Teknik Penerjemahan dan Tingkat Keakuratan Verba Aksi dalam Buku Pelajaran Biologi 2B Bilingual SMA Kelas XI
TEKNIK PENERJEMAHAN DAN TINGKAT KEAKURATAN
VERBA AKSI DALAM BUKU PELAJARAN BIOLOGI 2B
BILINGUAL SMA KELAS XI
TESIS
OLEH
ISMAIL HUSAINI 117009041/ LNG
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N
2014
(2)
TEKNIK PENERJEMAHAN DAN TINGKAT KEAKURATAN
VERBA AKSI DALAM BUKU PELAJARAN BIOLOGI 2B
BILINGUAL SMA KELAS XI
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains (M.Si) dalam Program Ilmu Linguistik pada Program Pascasarjana, Fakultas
Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara Medan
OLEH
ISMAIL HUSAINI 117009041/ LNG
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N
2014
(3)
Judul Tesis: : TEKNIK PENERJEMAHAN DAN TINGKAT KEAKURATAN PENERJEMAHAN VERBA AKSI DALAM BUKU PELAJARAN BIOLOGI 2B BILINGUAL SMA KELAS XI
Nama Mahasiswa : Ismail Husaini Nomor Pokok : 117009041 Program Studi : Linguistik
Konsentrasi : Kajian Terjemahan
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Dr. Syahron Lubis, M.A.) (Dr. T. Thyrhaya Zein, M.A)
Ketua Anggota
Ketua Program Studi, Dekan,
(Prof. T. Silvana Sinar, M.A., Ph.D) (Dr. Syahron Lubis, M.A)
(4)
Telah diuji pada
Tanggal 28 Agustus 2014
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Dr. Syahron Lubis, M.A (...) Anggota : 1. Dr. T. Thyrhaya Zein, M.A (...)
2. Prof. Dr. Busmin Gurning, M.Pd. (...) 3. Prof. T. Silvana Sinar, M.A., Ph.D (...) 4. Dr. Muhizar Muchtar, M.S. (...)
(5)
PERNYATAAN
Judul Tesis
Teknik Penerjemahan Dan Tingkat Keakuratan Penerjemahan
Verba Aksi Dalam Buku Pelajaran Biologi 2b Bilingual
SMA Kelas Xi
Dengan ini penulis menyatakan bahwa tesis ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Linguistik Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil karya penulis sendiri.
Adapun pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian-bagian tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan tesis ini, telah penulis cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan karya ilmiah.
Apabila di kemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian tesis ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang penulis sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
Medan, Agustus 2014 Penulis,
(6)
ABSTRAK
Tesis ini berjudul “Teknik Penerjemahan dan Tingkat Keakuratan Verba Aksi dalam Buku Pelajaran Biologi 2B Bilingual SMA Kelas XI”. Penelitian ini menganalisis produk terjemahan dengan menggunakan metode descriptif-qualitatif.
Analisis verba aksi menggunakan konsep Halliday (1994:109), analisis teknik penerjemahan veba aksi menggunakan teori Molina dan Albir (2002:509), dan analisis tingkat keakuratan terjemahan verba aksi menggunakan teori Nababan (1999:132). Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menemukan verba aksi; (2) menganalisis teknik penerjemahan verba aksi; dan (3) menganalisis tingkat keakuratan penerjemahan verba aksi dari Bab VI dengan topik Food and Digestive System yang diterjemahkan kedalam Bahasa Indonesia menjadi Makanan dan Sistem Pencernaan, Bab VIII dengan topik Excretory System yang diterjemahkan
kedalam Bahasa Indonesia menjadi Sistem Ekskresi, dan Bab XI dengan topik Immune System yang diterjemahkan kedalam Bahasa Indonesia menjadi Sistem Imun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) diperoleh 86 verba aksi terpilih
secara sistemic random sampling; (2) ditemukan 7 teknik penerjemahan dalam
menerjemahkan 86 verba aksi, dimana pemakaian teknik harfiah mendominasi perolehan terbanyak yaitu 46 data (53,48%), dikuti oleh teknik peminjaman 14 data (16,28%), teknik modulasi 9 data (10,46%), teknik transposisi 6 data (6,97%), teknik kreasi diskursif 4 data (4,65%), dan teknik amplifikasi 4 data (4,65%), dan teknik reduksi 3 data (3,48%). Dari 86 verba aksi tersebut diperoleh terjemahan akurat (76,96%), terjemahan kurang akurat (18,13%), dan terjemahan tidak akurat (4,91%).
(7)
ABSTRACT
This thesis is entitled “The Translation Techniques and Accuracy Level of Action Verbs in the Bilingual Text Book of Biology 2B for Senior High School Grade XI”. It is a translation product analysis applying the descriptive qualitative method. The analysis of action verbs uses Halliday’s concept (1994:109), the analysis of translation techniques uses Molina and Albir’s theory (2002:509), and analysis of accuracy level uses Nababan’s theory (1999:132). This study aims: (1) to find out action verbs; (2) to analyze the translation techniques applied; and (3) to analyze the translation accuracy level from Chapter VI entitled Food and Digestive System
translated into Indonesian Makanan dan Sistem Pencernaan, Chapter VIII entitled Excretory System translated into Indonesian Sistem Ekskresi, and Chapter XI
entitled Immune System translated into Indonesian Sistem Imun. The results of this
study reveal that: (1) there are 86 action verbs selected by sistemic random sampling; (2) there are 7 translation techniques applied in translating the 86 action
verbs, where literal translation dominates all the techniques (53.48%), followed by borrowing (16.28%), modulation (10.46%), transposition (6.97%), discursive creation (4.65%), amplification (4.65%), and reduction (3.48%); whilst (3) the accuracy levels of the 86 action verbs are accurate 76.96%, less accurate 18.13%, and inaccurate 4.91%.
(8)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas Karunia dan Ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan Tesis ini dengan judul “Teknik Penerjemahan dan Tingkat Keakuratan Verba Aksi dalam Buku Pelajaran Biologi 2B Bilingual SMA Kelas XI”. Penulisan tesis ini merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Magister Sains (M.Si) pada Program Studi Magister Linguistik Sekolah Pascasarjana Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.
Dalam penyusunan hingga terwujudnya tesis ini tidak terlepas dari bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, terutama kepada yang terhormat:
1. Ibu Prof. T. Silvana Sinar, MA, Ph.D. selaku Ketua Program Studi Linguistik Program Pascasarjana Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara dan selaku Penguji yang telah banyak memberikan masukan serta arahan-arahan yang sangat besar artinya.
2. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A selaku Pembimbing Utama yang dengan penuh kesabarannya membimbing penulis, memberikan masukan-masukan, serta arahan-arahan hingga terselesaikannya tesis ini.
3. Ibu Dr. T. Thyrhaya Zein, M.A selaku Pembimbing kedua dalam penyusunan Tesis ini yang telah banyak memberikan masukan dan arahan dalam proses pembimbingan kepada penulis hingga tesis ini terwujud.
4. Bapak Prof. Dr. Busmin Gurning, M.Pd selaku Penguji yang telah banyak memberikan masukan serta arahan-arahan yang sangat besar artinya.
(9)
5. Bpk Dr. Muhizar Muchtar, M.S., selaku Penguji dalam uji sidang tesis yang telah banyak memberikan masukan, arahan hingga lebih sempurnanya tesis ini. 6. Ibu Dr. Roswita Silalahi, M. Hum selaku Penguji dalam uji sidang tesis yang
telah banyak memberikan masukan, arahan hingga lebih sempurnanya tesis ini. 7. Bpk Drs. Marzani Manday, MSPD., Bpk Drs. Umar Mono, M. Hum. dan Bpk
Bertova Simanihuruk, S.S, M.Si yang telah bersedia menjadi Penilai atas hasil analisis tingkat keakuratan sehinga dapat membantu penyempurnaan tesis ini. 8. Seluruh Dosen Program Studi Linguistik Program Pascasarjana Fakultas Ilmu
Budaya Universitas Sumatera Utara yang telah membekali penulis untuk selangkah lebih maju hingga tesis ini terwujud.
9. Alm Ayahnda, Mhd. Thaib dan Ibunda penulis, Toibah yang dengan penuh kasih sayang dan ketulusan mendoakan kepada penulis agar selalu diberi kekuatan lahir dan batin hingga dapat menyelesaikan pendidikan di Program Studi Linguistik Program Pascasarjana Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara
10.Istri tercinta Elfita Rahmi dan yang tersayang keempat anak penulis Muthia Zuhra, Dalila Nadira Huwaini, Faruq Syauqi Ismail dan Nadia Ulya Assyifa yang telah banyak memberikan inspirasi, semangat, doa, pengorbanan hingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.
11.Teristimewa sahabat-sahabatku Bertova Simanihuruk, M.Si, Supriadi, SS., Tedty Tinambunan, M.Si., Apraisman Nduru, MSi., Demetrius Waoma, M.Si dan semua pihak yang belum saya sebutkan satu persatu yang telah memberikan motivasi dan dukungan moril maupun materil selama saya menjalani pendidikan di Program Studi Linguistik Program Pascasarjana Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara sampai selesai.
(10)
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan tesis ini masih jauh dari sempurna, untuk itu pada kesempatan ini penulis mohon kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan penyusunan dimasa-masa mendatang. Mohon ma’af dengan segala kekurangan dan harapan penulis semoga bermanfa’at bagi semua pihak.
Medan, Agustus 2014
(11)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Data Pribadi
Nama : Ismail Husaini
Jenis kelamin : Laki –Laki
Tempat/ tgl lahir : Titi Merah, 01 Januari 1970 Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Islam
Alamat : Jl. Pendidikan No. 19 Lk X Desa Indra Kasih, Medan
Telefon : 08126423394
Pendidikan
1. Sekolah Dasar Al-Ittihadiyah Medan lulus tahun 1984
2. Madrasah Tsanawiyah Al-Ittihadiyah Medan lulus tahun 1987 3. Madrasah Aliyah Al-Ittihadiyah Medan lulus tahun 1990
4. Sarjana (S1) Ilmu Komunikasi (Bachelor of Human Sciences) International Islamic University Malaysia, Kuala Lumpur Malaysia, lulus tahun 1998
5. Sarjana (S1) Pendidikan Bahasa Inggris, Universitas Muslim Nusantara Al-Washliyah Medan, lulus tahun 2010
6. Magister (S2) Linguistik, KajianTerjemahan Bahasa Inggris Universitas Sumatera Utara, lulus tahun 2014
(12)
Pengalaman Bekerja
1. Dosen Bahasa Inggris di Akademi Kebidanan dan Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Langkat, Stabat Sumatra Utara dari tahun 2005 s/d sekarang
2. Penguji Lisan Bahasa Inggris untuk University of Cambridge London, Inggris.
Untuk tingkat SD, SMP, SMA/ Perguruan Tinggi. (ESOL Oral Examiner for Young Learners English Tests, Key English Test dan Preliminary English Test)
dari tahun 2008 s/d sekarang
3. Koordinator English Advancement Programme untuk Kelas Unggulan MIN
Medan dari tahun 2009 s/d sekarang
4. Instruktur Bahasa Inggris (conversation class) untuk staf, dosen dan karyawan
di Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Agrobisnis Perkebunan (STIPAP) Medan 5. Guru Bahasa Inggris di Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan 6. Instruktur Bahasa Inggris untuk Executive Class di Kandatel Telkom dan di
Devisi Regional Telkom Medan.
