1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka penulis dalam melakukan penelitian ini merumuskan
masalah sebagai berikut : “Seberapa Besar PengaruhStruktur Organisasi terhadap Efektivitas Pelayanan Kesehatan Studi pada Puskesmas Kotanopan Kabupaten
Mandailing Natal ” 1.3 Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah: 1.
Untuk mengetahui bagaimana struktur organisasi dari Puskesmas Kotanopan kabupaten Mandailing Natal
2. Untuk mengetahui dan menjelaskan kondisi efektifitas pelayanan kesehatan
di kantor Puskesmas Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal 3.
Seberapa besar pengaruh struktur organisasi terhadap efektivitas pelayanan kesehatan
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Bagi penulis, penelitian ini merupakan usaha untuk menambah dan meningkatkan cara berpikir positif serta mengembangkan kemampuan
menganalisa permasalahan yang dihadapi di lapangan. 2.
Bagi Fisip USU, penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai referensi bagi mahasiswa yang tertarik dalam bidang ini.
3. Bagi pihak Pegawai di Puskesmas Kotanopan kabupaten Mandailing Natal,
dapat memberikan masukan dan saran-saran dalam meningkatkan efektivitas pelayanan kesehatan melalui struktur organisasi.
1.5 Kerangka Teori
Dalam rangka menyusun penelitian ini dan untuk mempermudah penulis didalam menyelesaikan penelitian ini, maka dibutuhkan suatu landasan berfikir yang dijadikan
pedoman untuk menjelaskan masalah yang sedang disorot. Pedoman tersebut disebut kerangka teori. Menurut Sugiono 2005 : 55 menyebutkan landasan teori perlu ditegakkan
agar penelitian itu mempunyai dasar yang kokoh, dan bukan sekedar perbuatan coba-coba. Dengan demikian yang menjadi kerangka teori dalam penelitian ini adalah :
1.5.1 Struktur Organisasi 1.5.1.1. Pengertian Organisasi
Dalam memberikan pengertian atau defenisi tentang organisasi oleh para ahlimanajemen, terdapat berbagai pendekatan yang dilakukan serta pemikiran yangberlainan
mengenai persoalaan organisasi. Beberapa ahli manajemen memberikan defenisi organisasi sebagai berikut :
Organisasi adalah setiap bentuk persekutuan antara dua orang atau lebih yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, dan terikat secara formal dalam satu ikatan hierarki dimana
selalu terdapat hubungan antara seorang atau sekelompok orang yang disebut pimpinan dan seorang atau sekelompok orang yang disebut bawahan. Siagian Dalam Kartini Kartono,
2005 : 7 Serta menurut Manullang 2002 : 59 adalah sekelompok orang yang bekerja sama
untuk mencapai suatu atau beberapa tujuan tertentu. Organisasi menurut D. MooneyDalam Hasibuan 2006 :120 adalah “Organization is the form of every human association for the
attainment of common purpose”. Organisasi adalah bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai suatu tujuan bersama.
Dari defenisi ini organisasi diartikan sebagai badan atau lembaga yangmerupakan sekumpulan orang untuk mencapai tujuan bersama.
Berdasarkan defenisi ini dapat disimpulkan bahwa ada beberapa faktor yang menjadi unsur daripada suatu organisasi, yaitu :
1. Adanya sekelompok orang, 2. Antar hubungan terjadi dalam suatu kerja sama yang harmonis dan
3. Kerja sama didasarkan atas hak, kewajiban dan tanggung jawab masingmasing orang untuk mencapai tujuan.
Dengan demikian defenisi organisasi yang telah disebutkan diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa :
1. Organisasi dalam arti badan adalah sekelompok orang yang bekerja sama untuk mencapai suatu atau beberapa tujuan tertentu.
2. Organisasi dalam arti bagan atau struktur adalah gambaran secara skematis tentang hubungan-hubungan, kerjasama dari orang-orang yang terdapat dalam rangka usaha
mencapai suatu tujuan.. 3. Dalam organisasi selalu terdapat atasan dan bawahan atau rangkaian hirarki yang bersifat
dinamis dalam arti orang-orang yang menduduki suatu jabatan dapat digantikan setiap saat diperlukan.
Pada dasarnya bahwa organisasi tidak dapat berdiri sendiri, melainkan saling kait mengkait dan merupakan satu kesatuan. Disini organisasi merupakan suatu wadah setiap
kegiatan kerjasama, tempat menjalin kerja diantara pelaksananya atau juga sebagai suatu sistem kerjasama, sistem hubungan dan sistem sosial. Dalam defenisi organisasi diatas
terdapat kata sistem, yang berati kesatuan berbagai faktor manusia yang membentuk
organisasi tersebut maupun faktor pendukung seperti kemampuan untuk bekerja, kemampuan untuk mempengaruhi orang lain, dan kemampuan untuk melaksanakan asasasas organisasi.
