakpahan NIM: 117037006

PROGRAM STUDI

MAGISTER (S2) PENCIPTAAN DAN PENGKAJIAN SENI FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

ANALISIS MUSIK DAN TEKS PADHU INDIA TAMIL DALAM LITURGI GEREJA ANGLIKAN HOLY TRINITY DI MEDAN

T E S I S

Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn.)

dalam Program Studi Magister (S-2) Penciptaan dan Pengkajian Seni pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara

Oleh

Ria Luinne Tabita Pakpahan NIM: 117037006

PROGRAM STUDI

MAGISTER (S2) PENCIPTAAN DAN PENGKAJIAN SENI FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

Judul Tesis : ANALISIS MUSIK DAN TEKS PADHU INDIA TAMIL DALAM LITURGI GEREJA ANGLIKAN HOLY TRINITY DI MEDAN

Nama : Ria Luinne Tabita Pakpahan Nomor Pokok : 117037006

Program Studi : Magister (S2) Penciptaan dan Pengkajian Seni

Menyetujui Komisi Pembimbing,

Dra. Rithaony, M.A. NIP. 196311161997032001

Dr. Asmyta Surbakti, M.Si. NIP. 19600325198601

Program Studi Magister (S-2) Penciptaan dan Pengkajian Seni Ketua,

Drs. Irwansyah, M.A. NIP 196212211997031001

Fakultas Ilmu Budaya Dekan,

Dr. Syahron Lubis, M.A. NIP 195110131976031001


(4)

Telah diuji pada Tanggal

PANITIA PENGUJI UJIAN TESIS

Ketua : Drs. Irwansyah, M.A. (………..)

Sekretaris : Drs. Torang Naiborhu, M.Hum. (..…..………..)

Anggota I : Dra. Rithaony, M.A. (….………...………)

Anggota II : Dr. Asmyta Surbakti, M.Si. (...………)


(5)

ABSTRACT

Padhu (padhe) is a song that is used in rituals and worship Tamils, Indian language as praise or worship of the Most Great. Padhu consists of 5 (five) was applied in a part of worship at Holy Trinity Anglican Church. Holy Trinity Anglican Church is located in the city of Medan is a church Tamils originating from India. The church often uses Padhu in the process of worship.

Holy Trinity Anglican Church is a place of worship Christianity Tamils who have moved beliefs of Hinduism into Christianity. Moreover, the procedures for worship at Holy Trinity Anglican Church has similarities to the Protestant and Catholic churches into one unique in the religious. Pastor Moses Alegesan is the head of the Church, using Indian Tamil culture in the form of language, music and singing padhu to perform procedures such as entering the church in worship barefoot, kneel, pray, and praise and glorify God in Christianity.

Through ordinances (liturgy) worship the Holy Trinity Anglican Church which uses padhu in worship tribe Tamil. The author sees the role padhu very important, as a medium for the church to praise and glorify God in Christianity in the Holy Trinity Anglican Church. In this case I would look at the functions and applications hymns or chants padhu on tribal governance Tamil worship event. Then write (transcription) songs in notation with western music analysis method. The authors also look at Holy Trinity Anglican Church worship that use the songs in worship. Moreover, the author will translate songs with lyrics or the meaning of the Tamil Indian language into Indonesian language.

The method used in this study is a qualitative method and results are obtained is a hymn writer, text and liturgical worship in the church of Holy Trinity in transcription in the notation for later in the analysis and examine the meaning of the lyrics in the song of the religious padhu.


(6)

INTISARI

Padhu (padhe) adalah sebuah nyanyian yang digunakan dalam ritual maupun peribadatan suku Tamil, berbahasa India sebagai pujian atau penyembahan kepada yang Maha Besar. Padhu terdiri dari 5 (lima) bagian diaplikasikan dalam sebuah peribadatan di Gereja Anglikan Holy Trinity. Gereja Holy Trinity terletak di kota Medan adalah sebuah Gereja suku Tamil yang berasal dari Negara India. Gereja tersebut sering sekali menggunakan Padhu dalam proses peribadatannya.

Gereja Anglikan Holy Trinity adalah sebuah tempat peribadatan agama Kristen suku Tamil yang telah berpindah kepercayaan dari agama Hindu menjadi agama Kristen. Terlebih lagi tata cara peribadatan di Gereja Holy Trinity memiliki kesamaan terhadap gereja Kristen Protestan dan Khatolik menjadi sebuah keunikan tersendiri dalam peribadatannya. Pastor Moses Alegesan adalah pimpinan dari Gereja tersebut, menggunakan budaya India Tamil baik berupa bahasa, musik maupun nyanyian padhu untuk melakukan tata cara dalam peribadatan seperti memasuki Gereja tanpa alas kaki, berlutut, berdoa, serta memuji dan memuliakan Tuhan secara keKristenan.

Melalui tata cara (liturgy) peribadatan Gereja Holy Trinity yang menggunakan

padhu dalam peribadatan suku India Tamil. Penulis melihat peranan padhu sangat penting, sebagai media bagi jemaat untuk memuji dan memuliakan Tuhan secara keKristenan di Gereja Anglikan Holy Trinity. Dalam hal ini penulis akan melihat fungsi dan penerapan-penerapan lagu-lagu pujian atau nyanyian padhu pada tata acara peribadatan suku India Tamil. Kemudian menuliskan (transkripsi) lagu-lagu tersebut dalam notasi balok dengan metode analisis musik barat. Penulis juga melihat peribadatan Gereja Holy Trinity yang menggunakan lagu-lagu tersebut dalam peribadatan. Terlebih lagi penulis akan menterjemahkan lagu-lagu dengan lirik atau makna bahasa India Tamil kedalam bahasa Indonesia.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah adalah metode kualitatif dan hasil yang didapat penulis adalah sebuah nyanyian, teks serta liturgi peribadatan di gereja Holy Trinity untuk ditrankripsi dalam notasi kemudian di analisis serta mengkaji makna dari lirik nyanyian padhu dalam peribadatannya.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat, rahmat dan karunia-Nya yang membimbing dan menyertai penulis dalam penyelesaian studi di Program Studi Magister (S-2) Penciptaan dan Pengkajian Seni, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara Medan.

Tulisan dalam bentuk tesis ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn.) pada Program Studi Magister (S-2) Penciptaan dan Pengkajian Seni, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara Medan.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis, L. Pakpahan dan ibuku Angelia Tobing nasehatmu ibu senantiasa mengiringi langkahku di manapun aku berada. Segala yang Bapak dan ibu berikan (doa dan nasehat) membawaku mencapai jenjang pendidikan yang lebih tinggi, saya tidak mampu membalasnya dengan apapun.

Penulis juga mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ketua Program Studi Magister (S-2) Penciptaan dan Pengkajian Seni, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara, Drs. Irwansyah, M.A., dan Sekretaris, Bapak Drs. Torang Naiborhu, M.Hum., atas bimbingan akademis dan arahan yang diberikan.

Terima kasih yang sebesar-besarnya juga saya ucapkan kepada ibu Dra. Rithaony, M.A selaku Dosen Pembimbing I dan ibu Dr. Asmyta Surbakti, M.Si


(8)

memotivasi penulis supaya tetap semangat dan terus maju tidak menyerah. Saya juga ucapkan terima kasih kepada Dosen Penguji Prof. Dr. Ikhwanudin Nasution, M.Si yang memberikan koreksi dan kritikan demi perbaikan penulisan tesis ini.

Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua dosen Program Studi Magister (S-2) Penciptaan dan Pengkajian Seni, antara lain: Drs. Kumalo Tarigan, bapak Dr. Muhammad Takari, M.Hum., Ph.D., Dra. Rithaony, M.A., Dra. Frida Deliana, M.Si., Drs. Bebas Sembiring, M.Si., Prof. Drs. Mauly Purba, M.A., Ph.D., atas ilmu yang telah diberikan selama ini. Begitu juga kepada Bapak Drs. Ponisan sebagai pegawai adminsitrasi, terima kasih atas segala bantuannya selama ini. Penulis berharap kiranya tulisan ini bermanfaat bagi pembaca. Selain itu juga dapat menjadi sumbangan dalam ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang Penciptaan dan Pengkajian Seni, serta Etnomusikologi.

Tentu tesis ini masih jauh dari kesempurnaannya, karena itu kepada semua pihak penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun pada tesis ini.

Medan, Januari 2015 Penulis


(9)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ria Luinne Tabita Pakpahan, S.Pd.

NIM : 117037006

Tempat/Tanggal lahir : Medan, 02 Maret 1989 Agama : Kristen Protestan Jenis Kelamin : Perempuan

Pendidikan : Sarjana Pendidikan dari Prodi. Seni Musik, Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan, 2011


(10)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan di dalam daftar pustaka.

Medan, Januari 2015

Ria Luinne Tabita Pakpahan, S.Pd. NIM 117037006


(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

ABSTRACT ………...………...…….… v

INTISARI ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... ix

SURAT PERNYATAAN……….……..………..…….. x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR GAMBAR …...………. . xiii

DAFTAR TABEL ………. xiv

BAB I PENDAHULUAN ……….. 1

1.1 Latar Belakang ………..….. 1

1.2 Rumusan Masalah ……… 13

1.3 Tunjuan dan Manfaat Penelitian ……… 14

1.3.1 Tujuan Penelitian ……….……… 14

1.3.2 Manfaat Penelitian ……….………….. 15

1.4 Studi Kepustakaan ………... 15

1.5 Konsep dan Teori ……… 19

1.5.1 Konsep ………. 19

1.5.2 Teori ………. 21

1.6 Metode Penelitian ……… 28

1.7 Teknik Mengumpulkan Data ……….………. 29

1.7.1 Observasi ……….……… 29

1.7.2 Wawancara ……….…………. 30

1.7.3 Tahap Analisis ……….…… 32

1.7.4 Perekaman ………..………. 32

1.7.5 Kerja Laboratorium ……….……… 33

BAB II ASAL-USUL DAN AGAMA INDIA TAMIL DIKOTA MEDAN……… 34

2.1 Asal-Usul India Tamil di Kota Medan ………….…. 34


(12)

2.2.2 Kristen ……….……… 48

2.2.3 Islam ……….…… 49

2.2.4 Budha ……… 50

2.3 Ciri-Ciri Fisik Etnik India Tamil ……….….. 50

2.4 Sistem Kekeluargaan Pada Etnik India Tamil ….…. 51 2.5 Adat Istiadat Etnik India Tamil di Kota Medan ……. 52

2.6 Upacara Ritual India Tamil ……….…….….. 53

2.7 Sitem Pengkastaan ... 58

2.8 Mata Pencaharian Masyarakat Tamil di Kota Medan.. 63

2.9 Bahasa dalam Masyarakat Tamil di Kota Medan …… 64

BAB III EKSISTENSI GEREJA ANGLIKAN HOLY TRINITY BAGI KESUKUAN INDIA TAMIL DIKOTA MEDAN ... 66

3.1 Sejarah Berdirinya Gereja Anglikan Holy Trinity di Kota Medan ………...………….. 64

3.2 Biografi Pimpinan Gereja Anglikan Holy Trinity di Kota Medan ... 69

3.3 Ajaran Anglikan ………. 72

3.3.1 39 Pasal Agama ………... 72

3.3.1.1 Tentang Iman kepada Tritunggal yang Kudus……… 73

3.3.1.2 Tentang kebangkitan Kristus ….……… 73

3.3.1.3 Tentang Roh Kudus ……… 74

3.3.2 Tentang dosa asali atau dosa turunan ...….. 75

3.3.3 Tentang pembenaran manusia ………... 76

3.3.4 Tentang perbuatan baik ………...………. 77

3.3.5 Tentang perbuatan yang melebihi kewajiban…………...………. 77

3.3.6 Tentang dosa sesudah Baptisan …...……. 78

3.3.7 Pasal 19-22: Tentang Gereja ……… 79

3.3.7.1 Tentang Gereja ………... 79

3.3.7.2 Tentang otoritas Gereja ………. 80

3.3.7.3 Tentang otoritas Konsili umum ………. 81

3.3.8 Pasal 23-24: Tentang Pelayanan ………. . 82 3.3.8.1 Tentang penggunaan bahasa dalam


(13)

