BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gizi memegang peranan penting dalam siklus hidup manusia. Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah BBLR dan dapat pula
menyebabkan penurunan tingkat kecerdasan. Pada bayi dan anak, kekurangan gizi akan menimbulkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang apabila tidak
diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa Soetjiningsih, 1995. Untuk mencapai tumbuh kembang optimal, di dalam Global Strategy for Infant
and Young Child Feeding, WHOUNICEF merekomendasikan empat hal penting yang harus dilakukan yaitu; pertama memberikan air susu ibu kepada bayi segera
dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir, kedua memberikan hanya air susu ibu ASI saja atau pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan,
ketiga memberikan makanan pendamping air susu ibu MP-ASI sejak bayi berusia 6 bulan sampai 24 bulan, dan keempat meneruskan pemberian ASI sampai anak berusia
24 bulan atau lebih. Disamping itu juga MP ASI disediakan berdasarkan bahan lokal bila memungkinkan, MP ASI harus mudah dicerna, harus disesuaikan dengan umur
dan kebutuhan bayi dan MP ASI harus mengandung kalori dan mikronutrien yang cukup Dinkes, 2006 .
Meski demikian perkembangan pelaksanaan dilapangan menunjukan banyaknya pelanggaran yang merenggut hak bayi atas ASI eksklusif enam bulan tersebut yaitu
dengan menjejali bayi yang baru lahir dengan produk makanan pendamping ASI, sehingga ketika akan disusui oleh ibunya si bayi menolak. Berdasarkan hasil Survei
Sosial Ekonomi nasional Susenas tahun 2002, terdapat banyak Ibu yang memberikan makanan terlalu dini kepada bayinya, kemudian sebanyak 32 Ibu
memberikan makanan tambahan kepada bayi berumur 2 – 3 bulan, seperti bubur nasi, pisang, dan 69 terhadap bayi berumur 4 – 5 bulan .Selain itu, dari penelitian yang
dilakukan di daerah pedesaan Kabupaten Wonosobo, provinsi Jawa Tengah, ditemukan bahwa praktek pemberian makan pada bayi sebelum usia 1 bulan
mencapai 32,4 dan pada usia tersebut didapatkan 66,7 jenis makanan yang diberikan adalah pisang Litbangkes, 2003. Sedangkan pemberian ASI eksklusif
pada bayi di bawah usia dua bulan berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia SDKI tahun 2006-2007 hanya mencakup 67 dari total bayi yang ada.
Persentase tersebut menurun seiring dengan bertambahnya usia bayi, yakni, 54 pada bayi usia 2-3 bulan dan 19 pada bayi usia 7-9. Yang lebih memprihatinkan,
13 bayi di bawah dua bulan telah diberi susu formula dan satu dari tiga bayi usia 2- 3 bulan telah diberi makanan tambahan Sentra Laktasi Indonesia, 2010 .
Pada saat bayi tumbuh dan menjadi lebih aktif, akan mencapai usia tertentu ASI saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi anak. Dengan demikian,
makanan tambahan diberikan untuk mengisi kesenjangan antara kebutuhan nutrisi total pada anak dengan jumlah yang didapatkan dari ASI . Pada usia enam bulan
pencernaan bayi mulai kuat. Pemberian makanan pendamping ASI harus setelah usia enam bulan bulan Sentra Laktasi Indonesia, 2010 .
Secara teoritis diketahui bahwa pemberian MP ASI terlalu dini pada anak dapat menyebabkan gangguan pencernaan pada bayi seperti diare, konstipasi, muntah, dan
alergi. Disamping itu akan memicu terjadinya obesitas, hipertensi, dan penyakit jantung koroner Nadesul, 2005 . Penelitian yang dilakukan Anies Irawati dari Pusat
Penelitian dan Pengembangan Gizi dan Makanan, Departemen Kesehatan, diperoleh data bahwa 50 bayi di Indonesia sudah mendapatkan MP-ASI pada umur kurang
dari satu bulan. Bahkan, pada umur 2 – 3 bulan, bayi sudah mendapatkan makanan padat. Dan bayi bayi yang mendapatkan MP ASI dini lebih banyak terserang diare,
batuk- pilek, alergi, dan berbagai penyakit infeksi yang menyebabkan mereka menderita kurang gizi Malnutrisi Ayahbunda, 2006 .
Banyak faktor yang melatar belakangi pemberian MP-ASI dini. Teori yang erat kaitannya dengan prilaku yang berhubungan dengan pemberian MP-ASI adalah teori
yang dikemukakan oleh Green 1993. Greeen mengemukakan analisisnya tentang faktor prilaku behaviour causes dan faktor diluar prilaku non behaviour causes
yang selanjutnya prilaku itu sendiri terbentuk dari 3 faktor yaitu faktor predisposisi, faktor pendukung, dan faktor pendorong.
Di wilayah Kelurahan Pematang Kandis Bangko, Kabupaten Merangin, Jambi sendiri, belum ada data tentang prilaku pemberian MP-ASI ini. Namun cakupan
pemberian ASI Eksklusif menurut data Puskesmas setempat yaitu sebesar 52, hal ini menyaratkan bahwa masih ada praktik pemberian MP-ASI dini pada bayi 6
bulan. Hal inilah yang melatarbelakangi penulis untuk mengetahui mengetahui faktor-
faktor yang mempengaruhi Ibu dalam pemberian makanan pendamping ASI dini MP-ASI di Kelurahan Pematang Kandis Bangko, Kabupaten Merangin, Jambi.
1.2 Rumusan Masalah