Berbagai faktor yang terdapat dalam defenisi organisasi yang disebutkan diatas tidak dapat saling lepas berdiri sendiri melainkan saling kait mengkait dan merupakan suatu
kebulatan.
1.5.1.2Pengertian Struktur Organisasi
Suatu struktur organisasi dapat diartikan sebagai serangkaian hubungan diantara bidang-bidang kerja maupun orang-orang yang menunjukan kedudukan, wewenang dan
tanggung jawab masing-masing dalam suatu kelompok. Struktur ini apabila dilukiskan berupa sebuah gambar “bagan” atau diagram yang memperlihatkan garis-garis. Besar
hubungan tersebut menurut fungsi-fungsi didalam usaha, dan arus tanggung jawab dan wewenang.
` Di dalam pengertian yang lebih luas, dapat dikatakan bahwa struktur organisasi itu
tergantung kepada tugas yang dilaksanakan dan wewenang yang dipergunakan oleh individu- individu dan kelompok dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
Dengan bagan organisasi dimaksudkan sebagai gambaran struktur yang berbentuk kota atau bentuk lainnya yang dihubungkan dengan garis satu sama lain, sesuai dengan
arahdan tingkat hubungan antar unit yang satu dengan yang lain. Garis hubungan itu dapat merupakan hubungan perintah, koordinasi laporan, ataupun fungsi lainnya.
Menurut pendapat Richard dkk Dalam Sutarto, 1998 : 43 tentang struktur organisasi adalah “Struktur is the relationship of the various fungtion or activities in a organization”.
Struktur adalah hubungan antara macam-macam fungsi atau aktifitas didalam organisasi.
Sedangkan menurut Stonner 1989 : 316 adalah sebagai berikut : “Struktur organisasi dapat diartikan sebagai susunan dan hubungan antara bagian-bagian komponen dan Posisi
dalam suatu perusahaanorganisasi”. Dan menurut Widjaja 1987 : 31 yaitu : “ Struktur organisasi adalah sebagai bentuk atau wadah organisasi dan merupakan pengaturan dari
orang dan kegiatan fisik, serta hubungan antara mereka dalam pelaksanaan tugas secara efektif”.
Dengan demikian struktur organisasi dapat merupakan sebagai alat pembantu yang baik dalam melihat organisasi secara keseluruhan.
1.5.1.3 Bentuk Organisasi
Bentuk organisasi ada bermacam-macam yang didasarkan pada wewenang, tanggung jawab serta kedudukan masing-masing dalam organisasi sebagai satu kesatuan. Bentuk-
bentuk organisasi yang dikemukakan oleh Sutarto 1998 : 18 sebagai berikut : 1. Organisasi Garis Line Organization
.Organisasi garis merupakan tipe organisasi yang sangat sederhana bila dibandingkan dengan tipe organisasi yang lain. Dalam tipe organisasi ini, kekuasan berjalansecara langsung
dari atasan ke bawahan dan perintah berasal dari atasan kebawahan dalam garis lansung. Dalam organisasi ini, bawahan hanya mengenal satu pimpinan atasan sebagai
sumber yang memberikan perintah. Dengan demikian dalam orgnisasi garis ini ketegasa dalam perintah serta kedisiplinan lebih terjamin. Organisasi ini sering juga disebut dengan
organisasi militer. Karena meliterlah yang mempopulerkan oragnisasi ini.
Kebaikan dari struktur organisasi ini adalah :
1. Keasatuan pimpinan terjamin sepenuhnya dan koodinasi relatif mudah dilaksanakan.
2. Proses pengambilan keputusan dan instruksi-instruksi berjalan dengan cepat karena jumlah orang yang diajak berkonsultasi masih mutlak.
3. Garis pimpinan tegas, tidak mungkin terjadi kesimpang siuran karena atasan lansung berhubungan dnegan karyawan.
Disamping itu organisasi garis juga memiliki kelemahankeburukan,antara lain :
1. Tujuan pribadi pucuk pimpinan seringkali tidak dapat dibedakan dengan tujuan oraganisasi.
2. Kecenderungan pimpinan untuk bertindak secara otokrasi cukup besar. 3. Organisai secara keseluruhan terlalu begantung pada satu orang, sehingga kalau
pimpinan tidak mampu, maka seluruh organisasi akan terancam hancur. 4. Kesempatan para bawahan untuk berkembang terbatas.