3.3.9 Pasal 25-31: Tentang Sakramen ……….. 83

3.3.10 Tentang Pembaptisan …………...……… 85

3.3.11 Konfirmasi Gereja Anglikan ……...…...… 86

3.3.12 Tentang Perjamuan Kudus ………...…… 87

3.3.13 Tentang Jemaat yang tidak mengikuti perjamuan kudus………...………... 89

3.4 Tentang Pernikahan para Imam …...…… 90

3.5 Tentang triadisi Gereja ……...…….…… 91

3.6 Tentang buku-buku khotbah (Homili) ... 92

3.7 Sejarah ringkas perkembangan pelayanan tiga serangkai. 93

3.8 Tugas pelayanan di Gereja Anglikan …... 94

3.8.1 Diaken ... 94

3.8.2 Imam (Priest) ... 94

3.8.3 Bishop... 95

BAB IV SISTEM LITURGI DAN TATA CARA PERIBADATAN GEREJA ANGLIKAN HOLY TRINITY MEDAN………… 96

4.1 Liturgi Gereja ……… 96

4.2 Liturgi Gereja Anglikan Holy Trinity ……… 98

4.3 Tata Ibadah Gereja Anglikan Holy Trinity …………... 101

4.3.1 Perjamuan Kudus ………. 112

4.3.2 Responsoria ……… 118

4.3.3 Doa Pengakuan Iman ... 118

4.3.4 Perintah Allah ……… 119

4.3.5 Kolekte ……….……. 120

4.3.6 Berdoa ……….….. 121

4.3.7 Pengakuan Iman Nicea Konstaninopel ……….. 123

4.3.8 Doa Syafaat.……… 124

4.3.9 Pelayan Sakramen ………. 125

4.3.10 Doa Bapa Kami…...…….…… 125 4.3.12 Berkat ……….... 126

4.4 Tujuan Ibadah Gereja Anglikan Holy Trinity Medan ... 129

4.5 Perangkat Pendukung Ibadah ……… 133


(14)

BAB V ANALISI STRUKTUR NYANYIAN PADHU DALAM

PERIBADATAN GEREJA ANGLIKAN HOLY TRINITY… 136

5.1 Transkripsi dan Analisis ……….. 136

5.2 Model Notasi ………... 137

5.3 Analisis Melodi ………... 140

5.3.1 Tangga nada (scale) ……….... 140

5.3.1.1 Tangga nada lagu Nirentherem……. ... 140

5.3.1.2 Tangga nada lagu Yenthe Kaalet-tilum………... 141

5.3.1.3 Tangga nada lagu Parisuthe Thewen Niire………. .... 142

5.3.1.4 Tangga nada lagu Kyrie Eleison Tamil……….... 142

5.3.2 Nada Dasar ( Pitch Center)………... 143

5.3.3 Wilayah Nada ( Range )………... 143

5.3.3.1 Wilayah nada lagu Nirentherem………. 143

5.3.3.2 Wilayah nada lagu Yenthe Kaalet-tilum.. 144

5.3.3.3 Wilayah nada lagu Parisuthe Thewen niire…………. 144

5.3.3.4 Wilayah nada lagu Kyrie Elison 44 5.3.4 Jumlah Nada ………...…... 145

5.3.4.1 Jumlah nada lagu Nirentherem …………..145

5.3.4.2 Jumlah nada lagu Yenthe Kaalet-tilum … 145 5.3.4.3 Jumlah nada lagu Parisuthe thewen niire ... 146

5.3.4.4 Jumlah nada lagu Kyrie Elison Tamil.... 146

5.3.5 Interval……….. 147

5.3.5.1 Interval lagu Nirentherem ……… 147

5.3.5.2 Interval lagu Yenthe Kaalet-tilum ……. 148

5.3.5.3 Interval lagu Parisuthe Thewen Niire … 149

5.3.5.4 Interval lagu Kyrie Eleison Tamil …….. 150

5.3.6 Pola Kadensa ( Cadence patterns ) ……… 150

5.3.6.1 Pola kadensa lagu Nirentherem ……….. 151

5.3.6.2 Pola Kadensa lagu Yenthe Kaalet-tilum ... 151


(15)

Parisuthe Thewen Niire ... 153

5.3.6.4 Pola Kadensa lagu Kyrie Eleison Tamil ...… 154

5.3.7 Formula Melodik ( melodie fomula ) ………. 155

5.3.7.1 Analisis bentuk, frasa, dan motif lagu Nirentherem ………. 156

5.3.7.2 Analisis bentuk, frasa, dan motif lagu Yenthe Kaalet-tilum ……… 158

5.3.7.3 Analisis bentuk, frasa, dan motif lagu Parisuthe Thewen Niire ……… 159

5.3.7.4 Analisis bentuk, frasa, dan motif lagu Kyrie Eleison Tamil ……… . 161

5.3.8 Kontur ( countur ) ……… 162

5.3.8.1 Kontur lagu Nirentherem ... 162

5.3.8.2 Kontur lagu Yenthe Kaalet-tilum ... 163

5.3.8.3 Kontur lagu Parisuthe Thewen Niire .... 163

5.3.8.4 Kontur lagu Kyrie Eleison Tamil ... 165

5.4 Terjemahan Padhu Dalam Bahasa Indonesia ……... 165

5.4.1 Nirentharem ... 165

5.4.2 Yente Kaalet-tilum ... 166

5.4.3 Parisuthe Thewen Niire ... 167

BAB VI PENUTUP ……….. 168

6.1 Kesimpulan ………. 168

6.2 Saran ………. .. 170

DAFTAR PUSTAKA ……… 172

DAFTAR WEBSIDE ………. 175


(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Pastor Moses sedang mendoakan salah satu jemaat di Gereja Anglikan Holy Trinity Medan. (Dok.Tabita Pakpahan)

Gambar 4.1 Persiapan sebelum ibadah dimulai dan para pelayan menjalankan tugasnya masing-masing. (Dok.Tabita Pakpahan)

Gambar 4.2 Jemaat mulai berdatangan dan memasuki Gereja Anglikan Holly Trinity Medan. (Dok.Tabita Pakpahan)

Gambar 4.3 Jemaat yang hadir disambut oleh pelayan dan diberikan kertas buletin Gereja kemudian jemaat dipersilahkan duduk. (Dok.Tabita Pakpahan)

Gambar 4.4 Jemaat telah memenuhi kursi yang tersedia sesaat akan dimulainya ibadah. (Dok.Tabita Pakpahan)

Gambar 4.5 Anjena menyerahkan mimbar kepada Pendeta. (Dok. Tabita Pakpahan)

Gambar 4.6 Worship leader mengajak jemaat untuk berdiri dan bernyanyi (Dok.Tabita Pakpahan)

Gambar 4.7 Jemaat bernyanyi dan menyembah dengan mengangkat tangan. (Dok.Tabita Pakpahan)

Gambar 4.8 Jemaat dipersilahkan saling berpengalaman. (Dok.Tabita Pakpahan) Gambar 4.9 Jemaat bernyanyi dan bertepuk tangan. (Dok.Tabita Pakpahan)

Gambar 4.10 Jemaat meyanyikan lagu Yenthe Kaalet-tilum. (Dok.Tabita Pakpahan) Gambar 4.11 Jemaat bernyanyi sebelum khotbah. (Dok.Tabita Pakpahan)

Gambar 4.12 Doa sebelum memasuki khotbah. (Dok.Tabita Pakpahan)

Gambar 4.13 Pembacaan nats Alkitab saat khotbah yang dipimpin oleh ibu Pendeta. (Dok.Tabia Pakpahan)

Gambar 4.14 Jemaat memperisiapkan kolekte kedalam amplop (kiri), jemaat silih berganti maju kedepan untuk memberikan kolete ketempat yang sudah di persiapkan oleh Gereja. (Dok.Tabita Pakpahan)

Gambar 4.15 Anjena membacakan nats Alkitab sebelum perjamuan kudus dimulai (kiri), Ibu Pendeta mengangkat cawan tanda perjamuan kudus dimulai (kanan). (Dok.Tabita Pakpahan)

Gambar 4.16 Jemaat silih berganti maju kemimbar untuk melakukan prosesi perjamuan kudus. (Dok.Tabita Pakpahan)

Gambar 4.17 Roti yang dibagikan kepada jemaat dicelupkan kedalam cawan (kiri), jemaat kembali ketempat duduknya setelah melakukan perjamuan


(17)

Gambar 4.18 Ibu Pendeta berdoa setelah semua jemaat selesai melakukan perjamuan kudus. (Dok.Tabita Pakpahan)

Gambar 4.19 Melakukan pengakuan dosa dan berganti pelanyan untuk melakukan pujian. (Dok.Tabita Pakpahan)

Gambar 4.20 Pelayan kolekte mengambil kantung persembahan dari depan mimbar (kiri), jemaat mengumpulkan persembahan ditempat duduk masing-masing. (Dok.Tabita Pakpahan)

Gambar 4.21 Jemaat berlutut saat doa syafaat berlangsung. (Dok.Tabita Pakpahan) Gambr 4.22 Setelah berlutut jemaat kembali berdii dan melakukan responsoria.

(Dok.Tabita Pakpahan)

Gambar 4.23 Pembacaan Alkitab dengan bahasa Indonesia. (Dok.Tabita Pakpahan) Gambar 4.24 Pembacaan Alkitab dalam Bahasa Inggris. (Dok.Tabita Pakpahan) Gambar 4.25 Pembacaan Alkitab yang dilakukan dengan jemaat secara bergantian.

(Dok.Tabita Pakpahan)

Gambar 4.26 Melakukan pengakuan iman nicea, doa syafaat, pelayanan sakramen melalui responsoria yang dilakukan jemaat dan pelayan Gereja. (Dok.Tabita Pakpahan)

Gambar 4.27 Pendeta menutup ibadah dendgan doa (kiri), pelayan menyediakan makan dan minuman diluar ruangan ibadah (kanan). (Dok.Tabita Pakpahan)

Gambar 4.28 Pelayan menyajikan makanan kepada jemaat (kiri), jemaat bersosialisasi selesai ibadah sambil menikmati makanan yang disajikan (kanan). (Dok.Tabita Pakpahan)


(18)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Pemukiman orang Tamil di Medan dan sekitarnya (Sumber: Zulfikli Lubis)

Tabel 2.2 Contoh bahasa Tamil yang sudah menjadi bagian bahasa Melayu. (Sumber: A. Zebar 2010)

Tabel 5.1 Interval Nirentherem. (Sumber: diolah dari hasil penelitian)

Tabel 5.2 Interval Yenthe Kaalet-tilum. (Sumber: diolah dari hasil penelitian) Tabel 5.3 Interval Irewen punpugel Pudhe. (Sumber: diolah dari hasil penelitian) Tabel 5.4 Interval Parisuthe Thewen Niire. (Sumber: diolah dari hasil penelitian) Tabel 5.5 Interval Kyrie Eleison. (Sumber: diolah dari hasil penelitian)

Tabel 5.6 Motif Nirentherem. (Sumber: diolah dari hasil penelitian)

Tabel 5.7 Motif Yenthe Kaalet-tilum. (Sumber: diolah dari hasil penelitian) Tabel 5.8 Motif Irewen punpugel Pudhe. (Sumber: diolah dari hasil penelitian) Tabel 5.9 Motif Parisuthe Thewen Niire. (Sumber: diolah dari hasil penelitian) Tabel 5.10 Motif Kyrie Eleison. (Sumber: diolah dari hasil penelitian)


(19)

ABSTRACT

Padhu (padhe) is a song that is used in rituals and worship Tamils, Indian language as praise or worship of the Most Great. Padhu consists of 5 (five) was applied in a part of worship at Holy Trinity Anglican Church. Holy Trinity Anglican Church is located in the city of Medan is a church Tamils originating from India. The church often uses Padhu in the process of worship.

Holy Trinity Anglican Church is a place of worship Christianity Tamils who have moved beliefs of Hinduism into Christianity. Moreover, the procedures for worship at Holy Trinity Anglican Church has similarities to the Protestant and Catholic churches into one unique in the religious. Pastor Moses Alegesan is the head of the Church, using Indian Tamil culture in the form of language, music and singing padhu to perform procedures such as entering the church in worship barefoot, kneel, pray, and praise and glorify God in Christianity.