(13)
DAFTAR ISI
Abstrak …..………. .. i
Abstract ……….. .. ii
Kata Pengantar……... iii
Daftar Riwayat Hidup……….. ……… vi
Daftar Isi………... . viii
Daftar Tabel ... x
Daftar Lampiran …... xi
Daftar Singkatan …... xii
I. PENDAHULUAN ………... 1
1.1 Latar Belakang 1.2 Batasa n Masalah ….. …... .. 1
1.3 ... .. Rumus4 an Masalah 1.4 ……….. 4
Tujuan Penelitian ……… 1.5 …….…………...…. .. Manfa5 at Penelitian ………….…… 1.6 ...…… . 5
Defeni si Istilah ……… 6
II. LANDASAN TEORI ... 8
2.1 Konse p Verba Aksi ……… … 8
2.2 Defeni si Penerjemahan …... 8
2.3 Jenis-jenis Penerjemahan 2.4 ... Teknik 10 Penerjemahan 2.5 ……….….…………...……….. 11
Ekuiva lensi dalam Penerjemahan 2.6 ….………...……..…… 17
2.7 Kompe tensi Penerjemah ……… Prosed ur Equivalensi ………….………. 20
2.8 …... 21
Param eter 2.9 Penelit ian Relevan ……….………. 30
(14)
III. METODOLOGI
PENELITIAN... 31
3.1 Pendek
atan dan Desain
3.2 Data
dan Sumber Data …..……….. 32 Penelitian ……... 31 3.3
3.4
Teknik Pengumpulan Data ….…… ...………..…... 32
Teknik
Analisis Data ………..……….……….. ………. 33
IV. ANALISIS DATA, HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN ... 35
4.1 Analisi
s Data dan Hasil Penelitian ……… … 35
4.2 Verba
Aksi ………..………... …… 35
4.3 Analisis Teknik Penerjemahan.……….……….56
4.3.1 4.3.2
Teknik Amplifikasi ………. 57
4.3.3 Teknik Peminjaman …………..……… …. 59
4.3.4
Teknik Kreasi Diskursif…..…..……….. …… 62
4.3.5
Teknik Harfiah ……… 64
4.3.6
Teknik Modulasi ……….……… 66
(15)
4.3.7 Teknik Transposisi ……..……….. … 70
4.4 Analisis Ekuivalensi Terjemahan ……….………. 4.4.1 72 4.4.2 Terjemahan Akurat …..………... ... 74
4.4.3 Terjemahan Kurang Akurat ……….……… 78
4.5 Terjemahan Tidak Akurat ……….……… ………. 80
Pembahasan……….………. 4.5.1 81 4.5.2 Teknik Penerjemahan ………..…... ... 81
Ekuivalensi Terjemahan ……….………….……… 82
V. KESIMPULAN DAN SARAN …………..... 85
1.1 1.2 Kesimpulan ……….. ..85
Saran ……..……….. 86
DAFTAR PUSTAKA ………... … 87
(16)
DAFTAR TABEL
Tabel:
2.1 Instrumen Penilai Keakuratan Terjemahan ……….. 26
2.2 Instrumen Penilai Keberterimaan Terjemahan ……… 27
2.3 Instrumen Penilai Keterbacaan Terjemahan ………. 27
4.1 Daftar Jumlah Data ………... 36
4.2 Daftar Verba Aksi ……… 37
4.3 Teknik Penerjemahan Verba Aksi ……… 57
4.4 Kategori Tingkat Keakuratan Terjemahan ……… 73
4.5 Kategori Terjemahan Akurat ……… 75
4.6 Kategori Terjemahan Kurang Akurat ……….. . 79
(17)
DAFTAR LAMPIRAN
1. Data Verba Aksi
2. Surat Permohonan menjadi Penilai 3. Kuesioner Penilaian Keakuratan
(18)
DAFTAR SINGKATAN
1. BSu = Bahasa Sumber 2. BSa = Bahasa Sasaran
(19)
DAFTAR ISI
Abstrak …..………. .. i
Abstract ……….. .. ii
Kata Pengantar……... iii
Daftar Riwayat Hidup……….. ……… vi
Daftar Isi………... . viii
Daftar Tabel ... x
Daftar Lampiran …... xi
Daftar Singkatan …... xii
VI. PENDAHULUAN ………... 1
1.7 Latar Belakang 1.8 Batasa n Masalah ….. …... .. 1
1.9 ... .. 4
Rumus an Masalah 1.10 ……….. Tujuan 4 Penelitian ……… 1.11 …….…………...…. .. 5
Manfa at Penelitian ………….…… 1.12 ...…… . 5
Defeni si Istilah ……… 6
VII. LANDASAN TEORI ... 8
2.10 Konse p Verba Aksi ……… … 8
2.11 Pandan gan tentang Penerjemahan …... 8
2.12 Jenis-jenis Penerjemahan 2.13 ... 10
Teknik Penerjemahan 2.14 ……….….…………...……….. 11
Kesepa danan dalam Penerjemahan 2.15 ….………...…..…… 17
2.16 Kompe tensi Penerjemah ………. Prosed ur Kesepadanan ………….………. ... 20
2.17 …... Param21 eter 2.18 Penelit ian Relevan ……….………. 28
(20)
VIII. METODOLOGI
PENELITIAN... 35
3.5 Pendek
atan dan Desain
3.6 Verba
Aksi dan Sumber Verba Aksi ……….. 36
Penelitian ……... 35 3.7
3.8
Teknik Pengumpulan Verba Aksi ….…...……..…... 36
Teknik
Analisis Verba Aksi ...…….………...………. 38
IX. ANALISIS VERBA AKSI, HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN ... 39
4.6 Analisi
s Verba Aksi dan Hasil Penelitian ……... 39
4.7 Verba
Aksi ………..………... …… 39
4.8 Analisis Teknik Penerjemahan.……….……….60
4.8.1 4.8.2
Teknik Amplifikasi ………. 61
4.8.3 Teknik Peminjaman …………..……… …. 63
4.8.4
Teknik Kreasi Diskursif…..…..……….. …… 66
4.8.5
Teknik Harfiah ……… 68
4.8.6
Teknik Modulasi ……….……… 70
(21)
4.8.7 Teknik Transposisi ……..………....… 74
4.9 Analisis Tingkat Keakuratan ...……….……….
4.9.1 77
4.9.2 Terjemahan Akurat …..………... 78 4.9.3
Terjemahan Kurang Akurat ……….……… 87 4.10
Terjemahan Tidak Akurat ……….……….………. 92
Pembahasan
..……….………. 4.10.1
95 4.10.2
Teknik Penerjemahan ………..…... 95
Tingkat Keakuratan Penerjemahan ……….……… 96
X. KESIMPULAN DAN SARAN
…………... 105
5.1
5.2 Kesimpulan ……….………... 105 Saran ……..……….. 106
DAFTAR PUSTAKA ………... … 107 DAFTAR LAMPIRAN ………..;.…….………... 110
(22)
ABSTRAK
Tesis ini berjudul “Teknik Penerjemahan dan Tingkat Keakuratan Verba Aksi dalam Buku Pelajaran Biologi 2B Bilingual SMA Kelas XI”. Penelitian ini menganalisis produk terjemahan dengan menggunakan metode descriptif-qualitatif.
Analisis verba aksi menggunakan konsep Halliday (1994:109), analisis teknik penerjemahan veba aksi menggunakan teori Molina dan Albir (2002:509), dan analisis tingkat keakuratan terjemahan verba aksi menggunakan teori Nababan (1999:132). Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menemukan verba aksi; (2) menganalisis teknik penerjemahan verba aksi; dan (3) menganalisis tingkat keakuratan penerjemahan verba aksi dari Bab VI dengan topik Food and Digestive System yang diterjemahkan kedalam Bahasa Indonesia menjadi Makanan dan Sistem Pencernaan, Bab VIII dengan topik Excretory System yang diterjemahkan
kedalam Bahasa Indonesia menjadi Sistem Ekskresi, dan Bab XI dengan topik Immune System yang diterjemahkan kedalam Bahasa Indonesia menjadi Sistem Imun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) diperoleh 86 verba aksi terpilih
secara sistemic random sampling; (2) ditemukan 7 teknik penerjemahan dalam
menerjemahkan 86 verba aksi, dimana pemakaian teknik harfiah mendominasi perolehan terbanyak yaitu 46 data (53,48%), dikuti oleh teknik peminjaman 14 data (16,28%), teknik modulasi 9 data (10,46%), teknik transposisi 6 data (6,97%), teknik kreasi diskursif 4 data (4,65%), dan teknik amplifikasi 4 data (4,65%), dan teknik reduksi 3 data (3,48%). Dari 86 verba aksi tersebut diperoleh terjemahan akurat (76,96%), terjemahan kurang akurat (18,13%), dan terjemahan tidak akurat (4,91%).
(23)
ABSTRACT
This thesis is entitled “The Translation Techniques and Accuracy Level of Action Verbs in the Bilingual Text Book of Biology 2B for Senior High School Grade XI”. It is a translation product analysis applying the descriptive qualitative method. The analysis of action verbs uses Halliday’s concept (1994:109), the analysis of translation techniques uses Molina and Albir’s theory (2002:509), and analysis of accuracy level uses Nababan’s theory (1999:132). This study aims: (1) to find out action verbs; (2) to analyze the translation techniques applied; and (3) to analyze the translation accuracy level from Chapter VI entitled Food and Digestive System
translated into Indonesian Makanan dan Sistem Pencernaan, Chapter VIII entitled Excretory System translated into Indonesian Sistem Ekskresi, and Chapter XI
entitled Immune System translated into Indonesian Sistem Imun. The results of this
study reveal that: (1) there are 86 action verbs selected by sistemic random sampling; (2) there are 7 translation techniques applied in translating the 86 action
verbs, where literal translation dominates all the techniques (53.48%), followed by borrowing (16.28%), modulation (10.46%), transposition (6.97%), discursive creation (4.65%), amplification (4.65%), and reduction (3.48%); whilst (3) the accuracy levels of the 86 action verbs are accurate 76.96%, less accurate 18.13%, and inaccurate 4.91%.
(24)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Buku teks ilmiah seperti biologi merupakan sumber informasi utama dalam proses pembelajaran. Buku biologi menyajikan ilmu secara deskriptif untuk memberikan pemahaman kepada siswa. Storey (1989:271) berpendapat bahwa "pembelajaran sains pada umumnya dan biologi khususnya berpusat pada buku teks". Dengan kata lain, keberadaan buku biologi diharapkan mampu memberikan informasi yang akurat sehingga kualitas siswa dalam perolehan ilmu biologi dapat memenuhi standar kompetensi yang ditentukan. Hal ini sesuai dengan pendapat Gottfried (1992:35) bahwa buku teks dianggap kurikulum sains yang harus dipelajari siswa sehingga menjadi sumber utama pengetahuan untuk siswa.
Hampir semua buku yang berkaitan dengan sains dan biologi ditulis dalam bahasa asing terutama bahasa Inggris. Hal ini merupakan kendala bagi siswa bahkan guru dalam memahami isi buku karena keterbatasan penguasaan bahasa Inggris. Kehadiran buku bilingual seperti buku biologi bilingual merupakan salah satu alternatif untuk membantu siswa dan guru untuk memahami informasi dalam buku. Hal ini sekaligus membuat siswa terbiasa menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa internasional. Namun untuk memperoleh buku bilingual yang berkualitas harus memenuhi beberapa tahapan proses penerjemahan agar memenuhi standar pendidikan Nasional yang ditetapkan. Oleh karena itu dibutuhkan sebuah penerjemahan yang akurat agar informasi dalam buku biologi bilingual dapat dipahami oleh siswa secara baik dan benar. Semua ini dapat dicapai apabila kesepadanan terjemahan bahasa sumber (BSu) ke bahasa sasaran (BSa) benar-benar terpenuhi. Kesepadanan makna sangat penting sebagaimana Newmark (1988:5) mengatakan
(25)
bahwa penerjemahan adalah rendering the meaning of a text into another language in the way that the author intended the text (menterjemahkan makna suatu teks ke dalam bahasa
lain sesuai dengan yang dimaksudkan pengarang).
