Kerugian-kerugian yang potensial dari pengenalan Makanan Pendamping ASI dini.

• Untuk menambah nilai gizi, nasi tim dapat ditambah sumber zat lemak sedikit demi sedikit, seperti santan, margarine, minyak kelapa. • Bila bayi masih lapar, ibu dapat menambahnya. 4. Makanan bayi umur 9-12 bulan a. Pemberian ASI tetap diberikan b. Pada umur ini bayi diperkenalkan dengan makanan keluarga secara bertahap dengan takaran yang cukup. c. Bentuk makanan lunak. d. Berikan makanan selingan satu kali sehari. e. Makanan selingan usahakan bernilai tinggi seperti bubur kacang hijau, bubur sumsum. f. Biasakan mencampurkan berbagai lauk pauk dan sayuran kedalam makanan lunak secara berganti-ganti. g. Pengenalan berbagai bahan makanan sejak dini berpengaruh baik dalam kebiasaan makan. 5. Makanan bayi umur 12-24 bulan : a. Frekuensi pemberian ASI dikurangi sedikit demi sedikit. b. Susunan makanan terdiri dari makanan pokok lauk-pauk sayuran dan buah. c. Besar porsi adalah separuh dari makanan orang dewasa. d. Gunakan angka ragam bahan makanan setiap harinya. e. Diberikan sekurang-kurangnya tiga kali sehari. f. Berikan makanan selingan dua kali sehari. g. Anak dilatih untuk makan dan cuci tangan sendiri. h. Biasakan anak mencuci tangannya sebelum dan sesudah makan. i. Biasakan anak makan bersama-sama keluarga Nadesul, 2007

2.1.3 Kerugian-kerugian yang potensial dari pengenalan Makanan Pendamping ASI dini.

Menurut Suhardjo 1992 ada beberapa akibat kurang baik dari pengenalan makanan dini yaitu : gangguan menyusui, beban ginjal yang terlalu berat sehingga mengakibatkan hyperosmolaritas plasma, alergi terhadap makanan, dan mungkin gangguan terhadap pengaturan selera makan. Makanan alamiah, bahan makanan tambahan dan pencemaran makanan tertentu juga dapat dirugikan. Berikut ini akan dijelaskan mengenai akibat-akibat yang disebabkannya : 1. Gangguan penyusuan Suatu hubungan sebab akibat antara pengenalan pemberian makanan tambahan yang dini dan penghentian penyusuan, belum dibuktikan. Pada umumnya bayi-bayi yang menyusui mendapat makanan tambahan pada umur yang lebih kemudian, dan dalam jumlah yang lebih kecil dari pada bayi-bayi yang mendapat susu formula. 2. Beban ginjal yang berlebihan dan hyperosmolaritas Makanan padat, baik yang dibuat sendiri di pabrik, cenderung untuk mengandung kadar natrium klorida NaCl tinggi, yang akan menambah beban ginjal. Beban tersebut masih ditambah oleh makanan tambahan yang mengandung daging. Bayi-bayi yang mendapat makanan padat pada umur yang dini, mempunyai osmolalitas plasma yang lebih tinggi dari pada bayi-bayi yang 100 mendapat air susu ibu dank arena itu mudah mendapat hyperosmolaritas dehidrasi. Hyperosmolaritas penyebab haus yang berlebihan. Meskipun hubungan antara penggunaan natrium klorida NaCl dan tingkat tekanan darah belum dibuktikan pada masa bayi, tetapi pengamatan epidemiologis dan data eksperimen pada tikus menyatakan bahwa penggunaan garam pada umur dini dapat dihubungkan dengan perkembangan tekanan darah tinggi yang timbul. 3. Alergi terhadap makanan Belum matangnya sistem kekebalan dari susu pada umur yang dini, dapat menyebabkan banyak terjadinya alergi terhadap makanan pada masa kanak-kanak. Alergi pada susu sapi dapat terjadi sebanyak 7,5 dan telah diingatkan bahwa alergi terhadap makanan lainnya seperti jeruk, tomat, ikan, telur, dan serealia bahkan mungkin lebih sering terjadi. Air susu ibu kadang- kadang dapat menularkan penyebab-penyebab alergi dalam jumlah yang cukup banyak untuk menyebabkan gejala-gejala klinis, tetapi pemberian susu sapi atau makanan tambahan yang dini menambah terjadinya alergi terhadap makanan. Pada bayi yang mendapat air susu ibu atau susu dari kacang kedelai telah dilaporkan adanya pengurangan dalam timbulnyaperwujudan- perwujudan alergis, bahkan sampai umur sepuluh tahun, oleh beberapa orang peneliti. Sedangkan peneliti lainnya telah menemukan tidak adanya perbedaan. Suatu perbandingan yang sistematis antara pengaruh dari pemberian makanan tambahan yang dini dan kemudian hari belum dilaporkan. Hasil dari penelitian-penelitian dengan aturan makanan dapat menghindari alergi ternyata berbeda-beda. Walaupun Pada studi prospektif yang dilakukan oleh Anne Zutaver et al yang berjudul “ Timing of Solid Food Introduction in Relation eczema, Asthma, Allergic, Rhinitis, and Food and Inhalant Sensitization at the ge of 6 years” 2006 tidak ditemukannya perbedaan penundaan pemberian MP-ASI pada bayi berumur 4-6 bulan dengan bayi berumur 6 bulan dengan kejadian asma, rhinitis allergic, serta eczema setelah mereka berumur 6 bulan American Academy of Pediatrics, 2006. Dan bayi yang di berikan makanan pendamping ASI terlalu dini, akan lebih mudah terserang diare Pediatri, 2008. 4. Gangguan pengaturan selera makan Makanan padat telah dianggap sebagai penyebab kegemukan pada bayi-bayi. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa bayi –bayi yag diberi susu formula adalah lebih berat dari pada bayi-bayi yang mendapat air susu ibu, tetapi apakah perbedaan itu disebabkan karena bayi-bayi yang diberikan susu formula mendapat makanan padat lebih dini, belumlah jelas. 5. Bahan-bahan makanan tambahan yang merugikan Makanan tambahan mungkin mengandung komponen-komponen alamiah yang jika diberikan pada waktu dini dapat merugikan. Suatu bahan yang lazim adalah sukrosa. Gula ini adalah penyebab kebusukan pada gigi, dan telah dikemukakan bahwa penggunaan gula ini pada umur yang dini dapat membuat anak terbiasa akan makanan yang rasanya manis. Dalam beberapa sayuran seperti bayam dan wortel. Kepekatan yang tinggi dan nitrat dapat terjadi dan menimbulkan bahaya pada bayi-bayi dibawah umur 3-4 tahun, yang mekanisme dalam badan untuk melawan racun belum diketahui. Banyak dari serealia yang mengandung glutein dapat menambah risiko penyakit perut pada umur yang muda, mungkin juga timbul kesulitan- kesulitan diagnostic, karena sifat tidak mau menerima protein dari susu sapi dapat menyajikan suatu gambaran klinis yang sama dengan gejala-gejala penyakit perut. Juga ada kemungkinan bahwa sensitifitas terhadap glutein dapat ditimbulkan secara lebih mudah pada umur dini. Sekurang-kurangnya pada bayi-bayi yang mendapat susu formula Suhardjo,1995.