Through ordinances (liturgy) worship the Holy Trinity Anglican Church which uses padhu in worship tribe Tamil. The author sees the role padhu very important, as a medium for the church to praise and glorify God in Christianity in the Holy Trinity Anglican Church. In this case I would look at the functions and applications hymns or chants padhu on tribal governance Tamil worship event. Then write (transcription) songs in notation with western music analysis method. The authors also look at Holy Trinity Anglican Church worship that use the songs in worship. Moreover, the author will translate songs with lyrics or the meaning of the Tamil Indian language into Indonesian language.

The method used in this study is a qualitative method and results are obtained is a hymn writer, text and liturgical worship in the church of Holy Trinity in transcription in the notation for later in the analysis and examine the meaning of the lyrics in the song of the religious padhu.


(20)

INTISARI

Padhu (padhe) adalah sebuah nyanyian yang digunakan dalam ritual maupun peribadatan suku Tamil, berbahasa India sebagai pujian atau penyembahan kepada yang Maha Besar. Padhu terdiri dari 5 (lima) bagian diaplikasikan dalam sebuah peribadatan di Gereja Anglikan Holy Trinity. Gereja Holy Trinity terletak di kota Medan adalah sebuah Gereja suku Tamil yang berasal dari Negara India. Gereja tersebut sering sekali menggunakan Padhu dalam proses peribadatannya.

Gereja Anglikan Holy Trinity adalah sebuah tempat peribadatan agama Kristen suku Tamil yang telah berpindah kepercayaan dari agama Hindu menjadi agama Kristen. Terlebih lagi tata cara peribadatan di Gereja Holy Trinity memiliki kesamaan terhadap gereja Kristen Protestan dan Khatolik menjadi sebuah keunikan tersendiri dalam peribadatannya. Pastor Moses Alegesan adalah pimpinan dari Gereja tersebut, menggunakan budaya India Tamil baik berupa bahasa, musik maupun nyanyian padhu untuk melakukan tata cara dalam peribadatan seperti memasuki Gereja tanpa alas kaki, berlutut, berdoa, serta memuji dan memuliakan Tuhan secara keKristenan.

Melalui tata cara (liturgy) peribadatan Gereja Holy Trinity yang menggunakan

padhu dalam peribadatan suku India Tamil. Penulis melihat peranan padhu sangat penting, sebagai media bagi jemaat untuk memuji dan memuliakan Tuhan secara keKristenan di Gereja Anglikan Holy Trinity. Dalam hal ini penulis akan melihat fungsi dan penerapan-penerapan lagu-lagu pujian atau nyanyian padhu pada tata acara peribadatan suku India Tamil. Kemudian menuliskan (transkripsi) lagu-lagu tersebut dalam notasi balok dengan metode analisis musik barat. Penulis juga melihat peribadatan Gereja Holy Trinity yang menggunakan lagu-lagu tersebut dalam peribadatan. Terlebih lagi penulis akan menterjemahkan lagu-lagu dengan lirik atau makna bahasa India Tamil kedalam bahasa Indonesia.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah adalah metode kualitatif dan hasil yang didapat penulis adalah sebuah nyanyian, teks serta liturgi peribadatan di gereja Holy Trinity untuk ditrankripsi dalam notasi kemudian di analisis serta mengkaji makna dari lirik nyanyian padhu dalam peribadatannya.


(21)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Nyanyian dalam sebuah tata cara (liturgy) peribadatan Gereja merupakan media bagi jemaat untuk mengucap syukur atas segala anugerah Tuhan terhadap manusia dan alam semesta. Nyanyian bagi Gereja juga menjadi media pengaminan akan karya agung Yesus Kristus yang melepaskan manusia dari belenggu dosa dan menjadi indikator yang penting dalam peribadatan. Proses pengaplikasian nyanyian dalam sebuah peribadatan sering sekali disampaikan melalui sebuah musik iringan yang di syairkan dalam sebuah doa yang dapat melahirkan suasana penuh hikmat dalam pelaksanaan liturgi Gereja.

Padhu1

Padhu memiliki peranan penting sebagai salah satu media pemujaan terhadap Tuhan. Hal ini menunjukan bagi suku Tamil pemujaan adalah sesuatu yang mutlak (padhe) adalah sebuah nyanyian untuk sebuah peribadatan suku Tamil dalam bahasa India, untuk menyatakan sebuah pujian atau penyembahan kepada Tuhan dalam sebuah peribadatan di Gereja Anglikan Holy Trinity. Gereja Anglikan Holy Trinity yang terletak di kota Medan adalah sebuah Gereja suku Tamil yang berasal dari Negara India. Gereja Anglikan Holy Trinity sering sekali menggunakan


(22)

dan merupakan tujuan dari setiap nyanyian untuk melakukan peribadatan. Hal ini dilakukan bukan saja dengan mulut melalui sebuah nyanyian, tetapi juga dengan hati, pikiran, dan kemauan dimana segenap diri ditujukan memuji dan memuliakan Tuhan. Hal ini menunjukan bahwa padhu atau nyanyian bagi suku Tamil dalam tata cara peribadatan adalah sebagai ungkapan syukur atas besarnya karya Tuhan.

Padhu bagi suku Tamil adalah nyanyian (yang mencakup melodi dan harmoni) yang membuat kata-kata menjadi lebih hidup, tulus, dan lebih bersungguh-sungguh. Terlebih lagi sebuah nyanyian yang dibawakan dengan teknik vokal yang baik dan maksimal akan memunculkan ekspresi yang yang tepat dan sesuai bagi seorang jemaat. Oleh karena itu untuk dapat menyanyikan lagu Gereja dengan ekspresi yang baik, dibutuhkan upaya menginterpretasi nyanyian melalui makna syairnya.

Padhu bagi suku Tamil terdiri dari 5 (lima) bagian: Kirtena yaitu nyanyian tradisional India Tamil yang tidak tersusun dalam notasi barat, dapat dikatakan sebuah nyanyian dari rakyat India Tamil, Bajena yaitu nyanyian yang dinyanyikan dengan cara bersahut-sahutan (Resitativo), Tuthi padhu yaitu jenis nyanyian puji-pujian atau penyembahan yang sifatnya kepada pemujaan kepada yang maha Agung, Sanggirdena yaitu jenis nyanyian mazmur yang meriah dan biasanya diikuti oleh tari-tarian, Paamalai yaitu jenis lagu puji-pujian India Tamil yang sudah tersusun dalam bentuk notasi barat, kemudian disusun kedalam buku Hymnal.


(23)

Padhu atau nyanyian yang berbahasa suku Tamil tidak diaplikasikan seluruhnya dalam sekali ibadah, namun dipilih oleh pemimpin pujian (worship leader)2

Terlebih lagi Gereja Anglikan Holy Trinity menggunakan nyanyian Padhu,

ketika melakukan kegiatan dalam acara besar seperti merayakan hari Ibu, Natal, dan Paskah atau 1 (satu) minggu setiap 1(bulan) diadakannya ibadah yang bernuansa budaya suku Tamil. Dengan demikian padhu lebih sering dipakai dibandingkan dengan lagu yang lain. Padhu sering sekali diiringi oleh alat musik tradisional India Tamil seperti Tabla, Biola, sitar dan alat musik lainnya yang dipakai sesuai dengan karakteristik Gereja yang melakukan peribadatan dengan mengaplikasikan peran budaya dalam penerapannya. Hal ini dilakukan untuk mengajak lebih banyak lagi masyarakat India Tamil agar mau dan tertarik untuk datang mengikuti ibadah dan mendengarkan firman Tuhan secara keKristenan.

yang bertugas. Biasanya padhu diambil 2 (dua) atau 3 (tiga) lagu saja untuk peribadatan Gereja Anglikan Holy Trinity sesuai dengan tema peribadatan pada tiap minggunya, baik pada tuthi padhu lagu yang ceria biasanya bertempo cepat, Pamalai

untuk sebuah penyembahan, dan Bajena yang dilakukan bersahut-sahutan biasanya dilakukan dalam doa yang dibawakan dalam sebuah lagu, selebihnya adalah lagu yang berbahasa Indonesia dan dicampur dengan lagu yang berbahasa Inggris.

Dalam setiap peribadatan di Gereja Anglikan Holy Trinity seluruh nyanyian dihimpun dalam suatu buku lagu (buku kumpulan nyanyian rohani). Buku lagu


(24)

tersebut dilengkapi dengan lirik dan notasi, lagu-lagu tersebut dimainkan dengan iringan alat musik seperangkat band, terkadang dapat berisi notasi musik iringan secara lengkap untuk seluruh nomor lagu yang ada pada buku lagu Gereja Anglikan Holy Trinity. Hal ini memiliki kesamaan terhadap buku lagu di Gereja lainnya seperti Katholik buku kidung jemaat, Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) yaitu buku

ende, Gereja Bethany Indonesia (GBI) yaitu Kidung Jemaat, Gereja Protestan Indonesia Barat (GPIB) maupun Gita Bhakti.

Nyanyian ibadah dan musik gereja merupakan dua jenis kegiatan yang sering digunakan dalam peribadatan Jemaat. Fungsi nyanyian ibadah dan musik dalam sebuah peribadatan untuk melayani jemaat yang ingin memuji dan memuliakan Tuhan. Nyanyian bagi India Tamil di Gereja Anglikan Holy Trinity lebih kepada mengungkapkan isi hatinya dan perasaannya melalui sebuah nyanyian, umat mengungkapkan kesiapannya menghadap Tuhan, mengaku dosa, memohon pengampunan, mengucap syukur serta memohon berkat dan penyertaan Tuhan. Nyanyian dalam ibadah adalah nyanyian umat bukan nyanyian satu atau sekelompok orang. Oleh sebab itu dalam hal menyanyikan sebuah lagu, nyanyian umat harus lebih diutamakan khususnya padhu dalam peribadatan di Gereja Anglikan Holy Trinity suku India Tamil.

Musik Gereja merupakan ekspresi ungkapan isi hati manusia terhadap Tuhan di dalam ibadahnya dengan suara maupun alat (instrumen) sebagai penunjang suara


(25)

hati umat. Setiap orang mempunyai berbagai ekspresi emosi, dimana ekspresi emosi umat itu memerlukan sebuah saluran. Saluran bagi ungkapan emosi manusia dapat berupa gerakan badan atau vokal Nya dengan nyanyian syukur, bersorak-sorak bagi-Nya dengan nyanyian mazmur.” Jadi tekanan untuk datang mendekat kepada Allah melalui nyanyian atau musik itu mendapat tekanan yang sangat sentral dan utama. Allah berkenan menganugerahkan nyanyian dan musik agar kita dapat menggunakannya untuk mengungkapkan ekspresi dan kreatifitas kita dalam menyembah dan memuji kemuliaan-Nya di dalam ibadah kita kepada-Nya. Alkitab menganjurkan agar umat Kristen menyanyikan mazmur, nyanyian rohani dan puji-pujian bagi Tuhan seperti yang terdapat dalam Efesus 5:18-21, Kolose 3 : 16, I Korintus 14:15, dan Yakobus 5 : 13. Nyanyian ibadah musik itu lahir dari pengalaman spiritual manusia. Ayat-ayat inilah yang menjadi pedoman bagi suku India Tamil dalam melakukan peribadatan melalui sebuah nyanyian di Gereja Anglikan Holy Trinity.

Gereja Anglikan Holy Trinity adalah sebuah gereja yang menganut agama Kristen bagi suku Tamil, dengan tata cara ibadah yang menggabungkan peribadatan Gereja Khatolik dan Protestan. Hal ini terlihat dari tata cara peribadatannya. Persamaan peribadatan Gereja Anglikan Holy Trinity dengan peribadatan Gereja Khatolik melalui penyembahan yang dilakukan dengan bersujud dilantai untuk berdoa kepada Tuhan. Kemudian nyanyian doa yang dilakukan secara bersahut-sahutan (Resitativo) antara jemaat dengan pastor manjadi bagian yang sama dalam


(26)

peribadatan antara Gereja Khatolik dan Gereja Anglikan. Nyanyian doa yang bersahut-sahutan tersebut bagi suku tamil disebut dengan bajen atau Bajena. Bajena

digunakan terhadap peribadatan suku Tamil yang beragama Kristen dengan menyembah Yesus Kristus dan sebuah ritual suku Tamil yang beragama Hindu dengan menyembah Dewa.