Ada tiga parameter untuk menentuka keterbacaan dan keberterimaan (Nababan, 1999:132). Keakuratan berarti makna kata, istilah teknis, frasa, klausa, kalimat atau teks BSu dialihkan dengan menghindari distorsi makna pada BSa, keberterimaan berarti sebuah hasil penerjemahan terasa alamiah ketika dibaca, dan tingkat keterbacaan teks dapat dilihat berdasarkan apakah pembaca memahami isi teks penerjemahan kedalam BSa.
Dengan demikian, tugas seorang penerjemah adalah menyampaikan informasi dari BSu ke BSa secara akurat, terbaca dan berterima. Informasi yang terdapat didalam BSu harus disampaikan secara utuh dengan menghindari penambahan atau pengurangan makna yang terkandung didalamnya.Dengan kata lain, fokus utama penerjemah adalah makna atau informasi yang tersimpan dalam teks tersebut. Selama makna bisa tersampaikan secara utuh maka kualitas terjemahan bisa tercapai.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa penerjemahan tidak hanya sebatas proses pengalihan kata-kata dari satu bahasa ke bahasa lain, akan tetapi ia juga melibatkan unsur makna dalam BSu dan BSa. Dalam hal ini, analisis penelitian difokuskan hanya pada tingkat kata dan frasa verba aksi dalam kalimat. Verba aksi merupakan kata kerja yang berfungsi sebagai predikat dalam sebuah kalimat. Ditemukan beberapa penerjemahan verba aksi yang tidak akurat ke dalam BSa pada buku bilingual ‘Buku Pelajaran Biologi 2B Bilingual SMA Kelas XI’, seperti kata isolate (hal.246) yang diterjemahkan menjadi mengambil (hal. 247). Kata isolate dan mengambil adalah verba aksi. Dalam hal ini, dapat
diasumsikan bahwa si penerjemah keliru dalam penerjemahannya karena kata isolate dalam
(26)
the pathogen structure and isolate the glycoprotein berarti memisahkan atau mengisolasi.
Kata isolate tidak akurat apabila diterjemahkan menjadi mengambil d
Dari analisis singkat kedua contoh di atas, penelitian tentang teknik penerjemahan dan tingkat keakuratan penerjemahan verba aksi pada ‘Buku Pelajaran Biologi 2B Bilingual SMA Kelas XI’ perlu dilakukan mengingat mata pelajaran biologi kelas XI merupakan lanjutan pelajaran dari kelas X. Hal ini juga sesuai dengan kurikulum Depdiknas tahun 2002, dimana ruang lingkup mata pelajaran biologi SMA terdiri dari dua bagian yaitu: bekerja ilmiah dan pemahaman konsep (materi pokok). Bekerja ilmiah diajarkan dan dilatihkan pada awal tahun kelas X tetapi untuk selanjutnya terintegrasi dengan materi pada kompetensi yang telah ditetapkan. Dengan kata lain, penerjemahan buku teks biologi kedalam BSa harus sepadan dengan BSu agar makna yang disampaikan akurat tidak kabur dan tidak menyimpang dari BSu karena hal tersebut akan mempengaruhi tingkat kemampuan siswa dalam memahami mata pelajaran ini. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Finley et al. (dalam Adisendjaja,
2007) yang mengatakan bahwa: since textbooks play a major role in science education, a description of the nature of textbooks and how students learn from texts is an important of
engan menggunakan teknik penerjemahan kreasi diskursif. Teknik ini biasanya dipakai ketika terjemahan sebuah kata keluar dari konteksnya. Teknik ini tentu tidak sesuai diterapkan dalam penerjemahan ilmu pengetahuan, karena kedua kata isolate dan mengambil adalah dua kata yang tidak
memiliki hubungan sama sekali. Demikian juga dalam penerjemahan verba aksi break down
(hal.14) dalam kalimat digestive enzymes break down large and complex food substances
yang diterjemahkan menjadi memecah (hal.15). Enzim pencernaan (digestive systems) tidak
berfungsi memecah zat makanan tetapi menguraikan zat makanan. Pengertian memecah
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia online adalah membelah menjadi beberapa bagian/merusak/mengganggu.
(27)
research (karena buku teks memegang peranan penting dalam pendidikan, gambaran buku
teks dan cara belajar siswa merupakan sebuah kepentingan dalam penelitian).
1.2Batasan Masalah
Penelitian ini difokuskan pada analisis teknik penerjemahan dan tingkat keakuratan penerjemahan verba aksi dalam ‘Buku Pelajaran Biologi 2B Bilingual SMA Kelas XI’ dari bab VI, VIII dan XI, karangan: Diah Aryulina, Ph.D, Choirul Muslim, Ph.D dan Syalfina Manaf, M.S. dalam bahasa Inggris yang diterjemahkan oleh Inswasti Cahyani, M.Sc. ke dalam bahasa Indonesia.
1.3Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Verba aksi apa sajakah yang terdapat dalam buku bilingual ‘Buku Pelajaran Biologi 2B Bilingual SMA Kelas XI’?
2. Teknik penerjemahan apa sajakah yang digunakan dalam buku bilingual ‘Buku Pelajaran Biologi 2B Bilingual SMA Kelas XI’?
3. Bagaimanakah tingkat keakuratan terjemahan verba aksi dalam buku bilingual ‘Buku Pelajaran Biologi 2B Bilingual SMA Kelas XI’?
1.4Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan:
1. Mendeskripsikan verba aksi pada buku bilingual ‘Buku Pelajaran Biologi 2B Bilingual SMA Kelas XI’
2. Menganalisis teknik penerjemahan verba aksi dalam buku bilingual ‘Buku Pelajaran Biologi 2B Bilingual SMA Kelas XI’
3. Menganalisis tingkat keakuratan terjemahan verba aksi dalam buku bilingual ‘Buku Pelajaran Biologi 2B Bilingual SMA Kelas XI’
(28)
1.5Manfaat Penelitian
Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk meningkatkan pemahaman terhadap teori penerjemahan dan mendukung bukti impiris atas pentingnya penelitian penerjemahan dalam mentransformasikan pesan dari aspek bahasa yaitu tingkat keakuratan dan dijadikan referensi dalam proses belajar mata kuliah terjemahan maupun pelatihan penerjemahan agar makna yang disampaikan ke dalam BSa kualitas dan sepadan dengan BSu.
Selain itu secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat menjadi objek kajian pada penelitian selanjutnya dan menjadi inspirasi bagi kajian tingkat keakuratan untuk menilai kualitas penerjemahan kata dan frasa verba aksi bahasa Inggris yang tidak memiliki padanan dalam bahasa Indonesia yang dapat mengakibatkan kesulitan dalam penerjemahan, serta memberikan kontribusi kepada penerjemah buku teks ini kedepan.
1.6Definisi Istilah
1. Verba aksi
Verba aksi adalah kata kerja yang menyatakan perbuatan atau tindakan, atau yang menyatakan perbuatan, tindakan, gerak, keadaan dan terjadinya sesuatu (Keraf, 1991:72). Sedangkan menurut Sudaryanto (1991:6) yang dimaksud dengan verba adalah kata yang menyatakan perbuatan, dapat dinyatakan dengan modus perintah, dan bervalensi dengan aspek keberlangsungan yang dinyatakan dengan kata ‘lagi’ (sedang). Adapun, menurut Kamus Besar Indonesia (KBBI) adalah kata yg menggambarkan verba, perbuatan, atau keadaan; kata kerja. Harimurti Kridalaksana (1993: 226) berpendapat bahwa verba adalah kelas kata yang biasanya berfungsi sebagai predikat dalam kalimat.
(29)
2. Teknik penerjemahan
Teknik penerjemahan adalah pendekatan khusus yang dilakukan oleh seorang penerjemah dalam menterjemahkan kata, frasa, ujaran, kalimat, idiom dan yang lainnya. Teknik ini dipakai untuk mencapai kesepadanan makna sebagai tujuan untuk mengalihkan elemen makna dari BSu ke BSa (Newmark, 1988:81).
3. Keakuratan
Keakuratan merupakan istilah yang digunakan untuk menilai kualitas penerjemahan dengan melakukan pengevaluasian penerjemahan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah teks BSu dan teks BSa sudah sepadan atau belum. Konsep kesepadanan mengarah pada kesamaan isi atau pesan antara BSu dan BSa.
4. Terjemahan
Terjemahan adalah hasil dari proses penerjemahan dari BSu ke BSa untuk mencapai kesepadanan makna sesuai dengan pendapat Nida dan Taber (1969:12) yang mengatakan bahwa penerjemahan adalah memproduksi teks dalam BSa yang ekuivalen dan alami serta paling dekat dengan pesan BSu, pertama dalam makna dan kedua dalam gaya.
5. Bilingual
Bilingual dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996) adalah mampu atau biasa
memakai dua bahasa dengan baik dan bersangkutan dengan atau mengandung dua bahasa. Buku bilingual adalah buku yang memaparkan ilmu pengetahuan dengan menggunakan dua bahasa.
(30)
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1Konsep Verba Aksi
Verba aksi adalah kata kerja yang menyatakan perbuatan atau tindakan, atau yang menyatakan perbuatan, tindakan, gerak, keadaan dan terjadinya sesuatu (Keraf, 1991:72). Hal senada juga disebutkan oleh Sudaryanto (1991:6). Ia mengatakan bahwa verba adalah kata yang menyatakan perbuatan, dapat dinyatakan dengan modus perintah, dan bervalensi dengan aspek keberlangsungan yang dinyatakan dengan kata ‘lagi’ (sedang). Harimurti Kridalaksana (1993: 226) menambahkan bahwa verba adalah kelas kata yang biasanya berfungsi sebagai predikat dalam kalimat.
Istilah verba aksi juga digunakan Halliday (1994:109) dalam bukunya Introduction to Functional Grammar dengan penyebutan material proses (proses material). Proses material
adalah proses ‘melakukan’ sesuatu. Dalam hal ini ada sebuah aksi yang dilakukan terhadap
seseorang atau sesuatu, seperti verba aksi menarik pada kalimat mereka menarik tanganku
dan verba aksi menolong pada kalimat aku menolong mereka.
2.2Pandangan tentang Penerjemahan
Penerjemahan telah menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia saat ini. Penerjemahan yang merupakan bagian ilmu linguistik terapan semakin meperjelas peranan bahasa dalam kehidupan sosial, terutama dalam ilmu pengetahuan, teknologi, komunikasi dan budaya. Catford (1965) mengemukakan bahwa dalam dunia modern penerjemahan semakin berperan penting dan telah menjadi subjek yang menarik bagi ahli bahasa, penerjemah profesional, guru bahasa, insinyur elektronik dan juga ahli matematika. Menurutnya, penerjemahan harus dilihat dari sudut pandang linguistik sehingga
(31)
analisis dan deskripsi dari proses penerjemahan dapat menyajikan kategori bahasa karena penerjemahan berhubungan dengan sistem bahasa itu sendiri.