Sedangkan ciri-ciri dari struktur organisasi garis adalah sebagai berikut :
1. Tujuan organisasi masih sederhana. 2. Organisasi kecil
3. Jumlah karyawan sedikit sehingga pimpinan dan karyawan bersifat langsung.
2. Organisasi Garis dan Staf Line and Staff Organization
Organisasi garis dan staf merupakan gabungan kedua bentuk organisasi, yaitu organisasi dan staff. ini mengurangi kelemahan-kelemahan organisasi garis yang antara lain
kurang memanfaatkan tenaga-tenaga ahli dan mengurangi kelemahan-kelemahan organisasi garis yang antara lain kurang memanfaatkan tenaga-tenaga ahli dan mengurangi kelemahan
organisasi fungsional yang antara lain kurang memanfaatkan tenaga-tenaga ahli dan mengurangi kelemahan organisasi fungsional yang antara lain kurangnya ketegasan dalam
perintah dan kedisiplinan. Staf dalam organisasi garis dan staf ini bertugas terutama memberi nasehat sesuai
dengan keahliannya, baik diminta atau tidak. Dengan demikian dibentuklah staf untuk membantu pejabat garis sehingga ia dapat bekerja lebih efisien dan efektif. Sehingga tersedia
lebih banyak waktu untuk memperhatikan hal-hal penting dan kebijakasanaan serta tugasnya menjadi lebih ringan.
Para pimpinan staf yang dipertukan pada organisasi garis bermaksud untuk meperlancar kegiatan organisasi garis agar lebih baik. Tipe oragnisasi garis dan staf ini pada
umumnya digunakan untuk organisasi yang besar, daerah kerjanya luas dan mempunyai bidang-bidang tugas yang beraneka ragam serta rumit.
Kebaikan organisasi garis dan staf adalah :
1. Adanya pembagian tugas yang jelas antara pimpinan, staf dan pelaksana. 2. Dapat diterapkan pada organisasi garis besarkecil, organisasi pemerintahswasta,
karena fleksible. 3. Azas kesatuan pimpinan tetap dipertahankan, sebab pimpinan berada dalam satu
tangan. 4. Adanya kerja sama yang baik.
Sedangkan keburukan-keburukannya adalah :
1. Kekaburan antara tugas lini dan staf
2. Kurang baiknya koordinasi dan dapat pula merupakan hambatan dalam pelaksanaan tugas.
3. Hubungan antara atasan dan bawahan tidak lagi semuanya bersifat lansung. 4. Pimpinan, begitu pula sesama karyawan tidak lagi semuanya saling mengenal.
3. Organisasi Fungsional Functional Organization
Organisasi fungsional disusun berdasarkan sifat dan macam-macam fungsi yang harus dilakukan sesuai dengan kepentingan organisasi. Tiap-tiap fungsikegiatan seolah olah
terpisah berdasarkan bidang keahliannya. Tetapi meskipun terpisah-pisah,tiap-tiap fungsi tidak dapat berdiri sendiri, karena fungsi yang satu dengan yang lainnya saling berkaitan.
Tipe fungsional ini mencoba memanfaatkan tenaga ahli dalam bidang khusus semaksimal mungkin. Dengan demikian seorang pekerja dapat saja mempunyai lebih dari satu pimpinan
yang masing-masing pimpinan tersebut dapat memerintah sesuai dengan keahliannya dan bertanggung jawab sepenuhnya pada bidang tugasnya.
Adapun kebaikan daripada organisasi fungsional ini adalah :
1. Adanya pembagian pekerjaan bagi pegawainya untuk berkembang. 2. Adanya kesempatan bagi pegawainaya untuk berkembang.
3. Ikut serta dalam pengambilan pengambilan keputusan dan adanya kerjasama yang baik diantara pegawai.
Sedangkan keburukan adalah sebagai berikut :
1. Para karyawan terlalu memspesialisasikan diri pada satu bidang saja.
2. Sukar untuk menga tour of duty atau tour of area tampa melalui pendidikan yang intensif.
3. Koordinasi yang bersifat menyeluruh sukar dilaksanakan karena karyawan mementingkan bidangnya saja
Ciri-ciri dari organisasi ini adalah:
1. Membidangi tugas secara jelas dan tugas dapat dibedakan 2. Dalam melaksanakan tugas tidak banyak memerlukan koordinasi karena bidang
tugasnya sudah jelas. Koordinasi di titik beratkan pada eselon atas. 3. Pembagian unit-unit-unit organisasi didasarkan pada spesialisasi tugas.
4. Organisasi Garis, Staf dan Fungsional Line, Fungtional and Staff Organization
Organisasi ini merupakan kombinasi dari organisasi “garis, fungsional,dan staf, serta fungsional ini dilakukan dengan cara menggabungkan kebaikan dan menghilangkan
keburukan daripada ketiga tipe organisasi tersebut. Dengan demikian cocok untuk dipakai pada suatu organisasi yang benar dan kompleks.