Terlebih lagi persamaan Gereja Anglikan terhadap peribadatan Gereja Protestan yang dilakukan secara berdiri, bertepuk tangan, menari serta melompat dalam pemujaannya, menjadi persamaan yang cukup jelas terlihat pada Gereja Anglikan Holy Trinity, serta alat musik yang menggunakan band seperti keyboart, gitar, bass dan drum, uniknya memiliki persamaaan terhadap pemimpin penyembahan (Song Lidear) dan beberapa penyanyi di mimbar sebagai penyanyi latar (backing Vocal).

Permasalahannya adalah Gereja Anglikan Holy Trinity tidak mengakui persamaan tersebut dan menyatakan bahwa gereja suku Tamil memiliki tata cara ibadah tersendiri untuk memuji memuliakan Tuhan Yesus Kristus melalui sebuah budaya, tanpa melihat prosesi ibadah Gereja Khatolik dan Prostestan. Gereja Anglikan Holy Trinity menggunakan dua bahasa dalam peribadatannya yaitu bahasa India suku Tamil dan bahasa Indonesia.

Istilah Anglikan berasal dariEcclesia

Anglicana yang berarti Gereja. Berpusat di Negar


(27)

Teologis yang dikembangkan oleh merupakan sebagai bagian dari bersifat Katolik dan pada saat yang sama juga Reformatoris. Bagi beberapa pemeluknya, Gereja ini mewakili Katolisisme tanpa seorang paus, Gereja ini juga mewakili Protestanisme, identitas dirinya ini mewakili suatu kombinasi dari keduanya. Gereja Anglikan Holy Trinity merupakan salah satu dari bagian Komuni Anglikan.

Gereja adalah komunitas yang saling berbagi dengan setiap orang dengan memberi sesuai dengan kemampuannya. Gereja adalah tempat setiap orang dalam menemukan belas kasih dan saling menerima. Gereja menjadi sebuah wadah komunitas penyembuhan yang mendorong tiap orang untuk menjadi manusia seutuhnya dan sempurna. jika semua anggota menyadari bahwa situasi hidup mereka yang kurang baik ini adalah bagian dari kasih karunia Allah maka dengan mengalami anugerah kesembuhan (Spirit) dari Allah, setiap anggota dapat menjadi saluran berkat yang luas bagi mereka yang membutuhkan.

Dalam komunitas yang saling memberi semangat dan mendidik banyak anggota atau jemaat mengalami perkembangan fisik dan psikologi. Sehingga pada akhirnya kekerasan dan masalah apapun yang menyangkut bagi seorang jemaat sesungguhnya itu merupakan penyakit bagi orang lain dapat diatasi secara baik. Sebagai suatu komunitas penyembuhan gereja tidak bersaing dengan agama lain, atau suku lainnya, sebab gereja memiliki potensi yang besar untuk memberi tempat bagi


(28)

dimensi sosial dan spiritual religius bagi manusia maupun dimensi fisik dan psikologis.

Demikian pula dari persoalan yang terjadi pada Jemaat Gereja Anglikan Holy Trinity pada hakekatnya mereka memiliki sebuah kebutuhan yang sepenuhnya tidak terpenuhi. Bila dilihat secara psikologi dan spiritual kebutuhan manusia yang pertama adalah kebutuhan diri, dimana terkandung kebutuhan untuk mendapatkan harapan, kebutuhan untuk memperoleh dukungan, semangat, dorongan dan motivasi. Kebutuhan untuk beradaptasi dalam situasi yang menimbulkan ketergantungan, kebutuhan untuk memperoleh martabat pribadi kebutuhan untuk mengekspresikan perasaan, kebutuhan untuk menerima dan mempersiapkan kematian, serta kebutuhan untuk bersyukur. Kebutuhan yang pertama ini sangat menyangkut kondisi mereka yang berasal dari suku India, sehingga juga mempengaruhi persoalan yang terjadi dalam bidang sosial.

Kebutuhan akan Tuhan pada suku Tamil, Kebutuhan bahwa Tuhan itu ada, kebutuhan bahwa Allah masih ada pada sisiku dan sisi mereka, kebutuhan untuk menyadari kehadiran Allah (melalui segala sesuatu yang dilihat, dirasakan dan dihayati), kebutuhan untuk melayani melalui kasih Allah yang tak bersyarat, kebutuhan untuk berdoa baik untuk diri sendiri maupun orang lain, kebutuhan untuk melayani Tuhan adalah hal yang yang sangat diprioritaskan dalam ibadah Gereja Anglikan Holy Trinity suku Tamil.


(29)

Terlebih lagi kebutuhan terhadap orang lain. Dimana terkandung kebutuhan akan persekutuan, mencintai dan melayani orang, mengakui kesalahan dan mengampuni orang lain, mempersiapkan kehilangan. Untuk itu perlu dipaham bersama bahwa hidup ini tidak menjanjikan kita lepas dari masalah, bahkan cinta yang kita milikipun penuh tantangan. Segala kesehatan dan ketidaksehatan kita juga persoalan yang terjadi adalah persoalan rahani. Begitu juga dengan kehidupan rohani tidak menjanjikan kita lepas dari masalah, adalah pola pikir Jemaat pada Gereja Anglikan Holy Trinity.

Gereja Anglikan Holy Trinity adalah sebuah tempat peribadatan agama Kristen suku Tamil yang telah berpindah kepercayaan dari agama Hindu pada agama Kristen. Gereja Anglikan Holy Trinity ini berpusat di Singapura dan mempunyai cabang didaerah maupun beberapa Negara lainnya, seperti Singapura, Inggris, Hanoi, Kuching, Sabah, Malaysia, Brunei, Sarawak, dan lainnya. disetiap ibadah yang dilaksanakan tidak ada yang bernuansa kebudayaan, hanya di Gereja Anglikan Holy Trinity di Kota Medan ini yang satu-satunya menggunakan konsep kebudayaan dalam peribadatannya.

Pastor Moses Alegesan, MA adalah seorang pimpinan tertinggi di Gereja Anglikan Holy Trinity Medan, Pastor Moses dibesarkan dan dididik dalam sebuah budaya India suku Tamil dalam agama Hindu. Pastor Moses sangat berperan aktif terhadap penyebaran agama Kristen bagi suku Tamil di India. Pastor moses juga menggunakan budaya India Tamil yang berupa bahasa, musik atau nyanyian padhu


(30)

dalam peribadatan-peribadatan untuk memuji Tuhan dalam agama Kristen di Gereja Anglikan Holy Trinity. Komunitas masyarakat India Tamil sangat taat dengan agama asli mereka, yaitu agama Hindu. Masyarakat Kristen India Tamil sebagian menganut Katolik dan Kristen protestan, serta Kristen Anglikan. Gereja-gereja di kota Medan dan sekitarnya telah mengakui keberadaan mereka khususnya kepada mereka yang sudah menganut agama Kristen.

Jemaat India Tamil di Gereja Holy Trinity Anglikan memiliki hubungan yang baik antar Gereja dengan Gereja-gereja lainnya seperti Methodist, GKII, Khatolik dan juga Kharismatik. Mengikuti kegiatan-kegiatan kerohanian yang diadakan Gereja Anglikan maupun gereja lainnya. Bahkan tidak jarang dalam kegiatan keGerejawian yang diadakan di kota Medan, Gereja ini diundang secara khusus untuk menampilkan sebuah pujian dan persembahan melalui tarian India dan musik-musik Rohani Kristen yang berciri khas India Tamil.

Masyarakat Kristen India Tamil di Gereja Anglikan Holy Trinity sebagian besar tetap aktif dalam menjalankan beberapa ritual adat dalam suku Tamil yang sesuai dengan ajaran Kristen pada dasarnya. Seperti upacara kematian, yang digabungkan dengan liturgi Gereja Anglikan. Sehingga hubungan antara agama serta adat budaya masih melekat erat walaupun mereka sudah menjadi Kristen. Namun sebagian permasalahan kondisi demikianlah hubungan masyarakat Kristen India Tamil dengan sesama sukunya yang masih menganut agama Hindu pun mengalami banyak masalah.


(31)

Suku India Tamil yang memiliki fanatik terhadap sebuah keagamaan, dimana jika seorang dari suku Tamil beragama Hindu berpindah agama (dimana itu sebagai agama asli dari budaya dan adat istiadat mereka) menjadi agama Kristen, atau agama lainnya seperti Islam dan budha, mereka sudah tidak dianggap orang India Tamil dan tidak dapat mengikuti acara adat, budaya dari kesukuan Tamil sendiri. Hal ini dikarenakan perpindahan sebuah agama adalah sebuah penyimpangan dari norma adat-istiadat bagi nenek moyang mereka sebagai orang India. Permasalahan ini hanya jika mereka tetap beragama Hindu, mereka akan tetap diakui dalam komunitas suku Tamil. Ironisnya tindakan seperti inilah akhirnya menimbulkan banyak konflik. baik antara masyarakat Kristen India Tamil dengan masyarakat India Tamil yang beragama Hindu.

Sebagaimana dikemukakan penulis terhadap pengaruh musik dan nyanyian

padhu terhadap peribadatan di Gereja Anglikan Holy Trinity kesukuan Tamil di kota medan, menjadi hal yang akan di teliti oleh penulis, keberadaan musik dan nyanyian memiliki peranan yang sangat penting digereja Anglikan Holy Trinity tesebut. Musik berperan sebagai media atau sarana bagi jemaat untuk memuja, menyembah, memuliakan, mencurahkan isi hati dan mengucap syukur kepada Tuhan atas segala berkat dan keselamatan yang diberikan kepada seluruh umat manusia. Nyanyian Gereja merupakan jalan atau cara bagi manusia untuk secara langsung dapat mengucapkan isi hatinya atas segala rahmat, anugerah dan berkat Tuhan kepada segenap manusia. Getaran jiwa atau jeritan hati, kerinduan, dan kebahagiaan setiap


(32)

individu yang disampaikan melalui sebuah nyanyian dengan iringan musik atau tanpa iringan musik (acapella), nyanyian yang dibawakan dan ditampilkan dengan teknik vokal yang baik secara maksimal, dengan sendirinya akan memunculkan ekspresi yang yang tepat sesuai dengan jiwa nyanyian. Oleh karena itu untuk dapat menyanyikan sebuah lagu gereja dengan ekspresi yang baik, dibutuhkan latihan-latihan yang teratur dan berkesinambungan yang berlanjut dengan upaya menginterpretasi nyanyian melalui makna syairnya. Latihan tersebut mencakup teknik pernafasan, pembentukan suara, artikulasi, frasering, dan berbagai pengetahuan lainnya yang berkaitan dengan teknik vokal.

Kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan komunikasi pada saat ini memungkinkan nyanyian jemaat pada buku lagu dapat dinyanyikan di luar tata cara peribadatan, hal ini mengakibat fungsi dan keagungan dari nyanyian tersebut menjadi hilang dan kurang bermakna. Mungkin nyanyian jemaat jauh lebih indah dan merdu bila dinyanyikan oleh penyanyi dalam bentuk solo maupun paduan suara. Permasalahan ini menjadi dasar yang cukup dan harus dimengerti oleh Jemaat Kristen terlebih di Gereja Anglikan Holy Trinity.

Nyanyian Jemaat merangkai unsur-unsur liturgi dalam sebuah peribadatan yang melibatkan tata ibadah satu dengan yang lainnya, sehingga membentuk sebuah suasana sakral dalam peribadatan. Tata cara peribadatan yang baik dilakukan apabila nyanyian jemaat dibawakan secara baik dan benar. maka pemilihan sebuah nyanyian dalam peribadatan harus sesuai dengan tema peribadatan, serta sesuai dengan maksud


(33)

dari unsur peribadatannya seperti nyanyian vokal grup, paduan suara, penyanyi, dan juga iringan dari instrumentalis.

Permasalahannya adalah tidak sedikit pelayan di sebuah gereja baik dari pemain musik dan pemimpin pujian melakukannya bukan sebagai jembatan memuji dan memuliakan tuhan tetapi menjadikan musik atau nyanyian sebagai tontonan pertunjukan pada Jemaat dalam peribadatan. Hal ini akan mengakibatkan peribadatan menjadi kurang baik dan dianggap bertele-tele, yang dipenuhi oleh embel-embel tata cara peribadatan.