Newmark (1988: 5) mengatakan bahwa penerjemahan merupakan proses mengganti makna suatu teks ke dalam bahasa lain sesuai dengan yang dimaksudkan si penulis. Dalam hal ini Newmark menekankan pada pesan yang sepadan sebagaimana yang dimaksudkan oleh si penulis BSu. Hal senada juga dikemukakan oleh Bassnett (1980) bahwa penerjemahan tidak hanya mentransfer teks dari satu bahasa ke bahasa lain, tetapi penerjemahan haruslah dilihat sebagai sebuah proses negosiasi antara teks dan antar budaya, dimana proses negosiasi tersebut dimediasi oleh si penerjemah. Disini dipaparkan apa saja yang dipahami secara umum sebagai penerjemahan yang mencakup penggantian teks BSu ke BSa yang bertujuan untuk memastikan kesamaan makna dari dua teks dan sekaligus menjaga kealamiahan kedua bahasa tersebut. Catford (1965: 20) mendefinisikan penerjemahan sebagai "pengganti bahan tekstual dalam BSu dengan materi tekstual yang sepadan dalam BSa".
Terinspirasi dari konsep penerjemahan Newmark dan Catford tersebut, Machali (2009: 26) berkesimpulan bahwa penerjemahan adalah upaya mengganti teks BSu dengan teks BSa yang ekuivalen. Jadi, seorang penerjemah berkewajiban untuk menghasilkan kembali makna dari teks BSu ke dalam teks BSa. Ini berarti bahwa tujuan penerjemah adalah untuk menciptakan sebuah komunikasi baru dalam bentuk alami dari BSa. Oleh karena itu, penerjemah harus menyadari konteks penerjemahan sosiolinguistik dan mampu menjembatani ruang antara si penulis BSu dan pembaca. Laurence Venuti (1995) menegaskan konsep Norman Shapiro bahwa penerjemahan adalah upaya untuk menghasilkan teks yang paling transparan yang terlihat seperti panel kaca dalam BSa. Dia mengatakan bahwa terjemahan yang baik adalah penerjemahan yang tidak terlihat sebagai hasil dari penerjemahan. Senada dengan pendapat para ahli di atas, Nida dan Taber (1969:12) mengatakan bahwa translating consists in reproducing in the receptor language the closest
(32)
natural equivalent of the source language message, first in terms of meaning and secondly in terms of style. (penerjemahan adalah memproduksi teks dalam BSa yang sepadan dan alami
serta paling dekat dengan pesan BSu, pertama dalam makna dan kedua dalam gaya). Dari beberapa teori penerjemahan di atas dapat disimpulkan bahwa penerjemahan adalah proses penggantian teks yang berbeda dari teks sumber kedalam teks yang dapat dipahami dan dibaca oleh pembaca BSa.
2.3Jenis-Jenis Terjemahan
Larson (1984: 3-23) mengemukakan dua jenis terjemahan, yaitu: 1. Terjemahan Berbasis Bentuk (Formed-Based Translation)
Terjemahan ini merupakan jenis terjemahan yang mempertahankan bentuk BSu. Jenis terjemahan ini banyak membantu dalam proses penelitian terhadap BSu tetapi tidak membantu pembaca BSa untuk memahami makna BSu.
2. Terjemahan Berbasis Makna (Meaning-Based Translation)
Terjemahan ini mengutamakan makna yang disampaikan secara alami kepada pembaca BSa karena hasil terjemahan yang diperoleh tidak seperti layaknya sebuah hasil terjemahan baik dari segi bentuk maupun dari segi budaya BSu.
Larson berpendapat bahwa penerjemahan adalah proses memahami leksikon, struktur gramatikal, situasi komunikasi, dan konteks struktural dari teks BSu, menganalisisnya untuk memahami maknanya, dan kemudian mengkonstruksi kembali makna yang sama dengan cara dan leksikon struktur gramatikal yang tepat dalam konteks budaya BSa. Dengan demikian, untuk mendapatkan hasil terjemahan yang sepadan, si penerjemah harus menggunakan bentuk tata bahasa dan leksikal yang berbeda. Dengan demikian, 'penerjemahan berbasis makna' dianggap sebagai jenis terjemahan yang baik karena mengkomunikasikan makna dalam BSu yang bentuknya terasa alami dalam BSa, sementara 'penerjemahan berbasis
(33)
bentuk' dianggap sebagai penerjemahan tak bermakna karena nilai komunikasinya sedikit bahkan terkadang tak berarti dalam BSa.
2.4Teknik Penerjemahan
Teknik penerjemahan adalah pendekatan penerjemah secara spesifik yang berlaku dalam penerjemahan ekspresi individu dalam teks BSu, seperti kata-kata, tata bahasa konstruksi, idiom dan lain lain. Berbeda dengan metode atau ideologi penerjemahan yang merupakan pendekatan global diterapkan pada teks sebagai keseluruhan, teknik penerjemahan yang digunakan untuk kalimat dan unit yang lebih kecil dari bahasa dalam sebuah teks (Newmark, 1988:81). Teknik penerjemahan diterapkan untuk melaksanakan metode yang diberikan pada perumusan kesepadanan untuk tujuan mentransfer unsur makna dari teks sumber ke teks sasaran.
Molina dan Albir (2002: 502) menggunakan istilah 'teknik penerjemahan' dan memastikan teknik yang digunakan bersifat fungsional dan dinamis dalam hal: (1) Teks genre (surat keluhan, kontrak, brosur wisata, dll), (2) Jenis Penerjemahan (teknis, sastra, dll), (3) Modus penerjemahan (penerjemahan tertulis, penerjemahan penglihatan, berturut-turut menafsirkan, dll); (4) Tujuan dan karakteristik penerjemahan, dan (5) Metode yang dipilih (interpretatif-komunikatif, dll). Teknik penerjemahan tersebut digunakan sebagai sarana untuk menganalisis dan mengklasifikasikan bagaimana hasil penerjemahan yang ekuivalen.
Teknik penerjemahan dicirikan oleh lima karakteristik dasar, yaitu: (1) mempengaruhi hasil penerjemahan, (2) diklasifikasikan dibandingkan dengan aslinya; (3) mempengaruhi unit mikro teks, (4) secara alam diskursif dan kontekstual dan (5) fungsional.
Molina dan Albir mengusulkan 18 teknik penerjemahan yang digunakan dalam penerjemahan:
(34)
1. Adaptasi (adaptation)
Teknik ini digunakan ketika penerjemah menggantikan unsur budaya BSu dengan unsur budaya dalam BSa, yang mempunyai sifat yang sama atau serupa dan unsur budaya tersebut akrab bagi pembaca Bsa.
Contoh:
BSu : How are you, mother? (Bahasa Inggris)
BSa : Bagaimana kabar ibu? (Bahasa Indonesia) 2. Amplifikasi (amplification)
Teknik ini digunakan ketika penerjemah mau mengeksplisitkan atau memparafrasa suatu informasi yang implisit dalam BSu. Informasi dalam parafrasa bersifat menerangkan. Contoh:
BSu : White House (Bahasa Inggris)
BSa : Gedung Putih, Istana Kepresidenan AS (Bahasa Indonesia) 3. Peminjaman (borrowing)
Teknik ini digunakan ketika penerjemah meminjam kata atau ungkapan dari BSu. Peminjaman ini dapat bersifat murni (pure borrowing) atau peminjaman yang sudah
dinaturalisasi (naturalized borrowing).
Contoh:
BSu : exrete (Bahasa Inggris)
BSa : mengekresikan (Bahasa Indonesia) 4. Kalke (calque)
Teknik ini digunakan untuk menterjemahkan kata/prasa secara harfiah (literal) baik leksikal atau struktural.
Contoh:
(35)
BSa : sekretaris jenderal (Bahasa Indonesia) 5. Kompensasi (compensation)
Teknik ini digunakan untuk memperkenalkan segmen informasi BSa atau gaya efek di tempat lain karena tidak dapat tercermin di tempat yang sama pada BSa.
Contoh:
BSu : This is however not appropriate to tell (Bahasa Inggris)
BSa : Akan tetapi, ini tidak layak untuk diceritakan (Bahasa Indonesia)
6. Deskripsi (description)
Teknik ini digunakan untuk mengganti istilah atau ungkapan dengan menggambarkan bentuk atau/dan fungsi.
Contoh:
BSu : Halloween party (Bahasa Inggris)
BSa : Pesta malam hari tanggal 31 Oktober yang dipercayai orang-orang dapat melihat hantu (Bahasa Indonesia)
7. Kreasi Diskursif (discursive creation)
Teknik ini digunakan untuk membangunkesepadanan sementara yang keluar dari konteks yang benar-benar tak terduga, dan maknanya tidak berhubungan dengan BSu.
Contoh:
BSu : head to (Bahasa Inggris)
BSa : melekat (Bahasa Indonesia) 8. Kesepadanan Lazim (established equivalent)
Teknik ini digunakan untuk istilah yang sudah dikenal (sesuai kamus atau penggunaan) dalam BSu dan BSa.
(36)
Contoh:
BSu : No gain without pain (Bahasa Inggris)
BSa : Tidak ada hasil tanpa kerja keras (Bahasa Indonesia) 9. Generalisasi (generalization)
Teknik ini digunakan untuk istilah yang lebih umum atau netral. Teknik ini kebalikan dari teknik partikularisasi.
Contoh:
BSu : He meets his uncle (Bahasa Inggris)
BSa : Dia bertemu dengan bapak tuanya (Bahasa Indonesia) 10.Amplifikasi Linguistik (linguistic amplification)
Teknik ini digunakan untuk menambah elemen linguistik. Hal ini sering digunakan dalam menafsirkan dubbing, misalnya, untuk menerjemahkan ekspresi Inggris yang tidak
mungkin ke bahasa lain. Hal ini bertentangan dengan linguistik kompresi. Contoh:
BSu : Shall we? (Bahasa Inggris)
BSa : Bisa kita memulainya sekarang? (Bahasa Indonesia) 11.Kompresi Linguistik (linguistic compression)
Teknik ini digunakan untuk mensintesiskan unsur linguistik di BSa. Hal ini sering digunakan dalam menafsirkan simultan dan sertifikasi sub.
Contoh:
BSu : I want you to listen (Bahasa Inggris)
(37)
12.Penerjemahan Harfiah (literal translation)
Teknik ini digunakan untuk menerjemahkan kata atau ungkapan kata demi kata. Penerjemahan harfiah ini sesuai dengan kesepadanan formal Nida, ketika bentuk bertepatan dengan fungsi dan makna.
Contoh:
BSu : He speaks well. (Bahasa Inggris)
BSa : Dia berbicara dengan baik. (Bahasa Indonesia) 13.Modulasi (modulation)
Teknik ini digunakan untuk mengubah sudut pandang, fokus atau kategori kognitif dalam kaitannya dengan BSa, bisa leksikal atau struktural.
Contoh:
BSu : He cuts his finger (Bahasa Inggris)
BSa : Jarinya terpotong (Bahasa Indonesia) 14.Partikularisasi (particularization)
Teknik ini digunakan untuk menggunakan istilah yang lebih tepat atau konkrit yang berlawanan dengan teknik generalisasi.
Contoh:
BSu : vehicle (Bahasa Inggris)
BSa : mobil (Bahasa Indonesia) 15.Reduksi (reduction)
Teknik ini dikenal juga dengan teknik pengurangan atau penghilangan sebagian atau keseleruhan dan digunakan untuk menekan item informasi BSu di BSa.
Contoh:
BSu : a traditional dance of Malay (Bahasa Inggris)
(38)
16.Substitusi (substitution)
Teknik ini digunakan untuk mengubah unsur linguistik untuk elemen paralinguistik (intonasi, gerakan) atau sebaliknya. Teknik ini biasanya digunakan untuk menafsir.
Contoh:
BSu : raising a tumb (gestur orang Inggris)
BSa : bagus (Bahasa Indonesia) 17.Transposisi (transposition)
Teknik ini digunakan untuk mengubah kategori gramatikal, dari kata kerja diterjemahkan menjadi kata sifat, dari kata kerja ke kata benda atau sebaliknya.
