untuk tidak membeli CN-235 tersebut. Situasi yang demikian mengindikasikan bahwa ketidakpastian variabel-variabel ini harus dimodelkan dengan menggunakan metode
probabilitas.
3.1.4 Sensitifitas Pada Probabilitas
Langkah selanjutnya dalam analisis ini adalah memodelkan ketidakpastian yang melingkupi variabel-variabel kritis yang diidentifikasi dan analisis dengan
menggunakan diagram tornado. Keempat variabel kritis tersebut adalah 1 Kapasitas dari Penerbangan Terjadwal, 2 Biaya Pengoperasian, 3 Jam Terbang, dan 4 Tarif
Carter. Ketidakpastian yang perlu dipertimbangkan hanyalah untuk ketiga variabel pertama, karena tarif carter adalah sebuah variabel keputusan yang dapat ditetapkan
langsung oleh Thoriq. Untuk keperluan contoh disini, diasumsikan bahwa untuk awal percobaan memodelkan ketidakpastian, Thoriq memilih dua nilai untuk masing-masing
variabel, satu mewakili skenario optimistis dan satu lagi mewakili yang pesimistis. Diagram keterkaitannya seperti yang terlihat pada Gambar 3.4. Diagram tersebut juga
memperlihatkan perubahan dalam model, berdasarkan analisis sensitifitasnya. Biaya Pengoperasian, Jam Terbang, dan Kapasitas dari Penerbangan Terjadwal telah diubah
menjadi simpul kejadian- Variabel input yang tersisa Tingkat Suku Bunga, Proporsi Pinjaman, Harga Beli, Asuransi, Tarif Carter dan Proporsi dari Penerbangan Carter
telah ditetapkan pada nilai dasarnya dan dengan demikian dapat dianggap sebagai konstanta. Pohon keputusan pada Gambar 3.5 menunjukkan nilai pesimistis dan
optimistis untuk ketiga variabel tidak pasti tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.5 Diagram Keterkaitan dari Cendrawasih Airways
Sekarang masalahnya telah menjadi lebih sederhana. Pada Gambar 3.4 dan 3.5. distribusi probabilitas untuk Jam Terbang tergantung pada Kapasitas Penerbangan
Terjadwal. Jika Kapasitasnya rendah, maka mungkin dapat mengakibatkan beberapa penerbangan dibatalkan dengan demikian mengnrangi jumlah jam terbang. Sebuah garis
lengkung yang berhubungan ditarik dari Kapasitas dari Penerbangan Terjadwal ke Jam Terbang pada diagram keterkailan, dan dalam pohon keputusan nilai untuk r =
PJam Terbang Rendah | Kapasitas Rendah mungkin tidak sama dengan untuk s = PJam Terbang Rendah |Kapasitas Tinggi. Pendapat awal adalah bahwa nilai r akan
lebih besar dibandingkan s. Sebaliknya, Biaya Pengoperasian ditetapkan independen terhadap variabel-variabel lainnya.
Gambar 3.6 Pohon Keputusan untuk Cendrawasih Airways dengan Ketidakpastian untuk Tiga Variabel
Hal berikutnya yang harus dilakukan adalah menaksir beberapa nilai untuk probabilitas p, q, r, dan s. Bila dianggap bahwa Thoriq merasa yakin dengan penaksiran
nilai p = 0,5, atau bahwa Biaya Pengoperasian dapat setinggi Rp2.530.000 atau serendah Rp2.370.000. Andaikan Thoriq merasa bahwa sebuah cara yang masuk akal
dalam menyatakan ketergantungan antara Jam dan Kapasitas adalah dengan menetapkan
Universitas Sumatera Utara
s = 80 r. Sehingga, jika Kapasitas tinggi 55, maka probabilitas Jam = 650 hanyalah 80 dan probabilitas Jam = 650 pada saat Kapasitas rendah. Dengan dua
spesifikasi ini, sekarang tinggal dua probabuitas lagi yang belum dispesifikasi yang harus dicari, yaitu q dan r. Gambar 3.7 menunjukkan pohon keputusan yang sudah
dimodifikasi dengan p = 0,5 dan s = 0,8r.