Nyanyian Jemaat mengandung fungsi dan peran simbolis. nyanyian mengungkapkan makna terdalam dari sikap iman Gereja. Dengan demikian ada unsur pemberitaan dalam sebuah nyanyian jemaat. Sehubungan dengan itu dengan tetap mengindahkan lagu, syair nyanyian, menjadikan peran sebuah nyanyian dalam peribadatan sangat besar. Hal ini perlu menjadi perhatian bagi para komponis, pencipta, dan penerjemah nyanyian Jemaat. agar ketrampilan, keahlian, dan pengetahuan tentang bentuk susunan syair sangat diperlukan dan lebih diutamakan.

Nyanyian jemaat memperoleh maknanya dari pelayanan liturgi. Maksud nyanyian jemaat diciptakan dan dinyanyikan tidak terlepas dari maksud liturgi dilayankan. Nyanyian jemaat lahir dari liturgi, nyanyian tersebut berperan untuk melayani sebuah periibadatan sehingga menjadi khidmat. Ini merupakan tantangan bagi para pemusik agar menciptakan nyanyian untuk keperluan yang sesuai dengan peribadatan. Paduan suara Gereja dan para penyanyi Gereja diajak untuk kembali


(34)

kepada fungsinya, yakni sebagai pelayan ibadah bukan sebagai orang pertunjukan yang memainkan musik dan menyanyikan lagu dengan kepiawaiannya.

Berdasarkan maksud kemunculannya, fungsi nyanyian Jemaat di dalam liturgi adalah sebagai alat pengajaran dan tanggapan Gereja. Fungsi yang tepat melahirkan kesaksian dan pemberitaan Gereja kepada dunia. Paduan suara, vokal grup, penyanyi-penyanyi ahli, para pakar musik gereja, song leader, sound system, Imam atau Pendeta, dan sebagainya saling mendukung satu sama lain dalam sebuah peribadatan. Agar sebuah peribadatan dapat berjalan dengan baik pada prosesnya.

1.2 Rumusan Masalah

Melalui tata cara (liturgy) yang terdapat dalam peribadatan Gereja Anglikan Holy Trinity penulis akan melihat fungsi dan penerapan-penerapan lagu-lagu pujian atau nyanyian padhu pada tata acara peribadatan suku India Tamil. Kemudian menuliskan (transkripsi) lagu-lagu tersebut dalam notasi balok dengan metode analisis musik barat. Penulis juga melihat peribadatan Gereja Anglikan Holy Trinity yang menggunakan lagu-lagu tersebut dalam peribadatan. Terlebih lagi penulis akan menterjemahkan lagu-lagu dengan lirik atau makna bahasa India kedalam bahasa Indonesia.

Semua penelitian ini dilakukan penulis melalui transkripsi atau notasi balok dari lagu-lagu atau padhu yang digunakan dalam peribadatan gereja Anglikan Holy Trinity, yang diambil dari buku lagu gereja tersebut dan melihat peranan padhu pada


(35)

India Tamil dalam peribadatan keKristenan. banyak permasalahan yang terdapat dalam

penelitian ini, tetapi pokok permasalahan atau pertanyaan yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana tata cara peribadatan Gereja Anglikan Holy Trinity.

2. Bagaimana peranan nyanyian padhu terhadap liturgi peribadatan Gereja Anglikan Holy Trinity.

3. Bagaimana analisis musikal dan tekstual pada sebuah nyanyian (padhu) dalam peribadatan di Gereja Anglikan Holy Trinity.

Pokok masalah tersebut nantinya akan dijawab dengan jawaban-jawaban yang bersifat deskriptif analitis oleh penulis melalui penelitian di Gereja Anglikan Holy Trinity yang terletak dikota Medan.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan penelitian

Tujuan dari penelitian melalui peribadatan suku India Tamil di Gereja Anglikan Holy adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui analisis musikal dan tekstual, struktur pahdu dalam peribadatan Gereja Anglikan Holy Trinity.

2. Untuk mengetahui peranan nyanyian padhu dalam peribadatan gereja Anglikan Holy Trinity suku India Tamil.


(36)

3. Untuk mengetahui tata cara peribadatan masyarakat India Tamil terhadap peribadatan kekristenan di Gereja Anglikan Holy Trinity.

1.3.2 Manfaat penelitian

Manfaat yang diambil dari penelitian diwujudkan dalam bentuk tesis ini adalah sebagai berikut:

1. Menambah referensi tentang peranan nyanyian di Gereja, suku Tamil, dan peribadatan.

2. Sebagai bahan masukan bagi pembaca khususnya Mahasiswa, Pelajar, Pemusi Gereja dan Budayawan agar dapat mengetahui peranan nyanyian dalam peribadatan.

3. Menambah pengetahuan bagi penulis, mahasiswa, pelajar, suku tamil, budayawan, terhadap peribadatan.

4. Penelitian ini akan bermanfaat untuk pengembangan kesenian khususnya nyanyian atau vocal dalam konteks seni musik di Indonesia.

5. Memperluas pengetahuan dan wawasan penulis dalam mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama masa studi di pasca sarjana pengkajian dan penciptaan seni.

1.4 Studi Kepustakaan

Hal pertama yang penulis lakukan adalah melakukan studi kepustakaan dengan cara mempelajari tulisan-tulisan yang berhubungan dengan objek


(37)

pembahasan. Penulis mencari dan mengumpulkan informasi dan referensi dari skripsi dan tesis yang ada. Selain mempelajari bahan-bahan yang diperoleh dari skripsi dan tesis yang telah ada, penulis juga mempelajari bahan lain seperti buku dan artikel maupun jurnal untuk memperjelas penulisan tesis penulis.

Penulis juga sangat terbantu dengan adanya kemajuan internet yang sangat cepat saat ini, yang bisa menyediakan banyak informasi apa saja yang kita inginkan dalam waktu singkat. Dengan melakukan penelusuran data online di situs www.google.com, penulis mendapat banyak anjuran-anjuran situs lain seperti www.wikipedia.com, repository USU, dokumen PDF, dan lain-lain. Semua informasi dan data yang didapat baik melalui tesis, skripsi, buku, artikel dan internet membantu penulis untuk mempelajari dan membandingkannya demi kesempurnaan penulisan tesis ini nantinya.

Ada pun acuan skripsi, tesis, jurnal maupun buku yang membantu tentang penelitian ini tesis adalah sebagai berikut:

Skripsi Atman Jeremiah dengan judul “Penyajian Kitab Ende-enden dalam Liturgi Kebaktian Gereja Batak Karo Protestan Jalan Jamin Ginting Km. Padang Bulan Medan” mejelaskan peranan nyanyian terhadap peribadatan Gereja Batak Karo Protestan merupakan salah satu Gereja etnis yang berkembang di Indonesia dan didominasi oleh Jemaat yang beretnis Karo, walaupun ada beberapa Jemaat yang tidak beretnis Karo. Seperti uraian sebelumnya lagu ataupun nyanyian merupakan hal yang penting dalam sebuah peribadatan yang digunakan jemaat, begitu juga dengan


(38)

jemaat GBKP. GBKP Km. 7 Jalan Jamin Ginting Padang bulan medan. Di dalam kebaktian, Jemaat biasa menyanyikan kidung jemaat selama kebaktian berlangsung. Di GBKP, ada beberapa kidung nyanyian yang digunakan, salah satu kidung nyanyian adalah yang dikumpulkan dalam satu buku yang sering disebut Kitab Ende-Enden (KEE). Kitab Ende-Enden merupakan buku kidung pujian dengan mengumpulkan lagu-lagu nyanyian yang diadaptasi dari musik barat dan mengubah syairnya menjadi bahasa Karo. Lagu-lagu yang ada pada KEE juga terdapat pada beberapa gereja lain, salah satunya adalah gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) yang didominasi oleh Jemaat bersuku Batak Toba. Terdapat banyak kesamaan lagu yang dinyanyikan, perbedaannya biasa hanya terletak pada bahasa yang biasa diubah dalam bahasa daerah masing-masing. Lagu-lagu dalam KEE merupakan adaptasi dari Kidung Jemaat, sehingga melodi yang digunakan banyak mengikuti sistem melodi musik barat. Terdapat 212 judul lagu dalam Kitab Ende-Enden (KEE), dan telah disepakati untuk digunakan dalam tata ibadah jemaat di seluruh Gereja Batak Karo Protestan yang tersebar di Indonesia. Skripsi tersebut membantu penulis melihat peranan nyanyian dalam peribadatan di Gereja dengan ke etnisan suku Karo.

Tesis Vanesia dengan judul “Analisis Interelasi Guru Sibaso, Musik, dan Trance Dalam Upacara Erpangir ku lau Pada Masyarakat Batak Karo. Tesis ini menceritakan tenatang Pemena yang merupakan agama lokal masyarakat Karo sebelum adanya persebaran Islam dan Kristen di nusantara, selanjutnya masyarakat


(39)

Pemena mengenal adanya ritus pembersihan diri oleh masyarakat karo diyakini sebagai upacara ritual yang bertujuan untuk membersikan dan menyucikan diri yang disebut upaca ritual Erpangir ku lau yang menjadi bagian dari adat suku Karo. Kemudian Guru Sibaso adalah seorang perempuan yang memimpin dan menjadi media komunikasi upacara ritual antara manusia dan roh nenek moyang mereka. Upacara tersebut dengan menggunakan musik guru sibaso dapat menari dengan bebas sehingga guru tersebut dirasuki roh nenek moyang mereka. Tesis Vanesia tersebut membantu penulis melihat peranan musik tidak hanya dalam peribadatan tetapi dalam upacara ritual.

Tesis Roy Hutagalung dengan judul “ Trio pada Musik Populer Batak Toba Analisis Sejarah, Fungsi dan struktur musik” tesis ini mengkaji tiga aspek di dalam musik trio pada Batak Toba, yang mencakup aspek: (a) sejarah, (b), fungsi, dan (c) struktur musik vokalnya. Untuk mengkaji aspek sejarah penulis menggunakan teori kontinuitas dan perubahan. Kemudian untuk mengkaji fungsi musik trio di dalam musik populer pada kebudayaan Batak Toba ini penulis menggunakan teori penggunaan dan fungsi yang ditawarkan oleh Merriam (1964). Di sisi lain, untuk mengkaji struktur musik vokal trio ini penulis menggunakan teori bobot tangga nada yang ditawarkan Malm (1977) dan teori harmoni. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa trio lahir pada masyarakat Batak Toba secara berkelanjutan mengalami perubahan di berbagai aspek kehidupan, perubahan di sektor teknologi, politik, ekonomi, pendidikan dan khususnya perubahan di sector agama, perubahan sosial


(40)

mendorong perubahan produk kebudayaannya. Trio bagi masyarakat Batak Toba hingga sekarang tetap melekat dalam aktivitas kehidupannya di manapun mereka berada. Tesis ini membantu penulis melihat peranan musik tidak hanya dalam peribadatan tetapi dalam kebudayaan masyarakat yang berkembang menjadi insdustri musik di indonesia

1.5 Konsep dan Teori 1.5.1 Konsep

Konsep yang terpenting digunakan dalam penelitian ini adalah peranan pahdu terhadap peribadatan suku Tamil dalam agama kekristenan di Gereja Anglikan Holy Trinity dikota Medan dengan melihat peranan dari padhu yaitu nyanyian untuk peribadatan India di Gereja.

Padhu yang dimaksud oleh penulis adalah sebuah nyanyian yang digunakan dalam sebuah peribadatan suku Tamil yang berfungsi sebagai media pemujaan dan penyembahan terhadap tuhan di sebuah Gereja Anglikan Holy Trinity dikota Medan. Gereja adalah sebuah tempat berlangsungnya upacara peribadatan untuk melakukan pemujaan secara bersamaan terhadap Tuhan.

Nyanyian yang dimaksud oleh penulis adalah media tata cara peribadatan, nyayian tersebut dilakukan oleh pelayan di Gereja dengan jemaat ketika proses peribadatan berlangsung di sebuah Gereja. Anglikan Holy Trinity adalah nama Gereja suku India Tamil untuk memuji, berdoa, bersyukur, kepada tuhan Yesus Kristus.