Contoh:
BSu : He runs quickly (Bahasa Inggris)
BSa : Larinya sangat kencang (Bahasa Indonesia) 18.Variasi (variation)
Teknik ini digunakan untuk mengubah unsur linguistik atau paralinguistik (intonasi, gerakan) yang mempengaruhi aspek variasi linguistik: perubahan nada tekstual, gaya, dialek sosial, dialek geografis, dll, misalnya, untuk memperkenalkan atau mengubah indikator dialek untuk karakter ketika menerjemahkan untuk teater, perubahan nada ketika mengadaptasi novel untuk anak-anak, dan lain lain.
Contoh:
BSu : What is the name? (Bahasa Inggris)
BSa : Apalah arti sebuah nama (Bahasa Indonesia)
2.5Kesepadanan dalam Penerjemahan
Para pakar penerjemah berpendapat bahwa proses penerjemahan harus berorientasi kepada pencarian kesepadanan. Penerjemahan yang berorientasi pada pencarian padanan kata
(39)
membicarakan kesepadanan sehingga seorang penerjemah harus selalu melihat konteks kata untuk menterjemahkan sebuah kata dengan tepat dan mencari padanannya dalam BSa (Simatupang, 2000:50).
Hasil penerjemahan dari BSu ke BSa pun harus mencari penerjemahan yang sewajar mungkin. Baker (1992) mengemukakan bahwa kesepadanan meliputi:
1. Kesepadanan tataran kata (equivalence in word level); berorientasi terhadap kajian makna
dari kata-kata dalam teks.
2. Kesepadanan di atas kata (equivalence above word level); mengkaji kombinasi kata-kata
dan frasa-frasa.
3. Kesepadanan gramatikal (grammatical equivalence); menganalisis dan memahami
struktur teks BSu.
4. Kesepadanan tekstual (textual equivalence); menganalisis dan memahami bentuk teks
BSu.
5. Kesepadanan pragmatic (pragmatic equivalence); berorientasi pada penerima pesan
(target text).
Kesepadanan berarti pesan dalam BSu sama dengan pesan dalam BSa, sehingga reaksi pembaca penerjemahan sama dengan reaksi pembaca BSu. Selain penjelasan di atas, pakar penerjemahan yang lain juga menjelaskan kembali mengenai kesepadanan. Menurut Nida dan Taber (1982), kesepadanan dibagi menjadi kesepadanan formal dan dinamis.
Kesepadanan formal adalah kesepadanan yang memfokuskan pesan yang sedekat mungkin pada teks BSu, sedangkan kesepadanan yang dinamis didasarkan pada 'prinsip efek ekuivalen atau kesamaan' (yaitu kesamaan pesan yang disampaikan dari BSu sama dengan pesan yang disampaikan dalam BSa. Kesepadanan formal terdiri dari item BSa yang merupakan ekuivalen dalam mencari padanan yang terdekat dari sebuah kata atau frasa BSu.
(40)
Kesepadanan dinamis didefinisikan sebagai prinsip penerjemahan untuk menerjemahkan arti aslinya sedemikian rupa sehingga kata-kata pada teks BSa menunjukkan dampak yang sama pada pembaca. Nida (1982) menyatakan bahwa dalam kesepadanan dinamis, informasi atau pesan yang akan disampaikan akan jauh lebih benar dan berterima.
Memperkuat penjelasan di atas mengenai konsep kesepadanan, Syihabuddin (2002:107) mengemukakan bahwa kesepadanan merupakan tujuan produk dari proses penerjemahan karena penerjemahan merupakan proses pencarian kesepadanan. Dalam proses pencarian kesepadanan, penerjemah berupaya untuk mencari padanan yang paling wajar antara BSu dengan BSa.
Kemudian Koller dalam Munday (2001:47) juga mengemukakan lima jenis kesepadanan, yaitu:
1. Denotative Equivalence; proses penerjemahannya berfokus pada extralinguistic content.
2. Connotative Equivalence; penerjemahannya berfokus pada pemilihan leksikal yang
berdekatan sinonimnya.
3. Text Normative Equivalence; penerjemahannya berfokus pada jenis teks yang memiliki
penyajian yang berbeda.
4. Pragmatic Equivalence; proses penerjemahannya berfokus pada penerima dari teks
(target readers) atau penerima pesan.
5. Formal Equivalence; berfokus pada bentuk dan estetika teks, permainan kata dan ciri
individu dari teks sumber.
2.6Prosedur Kesepadanan
Selain itu, kesepadanan juga merujuk pada salah satu prosedur penerjemahan yang didukung dengan penerapan pendapat yang dikemukakan oleh Newmark (1988). Newmark mengemukakan bahwa dilakukannya prosedur penerjemahan untuk menghasilkan
(41)
sebenarnya dari BSu ke dalam BSa. Dalam mencari makna yang paling dekat, penerjemah harus mengungkapkan kesamaan fungsi makna dari BSu ke BSa tetapi tidak hanya berfokus pada kosa kata. Dalam hal ini kesepadanan dipandang sebagai prosedur penerjemahan istilah kata, frasa dan bidang kajian yang lain (Syihabuddin, 2002).
Menemukan padanan yang akurat merupakan cara untuk mencapai ketepatan (correctness). Catford (dalam Syihabuddin 2002:108) mengemukakan bahwa kesepadanan
itu merupakan ciri situasional yang relevan antara BSu dan BSa. Dengan kata lain, dalam mencari kesepadanan itu perlu memperhatikan proses penerjemahan, karena hal ini merupakan tindak komunikatif dalam hal penyampaian pesan dari pengirim kepada penerima (penerjemah dan pembaca) dari BSu ke BSa. Dan hal yang paling penting adalah terdapatnya kesepadanan makna antara BSu dan BSa. Tidak ada kesepadanan yang sempurna dalam penerjemahan karena kesepadanan itu ditentukan oleh skopos (konsep dari bidang studi terjemahan yang terdiri dari gagasan bahwa penerjemahan dan juru bahasa harus terutama memperhitungkan fungsi teks sumber dan sasaran).
Selain yang telah dijelaskan di atas, Venuti (1995) juga mengemukakan beberapa hal yang perlu dilakukan dalam mencari padanan yang tepat yaitu menerapkan istilah
foreignization (pengasingan) dan domestication (domestikasi). Foreignization adalah proses
penerjemahan dalam mencari kesepadanan dengan menggunakan kata pinjaman untuk mempertahankan suasana dan pesan yang dapat diterima, tidak jauh dari BSu. Dalam
foreignization, penerjemahan yang baik, benar dan berterima adalah sesuai dengan selera dan
harapan pembaca yang menginginkan budaya sumber itu hadir dalam penerjemahan tersebut. Sedangkan domestication, penerjemahan yang beradaptasi dengan kebudayaan pembaca BSa.
Pembaca berharap penerjemahan yang sesuai dengan budaya masyarakat BSa.
Walaupun penerjemah mengutarakan bahwa kesepadanan yang dicapai bukanlah kesamaan, akan tetapi ukuran kesepadanan harus diperhatikan. Menurut Machali (2009:141)
(42)
dalam mengukur kesepadanan, kita gunakan ukuran menyeluruh; perubahan yang bersifat lokal yakni menyangkut kalimat, frasa, kata dalam fungsinya apakah teks itu untuk menyampaikan informasi atau mengajak, kesepadanannya harus dilihat dari segi fungsi teks tersebut. Secara singkat dapat ditegaskan bahwa sejauh fungsi teks sasaran tidak bergeser dari fungsi asalnya, maka teks sasaran tersebut ekuivalen dengan aslinya. Menentukan padanan yang tepat merupakan cara untuk mencapai ketepatan dan ketepatan itu bisa dicapai apabila pembaca teks sasaran mampu memahami pesan dalam BSa dengan baik. Kesimpulannya yaitu penerjemah harus mengetahui siapa pembaca teks sasaran.
2.7Kompetensi Penerjemah
Penerjemahan hanya muncul ketika ada karakteristik yang berbeda dari dua bahasa atau lebih. Oleh karena itu, dalam proses penerjemahan, seorang penerjemah diperlukan untuk menjadi seorang ahli bahasa yang dengan cara apapun mencari atau menciptakan solusi untuk menghilangkan perbedaan dan menjembatani kesenjangan antara BSu dan BSa. Mengenai peran kompetensi penerjemah dalam proses penerjemahan, Hoed (2006: 25) memberikan argumen yang kuat bahwa kompetensi penerjemah memainkan peran yang sangat penting dalam memproduksi penerjemahan yang berkualitas. Seorang penerjemah harus memiliki kecerdasan yang cukup baik mengenai 'budaya BSu dan budaya BSa'. Kecerdasan budaya memberikan gambaran karakteristik BSu dan BSa, dan dengan demikian memfasilitasi identifikasi perbedaan yang menjadi masalah dalam proses penerjemahan.
Penerjemah harus berpengetahuan, baik umum maupun khusus. Pengetahuan umum dapat membantu si penerjemah dalam memahami masalah yang berhubungan dengan pekerjaan penerjemahannya, sedangkan pengetahuan khusus, berguna dalam menerapkan strategi ketika berurusan dengan teks teknis, kapan dan bagaimana menerjemahkannya. Penerjemah juga harus memiliki kemahiran, logika kecepatan dan keterampilan retorika
(43)
tepat, dan ia juga harus menyadari makna kognitif, struktur sintaksis dan dinamika informasi, dan sekali-sekali harus mengikuti intuisinya atau mendefinisikan masalah daripada memecahkan masalah tersebut (ibid: 180 dalam Baker 1992: 119). Hal ini sangat penting bagi
si penerjemah untuk menyadari bahwa tugas seorang penerjemah adalah untuk mencapai kesepadanan makna dalam norma dan gaya yang berbeda dari BSu, dan bukan untuk memperbaiki teks. Ini berarti bahwa si penerjemah harus mengutamakan gaya penulis BSu lebih daripada norma-norma bahasa. Untuk alasan ini, penerjemah bahkan kadang-kadang harus mengganti gaya bahasa untuk memperoleh kesepadanan yang tepat dan akurat yang dapat dibaca dan dipahami oleh pembaca BSa.
Muchtar (2011: 14) menekankan kompetensi penerjemah pada kompetensi bahasa dan aspek material. Pendapatnya konsisten dengan kenyataan bahwa keragaman makna dari unsur-unsur BSu berkaitan dengan aspek materi teks. Bahasa dan aspek materi menunjukkan pijakan dasar analisis dalam penerjemahan. Jadi apa yang dibutuhkan pada tahap ini adalah pengetahuan dari kedua bahasa yang biasanya terdiri dari dua sub-kompetensi atau lebih karena sekali penerjemah melakukan kesalahan dalam tahap analisis, maka hasilnya akan berakibat buruk pada produk penerjemahannya (Stanislava Šeböková, 2010 : 7). Oleh karena itu, dalam tahap analisis kehati-hatian sangat dibutuhkan. Nababan (1999: 79-81) menjelaskan multi-peran penerjemah. Dia berpendapat bahwa penerjemahan adalah pekerjaan sederhana dan murah tapi menyumbangkan kontribusi yang sangat besar dalam membangun semua aspek kehidupan manusia karena berfungsi sebagai sarana penyebarluasan ilmu pengetahuan, teknologi, budaya dan peradaban manusia lainnya. Pekerjaan yang sangat berharga dari tokoh penerjemah membuktikan bahwa penerjemah adalah agen pembangun bangsa, dan maju mundurnya suatu bangsa ditentukan oleh kompetensi penerjemah sebagai agen perubahan peradaban masyarakat. Penerjemah harus memiliki: 1). kompetensi tekstual kritis (pemahaman konsep yang dimaksudkan oleh penulis
(44)
asli), 2). Kecerdasan (kompetensi penilaian yang akurat atas kualitas penerjemah dalam mentransfer pesan dari BSu sehingga tetap alami dan dipahami oleh pembaca BSa). Konsep di atas sejalan dengan Nababan dan Venuti (1995: 1-2) bahwa kompetensi penerjemahan menunjukkan upaya penerjemah untuk memastikan bacaan yang mudah dengan tetap mengikuti dan mempertahankan sintaksnya dan makna yang tepat untuk teks BSu. Venuti menggunakan istilah "invisibility" untuk menggambarkan situasi dan aktivitas penerjemah pada budaya Anglo-Amerika kontemporer. Menurutnya, situasi mengacu pada efek illusionistis wacana penerjemah dan manipulasi penerjemah itu sendiri. Istilah lain yang digunakan adalah intervensi yang sangat penting dari si penerjemah dalam teks BSu yang didasarkan pada konsep bahwa ‘hasil penerjemahan yang lebih baik tercermin dari penerjemah yang berkualitas bahkan mungkin melebihi dari si penulis teks aslinya.