Gambar 3.7 Pohon Keputusan untuk Cendrawasih Airways dengan Ketidakpastian untuk Tiga Variabel dengan p = 0,5 dan s = 0,8r
Sekarang dapat dibuat sebuah grafik sensitifitas dua variabel untuk q dan r. Sebagaimana analisis saisitifitas dua variabel di atas, grafiknya akan menunjukkan
daerah mana yang Nilai Ekspektasinya untuk membeli CN-235 lebih besar dari pada menanamkan modal di pasar uang.
Untuk menggambarkan grafiknya, pertama sekali harus dicari nilai ekspektasi dari membeli CN-235 dalam nilai q dan r, termasuk spesifikasinya bahwa p = 0,5 dan s
=0,Sr. Perhitungan ini didapat dari penyelesaian pohon keputusan:
Universitas Sumatera Utara
EMV Pembelian = 0.5 {[-97.250. OOOr - 42.250.000l-r] +
1-q[65.250.0000,8 + 182.750.000l-0,8r]} + 0,5{q[6.750.000- + 101.750.0000--] +
1-q[169.250.0000,8- + 326.750.000l-0,8r]}
Setelah direduksi secara aljabar, persamaan di atas menjadi: EMV Pembelian =q 35.000.000r - 225.000.000 - 110.000. 000r + 254.750.00
Pesawat terbang akan dibeli jika EMV pembelian 42.000.000. Sehingga bisa dihitung pertidaksamaan untuk q dengan menggunakan r.
q350.00.000r - 225.000.000 - 110.000.000r + 254.750.000 42.000.000 254.750.000 - 42.000.000 - 110.000.000r q225. 000.000 - 35.000.000r
Kemudian pertidaksamaan di atas menjadi: 212.750.000 - 110.000.000- 225.000.000 - 35.000.000r q
Dengan menggunakan pertidaksamaan ini, sebuah grafik sensitifitas dua variabel untuk Cendrawasih Airways dapat dibuat Gambar 5.8. Kurva yang memisahkan dua
daerah yang mewakili nilai dari q dan r untuk EMV pembelian = 42.000.000 mewakili titik-titik nilai r antara 0 dan 1 ke dalam pertidaksamaan di atas. Untuk nilai q dan r ini,
Thoriq haruslah merasa tidak berbeda dalam hal EMV antara membeli pesawat atau tidak. Daerah di bawah garis terdiri dari titik-titik di mana q 212.750.000 - 110.000.
000r 225.000.000 - 35.000.000r; untuk titik q , r ini. EMV pembelian Rp42.000.000. Grafik yang dihasilkan masuk akal karena q dan r adalah probabilitas
dari skenario pesimistis - Kapasitas rendah dan Jam Terbang rendah. Jika Thoriq berpendapat bahwa skenario pesimistis sangat mungkin terjadi q dan r mendekati 1
maka Thoriq mungkin tidak akan mau membeli pesawat terbang.
Hal penting yang dapat dilihat dari Gambar 3.7 adalah bahwa Thoriq mungkin tidak mempunyai pengalaman untuk menentukan berapa seharusnya probabilitas untuk
q dan r. Sebagai contoh, dapat dianggap untuk proses mendatang Thoriq merasa
Universitas Sumatera Utara
probabilitas q mungkin berada antara 0,4 dan 0,5 serta bahwa r mungkin berada di antara 0,5 dan 0,65. Probabilitas-probabilitas ini diwakili oleh titik-titik yang ada pada
Kotak A dalam Gambar 3.7. Kesemua titik ini berada dalam daerah Beli CN=235, sehingga kesimpulaimya adalah CN-235 harus dibeli. Keputusan ini tidak sensitif
terhadap penaksiran dari probabilitas. Jika sebaliknya, Thoriq berpendapat bahwa bahwa nilai yang masuk akal untuk q dan r ada dalam Kotak B, maka kemudian pilihan
yang optimal belumlah jelas.
Gambar 3.8 Grafik Sensitifitas Dua Variabel untuk Cendrawasih Airways
Grafik analisis Sensitifitas dapat memberikan petunjuk dalam menentukan seberapa besar usaha yang diperlukan untuk memodelkan ketidakpastian dalam sebuah
pennasalahan keputusan. Grafik juga dapat menunjukkan apakah keputusan yang dibuat sensitif terhadap ketidakpastian dalam permasalahan dan permodelan dari
ketidakpastian tersebut.
3.1.5 Nilai Ekspektasi dari Permasalahan Cendrawasih Airways