1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka diperlukan penelitian untuk mengetahui kemampuan pasien PPOK di Poliklinik Paru RS.Tembakau Deli Medan
dalam penggunaan terapi inhalasi.
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui kemampuan pasien PPOK di Poliklinik Paru RS.Tembakau Deli Medan dalam menggunakan terapi inhalasi.
1.3.2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah : a. Mengetahui apakah cara penggunaan alat terapi inhalasi oleh pasien
PPOK di Poliklinik Paru RS.Tembakau Deli medan telah mengikuti prosedur yang benar.
b. Mengetahui terapi inhalasi jenis apa yang paling sering digunakan oleh pasien PPOK di Poliklinik Paru RS.Tembakau Deli Medan.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk : a. Bagi peneliti, untuk menambah wawasan dan pengetahuan dalam
penerapan ilmu yang diperoleh semasa perkuliahan. b. Dapat digunakan sebagai bahan informasi dan masukan bagi mahasiswa
untuk melakukan penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan penelitian yang telah dilakukan penulis.
c. Bagi pasien PPOK di RS.Tembakau Deli Medan dalam mengetahui dan memahami tentang terapi inhalasi sehingga hasil terapi akan menjadi lebih
baik.
Universitas Sumatera Utara
d. Bagi tenaga medis untuk perbaikan penatalaksanaan pasien PPOK dalam manejemen selanjutnya.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penyakit Paru Obstruktif Kronis PPOK 2.1.1. Definisi
Menurut Persatuan Dokter Paru Indonesia PDPI 2003 PPOK adalah penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatan aliran udara di saluran nafas yang bersifat
progresif nonreversibel atau reversibel parsial. PPOK terdiri dari bronkitis kronik dan emfisema atau gabungan keduanya. Bronkitis kronik adalah kelainan saluran nafas
yang ditandai oleh batuk kronik berdahak minimal 3 bulan dalam setahun, sekurang- kurangnya 2 tahun berturt-turut, tidak disebabkan penyakit lainnya. Emfisema adalah
suatu kelainan anatomis paru yang ditandai oleh pelebaran rongga udara distal bronkiolus terminal, disertai kerusakan diding alveoli.
Menurut Robbins et al 2007 terdapat tiga jenis emfisema : Emfisema Sentriasinar sentrilobular.
Gambaran khas pada emfisema tipe ini adalah pola keterlibatan lobulus, bagian sentral atau proksimal asinus, yang dibentuk oleh bronkiolus respiratorik, terkena,
sementara alveolus distal tidak terkena, sering terjadi pada lobus atas terutama bagian apeks.
Emfisema Panasinar panlobular Pada emfisema tipe ini, asinus secara merata membesar dari tingkat bronkiolus
respiratorik hingga alveolus buntu di terminal, sering terjadi di zona paru bawah. Emfisema Asinar Distal paraseptal
Pada bentuk ini, bagian proksimal asinus normal, tetapi bagian distal umumnya terkena. Emfisema lebih nyata di dekat pleura, di sepanjang septum jaringan ikat
lobulus dan tepi lobulus. Pada prakteknya cukup banyak penderita bronkitis kronik juga memperlihatkan
tanda-tanda emfisema, termasuk penderita asma persisten berat dengan obstruksi jalan nafas yang tidak reversibel penuh, dan memenuhi kriteria PPOK.
Universitas Sumatera Utara