(41)

Liturgi. Kata liturgi berasal dari bahasa Yunani, leitourgia. Secara harafiah kata ini berarti suatu karya yang dibaktikan kepada bangsa. Dalam perkembangannya, ketika kata ini diadopsi oleh bangsa-bangsa lain, kata leitourgia memiliki arti yang lebih luas, yaitu pelayanan ibadat. Dalam Kitab Suci, kata leitourgia berarti pelayanan imam, namun berkembang dan digunakan untuk menggambarkan makna keimaman Yesus. Imamat Yesus merupakan pelayanan yang sangat agung. Dalam perkembangan sejarah gereja, kata liturgi digunakan untuk menunjukkan aktivitas ibadat atau doa Kristiani. Di sini istilah liturgi sudah mulai dibatasi, hanya mencakup perayaan ibadat yang dilakukan oleh imam baik paus, uskup dan pastor. Di kalangan umat, liturgi biasa dipahami sebagai upacara atau upacara publik gereja. Dalam hal ini berbicara mengenai liturgi adalah tentang urutan upacara, para petugas, peralatan yang harus ada, dan sebagainya.

Liturgi yang dimaksud adalah penulis adalah sebuah peribadatan untuk penyembahan terhadap tuhan di Gereja Anglikan Holy Trinity yang menganut agama Kristen dilakukan setiap hari Minggu, peribadatan ini di lakukan pada sebuah Gereja kesukuan yang berjemaatkan suku Tamil dari India.

Analisis struktur musikal dan tekstual. Malm mengemukakan bahwa setiap susunan bunyi, dapat dianggap dan dipelajari sebagai musik, bila susunan bunyi tersebut merupakan kombinasi antara elemen-elemen nada, ritem, dan dinamika. Ditinjau dari pendapat Malm, maka ke lima nyanyian tetap/ padhuini dapat dianggap musik karena didalamnya terdapat elemen-elemen musik. Sedangkan tekstual adalah


(42)

hal-hal yang berkaitan dengan kata-kata yang terdapat pada musik. Marriam mengatakan bahwa teks merupakan bagian integral dari musik. Teks dapat menggambarkan perilaku manusia, dan teks juga merupakan 16 perilaku bahasa, tetapi bahasa yang digunakan pada musik berbeda dengan bahasa yang dipergunakan sehari-hari. Berkenaan dengan pendapat Malm, maka analisis tekstual pada nyanyian

ordinarium adalah dengan menterjemahkan teks nyanyian padhu dari bahasa India suku Tamil menjadi bahasa Indonesia, serta mengungkap makna yang terkandung didalamnya.

1.5.2 Teori

Teori merupakan alat yang terpenting dalam ilmu pengetahuan. Tanpa ada teori hanya ada pengetahuan tentang serangkaian fakta saja, tetapi tidak akan ada ilmu pengetahuan (Koentjaraningrat, 1973:10). Teori adalah landasan dasar keilmuaan untuk menganalisis berbagai fenomena. Teori adalah rujukan utama dalam memecahkan masalah penelitian di dalam ilmu pengetahuan. Sebagai pedoman dalam menyelesaikan tulisan ini penulis menggunakan beberapa teori yang berhubungan dengan pokok-pokok permasalahan yang akan dibahas dalam tulisan ini. Adapun teori yang penulis pergunakan, yaitu :

Untuk melihat Sistem upacara keagamaan, maka penulis menggunakan teori upacara yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat (2002:377) secara khusus mengandung empat aspek yang menjadi perhatian khusus dari para ahli antropologi ialah: (i)tempat upacara keagamaan dilakukan; (ii)saat upacara keagamaan


(43)

dijalankan; (iii) benda-benda dan alat upacara; (iv) orang-orang yang melakukan dan memimpin upacara. Aspek pertama berhubungan dengan tempat-tempat keramat di mana upacara dilakukan, yaitu makam, candi, pura, kuil, gereja, langgar, surau, masjid, dan sebagainya. Aspek kedua adalah aspek mengenai saat-saat beribadah, Aspek ketiga adalah tentang benda benda yang dipakai dalam upacara termasuk patung-patung yang melambangkan dewa-dewa, alat-alat bunyi-bunyian seperti lonceng suci, seruling suci, genderang suci dan sebagainya. Aspek keempat adalah aspek yang mengenai para pelaku upacara keagamaan, yaitu para pendeta, biksu, syaman, dukun, dan lain-lain. Upacara-upacara itu sendiri banyak juga unsurnya, yaitu(i) bersaji; (ii) berkorban; (iii) berdoa; (iv) makan bersama makanan yang telah disucikan dengan doa; (v) menari tarian suci; (vi) menyanyi nyanyian suci; (vii) berprosesi atau berpawai; (viii) memainkan seni drama suci; (ix) berpuasa; (x) intoksikasi atau mengaburkan pikiran dengan makan obat bius untuk mencapai keadaan trance, mabuk; (xi) bertapa; (xii) bersemedi.

Hubungan teks dengan melodi merupakan karakteristik yang sangat penting diperhatikan yakni hubungan antara musik (nada) dengan teks. Seperti yang dikemukakan oleh W.P Malm (1977:9). “Bila suatu not dipakai untuk masing-masing suku kata dari teks nyanyian tersebut disebut dengan silabis, dan jika suatu suku kata mempunyai beberapa buah not disebut dengan melismatis”. Dalam hal ini penulis juga membahas makna yang terkandung di dalamnya serta keterkaitan antara teks dan musik. Pendekatan teori yang penulis gunakan dalam mengungkapkan makna yang


(44)

terkandung dalam teks ordinarium ini menggunakan teori Semantik. Semantik berasal dari Bahasa Yunani, yaitu: semantikos yang berarti ‘Memberikan tanda’ dan berasal dari kata sema yang berarti ‘tanda’. 18 Semantik adalah cabang ilmu linguistik yang mempelajari makna yang terkandung pada suatu bahasa, kode, atau jenis representasi lain. Dalam hal ini penulis lebih memfokuskan pembelajaran tentang makna.

Untuk mengungkap perubahan yang terjadi dalam musik liturgi khususnya dalam ordinarium setelah adanya proses inkulturasi penulis menggunakan teori dari Alan P Merriam (1964:303). Dalam tulisannya tentang Musicand Culture is Dynamic di buku The Antropology of Music yang mengatakan “Culture change begins with the processes of innovation. Type of innovation is variation, invention, tentation, dan culture borrowing”. Alan P Merriam mengemukakan bahwa perubahan bias berasal dari lingkungan kebudayaan internal, dan juga bisa berasal dari luar kebudayaan eksternal. Perubahan yang timbul dari dalam dalam dan dilakukan oleh pelaku-pelaku kebudayaan itu sendiri, disebut dengan inovasi. Sedangkan perubahan eksternal merupakan perubahan yang timbul akibat pengaruh yang dilakukan oleh orang-orang dari luar lingkup budaya tersebut. Merriam menambahkan bahwa kelanjutan dan perubahan merupakan sebuah tema yang digunakan untuk memahami sifat stabil dan dinamis yang melekat dalam setiap kebudayaan. Berkaitan dengan fenomena ini, teori kebudayaan secara umum mengasumsikan bahwa setiap kebudayaan beroperasi


(45)

dalam kerangka waktu yang terus menerus mengalami kelanjutan, dimana variasi-variasi lain dan perubahan yang terjadi tidak dapat dielakkan. (1964: 305). 19

Teori Tangga nada (weighted scale) yang harus diperhatikan dalam menganalisis melodi, penulis mengacu pada teori Malm, (1977:7-9) yaitu ada delapan unsur melodi yang dapat digunakan untuk menganalisis, seperti: (1) tangga nada; (2) nada dasar; (3) wilayah nada; (4) jumlah nadanada; (5) jumlah interval; (6) pola-pola kadensa; (7) formula-formula melodik; (8) kontur. Analisis musik yang dilakukan adalah pada ke empat nyanyian ordinarium Batak Toba yaitu: Tuhan Kasihanilah kami, Kemuliaan bagi Allah, Kudus, dan Anak Domba Allah. Sedangkan Aku percaya (credo), termasuk dalam ordinarium, tidak dibahas dan dianalisis karena bagian ini sangat sering dilafalkan saja.

1.6 Metode Penelitian

Metode ilmiah adalah segala jalan atau cara dalam rangka ilmu tersebut, untuk sampai kepada kesatuan pengetahuan (Koentjaraningrat 1980: 41). Sedangkan penelitian adalah penyelidikan yang hati-hati dan kritis dalam mencari fakta dan prinsip-prinsip; suatu penyelidikan yang amat cerdik untuk menetapkan sesuatu (menurut kamus Webster’s New International dalam Moh. Nazir 1988: 13). Jadi, metode penelitian adalah cara kerja yang dipakai untuk menyelidiki fakta atau kenyataan yang ada dalam rangka memahami objek penelitian yang bersangkutan.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif . Langkah-langkah yang ditempuh di antaranya mengadakan studi


(46)

pustaka untuk mendapatkan sumber-sumber atau data yang diperlukan serta melakukan pendekatan musikologis terhadap sebuah nyanyian, Penelitian ini juga menggunakan pendekatan partisipan yang meneliti peribadatan suku Tami di Kota Medan.

1.7 Teknik Mengumpulkan Data

Untuk mengumpulkan data, dilakukan penelitian lapangan. Penelitian lapangan yang dimaksud disini adalah kegiatan yang penulis lakukan yang berkaitan dengan pengumpulan data di lapangan, yang terdiri dari observasi, wawancara, tahap analisis dan perekaman serta kerja laboratorium.

Pada tahap pengumpulan data, dikumpulkan data yang diperlukan yaitu buku-buku yang berisi peribadatan, Kristen anglikan, doa dalam peribadatan, peranan nyanyian terhadap sebuah peribadatan. Kemudian mengamati proses-proses peribadatannya dari kegiatan-kegiatan yang terdapat di Gereja Anglikan Holy Trinity, merekam proses wawancara terhadap berbagai pihak yang terlibat dalam penelitian penulis melalui penerapan nyanyian atau padhu dalam peribadatan India Tamil di Kota Medan., memvideokan proses peribadatan melalui padhu atau nyanyian di gereja Anglikan Holy Trinity, kemudian mengklasifikasikan dan memverifikasikan data yang didapat dari gereja Anglikan Holy Trinity.

1.7.1 Observasi

Pengumpulan data dengan cara observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan


(47)

penginderaan. Metode observasi menggunakan kerja pancaindera mata sebagai alat bantu utamanya selain pancaindera lainnya seperti telinga, penciuman, mulut dan kulit (Burhan Bungin 2007: 115).

Observasi yang dilakukan oleh penulis bertujuan untuk mengetahui langsung secara mendetail upacara peribadatan di Gereja Anglikan Holy Trinity serta mengetahui peranan nyanyian Pudhu dalam dalam peribadatan Gereja Anglikan Holy Trinity masyarakat India suku Tamil yang terdapat dikota medan. Selain melakukan pengamatan langsung dalam upacara peribadatan Gereja tersebut, penulis juga menjalin komunikasi dan persahabatan dengan pelaku upacara lainnya yang adalah masyarakat Tamil, jemaat, pelayan ibadah dan juga pimpinan (Pastor) di Gereja Anglikan Holy Trinity itu sendiri. Observasi yang dilakukan penulis adalah observasi langsung: yaitu langsung kepada Jemaat Gereja Anglikan Holy Trinity, melihat pelayan-pelayan tuhan yang aktif dalam peribadatan baik dalam penyembahan maupun melayani jemaat di Gereja tersebut.

1.7.2 Wawancara

Wawancara adalah salah satu metode yang dipakai untuk memperoleh data yang tidak didapat melalui observasi.

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alatyang dinamakan interview guide atau panduan wawancara (Moh. Nazir 1988: 234). “


(48)

“Format pertanyaan yang digunakan pada pedoman wawancara pada dasarnya sama dengan format pertanyaan kuesioner, yaitu berstruktur, tidak berstruktur, atau kombinasi keduanya. Bila ditinjau dari segi pelaksanaannya, wawancara berstruktur disebut juga wawancara terpimpin karena pewawancara telah membawa sederetan pertanyaan lengkap dan terperinci. Sebaliknya, wawancara tidak berstuktur disebut wawancara bebas karena pewawancaranya bebas menanyakan apa saja. Selain itu dikenal wawancara bebas terpimpin yaitu kombinasi antara wawancara bebas dan terpimpin. Di sini, pewawancara membawa pedoman yang hanya merupakan garis besar tentang hal yang akan ditanyakan.”

