Cara penggunaan terapi inhalasi memiliki konsekuensi klinis yang penting Masalah yang sering terjadi

Qvar beclomethasone Dry powder inhaler Accuhaler Flixotide fl uticasone Seretide salmeterol plus fl uticasone Serevent salmeterol Aerolizer Foradile eformoterol HandiHaler Spiriva tiotropium Turbuhaler Bricanyl terbutaline sulfate Oxis eformoterol Pulmicort budesonide Symbicort budesonide plus eformoterol MDI, pressurised metered dose inhaler. Discontinued December 2007. dikutip dari National Asthma Council Australia, 2008

2.2.1. Cara penggunaan terapi inhalasi memiliki konsekuensi klinis yang penting

. Penggunaan alat terapi inhalasi yang salah berhubungan dengan hasil kontrol asma yang tidak adekuat Giraud et al, 2002. Menurut Lindgren et al 1987 dalam NACA 2008, pada obat-obatan short acting beta2 agonist relievers, penggunaan alat terapi inhalasi yang salah akan menghasilkan efek bronchodilator yang tidak adekuat. Penggunaan MDIs yang salah untuk kortikosteroid inhalasi ICS berhubungan dengan terjadinya peningkatan penggunaan obat releiver, peningkatan penggunaan layanan medis gawat darurat untuk asma, memperparah asma, dan menyebabkan instabilitas asma. Hasil klinis ini telah banyak dilaporkan pada pasien-pasien dengan koordinasi inspirasi dan aktuisi yang jelek Giraud et al, 2002. Menurut Lavorini et al 2008 dalam NACA 2008, cara yang salah dalam penggunaan DPIs juga dapat menyebabkan perjalanan obat drug delivery yang tidak adekuat dan deposisi paru yang tidak adekuat juga. Universitas Sumatera Utara Gambar 2.1. demonstrasi untuk penggunaan alat terapi inhalasi dengan benar dikutip dari National Asthma Council Australia, 2008

2.2.2. Masalah yang sering terjadi

Cara penggunaan alat terapi inhalasi yang tepat tergantung pada tipe alat terapi yang digunakan oleh pasien, jadi pasien harus mengetahui dan memahami tahap-tahap yang tepat dalam menggunakan alat terapi inhalasi yang mereka gunakan NACA, 2008. Beberapa kesalahan umum yang sering terjadi pada beberapa tipe alat terapi inhalasi terdapat pada tabel 2.2-2.7 beserta checklist tahapan yang harus dilakukan pada setiap alat terapi. Menurut Brennan et al 2005 dalam NACA 2008, pasien yang menggunakan MDIs lebih cenderung melakukan kesalahan ketika menggunakan alat tersebut tanpa spacer. Penggunaan spacer membantu memudahkan masalah koordinasi antara inspirasi dengan aktuisi. Bahkan terkadang pasien dapat mendemonstrasikan cara penggunaan alat terapi inhalasi yang benar ketika konsultasi dengan pakar kesehatan, tetapi mereka tidak mempertahankan standard penggunaan ini setiap waktu. Kelompok khusus menurut NACA 2008, ialah: • Pasien usia lanjut Beberapa bukti telah menunjukkan bahwa cara penggunaan alat terapi inhalasi yang salah sangat umum terjadi pada pasien usia lanjut dengan asma atau PPOK, baik menggunakan MDI atau DPI Wieshammer et al, 2008. Ketika meresepkan Universitas Sumatera Utara medikasi inhalasi, dokter harus memeriksa apakah individu tersebut mampu menggunakan alat inhalasi yang relevan dengan benar NACA, 2008. Beberapa pasien usia lanjut dengan advanced PPOK bisa mendapatkan keuntungan dari penggunaan MDI dengan spacer Wieshammer et al, 2008. Tetapi, pada umumnya mereka akan mengalami kesulitan menghubungkan alat terapi inhalasi tersebut dengan spacer. Penggunaan breath-activated inhaler misalnya Autohaler biasanya akan lebih mudah digunakan oleh beberapa pasien usia lanjut Jones et al, 1999, • Pasien dengan PPOK Menurut Broeders et al 2003 dalam NACA 2008, kebanyakan pasien dengan PPOK tidak dapat menggunakan MDI dengan benar. Kesalahan umum yang sering terjadi ialah koordinasi inspirasi dan aktuisi yang tidak adekuat dan ketidakmampuan untuk mendapatkan inspiratory flow rate yang cukup tinggi. Walaupun dengan pelatihan , beberapa pasien tidak akan bisa menyelesaikan masalah ini dan akan lebih baik bila menggunakan MDI dengan spacer. Sebuah studi menggunakan Accuhaler dan Turbuhaler menunjukkan bahwa pasien dengan PPOK yang parah sangat kurang untuk mendapatkan inspiratory rate yang cukup tinggi untuk mengaktifkan inhaler tersebut, bahkan setelah diberikan instruksi. Pasien ini lebih mampu menggunakan alat terapi inhalasi bretah- activated inhalers. • Pasien dengan gangguan kognitif Menurut Mitchel et al 2007 dalam NACA 2008, ketidakmampuan untuk menutup dengan rapat sekeliling mouthpiece ketika menggunakan alat terapi inhalasi sendiri, maupun menggunakan spacer merupakan suatu masalah untuk pasien usia lanjut dengan gangguan kognitif. Tetapi penggunaan masker spacer spacer face mask bisa menyelesaikan masalah ini. Mereka yang memiliki gangguan kognitif akan memiliki kesulitan untuk berlatih dalam menggunakan alat terapi inhalasi setelah dilakukan instruksi tentang cara penggunaan alat terapi inhalasi Allen et al, 2003. Universitas Sumatera Utara • Faktor lain Edukasi yang tidak adekuat sangat berhubungan dengan meningkatnya kemungkinan untuk melakuakn kesalahan dalam menggunakan alat terapi inhalasi. Edukasi bisa meningkatkan cara penggunaan alat terapi inhalasi yang benar dan hasil klinis yang lebih baik. Berbagai bukti yang didapat dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa cara penggunaan alat terapi inhalasi yang benar dapat ditingkatkan dengan cara memberikan edukasi kepada pasien dari pakar kesehatan atau orang lain yang sudah dilatih dengan mengikuti cara yang benar Verver et al, 1996. Tetapi, beberapi studi menyatakan bahwa sekitar 25 pasien dengan asma atau PPOK tidak pernah mendapatkan instruksi verbal tentang cara penggunaan alat terapi inhalasi yang benar NACA, 2008. Hanya 11 pasien yang diberikan follow- up dan edukasi untuk menggunakan alat terapi inhalasi yang mereka gunakan.

2.2.3. Cara penggunaan terapi inhalasi