5. Organisasi Komite Committee Organization
Organisasi komite adalah arganisasi yang masing-masing anggota mempunyai wewenang yang sama dan pimpinannya kolektif. Organisasai komite mengutamakan
pimpinan artinya dalam organisasi terdapat pimpinan “kolektifpresidiumpluralexecutif” dan komite ini bersifat manajerial. Organisasi komite ini ada yang bersifat “sementara”.
Ciri-ciri organisasi komite adalah :
1. Pembagian tugasnya jelas dan tertentu
2. Wewenang semua anggota sama besanya 3. Tugas pimpinan dilaksanakan secara kolektif dan tanggung jawabnya pun secara
kolektif . 4. Para pelaksana dikelompokan menurut bidangkomisis tugas tertentu yang harus
dilaksanakan dalam bnentuk gugus-gugus. 5. Keputusan merupakan keputusan semua anggota.
1.5.2.Efektivitas Pelayanan Kesehatan 1.5.2.1.Pengertian Efektivitas
Dilihat dari segi keberhasilan bahwa organisasi yang berhasil mencapai tujuannya, namun belum tentu terlaksana dengan efektivitas kerja yang baik.
Efektivitas menurut Partanto 1994 :128 dalam Kamus Ilmiah Populer disebut dengan istilah “Efektivitas”, yang berasal dari kata dasar “efek”., yang
mempunyai arti “akibat” atau “hasil”. Jadi kalau melakukan sesuatu usaha itu harus diharapkan akan ada atau menghasilkan suatu akibat tertentu, dan akibat yang
diharapkan itu tercapai, berati usaha tersebut efektif. Untuk lebih jelasnya pengertian mengenai efektivitas, akan dijelaskan
berdasarkan rumusan dari para ahli. Adapun rumusan tersebut akan diuraikan dibawah ini.
Siagian, 1983 : 151 mengatakan :‘Efektivitas kerja berati penyelesaian pekerjaan tepat pada waktu yang telah ditetapkan. Artinya, apakah pelaksanaan itu
diselesaikan dan tidak terutama menjawab pertanyaan dan berapa biaya yang dikeluarkan untuk itu.”
Dari pendapat siagian diatas dapat disimpulkan bahwa efektifitas berkaitan dengan masalah waktu, satu kegiatan dikatakan efektif apabila kegiatan tersebut
berhasil sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan atau dengan kata lain tepat waktu. Suatu kegiatan tidak efektif apabila kegiatan tersebut tidak diselesaikan pada
waktunya. Kemudian Widjaja 1987 : 79 memberikan defenisi “efektif adalah : berhasil
guna, atau tepat guna. “Efektivits adalah pencapaian sasaran menurut perhitungan terbaik mengenai suasana dagang dan kemungkinan membuat laba atau keuntungan.”
Sementara Handayaningrat 1983 : 16 mengatakan :“Efectiveness is a mensuring in term of stataining prescribebed goals or objectives”. efetivitas adalah
pengukuran dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan sebelumnya”.
Selanjutnya perlu pula diperhatikan pendapat dari Sarwoto 1987 : 95 tentang efektivitas yaitu :“Efektif atau berhasil guna adalah pelayanan yang baik, corak
maupun mutunya, dan kegunaannya benar sesuai dengan kebutuhan lini dalam mencapai tujuan organisasi”.
Untuk melengkapi pengertian efektivitas secara mendasar Mochdarsyah Sinugan 1992 : 15 menjelaskan konsep efektivitas berdasarkan pendapat para ahli
dalam empat kelompok yaitu : 1.
Efektivitas berkaitan dengan hubungan antara teori-teori organisasi 2. Menganggap efektivitas sebagai perbandingantingkatannya dimana sasaran yang
dikemukakan dapat dianggap tercapai.
3. Untuk memahami efektivitas adalah “efektivitas eksternal” output dan eveluasi satu unit input, konsep ini pada prinsipnya tidak berbeda dengan pendekatan yang
disebutkan pertama. 4. Kemampuan sistem untuk tetap berlansung, teradapatasi dan berkembang
Tanpa memperdulikan tujuan-tujuan khusus yang akan dicapai Bedasarkan pendapat para sarjana diatas dapatlah ditarik suatu kesimpulan
bahwa efektivitas berhubungan dengan hasil yang dicapai dalam suatu rencana yang telah ditentukan terlebih dahulu. Oleh karenanya, tindakan yang efektif dapat
dikatakan sebagai suatu tindakan dalam usaha untuk mencapai tujuan dengan tidak memperhatikan bagaimana cara yang ditempuh.
Dengan demikian dalam melaksanakan kegiatan di dalam suatu organisasi hendaknya efektivitas harus benar-benar diperhatikan sebagai hasil dari suatu
pekerjaan agar dapat diperoleh hasil pekerjaan secara maksimal. Didalam hal ini kegiatan memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat
dapat dilihat dari : 1. Pencapaian Tujuan
2. Ketepatan Waktu 3. Manfaat
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa yang dimaksud dengan efativitas pelayanan kesehatan adalah tercapainya tujuan yang telah ditetapkan,. Adanya
ketentuan waktu dalam memberikan pelayanan serta adanya manfaat yang dirasakan oleh masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan padanya.