Neubert (dalam Šeböková 2010: 11) menggunakan istilah kompetensi penerjemah yang merujuk pada pengetahuan dan keterampilan yang kompleks yang dibutuhkan oleh penerjemah dalam proses penerjemahan. Dia menyarankan definisi kompetensi hirarki penerjemahan yang terdiri dari: (1) Kompetensi Bahasa; sistem pengetahuan tata bahasa, istilah, konvensi sintaksis dan morfologi, (2) Kompetensi Tekstual; terkait dengan kompetensi linguistik yang merupakan kemampuan dalam mendefinisikan fitur tekstual misalnya teknis, bidang hukum atau sastra, (3) Kompetensi Budaya; penerjemah harus memiliki pengetahuan tentang budaya, karena penerjemah bertindak sebagai mediator antar berbagai latar belakang budaya. (4) Kompetensi Transfer; meliputi strategi dan teknik yang memungkinkan penerjemah menerjemahkan teks dari BSu ke BSa dengan efektif dan efisien. Ini merupakan kompetensi super-ordinanary dari ke empat kompetensi sebelumnya dan ini bersifat sementara, karena "ditentukan oleh sifat teks".
Ada beragam konsep mengenai kompetensi penerjemah, namun semua mengacu pada pandangan yang sama bahwa kompetensi penerjemahan adalah sistem yang mendasari
(45)
pengetahuan, kemampuan dan sikap penerjemah yang memungkinkannya untuk (1) menganalisis teks yang tidak hanya sistem BSu dan BSa nya saja tapi juga dimensi kompleks konteks yang mempengaruhi proses penerjemahan, (2) mengidentifikasi masalah dan mengatasinya, dan (3) mentransfer makna yang sesuai yang ada dalam BSa atau kata baru yang dibuat dalam BSa untuk kepentingan pembaca agar makna yang disampaikan tetap terasa alami dalam BSa.
Kompetensi penerjemah sangat kompleks tetapi menentukan proses penerjemahan. Kompetensi analisis yang cerdas sang penerjemah sangat dibutuhkan. Kompetensi ini biasanya tercermin pada aplikasi yang sesuai pada teknik, metode dan orientasi ideologi yang mencirikan teks penerjemahan. Jadi, meskipun teori dan istilah yang digunakan berbeda untuk menggambarkan kompetensi penerjemah namun tetap memberikan kontribusi positif yang menyarankan langkah-langkah dan strategi dalam melakukan penerjemahan karena kompetensi penerjemah sangat mempengaruhi kualitas proses dan hasil penerjemahan.
2.8Parameter Penerjemahan yang Berkualitas
Tidak semua hasil penerjemahan dapat berterima di masyarakat. Kebanyakan hasil penerjemahana hanya mengutamakan kuantitas bukan kualitas penerjemahan itu sendiri. Menurut Nababan (1999:132) penerjemahan yang berkualitas harus memenuhi tiga aspek yaitu:
1. Keakuratan
Keakuratan merupakan istilah yang digunakan untuk menilai kualitas penerjemahan dengan melakukan pengevaluasian penerjemahan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah teks BSu dan teks BSa sudah sepadan atau belum. Konsep kesepadanan mengarah pada kesamaan isi atau pesan antara BSu dan BSa.
(46)
Tabel 2.1
Instrumen penilai keakuratan terjemahan Kategori Terjemahan Skor Parameter Kualitatif
Akurat 3 Makna kata, istilah teknis, frasa, klausa, kalimat atau teks bahasa sumber dialihkan secara akurat ke dalam bahasa sasaran; sama sekali tidak terjadi distorsi makna
Kurang Akurat 2 Sebagian besar makna kata, istilah teknis, frasa, klausa, kalimat atau teks bahasa sumber sudah dialihkan secara akurat ke dalam bahasa sasaran. Namun, masih terdapat distorsi makna atau terjemahan makna ganda (taksa) atau ada makna yang dihilangkan, yang mengganggu keutuhan pesan.
Tidak Akurat 1 Makna kata, istilah teknis, frasa, klausa, kalimat atau teks bahasa sumber dialihkan secara tidak akurat ke dalam bahasa sasaran atau dihilangkan (deleted).
2. Keberterimaan
Keberterimaan berarti sebuah hasil penerjemahan terasa alamiah ketika dibaca. Keberterimaan dapat dicapai apabila suatu penerjemahan yang dialihkan ke BSa sesuai dengan kaidah-kaidah, norma dan budaya yang berlaku. Ini berarti bahwa keberterimaan merupakan salah satu hal yang penting dalam proses penerjemahan. Walaupun sebuah hasil penerjemahan telah akurat dari segi isi dan pesannya, namun apabila cara pengungkapannya tidak sesuai dengan kaidah-kaidah, norma dan budaya BSa, hasil penerjemahan belum dikategorikan sebagai penerjemahan yang berkualitas.
Tabel 2.2
Instrumen penilai keberterimaan terjemahan Kategori Terjemahan Skor Parameter Kualitatif
Berterima 3 Terjemahan terasa alamiah; istilah teknis yang digunakan lazim digunakan dan akrab bagi pembaca; frasa, klausa dan kalimat yang digunakan sudah sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa Indonesia
Kurang Berterima 2 Pada umumnya terjemahan sudah terasa alamiah; namun ada sedikit masalah pada penggunaan istilah teknis atau terjadi sedikit
(47)
Tidak Berterima 1 Terjemahan tidak alamiah atau terasa seperti karya terjemahan; istilah teknis yang digunakan tidak lazim digunakan dan tidak akrab bagi pembaca; frasa, klausa dan kalimat yang digunakan tidak sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa Indonesia
3. Keterbacaan
Tingkat keterbacaan teks dapat dilihat berdasarkan apakah pembaca memahami isi teks penerjemahan kedalam BSa. Gilmore dan Root (dalam Nababan, 1999) berpendapat bahwa ukuran suatu teks yang didasarkan pada faktor-faktor kebahasaan tidak lebih dari sekedar alat bantu bagi seorang penulis dalam menyesuaikan tingkat keterbacaan teks dengan kemampuan para pembaca teks itu.
Tabel 2.3
Instrumen penilai keterbacaan terjemahan Kategori Terjemahan Skor Parameter Kualitatif Tingkat
Keterbacaan Tinggi
3 Kata, istilah teknis, frasa, klausa, kalimat atau teks terjemahan dapat dipahami dengan mudah oleh pembaca.
Tingkat Keterbacaan Sedang
2 Pada umumnya terjemahan dapat dipahami oleh pembaca; namun ada bagian tertentu yang harus dibaca lebih dari satu kali untuk memahami terjemahan.
Tingkat Keterbacaan Rendah
1 Terjemahan sulit dipahami oleh pembaca
2.9Penelitian Relevan
Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah:
1. Silalahi (2009) dengan dalam penelitiannya yang berjudul Dampak Teknik, Metode, dan Ideology Penerjemahan pada Kualitas Penerjemahan Teks Medical Surgical Nursing dalam bahasa Indonesia. Penelitiannya mengadopsi delapan teknik penerjemahan
diterapkan dalam menerjemahkan teks Medical-Surgical Nursing yaitu teknik harfiah (literal), peminjaman murni, peminjaman alamiah, calque, transposisi, modulasi, penghilangan, dan penambahan. Teknik harfiah, peminjaman murni, peminjaman
(48)
alamiah, dan teknik calque berorientasi pada BSu sedangkan teknik transposisi, modulasi, penghilangan, dan teknik penambahan berorientasi pada BSa. Penerjemah memilih metode penerjemahan literal, setia, dan semantik. Dalam penelitian ini, adanya penggunaan teknik penerjemahan dan pemilihan metode penerjemahan dilandasi oleh ideologi foreignisasi teks sumber.
Silalahi juga mengemukakan dalam penelitiannya bahwa teknik peminjaman murni, teknik peminjaman alamiah, calque, dan juga harfiah memberikan dampak yang sangat positif terhadap keakuratan penerjemahan, sementara kekurang akuratan dan ketidak akuratan yang terjadi pada penerjemahan lebih disebabkan oleh penerapan teknik penghilangan, penambahan, modulasi, dan teknik transposisi. Kekurang berterimaan dan ketidak berterimaan cenderung disebabkan oleh penggunaan kalimat yang tidak gramatikal, dan masalah yang menghambat pemahaman pembaca sasaran cenderung disebabkan oleh penggunaan istilah asing yang tampaknya belum akrab bagi pembaca, kolokasi yang tidak tepat, kata bahasa Indonesia yang belum lazim bagi pembaca dan kesalahan ketik.
2. Bumi (2011) dalam penelitiannya yang berjudul Teknik Penerjemahan Istilah-istilah Kebudayaan dalam Novel Ronggeng Dukuh Paruh dan Terjemahaannya dalam The Dancer menganalisis tentang teknik penerjemahan unsur budaya dalam elemen bingkai
semantik. Indah menganalisis 17 verba aksi istilah budaya dengan menggunakan 9 teknik penerjemahan. Indah meyimpulkan bahwa teknik established equivalent mendominasi
seluruh teknik dalam penelitiannya (33,33%), diikuti oleh teknik peminjaman (14,81%), teknik kompensasi (14,81%), teknik deskripsi (11.11%), teknik calque (7,40%), teknik
generalisasi (7,40%), teknik amplikasi (3,70%), teknik partikularisasi (3,70%), dan teknik transposisi (3.70%). Dari analisisnya, terdapat 22,22% teknik yang berorientasi kepada BSu dan 77,78% berorientasi pada Bsa.
(49)
Penelitian ini relevan dengan penelitian yang dilakukan karena menggunakan teori teknik penerjemahan Molina & Albir namun dalam penelitiannya Bumi tidak menganalisis kesepadanan.
3. Ahmad (2011) dalam penelitiannya berjudul Analisis Terjemahan Istilah-istilah Budaya pada Brosur Pariwisata Berbahasa Inggris Provinsi Sumatera Utara menganalisis ragam
istilah budaya, teknik penerjemahan, dan pergeseran yang terjadi pada penerjemahan istilah-istilah budaya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 1) terdapat 67 istilah budaya dengan komposisi kategori ekologi 1 verba aksi (1,49%), makanan 13 verba aksi (19,40%), benda budaya/artefak 2 verba aksi (2,98%), pakaian 4 verba aksi (5,97%), bangunan 6 verba aksi (8,96%), transportasi 1 verba aksi (1,98%), bahasa 4 verba aksi (5,97%), social budaya 13 verba aksi (19,40%), kemasyarakatan 8 verba aksi (11,94%), agama 3 verba aksi (4,48%), dan seni 12 verba aksi (17,91%); 2) teknik penerjemahan yang digunakan adalah deskripsi (37,31%), peminjaman (31,34%), kalke (17,91%), generalisasi (8,96%), literal (2,99%), dan kuplet (1,49%); 3) pergeseran yang ditemukan sebanyak 44 verba aksi yang terdiri atas pergeseran unit 28 verba aksi (63,3%), pergeseran struktur 13 verba aksi (29,55%), dan pergeseran 3 verba aksi (6,82%).
