sehingga untuk proses analisa lebih lanjut, variabel-variabel di atas dapat diasumsikan tetap berada pada nilai dasarnya. Sementara Kapasitas Penerbangan Terjadwal, Biaya
Pengoperasian, Jam Terbang dan Tarif Carter mempunyai efek yang besar terhadap keuntungan tahunan; dimana batang untuk keempat variabel ini memotong garis kritis
42.000.000. Proporsi dari Penerbangan Carter, Harga Tiket, dan Asuransi juga mempunyai efek yang kuat terhadap laba, tetapi batang dari ketiga variabel ini
semuanya terletak di sebelah kanan garis 42.000.000. Untuk tahapan awal, ketiga variabel ini dapat diasumsikan tetap pada nilai dasarnya.
Terdapat empat variabel yang sensitif karena yang menjadi benchmark-nya. adalah investasi di pasar uang dengan asumsi suku bunga tidak berubah sebesar 8.
Tapi jika benchmark investasi lainnya diubah, misalnya ke dalam bentuk tabungan dengan tingkat suku bunga 3 pertahun, maka keuntungan yang akan diperolehnya
dalam setahun adalah Rp. 15.750.000,- maka tinggal tiga variabel saja yang diagram tornadonya berpotongan dengan garis benchmark. Artinya hanya tinggal tiga variabel
saja yang sensitif terhadap laba. Demikian sebaliknya, jika modal yang ada diinvestasikan di dalam instrumen saham, dan kebetulan saham tersebut tidak meraup
keuntungan pada tahun tersebut, tetapi malah minus 10 dalam setahun, maka tinggal satu variabel saja yang sensitif terhadap laba. Jadi, pada permasalahan ini, terdapat
empat variabel yang sensitif, karena benchmark-nya. adalah investasi di pasar uang dengan tingkat pengembalian 8 pertahun fixed 3 tahun.
3.1.3 Analisa Sensitifitas Dua Peubah
Analisa Diagram Tornado memberikan pemahaman yang mendalam, tentang apa yang akan terjadi, tetapi terbatas jika hanya ada satu variabel yang berubah dalam satu waktu.
Akan sangat rumit, jika ingin dicari akibat dari perubahan beberapa variabel dalam satu waktu. Tapi ada suatu Tehnik Grafik yang tersedia untuk mempelajari interaksi dari dua
buah variabel.
Universitas Sumatera Utara
Misalkan, ingin dicari pengaruh gabungan dari perubahan dua variabel yang paling kritis, yaitu Biaya Pengoperasian dan Kapasitas dari Penerbangan Terjadwal.
Pada Gambar 3.3 terlihat garis lurus yang mewakili semua nilai yang mungkin dari kombinasi kedua variabel di atas. Kemudian akan dilihat nilai keuntungan tahunan dari
Biaya Pengoperasian dan Kapasitas dari Penerbangan Terjadwal yang kurang dari Rp 42.000.000,-. Untuk mendapatkan nilai tersebut, maka harus dicari dulu total dari
pendapatan setahun dikurang dengan total biaya setahun yang kurang dari Rp 42.000.000,- atau dicari dulu total pendapatan yang kurang dari hasil pengurangan total
biaya ditambah Rp 42.000.000,- Total Pendapatan Total Biaya + Rp 42.000.000,-
Proporsi Carter x Jam Terbang x Tarif Jam Terbang x Biaya Carter + [1 - Proporsi Carter x Jam Pengoperasian + Asuransi + Harga
Terbang x Harga Tiket x Jumlah Beli x Pporsi Pinjaman x Tingkat
Tempat Duduk Penumpang x Kapasitas Suku Bunga + Rp42. 000.000,-
Penerbangan Terjadwal]
Dengan memasukkan nilai dasar pada semua variabel kecuali pada variabel Biaya Pengoperasian dan Kapasitas dari Penerbangan Terjadwal, akan didapatkan
0,5 x 800 x 3.250.000 +[0,5 x 800 x 800 x Biaya Pengoperasian +
1.000.000 x 5 x Kapasitas dari 200.000.000 + 875.000.000 x 0,4 x Penerbangan Terjadwal
0,115+42.000.000
yang dapat disederhanakan menjadi:
1.300.000.000 + 2.000.000.000 x 800 x Biaya Pengoperasian +
Kapasitas Terjadwal 282.250.000
sekarang pertidaksamaannya menjadi:
Universitas Sumatera Utara
Kapasitas Terjadwal 0,0000004 x Biaya Pengoperasian - 0,509
Pertidaksamaan ini mendefenisikan daerah dimana pembelian pesawat akan menghasilkan keuntungan yang lebih kecil dari Rp 42.000.000. Untuk
menggambarkan garis dari pertidaksamaan ini hanyalah diperlukan dua titik awal. Cara yang paling gampang adalah dengan memasukkan nilai ekstrim batas atas dan batas
bawah dari Biaya Pengoperasian untuk menghitung berapa nilai dari Kapasitas.
Jika Biaya Pengoperasian = Rp2.300.000, maka Kapasitas Terjadwal = 0,0000004 x 2300000 - 0,509
= 0,411
Jika Biaya Pengoperasian = Rp2.600.000, maka Kapasitas Terjadwal = 0,0000004 x 2600000 - 0,509
= 0,531
Universitas Sumatera Utara
Titik yang diberi label Nilai Dasar didapat jika perhitungan keuntungan dengan menggunakan variabel Kapasitas dari Penerbangan Terjadwal dan Biaya Pengoperasian
yang tetap pada nilai dasarya. Dapat dilihat bahwa titik Nilai Dasar itu terletak pada daerah keuntungan Rp42.000.000. Dengan begitu, bisa diambil kesimpulan bahwa
pembelian CN-235 dapat memberikan keuntungan yang menjanjikan. Tapi mungkin saja Thoriq ingin mengetahui bagaimana perkiraan hasil yang mungkin didapatkan
apabila kedua variabel di atas dikombinasikan, apakah akan mendapatkan keuntungan yang menarik, atau malah akan menghasilkan kerugian
Misalkan saja, ternyata Biaya Pengoperasian ternyata lebih tinggi dari perkiraan nilai dasar, katakan sebesar Rp2.480.000, dan Kapasitas dari Penerbangan Terjadwal
lebih kecil dari perkiraan nilai dasar, katakan sebesar 48. Jika dihitung sendiri-sendiri, yaitu dengan memasukkan nilai dari salah satu variabel tersebut dalam perhitungan,
sementara nilai variabel yang lain tetap pada nilai dasarnya, kedua nilai tersebut terlihat tidak menimbulkan kerugian, keuntungan yang diperoleh tetap lebih besar dari Rp
42.000.000. Tapi pada saat kedua variabel tersebut dikombinasikan titik C pada Gambar 3.4, ternyata kombinasi kedua variabel tersebut menghasilkan laba yang
berada dalam wilayah keuntungan Rp 42.000.000, yang akan menghasilkan keputusan
Universitas Sumatera Utara
untuk tidak membeli CN-235 tersebut. Situasi yang demikian mengindikasikan bahwa ketidakpastian variabel-variabel ini harus dimodelkan dengan menggunakan metode
probabilitas.
3.1.4 Sensitifitas Pada Probabilitas