1.5.2.2.Pengertian Pelayanan Kesehatan
Secara umum pelayanan dapat diartikan dengan melakukan pembuatan yang hasilnya ditujukan untuk kepentingan orang lain, baik perorangan, kelompok atau
masyarakat. Menurut Moenir 1992 : 16 pelayanan adalah proses pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang lain. Sedangkan pengertian pelayanan kesehatan
merupakan salah satu bidang dalam pelayanan kesehatan sosial dalam arti luas. Dan menurut Azwar 1995 : 1 pelayanan dalam bidang kesehatan dapat diartikan sebagai
setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri atau bersama dalam satu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan
penyakit, serta memulihkan kesehatan perseorangan,keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat.
Dalam pengertian ini, pelayanan kesehatan disamping sebagai suatu usaha untuk memperbaiki kesejateraan masyarakat, sekaligus juga dalam rangka usaha
pembinaan, pengembangan pemanfaatan sumber daya manusia.
Jenis Pelayanan Kesehatan
Berdasarkan pendapat Azwar 1983 : 42 ada 3 tiga jenis pelayanan kesehatan yang ada dalam masyarakat yaitu :
1. Pelayanan kesehatan pada tingkat pertama primary health care. Yang dimaksud dengan pelayanan ini adalah pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan
pelayanan yang bersifat dasar. 2. Pelayanan tingkat kedua secondary health care yaitu pelayanankesehatan yang
lebih mengutamakan pelayanan spesialis dan bahkan kadang-kadang sub spesialis tetapi masih terbatas.
3. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga tertierry health care yaitu pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan pelayanan spesialis serta sub spesialis yang lebih
luas. Pelayanan kesehatan tingkat dasar dilakukan secara bersama-sama oleh
masyarakat dan ditulang punggungi oleh tenaga medis. Tenaga medis, dalam hal ini sepertidokter umum atau para medis dengan sifat pelayanan berobat jalan ambulatory
service. Jangkauan pelayanan berobat jalan dipengaruhi oleh peningkatan upaya kesehatan dan kesadaran masyarakat untuk berobat.
Pelayanan tingkat dasar berhubungan erat dengan usaha masyarakat untuk mencari pengobatan sendiri. Dalam pengobatan tingkat dasar ini beberapa upaya
pengobatan jalan dapat dilakukan seperti : 1. Pembinaan dan pengarahan yang baik tentang cara-cara berobat tradisonal, yang
dilaksanakan terus menerus bagi masyarakat. 2. Upaya pelayanan akan lebih lancar jika kemampuan ekonomi masyarakat
berkembang, pemanfaatan obat-obatan ditingkatkan, serta pengarahan dan motivasi untuk mengobati sendiri penyakit-penyakit ringan dengan penggunaan obat-obatan
modern, sederhana maupun obat-obatan tradisional yang telah diuji coba. Pelayanan sekunderi secondary health care dilaksanakan oleh dokter
spesialis terbatas, serta sifatnya dapat merupakan pelayanan jalan atau rawat impatient service. Sedangkan pelayanan tingkat tertier tertiary health care
dilakukan oleh dokter spesialis dan sub spesialis dilaksanakan oleh dokter spesialis, yang sifatnya dapat merupakan pelayanan jalan atau rawat.
Tujuan Pelayanan Kesehatan
Pada hakekatnya, tujuan pelayanan kesehatan tidak berbeda dari tujuan pelaksanaan pembangunan kesehatan secara luas. Dalam pemikiran dasar Sistem
Kesehatan Nasional SKN dinyatakan bahwa pembangunan kesehatan merupakan cita-cita bangsa, yaitu agar tercapainya kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk
yang berakibat kepadaterwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang optimal sebagai salah satu untuk kesejateraan umum yang merupakan bagian dsri tujuan
nasional. Dalam usaha memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, tujuan
pelayanan kesehatan itu dapat dibagi atas 3 golongan, yaitu : 1. Pencegahan Preventif
Pelayanan kesehatan pada hakekatnya memberi penekanan pada upaya untuk mencegah terjadinya atau gangguan kesehatan lainnya. Bahkan pencegahan mendapat
tempat yang utama karena dengan pencegahan akan diperoleh hasil yang lebih baik serta memerlukan biaya yang lebih murah dibandingkan dengan pengobatan maupun
rehabilitasi. Pencegahan sebagai strategi pemeliharahan dan peningkatan kesehatan
masyarakat, ditempuh dengan usaha-usaha seperti : 1. Untuk orang yang sehat : yakni untuk memenuhi permintaan pemeriksan kesehatan
ataupun dalam rangka mendeteksi kelainan sedini mungkin. 2. Untuk orang yang khawatir akan kesehatannya seperti melayani permintaan
pemeriksaan kesehatan Azwar 1983 : 28 Pelayanan kesehatan yang bersifat pencegahan terutama ditujukan untuk
memperkuat keluarga dan kelompok serta kesatuan masyarakat. Maksudnya adalah
bahwa didalam masyarakat yang mengalami perubahan yang berlansung cepat, upaya pencegahan ditekankan pada tingkah laku dan kegiatan untuk membagun kesehatan
yang optimal. Sumber-sumber pelayanan kesehatan yang terbatas diperuntukan terutama
dalam rangka pencegahan. Oleh sebab itu “upaya pengehan ini memperoleh perhatian besar dibanyak negara. Selain itu juga karena penerapannya memungkinkan
penggunaan secaraefektif sumber-sumber yang terbatas, sedangkan lingkup intervensinya luas”. Soetarso 1982 : 13.