Penelitian Ahmad memiliki kesamaan dalam menganalisis teknik terjemahan dengan penelitian ini, namun penelitian ini mengkaitkan teknik penerjemahan dengan kesepadanan terjemahan khususnya keakuratan.
4. Simanihuruk (2013) dalam penelitiannya berjudul Analysis of Translation Techniques and Shifts of Batak Toba Cultural Terms in’ Inside Sumatera: Tourism and Life Style Magazine’ menganalisis teknik penerjemahan dan pergeseran dalam penerjemahan istilah
budaya suku Batak Toba dalam 6 artikel terpilih. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) kategori budaya organisasi, adat-istiadat dan konsep mendominasi dalam 6 artikel tersebut (55,93%), diikuti oleh budaya materi (25,42%), ekologi (10,17%), dan
(50)
budaya social (8,47%); 2) teknik penerjemahan yang paling mendominasi adalah peminjaman murni (34,72%), diikuti oleh penerjemahan harfiah (16,66%), kalke (9,72%), kompensasi (8,33%), deskripsi (6,94%), reduksi (5,55%), adaptasi (4,16%), generalisasi (4,16%), kreasi deskursif (2,77%), partikularisasi (2,77%), amplifikasi (1,38%), modulasi (1,38%), dan transposisi (1,38%); 3) pergeseran unit intra-system mendominasi seluruh
pergeseran (50%), diikuti oleh unit shifts (35,18%), structure shifts (11,12%), dan class shifts (3,07%).
Penelitian Simanihuruk hampir sama dengan penelitian ini karena keduanya menganalisis teknik penerjemahan yang dikemukakan oleh Molina dan Albir, namun penelitian ini mengkaitkan teknik penerjemahan tersebut dengan kesepadanan penerjemahan khususunya tingkat keakuratan.
5. Prasetyo (2011) dalam jurnalnya berjudul Analisis Transposisi dan Modulasi pada Buku Teori Budaya Terjemahan dari Buku Culture Theory bertujuan untuk mendeskripsikan
transposisi dan modulasi dalam buku yang berjudul Teori Budaya dan menggambarkan keakuratan, keberterimaan, dan keterbacaan kalimat yang diterjemahkan mengandung transposisi dan modulasi. Data dari penelitian ini adalah kalimat bahasa Inggris dalam
Culture Theory yang diterjemahkan ke dalam buku berjudul Teori Budaya menggunakan
transposisi dan modulasi. Para penilai memberikan penilaian pada keakuratan, keberterimaan, dan keterbacaan. Data awal diambil dari buku Culture Theory dan buku
terjemahannya Teori Budaya dengan menggunakan observasi dan teknik note taking.
Data kedua dikumpulkan dari kuesioner dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik transposisi dan modulasi memiliki keunggulan serta kelemahan. Dalam hal keakuratan, transposisi lebih akurat daripada modulasi tetapi modulasi memiliki keterbacaan dan keberterimaan lebih tinggi dari transposisi. Dari 100 data transposisi yang diteliti, ada 86 % dikategorikan akurat, 73 % berterima, dan 91 % terbaca. Di sisi
(51)
lain, dari 80 data modulasi dianalisis, ada 83,75 % dikategorikan akurat, 73,75 % berterima, dan 93,75 % terbaca. Dari analisis ini, penerjemah perlu memiliki kompetensi yang baik dalam menerjemahkan dan buku yang diterjemahkan adalah berkualitas baik. Penerjemah harus mampu mengatur dirinya bebas dari pengaruh struktur kalimat BSu dan untuk mengekspresikan pesan dalam bahasa idomatik Indonesia .
Penelitian Prasetyo hampir sama dengan penelitian ini karena keduanya menganalisis teknik penerjemahan yang dikemukakan oleh Molina dan Albir, namun Prasetyo hanya memfokuskan pada 2 teknik penerjemahan, yaitu transposisi dan modulasi dan mengkaitkannya dengan tingkat keakuratan, keberterimaan, dan keterbacaan sedangkan penelitian ini mengkaitkan keseluruhan teknik penerjemahan dengan ekuivalensi penerjemahan khususnya tingkat keakuratan.
6. Sari, dkk dalam jurnal mereka yang berjudul Translation Techniques and Translation Accuracy of English Translated Text of Tourism Brochure in Tanah Datar Regency
bertujuan untuk menemukan jenis-jenis teknik penerjemahan yang digunakan oleh penerjemah dalam menerjemahkan teks dari Bahasa Indonesia ke Bahasa Inggris dalam brosur pariwisata yang terdapat di kabupaten Tanah Datar. Penelitian ini berdasarkan konseptual teori tentang teknik penerjemahan dari Molina dan Albir. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk menemukan tingkat keakuratan hasil terjemahan tersebut. Data penelitian ini berupa teks terjemahan bahasa Inggris yang terdapat dalam brosur pariwisata di Kabupaten Tanah Datar, yang didapat dari Dinas Kebudayan dan Pariwisata Kabupaten Tanah Datar. Berdasarkan analisis data, ditemukan bahwa teknik penerjemahan harfiah (literal translation) merupakan teknik yang paling banyak
digunakan oleh penerjemah. Sedangkan dari tingkat keakuratannya, 60% data masuk kedalam kategori kurang akurat. Dari penemuan juga disimpulkan bahwa penerjemah cenderung mempertahankan ciri BSu didalam BSa.
(52)
Penelitian Sari, dkk hampir sama dengan penelitian ini karena keduanya menganalisis teknik penerjemahan yang dikemukakan oleh Molina dan Albir dan mengkaitkannya dengan tingkat keakuratan namun sumber data penelitian berbeda dimana Sari, dkk mengambil data dari brosur pariwisata di Kabupaten Tanah Datar, yang didapat dari Dinas Kebudayan dan Pariwisata Kabupaten Tanah Datar sedangkan sumber data penelitian ini diambil dari Buku Pelajaran Biologi 2B Bilingual SMA Kelas XI.
7. Anari dan Bouali (2009) dalam jurnal mereka yang berjudul Naturalness and
Accuracy in English Translation of Hāfiz bertujuan untuk menguji tingkat kewajarandan
keakuratan dalam terjemahan bahasa Inggris Hafiz oleh penutur asli bahasa Inggris dan Persia. Mereka berusaha untuk menemukan jawaban atas dua pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1) Apakah ada perbedaan antara terjemahan bahasa Inggris Hafiz oleh penutur asli dari Persia dan pembicara asli bahasa Inggris dalam hal kewajaran dan akurasi? 2) Apakah mungkin untuk mencapai kewajaran dan keakuratan dalam terjemahan puisi? Untuk menemukan jawaban atas dua pertanyaan tersebut, beberapa sampel dari Hafiz ghazal dipilih dan dikontraskan dengan dua terjemahan berbeda. Terjemahan pertama dilakukan oleh Pazargadi, penerjemah Persia, dan yang kedua oleh Clarke, seorang penerjemah bahasa Inggris. Pendekatan penelitian ini adalah pendekatan
contrastive dan oleh karena itu metodologi deskriptif digunakan dalam penelitian ini.
Setelah melakukan survei terhadap kedua terjemahan tersebut, para peneliti berkesimpulan bahwa terjemahan Hafiz ghazal oleh penerjemah Iran lebih akurat, sedangkan terjemahan dari penerjemah bahasa Inggris lebih alami/wajar.
Penelitian Anari dan Bounali hampir sama dengan penelitian ini karena keduanya menganalisis tingkat keakuratan, bedanya penelitian ini mengkaitkan tingkat keakuratan dengan teknik penerjemahan yang diusulkan oleh Molina dan Albir.
(53)
BAB III
METODOLOGI
3.1Pendekatan dan Desain Penelitian
Penelitian kualitatif merupakan upaya sistematis untuk mengeksplorasi fenomena yang ada (seperti: persepsi, perilaku, isu atau masalah, dan sebagainya) yang holistik untuk menggambarkan signifikansi dalam konteks alam dengan cara metodologi ilmiah. Penelitian kualitatif menyingkap misteri dan keunikan yang ada di dalam sehingga dapat dengan mudah ditafsirkan.
Karakteristik dari penelitian kualitatif adalah: (1) konteks alami dan pengaturan (konteks dan pengaturan dari penelitian ini adalah alami, bukannya melakukan eksperimen secara ketat dikontrol atau dimanipulasi variabel), (2) bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang fenomena dan menafsirkan bagaimana subjek memperoleh makna dari lingkungan sekitarnya dan bagaimana hal itu mempengaruhi perilaku mereka, (3) peneliti terlibat dalam subjek yang diteliti (observasi partisipan), (4) Teknik pengumpulan verba aksi biasanya kualitatif (seperti: anekdot catatan, observasi, dll), dengan tidak adanya manipulasi variabel, (5) Ini mengeksplorasi nilai-nilai yang terkandung baik dalam perilaku maupun dalam individu sebagai dua bagian integral yang penting, (6) Fleksibel, tidak hanya berfokus pada konsep, fokus, dan teknik pengumpulan verba aksi yang direncanakan sebelumnya, tetapi dapat diubah dalam proses, (7) tingkat akurasi dikendalikan oleh hubungan peneliti dengan subyek penelitian (Semakin baik kualitas hubungan, lebih otentik verba aksi temuan), (8) desain yang fleksibel. Desain kualitatif memiliki sifat yang fleksibel yang akan berkembang sejalan dengan perkembangan pekerjaan lapangan; (9) instrumen utama adalah peneliti sendiri. Peneliti kualitatif tidak memiliki formula standar untuk menjalankan penelitian, sehingga dia sendiri memainkan peran utama dalam proses
(54)
penelitian, mulai dari memilih dan mendekati topik, mengumpulkan verba aksi, sampai menganalisis dan menafsirkan verba aksi. (Herdiansyah, 2010: 9-15)
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif, berfokus pada analisis orientasi kesepadanan penerjemahan verba aksi bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Penelitian ini akan dilakukan dengan menelusuri orientasi kesepadanan penerjemahan melalui analisis dari teknik dan metode penerjemahan yang diterapkan dan menggambarkan dalam penerjemahan.
3.2Verba aksi dan Sumber Verba aksi
Verba aksi penelitian ini adalah verba aksi berbentuk kata dan frasa yang diperoleh dari Bab VI, VIII dan XI teks ‘Buku Pelajaran Biologi 2B Bilingual SMA Kelas XI’ yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Iswati Cahyani, M.Sc. dan diterbitkan oleh
Esis tahun 2010.