Metode wawancara yang digunakan penulis dalam pengumpulan data adalah wawancara berstruktur, tidak berstruktur, dan kombinasi keduanya. Langkah awal yang penulis lakukan adalah menyiapkan dan menyusun sejumlah pertanyaan yang terperinci sebelum bertemu dengan informan. Kenyataan di lapangan yang dihadapi penulis adalah sering kali pertanyaan-pertanyaan lain juga muncul selain dari pertanyaan yang sudah disiapkan sebelumnya akibat dari percakapan yang berkembang dari pertanyaan yang sudah disediakan dan rasa ingin tahu yang tinggi.

Dalam wawancara selanjutnya, penulis menggunakan wawancara kombinasi dengan menyiapkan pedoman yang merupakan garis besar tentang hal yang akan ditanyakan. Dalam penelitian ini penulis menentukan Daniel dan Kardik sebagai pelayan digereja tersebut, terlebih jemaat yang terdapat dalam gereja yang melakukan peribadatan sebagai informan kunci.

Penulis juga menentukan pastor Moses aligasan dan Anjena, selaku pimpinban dan Sekretaris Gereja Anglikan Holy Trinity sebagai informan pangkal yang memberikan informasi tentang informan kunci. Selain itu penulis juga mewawancarai pemain musik, dan beberapa jemaat yang hadir. Penulis menyadari


(49)

keterbatasan untuk mengingat setiap percakapan dengan para informan yang ditemui, untuk itu penulis memakai alat rekam aplikasi Handphone untuk merekam percakapan yang terjadi antara penulis dan informan.

Untuk memperoleh data-data yang tidak dapat dilakukan melalui observasi tersebut (seperti konsep etnosainsnya tentang estetika dan teknis musikalnya), penulis melakukan wawancara. Wawancara yang dilakukan adalah wawancara yang sifatnya terfokus yaitu terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan peranan nyanyian (padhu) lagu-lagu terhadap sebuah peribadatan Gereja Anglikan holy Trinity bagi suiku India Tamil. Pada tahap ini akan dilakukan wawancara kepada Jemaat Gereja Anglikan Holy Trinity, pendeta Gereja Anglikan Holy Trinity, suku tamil di gereja Anglikan Holy Trinity. Kemudian musisi yang memainkan musik Gereja Anglikan Holy Trinity yang sedang melayani peribadatan baik pada nyanyian (padhu) dan instrumen musik di gereja Anglikan Holy Trinity, guna mengetahui peranan nyanyian (padhu) terhadap peribadatan bagi suku India Tamil.

1.7.3 Tahap analisis

Dari data yang diperoleh, data yang telah terkumpul kemudian diklasifikasikan sesuai dengan jenisnya dan selanjutnya dilakukan analisis, untuk menjawab permasalahan-permasalahan, penerapan dan informasi yang di dapat penulis dalam peribadatan dalam penelitian untuk penulisan tesis.

1.7.4 Perekaman


(50)

perekaman. Perekaman musik dan wawancara serta memvideokan peribadatan di Gereja Anglikan Holy Trinity yang dilakukan dengan menggunakan tape recorder merk Sony TCM 70, yang diproduksi oleh PT. Sony Amc Graha Jakarta, dengan menggunakan kaset feroksida BASF dengan ukuranwaktu 60 menit (C-60). Untuk dokumentasi audiovisual, dipergunakan Handycam melalui kamera Nikon 7D.

1.7.5 Kerja Laboratorium

Pada tahapan kerja laboratorium, seluruh hasil kerja yang telah diperoleh dari studi kepustakaan dan dari penelitian lapangan diolah, direvisi, diseleksi, disaring untuk dijadikan sebagai data dalam analisis nyanyian dalam peribadatan di Gereja Anglikan Holy Trinity kemudian memenuliskan tentang apa yang dilakukan jemaat, pastor dan pelayan tuhan dalam peribadatannya di gereja tersebut.

Semua kegiatan dalam peribadatan tersebut di videokan dan wawancara direkam yang prosesnya tersebut direkam di atas pita kaset BASF dan kamera Nikon D7000, selanjutnya ditranskripsikan dan dianalisis di laboratorium.Semua ini penulis lakukan untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam penulisan tesis nantinya.


(51)

BAB II

ASAL-USUL DAN AGAMA INDIA TAMIL DIKOTA

Asal-usul masuknya masyarakat India Tamil berkaitan erat dengan masa pra-sejarah. Etnis India sudah berada di Indonesia sejak abad ke 3 M. Kedatangan berbagai etnis India ke Pantai Timur Sumatera dan pantai Barat Sumatera Utara sudah sangat lama ada sebelum Masehi, pada awalnya mereka menyebarkankan agama Hindu dan yang terakhir juga membawa agama Budha terutama masa arus angin dari India ke Barus pada bulan November dan Desember. (Sinar 2008 : 1). 2.1 Asal usul India Tamil di Kota Medan

Brahma Putro dalam Takari (2013:6) mengenai kedatangan orang-orang India beretnik Tamil yaitu pada abad ke-14 oleh seorang resi bernama Megit dari kaum Brahmana tersebut datang dari India dengan mengarungi laut menggunakan perahu layar dan mendarat di pantai Sumatera Timur atau Pantai Barat Sumatera Utara dan masuk ke pedalaman di Talun Kaban (sekarang Kabanjahe Kabupaten Karo). Resi Megit Brahmana mengembangkan agama Hindu ajaran Maharesi Brgu Sekte Siwa. Kemudian Resi Brahmana mengawini seorang gadis dari penduduk setempat Bru

Purba. Dari perkawinan tersebut mereka mendapat tiga orang anak. Laki-laki bernama Si Mecu dan Si Mbaru, yang perempuan bernama Si Mbulan. Ketiga anak mereka inilah keturunan merga Sembiring Brahmana


(52)

“Masuknya gelombang dari India Selatan yang membawa agama Budha ke Sumatera dan memperkenalkan aksara Nagari yang menjadi cikal bakal dalam penulisan aksara Melayu kuno, Batak, dan lain-lain. Besar kemungkinan masyarakat Tamil telah ikut dalam mobilitas tersebut. Kedatangan masyarakat India Tamil ke Sumatera Utara baru dapat dibuktikan jejaknya sacara pasti sejak zaman Hindia Belanda melalui usaha dagang VOC (Verenigde Oost Indische Companie) pada 20 maret 1602 hingga 31 Desember 1799. Pada saat itulah mereka menginjakkan kaki di Negeri seberang ini”.

Peninggalan jejak bangsa India Tamil sudah ada di Sumatera Utara sejak zaman batu itu terbukti dengan adanya penemuan batu bersurat di Lobu Tua (Barus) pada tahun 1873 dan dicatat ringkas dalam Madras Epigraphy Report tahun 1891-1892 oleh E. Hultzsch, yakni seorang epigrafi pemerintahan Inggris di India. Namun batu bersurat itu ditemukan dengan keadaan yang sudah pecah dan terbagi atas dua bagian tetapi dari teks yang masih dapat dibaca bahwa prasasti itu berangka tahun1010 saka (1088 M) dan mencatat sebuah hadiah dari sekumpulan orang yang disebut “seribu lima ratus”. Maka pada abad ke-11 M bahasa Tamil sudah digunakan dalam dokumen-dokumen umum di Pulau Sumatera (Guillot 2002: 17).

Pada tahun 1863 di Kota Medan didirikan Industri perkebunan (permulaan yaitu perkebunan tembakau) yang dirintis oleh Jacobus Nienhys. Pada masa itu banyak buruh dari Cina, India dan Pulau Jawa yang didatangkan oleh pengusaha-pengusaha perkebunan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja. Selain mereka yang didatangkan sebagai kuli, migran lain pun terus berdatangan ke kota Medan untuk tujuan berdagang dan mengisi berbagai lowongan pekerjaan yang tersedia (Suprayitno, 2005).


(53)

Harahap (2013:1) menjelaskan kehadiran buruh Tamil lambat laun membuat pendatang menjadi tinggal sementara bahkan ada yang menetap menjadi warga negara Indonesia dan sampai sekarang masih terlihat keberadaan mereka di Kota Medan. Di Sumatera Utara hingga kini diperkirakan ada sekitar 67.000 orang warga keturunan India. Menurut situs pengelola jaringan India diperantuan

indiadiaspora.nic.ind jumlah perantauan India diseluruh dunia sekitar 20 juta orang pada tahun 2000-an. Status mereka ada dua macam. Pertama, mereka yang berstatus sebagai warga negara India, namun bekerja di negara lain dan yang kedua ialah keturunan India yang sudah menjadi warga negara ditempatnya merantau termasuk di Indonesia.

Di masa lalu pekerjaan orang-orang Tamil banyak diasosiasikan dengan pekerjaan kasar, seperti kuli perkebunan, kuli pembuat jalan, penarik kereta lembu, dan pekerjaan-pekerjaan lainnya yang lebih mengandalkan otot. Hal ini terkait dengan latar belakang orang Tamil yang datang ke Medan, yaitu mereka yang berasal dari golongan dengan tingkat pendidikan yang rendah di India. Mereka inilah yang dipekerjakan di zaman kolonial sebagai kuli di perkebunan-perkebunan milik orang Eropa. Di masa sekarang keturunan mereka banyak yang bekerja sebagai karyawan swasta, buruh, dan juga sebagai sopir. Kalau di masa kolonial sebagian dari mereka menjadi penarik kereta lembu dan pembuat jalan, di masa kini keturunan mereka banyak yang sudah mengusahakan jasa transportasi angkutan barang dan juga


(54)

menjadi pemborong pembangunan jalan. Keahlian mereka dalam kedua bidang pekerjaan ini banyak diakui orang.

Orang-orang Tamil yang datang secara mandiri ke Medan pada umumnya memiliki jenis mata pencaharian hidup sebagai pedagang. Di antaranya menjadi pedagang tekstil, dan pedagang rempah-rempah di pusat-pusat pasar di Medan. Selain itu mereka juga banyak yang bekerja sebagai supir angkutan barang, bekerja di toko-toko Cina, dan menyewakan alat-alat pesta. Selain itu banyak juga yang melakoni usaha sebagai penjual makanan, misalnya martabak Keling. Pada umumnya, mereka yang berjualan rempah-rempah, tekstil dan menjual makanan adalah orang-orang Tamil yang beragama Islam. Mereka adalah kaum Muslim migran yang datang dari India Selatan hampir bersamaan dengan kedatangan orang-orang India pada umumnya ke Medan pada pertengahan abad ke-19. Di masa sekarang juga sudah terdapat sejumlah orang Tamil yang sukses sebagai pengusaha di level daerah maupun nasional, seperti keluarga Marimutu Sinivasan.

Memasuki abad ke-16 dari catatan Portugis orang Benggali (dari Propinsi Bengal), Kling (dari kerajaan Kalingga atau Tamil) dan Gujarat, ramai sekali berdagang ke Sumatera dan beberapa diantaranya menikah dengan penduduk Sumatera. Didalam prasasti Tanjore ada ditulis negeri-negeri yang ditaklukkan Indra Coladewa-I tercatat Kerajaan Panai (Pannai) di Padang Lawas. Negeri itu dicatat sebagai “water in its bathing gats” atau disebut dengan Pannai yaitu yang dimaksud Padang Lawas. (Sinar 2008 : 6)


(55)

Sekitar abad ke 18 dan awal abad ke 19 etnik Tamil kemudian menyebar di beberapa daerah di Sumatera Utara antara lain Binjai, Langkat, Medan, Lubuk Pakam, Tebing Tinggi, dan Pematang Siantar. Daerah-daerah tersebut yang dikenal memiliki potensi besar perkebunan. Awalnya etnik Tamil bekerja sebagai buruh dan kuli angkut atau sais kereta lembu di perkebunan. Secara perlahan terjadi peralihan mata pencaharian. Dari awalnya yang bekerja sebagai kuli di perkebunan beralih menjadi pedagang, supir pengangkutan barang dagangan, karyawan swasta dan pemerintahan. Hal ini mengakibatkan sebagian etnik Tamil mulai berpindah ke kota-kota yang dekat dengan sentra perdagangan dan pusat kota-kota.3

Menurut catatan Sinar (2008) dalam bukunya Sejarah Medan Tempo Doeloe

kedatangan orang-orang India dalam jumlah besar terjadi sejak pertengahan abad ke-19 dan hingga sekarang menetap dan membentuk komunitas di berbagai wilayah Sumatera Timur dan khususnya kota Medan, yaitu sejak dibukanya industri perkebunan di Tanah Deli yang dirintis oleh Jacobus Nienhys sejak 1863, mereka ingin mengadu nasib dengan menjadi kuli perkebunan. Mereka dipekerjakan oleh Nienhys, seorang keturunan Belanda pengusaha perkebunan tembakau yang dikenal sebagai tembakau Deli. Mereka mendapat hak konsesi tanah di Martubung dari Sultan Mahmud Deli untuk menanam tembakau Deli yang kualitasnya baik dan berbau harum sebagai pembalut cerutu. Kemudian Nienhys berhasil memperoleh kontrak tanah di Tanjung Sepassai dari Sultan Deli untuk jangka waktu 99 tahun.