Pelayanan kesehatan dalam fungsi pencegahan ini disamping merupakan usaha untuk mempertinggi nilai kesehatan sekaligus juga untuk memberikan
perlindungan khusus terhadap sesuatu penyakit Specific Protection.
2. Pengobatan Curative
Mengobati Penderita yang sakit adalah salah satu usaha yang amat penting dalam setiap bentuk pelayanan kesehatan. Untuk tujuan pengobatan diberikan bila
suatu masalah atau gangguan kesehatan terjadi diakibatkan oleh kegagalan seseorang,keluarga, kelompok dan kesatuan masyarakat untuk melaksanakan
peranannya atau tugas-tugas secara memadai dan normal. Pengobatan dalam pelayanan kesehatan sebagai suatu bentuk dari pelayanan sosial bertujuan untuk
meniadakan hambatan atau masalah-masalah sosial yang ada. Pengobatan yang terlambat menyebabkan beberapa hal yang kurang
menguntungkan seperti usaha menyembuhkan menjadi lebih sulit bahkan mungkin tidak dapat sembuh lagi atau memungkinkan akan terjadinya kecelakaan lebih besar.
Disamping itu, pengobatan yang tidak secaepatnya, bisa menimbulkan penderitaan si
sakit sembuh lama dibandingkan dengan pengobatan yang diterimanya semenjak kenak sakit atau biaya perawatan akan menajadi semakin banyak semakin besar.
Pengobatan dimaksudkan menegakkan diagnosa penyakit sedini mungkin untuk diberikan pengobatan yang tepat ealy diagnosis and prompt treatment.
Sumarnonugroho 1984 : 43 Tujuan dari pengobatan dapat bersifat respresif, artinya menekan agar
gangguan kesehatan yang timbul tidak makin parah dan tidak menjalar.
3. Pemulihan Rehabilitation
Pemberian pelayanan untuk tujuan rehabilitasi adalah usaha untuk mengembalikan bekas penderita sesuatu penyakit ketengah-tengah masyarakat.
Rehabilitasi diamsumsikan agar orang itu dapat kembali menjalankan fungsinya sebagai anggota masyarakat yang berguna untuk dirinya sendiri, keluarga maupun
masyarakat dengan semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuannya. Pemulihan atau rehabilitasi terutama untuk menamkan dan menumbuhkan fungsionalitas kembali
dalam diri orang maupun anggota masyarakat. Sumarnugroho, 1984 : 43 Dengan rehabilitasi dapat diharapkan mengembangkan potensi dalam rangka
lebih meningkatkan fungsionalitasnya sehingga dapat secara produktif. Pelayanan kesehatan dengan tujuan rehabilitasi atau pemulihan dapat dibagi
kedalam empat bidang, seperti yang dikemukan oleh Indan Entjang 1982 : 28-29 berikut :
1. Rehabilitasi fisik, yaitu agar bekas penedrita memperoleh perbaikan fisik semaksimalnya.
2. Rehabilitasi mental, yaitu agar bekas penderita dapat meneyesuaikan diri dalam hubungan perorangan dan social secara memuaskan. Seringkali bersman dengan
terjadinya cacat badanaiah muncul pula kalaianan-kelainan atau ganagguan mental. Untuk itu bekas penderita perlu mendapatkan bimbingan kejiwaan sebelum kembali
kemasyarakat. 3. Rehabilitasi social vokasional, yaitu agar bekas penederita menepati suatu
pekerjaan atau jabatan dalam masyarakat dengan kapasitas kerja yang semaksimalnya. 4. Rehabilitasi aestheis, yaitu usaha untuk mengembalikan rasa keindahan, walaupun
kadang-kadang fungsi dari alat tubuhnya itu sendiri tidak dapat dikembalikan. Prinsip “lebih baik mencegah daripada mengobati apalagi merehabilitasi”
dalam pelayanan sosial, termasuk bidang medis, oleh karena para ahli pekerjaan sosial lebih diperdengarkan.
