Diagnosis Penyakit Paru Obstruktif Kronis PPOK 1. Definisi

keduanya saling memperkuat dalam menyebabkan kerusakan jaringan sebagai akibat akhir Robbins et al, 2007. • Bronkitis Kronik Gambaran khas pada bronkitis kronis adalah hipersekresi mukus, yang dimulai di saluran nafas besar. Meskipun faktor penyebab terpenting adalah merokok, polutan udara lain, seperti sulfur dioksida dan nitrogen dioksida, juga berperan. Berbagai iritan ini memicu hipersekresi kelenjar mukosa bronkus, menyebabkan hipertrofi kelenjar mukosa, dan menyebabkan pembentukan metaplastik sel goblet penghasil musin di epitel permukaan bronkus. Selain itu zat tersebut juga menyebabkan peradangan dengan infiltrasi sel T CD8+, makrofag, dan neutrofil. Berbeda dengan asma, pada bronkitis kronis eosinofil jarang ditemukan, kecuali jika pasien mengidap bronkitis asmatik Robbins et al, 2007.

2.1.4. Diagnosis

Menurut Stark et al 1990 gejala dari PPOK adalah : • Batuk kronis, biasanya pada dini hari batuk perokok dan sputum mukoid merupakan satu-satunya gejala bronkitis kronis. • Peningkatan sesak nafas pada aktifitas menunjukkan perkembangan obstruksi jalan nafas. Hal ini biasanya terjadi secara bertahap dan perlahan-lahan memburuk dalam beberapa tahun. • Bronkitis akuta rekuren, biasanya pada musim dingin. Diagnosis bronkitis kronis atau emfisema sebaiknya hanya diduga pada perokok baru dan lama. Tidaklah bijaksana dan tidak aman mendiagnosa keadaan ini pada bukan perokok, perokok ringan atau orang muda yang baru merokok beberapa tahu saja. Universitas Sumatera Utara Pemeriksaan yang dilakukan pada pasien PPOK menurut Stark et al 1990 adalah sebagai berikut : 1. Pemeriksaan fisik Bronkitis kronis dan emfisema tanpa obstruksi jalan nafas mungin tak menunjukkan pemeriksaan fisik yang abnormal. Jika terjadi obstruksi jalan nafas maka gejala fisik pada bronkitis kronis dan emfisema sama 2. Pemeriksaan penunjang  Ronsen dada mungkin normal. Emfisema yang berat menyebabkan bertambahnya volume paru, berkurangnya gambaran vaskuler, bayangan jantung yang sempit, dan kadang-kadang bulae. Bulae mungkin ditemukan pada paru yang mengalami emfisema sedikit menyeluruh generalisata. Gambaran paru mungkin tetap normal pada bronkitis kronis bahkan pada yang mengalami obstruksi jalan nafas yang berat sekalipun, tetapi bila terjadi hipertensi pulmonal, bagian proksimal arteri pulmonalis akan membesar.  Pemeriksaan fungsi paru mungkin menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas. Dan jika emfisema predominan, transfer gas untuk karbon monoksida berkurang. Perbaikan obstruksi jalan nafas sering kali terjadi setelah pemberian obat bronkodilator tetapi hasilnya biasanya kurang hebat dibandingkan pada asma.  Kadar α-1-antitripsin serum harus diperiksa pada pasien yang mengalami emfisema sebelum usia 50 tahun, yang saudaranya menderita penyakit ini atau yang menunjukkan perubahan radiologis terutama pada zona bawah. Kadar dibawah 20 dari normal menunjukkan bahwa pasien homozigot penyakit defisiensinya. Pada keadaan ini pemeriksaan “Pi typing” perlu dilakukan untuk konfirmasi. Kadar diatas 20 mungkin tak ada pengaruhnya terhadap perkembangan emfisema. Universitas Sumatera Utara

2.1.5. Penatalaksanaan