(56)

Tembakau inilah yang membuat Tanah Deli menjadi termasyur di dunia Internasional, yang mana pada akhirnya dikenal sebagai “Het Dollar Land” atau

“Tanah Sejuta Dollar”. Oleh sebab itu semakin banyak saja para buruh dan tenaga-tenaga kerja yang didatangkan dari India untuk bekerja di Tanah Deli baik sebagai buruh perkebunan, supir, penjaga malam serta buruh-buruh bangunan atau kuli pembuat jalan serta penarik kereta lembu.

Dari beberapa kutipan sejarah, mengenai gelombang kedatangan orangTamil di Sumatera Utara, hanya gelombang terakhirlah yang menyebutkan bagaimana proses kedatangan masyarakat Tamil ke Kota Medan. Gelombang terakhir kedatangan orang Tamil ke Deli Serdang yaitu pada tahun 1872sebagai kuli kontrak perkebunan bersamaan dengan orang-orang Jawa yangdipekerjakan waktu itu sekitar ratusan orang jumlahnya dengan penghasilanrata-rata 96 dolar perbulan. Tahun 1874 sudah dibuka 22 perkebunan dengan memakai kuli bangsa Cina 4.476 orang, kuli Tamil 459 orang, dan orang Jawa 316 orang. (Harahap, 2013)

Selain mereka yang didatangkan oleh perusahaan-perusahaan perkebunan sebagai buruh-buruh bangunan atau kuli pembuat jalan serta penarik kereta lembu, mereka juga mulai berdatangan ke Sumatera Timur untuk berdagang dan menjadi pekerja di bidang-bidang lain. Imigran dari India yang datang untuk berdagang antara lain adalah orang-orang dari India Selatan (Tamil Muslim) dan juga orang Bombay serta Punjabi. (Mani 1980: 58)


(57)

Menurut A. Mani (1980 : 46) bahwa di luar pekerja kontrak di perkebunan, orang-orang India yang lain juga banyak datang ke Medan untuk berpartisipasi memajukan berbagai sektor usaha yang sedang tumbuh di kota ini, mereka disebut kaum Chettiars atau Chettis, selain itu ada juga kelompok lain yang disebut kaum

Vellalars atau Mudaliars, kaum Sikh dan orang-orang Uttar Pradesh. Selain itu juga terdapat orang-orang Sindi, Telegu, Bamen, Gujarati, Maratti (Maharasthra), dan yang lainnya.

Daerah pemukiman etnik Tamil yang dapat dikenal di kota Medan adalah Kampung Keling atau sebahagian orang menyebutnya “Kampung Madras”, tepatnya di sekitar Kecamatan Medan Petisah dan Kecamatan Medan Baru. Selain itu

Pada awalnya Kampung Madras atau Kampung Kubur merupakan tanah wakaf atau tanah pemberian dari Pemerintah Belanda bagi orang-orang keturunan India yang beragama Islam (Muslim). Daerah ini diberi nama Kampung Kubur oleh penduduk setempat karena pada awalnya daerah ini merupakan sebuah lokasi

komunitas Tamil juga terdapat di Kampung Anggerung di Kelurahan Anggerung Kecamatan Medan Polonia. Daerah ini dikenal sebagai komunitas orang Tamil yang berkulit hitam. Di daerah ini, sejarah ajaran Hindu berkembang dan diawali dengan berdirinya Kuil Sri Mariamman. Bersebelahan dengan kuil, berdiri kantor Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Sumut. Selain Kuil Shri Mariamman, masih banyak tempat ibadah umat Hindu di Sumut. Adanya kampung ini menjadi bukti bahwa masyarakat suku Tamil telah lama bermukim di kota Medan.


(1)

Daftar Pustaka

Bachtiar, Harja W. 1990. Pengamatan sebagai Suatu Metode Penelitian. Jakarta: Gramedia.

Bungin, Burhan H.M, 2007, Penelitian Kualiatatif ; Komunikasi, Ekonomi,

Kebijakan Publik dan Ilmu Sosial, Jakarta: Kencana Prenama Media Group.

Napitupulu, Burju Martua 1992. Eksistensi Masyarakat Tamil di Kota Medan:

Suatu Tinjauan Historis (1966-1986). Skripsi Sarjana Sejarah Fakultas Sastra USU Medan.

Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. 1995, 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Dubois ABBE J.A. Dubois 2002, Hindu Manners, Customs and Ceremonies, New Delhi : Saurabh Print-O-pack.

Guillot Claude, 2002. Lobu Tua Sejarah awal Barus, Jakarta, yayasan obor Indonesia Harahap Susi Mariani, 2013, Perbedaan Motivasi Berprestasi Pada India Tamil dan

Punjabi di Kota Medan, Fakultas Psikologi Univesrsitas Sumatra Utara. Inayat Khan, 2002. Dimensi Mistik, Musik dan Bunyi, Yogyakarta: Pustaka Sufi,

Koentjaraningrat. 1981. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT. Gramedia, Indonesia.

Lubis, B. Zulkifli. 2005. Kajian Awal Tentang Komunitas Tamil Dan Punjabi Di Medan : Adaptasi Dan Jaringan Sosial. Jurnal Antropologi Sosial Budaya ETNOVISI. Vol.1 No.3 Medan : Universitas Sumatera Utara.

Malm, William P. 1997. Music Culture of the Pasific, the Near East and Asia

(terjemahan Takari), Medan : Departemen Etnomusikologi, Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

Mani, A. 1980. Indian north sumatera: dalam K.S. Sandhu dan A.Mani, Indian Communities in southeast asia, Times Academic Press.

Merriam, Alan P. 1964. The Anthtropolgy of Music. Chicago: North Western University Press.


(2)

Mohammad Said, 1990. Koeli Kontrak Tempo Doeloe dengan Derita dan Kemarahannya. Medan: Waspada.

Moleong, 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Gramedia.

Nettl, Bruno. 1964. Theory And Method in Ethnomusicology (terjemahan). New York: The Free Press of Glencoe.

Purba,Destri Damayanti. 2011. Studi Deskriptif Musik Dalam Konteks Upacara Adhi Triwula Pada Masyarakat Hindu Tamil Di Kuil Shri Singgamma Kali Koil Medan. Medan: USU.

Poerwadarminta, W.J.S. 1995. “Kamus Besar Bahasa Indonesia”. Jakarta: Balai Pustaka.

S, Jhonny Edwin.1995. Pirartenei pada Aktifitas Religius Masyarakat Tamil di Shri Mariaman Kuil-Medan: Kajian Struktur Musik Dan Teks. Medan: USU. Sally M., 1999. Worship Evangelism, Zondervan: Grand Rapids, Michigan. Seeger, Charles. 1997. Study in Etnomusicology. New York: University California

Press.

Sihombing, Andi, Fabrori. 2010. Tamil Cultural Center Arsitektur Simbiosis. Medan: Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

Simanjuntak, mangantar, 2008, Diktat: Lingustik, Bahasa, Pemerolehan Gramatika generative. Program Studi Magister Lingustik Universitas Sumatra Utara. Sitorus, M. 2003, berkenalan dengan sosiologi, Jilid II Jakarta : Erlangga.

Supanggah, Rahayu. 1995. Etnomusikologi. Yogyakarta: Yayasan Benteng Budaya. Indonesia.

Suprayitno. 2005. Medan Sebagai Kota Pembauran Sosio Kultur di Sumatre Pada Masa Kolonial Belanda, Historisme Edisi Khusus (lustrum), edisi no 21 tahun X

Takari, Muhammad , 2013. Mengenal Budaya Masyarakat Tamil di Kota Medan. Etnomusikologi fakultas ilmu budaya Sumatra Utara.


(3)

Tuanku, Luckman Sinar Basarsyah II, 2008. Orang India di Sumatera Utara. (The Indians in North Sumatra). Medan: Forkala Sumatera Utara. Victor, E Frankl, outhor of Man’s Search fot Meaning, Psychotherapy and

Existentialism selected Paper on Logotherapy, 2-18.

Warren, D. A., 1962. Philosophies of Music History, New York: Dover Publications. Zebar, A. 2010. Tesis Pemilihan Bahasa Oleh Masyarakat India Tamil Di Kota

Medan. Medan: Sekolah Pascasarjana Universtitas Sumatera Utara.

Internet

www.shrimahawishnu.com

mimbarbinaalumni.blogspot.com/.../seri-gereja-02-2009:Theology of Liturgy (Tiopan Manihuruk)


(4)

DAFTAR ISTILAH

Atma : Jiwa

Atteh :Saudara perempuan dari bapak si gadis.

Cheti-cheti :Pedagang yang meminjamkan uang kepada penduduk pribumi maupun Tamil dikalangan warga Medan.

Chettiars :Kasta khusus disalah satu distrik di Tamil Nadu mereka datang ke Medan seiring dengan kedatangan buruh Tamil di perkebunan.

Kamachi Villaku :Lampu minyak yang sudah dinyalakan dipergunakan saat acara perkawinan.

Ketti melam :Musik pengiring.

Kungemam :Tanda merah didahi.

Kremasi :Menghilangkan jenazah manusia setelah meninggal dengan cara membakar.

Malligai :Susunan bunga melati yang dibentuk menjadi kalung.

Manamakal :Pendamping mempelai wanita yang biasanya adalah saudara perempuan dari mempelai pria.

Nalwilaku :Lampu yang dinyalakan dengan menggunakan minyak dan selalu diletakkan bersebelahan dengan Bathi (dupa) bagi kepercayaan etnis India Tamil Hindu.


(5)

Mapillai Thol (h) an :Pendamping mempelai pria, atau biasanya saudara laki-laki dari mempelai laki-laki.

Paanikkiragam :Kedua mempelai bertukar kalung bunga, kemudian mempelai wanita akan diberi kelapa yang dibungkus dengan kain kuning untuk dibawa pulang.

Pannai :Lapangan yang dialiri sungai-sungai.

Pavitram :Cincin yang terbuat dari rumput dharpai.

Pillaiyar Pooja :Ritual untuk menyingkirkan segala rintangan agar kelangsungan rumah tangga baru dijauhkan dari masalah, ini dilakukan oleh Pandita.

Potte :Tanda bulat yang diletakkan di dahinya dengan warna seperti kuning, merah, hitam, biru dan lain-lain.

Resi :Misionaris dalam agama Hindu yang bertugas menyebarkan agama Hindu keseluruh dunia, di Indonesia sejak awal pertama masehi saling bekerja sama dengan kalangan pribumi.

Sari :Pakaian perempuan pada etnis India Tamil.

Seeyakkai Maalai :Kalung yang disusun dengan bunga warna warni.

Shantanam :Alas kaki yang terbuat dari kayu yang lembut.

Sikhisme :Berasal daripada perkataan Sikh, yang datang daripada kata dasar śiṣya dalam bahasa Sanskrit, yang bermakna "murid" atau "pelajar", atau śikṣa yang bermaksud "arahan.


(6)

Thaali :Terbuat dari suntai benang ang didalamnya terdapat sebuah emas dilambangkan sebagai wanita yang sudah bersuami.

Thiruniru :Abu suci

Uttar Pradesh :Daerah terbesar di India dari segi populasi. Wilayahnya mencakup sebagian besarUttar Pradesh terletak di utara India dan berdekatan dengan

Vellalars / Mudaliars :Kasta petani yang juga terlibat dalam usaha dagang.

dibagian utara.

Vibuthi Prasadam :Tanda bubuk putih didahi.

Wallewi :Gelang plastik berwarna merah, hijau, biru atau kuning tercampur warna emas.