Ketiga hal diatas, dimaksudkan agar setiap warga masyarakat dapat mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya baik jasmani, rohani, maupun kesehatan
sosial serta diharapkan berumur panjang.
1.5.2.3. Pengaruh Struktur Organisasi terhadap Efektivitas Pelayanan Kesehatan
Setelah penulis menguraikan pengertian struktur organisasi dan efektivitas pelayanan kesehatan, maka senjutnya penulis menjelaskan pengaruh struktur organisasi terhadap
efektivitas pelayanan kesehatan. Menurut Steers 1985 : 71 ada enam faktor yang mempergaruhi beberapa segi dari
efektivitas organisasi. Keenam factor tersebut serta uraiannya adalah : 1. Tingkat Desentralisasi
Yang dimaksud dengan desentralisasi adalah batas perluasan bagi jenis kekuasaan dan wewenang dari atas kebawah dalam hierki organisasi. Dengan demikian pengertian
desentralisasi berhubungan erat dengan konsep partisipasi dalam pengambilan keputusan. Makin luas desentralisasi oragnisasi sebuah oraganisasi makin luaslah
ruang lingkup para pekerja. Bawahan dapat turut serta dalam memikul tanggung jawab atas keputusankeputusan mengenai. Pekerjaan meraka dan kegiatan mendatang
dari organisasinya. 2. Spesialisasi Tugas
Spesialisasi mengakibatkan peningkatan efektivitas, karena spesialisasi memungkinkan setiap pekerja mencapai keahlian dibidang tertentu sehingga dapat
memberikan sumbangan secara maksimal pada kegiatan kearah tujuan. 3. Formalisasi
Fomulasi biasanya menunjukan batas penentuan atau pengaturan kegiatan pekerja para pegawai melalui prosedur dan peraturan yang resmi. Jadi bila formalisasi telah
diterapkan dalam kehidupan para pegawai, maka efektivitas akan tercapai 4. Rentang Kendali
Rentang kendali menyatakan jumlah rata-rata bawahan dari tiap penyelia. Dengan jumlah dari masing-masing bawahan dapat dilakukan rentang kendali sehingga
memungkinkan untuk meningkatkan efektivitas. 5. Ukuran Besarnya Organisasi
Telah banyak perhatian dicurahkan pada masalah bagaimana besarnya ukuran organisai dapat mempengaruhi berbagai aspek dari keberhasilan organisasi.
Bertambah besarnya ukuran organisasi tampaknya mempunyaihubungan positif
dengan peningkatan efesiensi. Factor-faktor seperti pengertian pempinan yang teratur, berkurangnya biaya tenaga kerja dan pengenalan llingkungan dianggap sebagai aspek
yang mempengaruhi efetivitas pelaksanaan pekerjaan. 6. Ukuran Besarnya Unit Kerja
Berdasarkan unit kerja juga mempengaruhi efektivitas, karena diantara para pekerja saling mengenal lebih baik akan membina persahabatan dan membangun persatuan
kelompok dengan erat. Dari penjelasan diatas penulis menyimpulkan bahwa aspek struktur organisasi dapat
mempenagaruhi segi-segi tertentu dari efektivitas organisasi. Struktur organisasi yang disusun untuk dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dalam
hal ini bidang kesehatan akan tercipta dengan baik bila disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang dihadapi untuk menjalankan mekanisme pelayanan dengan efisien dan efektif.
Dengan demikian, struktur organisasi memegang peranan yang penting dalam hal pemberian kesehatan kepada masyarakat. Karena struktur oragnisasi yang jelas akan
mempermudah setiap organisasi untuk memahami posisinya. Pihak bagian mana yang akan membantu dalam melaksanakan tugas, dan kepada siapa harus memberikan pertanggung
jawaban atas tugas yang jelas serta didukung dengan tenaga ahli dan trampil. Peraturan juga memegang peranan utama serta jumlah pegawai yang memadai akan menambah terciptanya
efektivitas kerja yang diharapkan.
1.5.2.4.Pusat Kesehatan Masyarakat PUSKESMAS
Konsepsi pusat kesehatan masyarakat PUSKESMAS secara histories dilahirkan pada tahun 1968 oleh rapat kerja kesehatan nasional Rakernas I di
Jakarta. Sebelum organisasi ada, sistem pelayanan di Indonesia masih bersifat kuratif belaka dan berjalansecara sendiri-sendiri. Pemberian bantuan kesehatanpun masih
diselenggarakan secara terpisah-pisah, misalnya : - Balai Kesehatan Ibu dan Anak BKIA berfokus pada pelayanan ibu, bayi dan anak.
