2.1.2. Faktor resiko
Menurut PDPI 2003 faktor resiko PPOK adalah sebagai berikut : 1. Kebiasaan merokok merupakan satu-satunya penyebab kausal yang terpenting,
jauh lebih penting dari faktor penyebab lainnya. Dalam pencatatan riwayat merokok perlu diperhatikan :
a. Riwayat merokok • Perokok pasif
• Perokok aktif • Bekas perokok
b. Derajat berat merokok dengan indeks brinkman IB, yaitu perkalian jumlah rata-rata batang rokok yang dihisap dalam sehari dikalikan lama merokok
dalam tahun: • Ringan : 0-200
• Sedang : 200-600 • Berat : 600
2. Riwayat terpajan polusi udara di lingkungan dan tempat kerja. 3. Hipereaktivitas bronkus.
4. Riwayat infeksi saluran nafas bawah berulang. 5. defisiensi antitripsin alfa-1, umumnya jarang terdapat di indonesia.
2.1.3. Patogenesis
• Emfisema Terjadinya kedua bentuk umum emfisema, sentriasinar dan panasinar, masih
belum sepenuhnya dipahami. Pendapat yang sekarang berlaku adalah bahwa emfisema terjadi akibat dua ketidakseimbangan penting yaitu ketidakseimbangan
protease dan antiprotease dan ketidakseimbangan oksidan dan antioksidan. Ketidakseimbangan ini hampir selalu terjadi bersamaan, dan pada kenyataanya, efek
Universitas Sumatera Utara
keduanya saling memperkuat dalam menyebabkan kerusakan jaringan sebagai akibat akhir Robbins et al, 2007.
• Bronkitis Kronik Gambaran khas pada bronkitis kronis adalah hipersekresi mukus, yang
dimulai di saluran nafas besar. Meskipun faktor penyebab terpenting adalah merokok, polutan udara lain, seperti sulfur dioksida dan nitrogen dioksida, juga berperan.
Berbagai iritan ini memicu hipersekresi kelenjar mukosa bronkus, menyebabkan hipertrofi kelenjar mukosa, dan menyebabkan pembentukan metaplastik sel goblet
penghasil musin di epitel permukaan bronkus. Selain itu zat tersebut juga menyebabkan peradangan dengan infiltrasi sel T CD8+, makrofag, dan neutrofil.
Berbeda dengan asma, pada bronkitis kronis eosinofil jarang ditemukan, kecuali jika pasien mengidap bronkitis asmatik Robbins et al, 2007.
2.1.4. Diagnosis