3.3Teknik Pengumpulan Verba aksi
Pengumpulan verba aksi dalam penelitian ini, mengunakan analisis dokumen terhadap sumber verba aksi, pertama penulis mengecek silang dan memvalidasi verba aksi. Metode ini adalah proses sistematis dari melihat, menelaah dan mempelajari secara seksama hasil penerjemahan pada BSa khususnya verba aksi yang berupa perbuatan.. Inti dari metode ini
adalah adanya perilaku terlihat dan tujuan yang ditargetkan untuk dicapai (Herdiansyah, 2010:131). Untuk melaksanakan metode ini, penulis menggunakan teknik
pengumpulan verba aksi, di mana penulis mengambil catatan sambil mengamati objek yang diteliti, mencatat verba aksi penting, dan menafsirkan makna bila diperlukan. Untuk melaksanakan teknik pengumpulan verba aksi pada penelitian ini, penulis melakukan langkah-langkah, sebagai berikut:
(55)
1. Skimming (membaca teks sumber dan teks sasaran untuk memperoleh pemahaman umum
tentang objek analisis);
2. Membaca intensif atau scanning (setelah membaca seluruh teks, penulis membaca
intensif pada verba aksi teks, menyoroti kata kunci atau konsep-konsep yang diperoleh dalam verba aksi teks);
3 Reduksi verba aksi (bila kodenya telah diturunkan dari membaca intensif, penulis kemudian mengambil catatan dari verba aksi kunci untuk analisis, verba aksi diurutkan, diklasifikasikan dan diadakan pemilihan verba aksi secara Sampel Random Sistematik (Systematic Random Sampling) yaitu dengan mengambil verba aksi sesuai dengan
lompatan nomor yang telah ditentukan disesuaikan dengan tujuan penelitian. Proses pengambilan sampel, setiap urutan ke “K” dari titik awal yang dipilih secara random, dimana:
N (Jumlah anggota populasi) K = ---
n (jumlah anggota sampel)
Dalam penelitian ini, setiap verba aksi dengan lompatan empat yang muncul diambil sebagai verba aksi penelitian (verba aksi no. 1, 5, 9, 13 dan seterusnya).
3.4Teknik Analisis Verba aksi
Tahap analisis verba aksi adalah inti dari fase penting dalam sebuah penelitian karena pada tahap ini aturan yang mengatur keberadaan verba aksi obyektif dianalisis. Oleh karena itu, peneliti membutuhkan metode yang handal dan teknik analisis verba aksi didasarkan pada tujuan dan sifat penelitian. Oleh karena penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif, teknik analisis verba aksi kemudian mengikuti karakteristik kualitatif, beberapa langkah dari kegiatan analisis verba aksi yang dilakukan adalah sebagai berikut:
(56)
1. Mengidentifikasi seluruh verba aksi yang diperoleh dengan cara sampel random sistematik.
2. Mendeskripsikan seluruh verba aksi
3. Mendeskripsikan verba aksi dengan teknik penerjemahan 4. Menganalisis tingkat kesepadanan penerjemahan verba aksi 5. Pembahasan
(1)
nephrostome, then
enters along convoluted
tracts of nephridia
pembuluh panjang dan berliku-liku
(hal.114)
(hal.115)
57 The base of Malpighian tubule attaches to the anterior end of intestine and its tip heads to
hemocoel that contains hemolymph (hal.114)
Bagian pangkal pembuluh Malpighi melekat pada ujung anterior dinding usus dan bagian ujungnya menuju ke hemosol yang mengandung hemolimfa
Harfiah
(hal.115)
58 Flat worm (planaria)
excretes water and
metabolic waste through flame cells (hal.118)
Cacing pipih (planaria)
melakukan ekskresi air
dan sisa-sisa metabolism melalui sel api (hal.119)
Modulasi
59 There, they can
multiply and, in the
process, destroy our tissues or cells by releasing toxins (hal.232)
Patogen dapat
menggandakan diri di
dalam tubuh dan menghancurkan sistem imun dalam tubuh kita dengan cara menghasilkan racun (hal.233)
Harfiah
60 the person will not easily sicken and the balance of his/her body will be maintained
(hal.232)
orang tersebut tidak mudah terkena penyakit dan sistern keseimbangan tubuhnya juga terjaga
(hal.233)
Harfiah
61 The skin also secretes
many substances to hamper bacterial growth (hal.234)
Kulit juga mensekresi berbagai zat yang menghambat pertumbuhan bakteri
Peminjaman (hal.235)
62 Nasal hairs filter air that
passes through nasal cavity (hal.234)
Rambut hidung berfungsi sebagai filter udara yang melewati saluran hidung
Amplifikasi (hal.235)
63 Lactate kills pathogenic
bacteria (hal.236)
Laktat dapat mematikan
bakteri-baktefi patogen (hal.237) Harfiah 64 Basophils can release
chemicals, such as histamine that causes inflammation reaction (swelling)
Basofil dapat melepaskan
senyawa kimia seperti
histamin yang menyebabkan reaksi inflamasi (pembengkakan) (hal.237) (hal.236) Harfiah
65 When the tissues of the body are damaged, such
Harfiah Ketika tubuh terluka karena
tergores, terpotong, terbakar, atau diserang oleh patogen yang
(2)
as from cuts, burns, or from pathogenic attacks, the body will first produce an innate or non-specific immune response
berhasil menembus pertahanan tubuh, tubuh akan menghasilkan respon imun bawaan atau non-spesifik
(hal.236)
(hal.237)
66 Swelling tissue presses
the nerve endings and receptors (hal.238)
Jaringan yang membengkak menekan
reseptor dan saraf (hal.239)
Harfiah
67 This reaction also gives
information to the other components of immune system of the presence of an infection (hal.238)
Reaksi tersebut juga
memberikan nformasi
pada komponen sistem imun lain tentang adanya infeksi (hal.239)
Harfiah
68 Antibodies will attack
bacteria or viruses before they do any damage to the body (hal.242)
Antibodi akan menyerang bakteri atau virus sebelum patogen tersebut masuk ke dalam sel tubuh
Harfiah (hal.243)
69 Plasma cells secrete
antibodies through the body circulatory system (hal.242)
Sel B plasma
mensekresikan antibodi
ke sistem sirkulasi tubuh (hal.243)
Peminjaman
70 These cells do not
produce antibodies
(hal.242)
Sel tersebut tidak
memproduksi antibodi
(hal.243)
Peminjaman 71 every antigen that the
pathogen has will
activate a B cell
(hal.242)
masing-masing antigen yang dimiliki patogen tersebut akan mengaktivasi satu sel B
Peminjaman (hal.243)
72 When T lymphocytes are activated, they will
kill several microorganisms
(hal.242)
Sel-sel yang terlibat adalah sel limfosit T, yang ketika teraktivasi akan mematikan beberapa mikroorganisme
Peminjaman (hal.243)
73 T lymphocytes also
react to specific
antigens (hal.242)
Sel limfosit T juga bereaksi
terhadap antigen yang spesifik Harfiah (hal.243)
74 Other clones develop
into one of the three types of the following T cells (hal.244)
Klon yang lainnya akan
berkembang lagi menjadi
salah satu dari tiga jenis sel T berikut (hal.245)
Harfiah
75 Both cells face each other, membrane
Reduksi Kedua sel sating berhadapan,
membran bertemu dengoan membran, dan sel T pembunuh
(3)
contacts with membrane and the killer T cell will
penetrate or puncture
the pathogenic cell's membrane
akan melubangi sel lawannya
(hal.244)
(hal.245)
76 Active immunity can also be triggered
artificially (hal.244)
Kekebalan tubuh juga dapat dipicu
secara buatan, (hal.245 ) Modulasi 77 A small amount of
antigen is introduced into a person's body so it can stimulate antibody
production (hal.244)
Sejumlah kecil antigen diperkenalkan ke tubuh seseorang sehingga menstimulasi produksi antibodi (hal.245 )
Peminjaman
78 However, they still
retain the antigens on
the cell surface
namun masih memiliki
antigen pada permukaan selnya yang akan dikenali oleh limfosit T dan limfosit B (hal.247)
(hal.246)
Kreasi Diskursif
79 The influenza antigen is separated from the microorganism through the breakdown of the pathogen structure and
isolate the glycoprotein
Antigen yang penting
dipisahkan dari mikroorganisme metalui
pemecahan struktur patogen dan mengambil
glikoprotein (hal.247) (hal.246)
Kreasi Diskursif
80 During the course of human history, millions of people have died as a
result of bacterial infections (hal.248)
Sepanjang sejarah manusia, berjuta-juta orang telah meninggal akibat infeksi bateri
Harfiah (hal.249)
81 Since then, antibiotics have been extracted
from many sources (hal.248)
Semenjak itu, antibiotik telah
diekstrak dari berbagai sumber Peminjaman (hal.249)
82 They have to be able to kill or hinder the
growth of bacteria. but do little or no harm to the body cells (hal.248)
antibiotik tersebut harus mampu mematikan atau menghambat pertumbuhan bakteri, tapi menyebabkan sedikit atau tidak ada kerusakan bagi jaringan tubuh
Harfiah
(hal.249)
83 chloramphenicol works
by inhibiting amino acid transfer to ribosomes (hal.248)
kloramfenikol bekerja
dengan cara mencegah transfer asam
amino ke ribosom
Harfiah (hal.249)
84 Nevertheless, not completing a full course
of antibiotics allows the
Namun demikian, tidak menghabiskan seluruh antibiotik yang didosiskan memungkinkan bakteri terkuat dapat bertahan dan
Kreasi Diskursif
(4)
strongest bacteria to survive and reproduce
bereproduksi (hal.248)
(hal.249)
85 Body immunity fights against diseases or
pathogens (hal.250)
Kekebalan tubuh
terhadap penyakit dan
patogen (hal.251)
Reduksi
86 They can be used safely
to fight pathogenic bacterial attacks (hal.250)
Antibiotik dapat
digunakan dengan aman
untuk melawan serangan bakteri patogen (hal.251)
(5)
Lampiran 3
Surat Pengantar dan Verba aksi Penelitian Tingkat Keakuratan untuk Mengukur Tingkat Kesepadanan Terjemahan
Kepada Yth.
Bpk/Ibu ____________________________ Di
Tempat
Dengan hormat,
Terlebih dahulu penulis mengucapkan terima kasih atas kesediaan Bpk/Ibu untuk menjadi salah seorang penilai (rater) terhadap hasil terjemahan ‘Buku Pelajaran Biologi 2B
Bilingual SMA Kelas XI’ dalam penelitian ini yang berjudul ‘Teknik Penerjemahan dan Tingkat Keakuratan Penerjemahan Verba Aksi dalam Buku Pelajaran Biologi 2B Bilingual SMA Kelas XI’. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat
kesepadanan, khususnya tingkat keakuratan terjemahan.
Bpk/Ibu dimohon kesediaannya untuk mengisi kolom kuesioner keakuratan terjemahan (terlampir) dengan memberikan penilaian tingkat keakuratan yang berpedoman
pada Instrumen Penilai Keakuratan Terjemahan yang tertera di bawah ini.
Instrumen Penilai Keakuratan Terjemahan
Kategori Terjemahan Skor Parameter Kualitatif
Akurat 3 Makna kata, istilah teknis, frasa, klausa, kalimat atau teks bahasa sumber dialihkan secara akurat ke dalam bahasa sasaran; sama sekali tidak terjadi distorsi makna
Kurang Akurat 2 Sebagian besar makna kata, istilah teknis, frasa, klausa, kalimat atau teks bahasa sumber sudah dialihkan secara akurat ke dalam bahasa sasaran. Namun, masih terdapat distorsi makna atau terjemahan makna ganda (taksa) atau ada makna yang dihilangkan, yang mengganggu keutuhan pesan.
Tidak Akurat 1 Makna kata, istilah teknis, frasa, klausa, kalimat atau teks bahasa sumber dialihkan secara tidak akurat ke dalam bahasa sasaran atau dihilangkan (deleted).
(6)
Sumber : Nababan (1999:132)
Pada kuesioner tersebut, buatlah skor skala 1 sampai 3 sesuai dengan penilaian Bpk/Ibu terhadap hasil terjemahan dari bahasa Inggris (BSu) ke bahasa Indonesia (BSa),dan berikanlah komentar pada kolom yang tersedia.
Penilaian dan komentar Bpk/Ibu akan sangat membantu terlaksananya penelitian ini. Akhir kata saya ucapkan terima kasih.
16 Agustus 2014 Hormat saya Penulis,