- Balai Pengobatan BP, yakni melayani pada bidang pengobatan penyakit. Sistem pelayanan kesehatan yang terpisah ini membawa pengaruh yang
menghambat tujuan pembangunan kesehatan, karena yang mendapat pelayanan masih terbatas pada orang yang mampu ekonominya. Untuk itu, usaha-usaha pemberian
pelayanan yang terpadu dan menyeluruh kemudian disatukan dalam satu wadah pelayanan kesehatan masyarakat yang disebut dengan pusat kesehatan masyarakat
PUSKESMAS. Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi fungsional yang lasung
memberikan pelayanan secara menyeluruh kepada masyarakat dalam bentuk usaha- usaha kesehatan pokok.
Untuk merealisasikan tanggung jawab itu, puskesmas mempunyai tugas pokok antara lain :
1. Menjaga dan meningkatkan kesehatan anggota masyarakatnya. Dengan demikian akan miningkatkan status kesehatan masyarakat dan mengurangi penderita sakit.
2. Menggerakanmembimbing anggota msayarakat untuk secara aktif berpartisipasi di bidang kesehatan dan kegiatan-kegaiatan pembangunan, yang merupakan bagian
integrasi dari pembangunan social secara menyeluruh di wilayah kerjanya.
Usaha-Usaha Pokok Puskesmas
Kegiatan-kegiatan pokok puskesmas yang diselenggarakan oleh puskesmas sejak berdirinya semakin berkembang, mulai dari 7 usaha pokok kesehatan, 12 usaha
pokok kesehatan, namun yang dapat dilaksanakan oleh puskesmas sesuai dengan kemampuan yang ada dari tiap-tiap puskesmas baik dari segi tenaga, fasilitas dan
biaya atau anggaran yang tersedia. Untuk memberikan pelayanan kesehatan Puskesmas menjalankan beberapa
usaha, kegiatan pokok yang meliputi 12 program kesehatan dikutif dari Nasrul Effendy 1995 : 38 sebagai berikut :
1. Upaya Kesehatan Ibu Dan Anak KIA 2. Upaya Keluarga Berencana KB
3. Upaya Perbaikan Gizi 4. Upaya Kesehatan Lingkungan
5. Upaya Pencegahan Dan Pemberantasan Penyakit Menular 6. Upaya Kesehatan Masyarakat
7. Upaya Kesehatan Sekolah 8. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat
9. Upaya Kesehatan Gigi Dan Mulut 10. Upaya Kesehatan Sekolah
11. Upaya Laboratorium Serhana 12. Upaya Pencatatan Dan Pelaporan Dalam Rangka Sistem Informasi Kesehatan
Untuk melaksanakan fungsi, kegiatan, pelayanan, dan pembinaan serta pengembangan peran sertaswadaya masyarakat maka peranan petugas puskesmas
dikemukan seperti berikut: 1. Membina dan memelihara hubungan baik
2. Bertindak sebagai katalisator 3. Berperan sebagai penasehat teknis
4. Membentu masyarakat menggali sumber daya 5. Memberikan dorongan
http : www.warta puskesmas 2007 Dalam menjalankan pelayanan kepada masyarakat puskesmas mempunyai
fungsi utama dalam sistem pelayanan yang disebut dengan sistem rujukan relasi sitem. Sistem rujukan ini merupakan pelimpahan tanggung jawab timbal balik
terhadap suatu kasus penyakit atau masalah kesehatan secara vertikal dalam arti unit yang berkemampuan kurang kepada unit yang setingkat kemampuannya. Tujuan
sistem ini adalah untuk mendekatkan pelayanan dengan penderita atau masyarakat.
I.6 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban atau dugaan sementara tentang suatu rumusan masalah penelitian yang kebenarannya perlu diuji dan dibuktikan melalui penelitian. Suatu
hipotesis dapat dianggap benar apabila disertai dengan fakta – fakta atau bukti- bukti yang nyata.
Adapun hipotesis yang penulis kemukakan adalah:
1. Hipotesis kerja Ha
Hipotesis kerja adalah hipotesis yang menyatakan adanya hubungan antara variabel X dan Y, atau adanya perbedaan antara dua kelompok. Hipotesis kerja dari penelitian ini
adalah “Terdapat pengaruh antara struktur organisasi dengan efektivitas pelayanan kesehatan”
2. Hipotesis nol H0
Hipotesis nol H0 adalah hipotesis yang menyatakan tidak adanya perbedaan antara dua variabel, atau tidak adanya pengaruh variabel X terhadap variabel Y. Hipotesis
nol dari penelitian ini adalah “Tidak terdapat pengaruh antara struktur organisasi terhadap efektivitas organisasi”
I.7 Definisi Konsep