2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian MP-ASI dini pada bayi

Dokumen yang terkait

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu terhadap Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) pada Bayi dan Baduta (6– 24 Bulan) di Puskesmas Kabanjahe Kabupaten Karo Tahun 2016

1 16 124

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IBU DALAM PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP-ASI) PADA BAYI USIA 0 - 6 BULAN DI KELURAHAN JUNGKE KECAMATAN KARANGANYAR KABUPATEN KARANGANYAR.

0 1 9

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pemberian Mp-asi Dini Pada Bayi Usia <6 Bulan: Suatu Kajian Literatur.

0 0 2

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu terhadap Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) pada Bayi dan Baduta (6– 24 Bulan) di Puskesmas Kabanjahe Kabupaten Karo Tahun 2016

0 1 14

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu terhadap Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) pada Bayi dan Baduta (6– 24 Bulan) di Puskesmas Kabanjahe Kabupaten Karo Tahun 2016

0 0 25

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI BAYI USIA <6 BULAN

0 0 12

FAKTOR – FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP - ASI) PADA BAYI USIA 0 – 6 BULAN DI DESA SIMONGAGROK DAWARBLANDONG MOJOKERTO

0 0 19

PENGETAHUAN DENGAN SIKAP IBU MENYUSUI TENTANG PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP-ASI) PADA BAYI USIA 6-12 BULAN

0 0 6

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBERIAN MP-ASI DINI PADA USIA 7-24 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NANGGULAN KULON PROGO TAHUN 2012 NASKAH PUBLIKASI - FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBERIAN MP-ASI DINI PADA USIA 7-24 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

0 0 10

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETEPATAN WAKTU PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI PADA BAYI 6-11 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEWON I BANTUL TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI - Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketepatan Waktu Pemberian Makanan Pendamping ASI

0 0 10