Evaluasi Pendidikan Agama Islam School of Universe

99 tentang teori yang berkaitan dengan sholat jenazah, setelah itu akan dipraktekkan secara bersama-sama bagaimana cara melakukan shalat jenazah tersebut.

C. Evaluasi Pendidikan Agama Islam School of Universe

Evaluasi atau penilaian adalah kegiatan yang dilakukan untuk menimbang sejauhmana sesuatu yang telah dilakukan menghasilkan sesuatu yang berharga atau mencapai apa yang telah ditetapkan untuk dicapai. Dari pengertian tersebut, maka evaluasi pendidikan agama Islam adalah kegiatan yang dilakukan untuk menimbang sejauhmana pendidikan agama Islam yang telah dilakukan menghasilkan sesuatu yang berharga atau mencapai apa yang telah ditetapkan dan diharapkan dalam pendidikan agama Islam. Tujuan dan Prinsip-prinsip Penilaian Tujuan evaluasi dalam bidang pendidikan ada dua macam, yaitu: Pertama, untuk menghimpun bahan-bahan keterangan yang akan dijadikan sebagai bukti mengenai keterangan yang akan dijadikan sebagai bukti mengenai taraf perkembangan atau taraf kemajuan yang dialami oleh para peserta didik setelah mengikuti pembelajaran dalam jangka waktu tertentu. Kedua, untuk mengetahui tingkat efektifitas dari metode-metode pengajaran yang telah diterapkan oleh pendidik dan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan oleh peserta didik. 81 Agar evaluasi hasil belajar dapat terlaksana dengan baik, ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan evaluasi tersebut, yaitu: 82 81 Lihat. Anas Sudijono, Evaluasi Pendidikan, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2007, 16 82 Lihat. Anas Sudijono, Evaluasi Pendidikan, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2007, 31 100 1. Prinsip keseluruhan Prinsip ini mengandung arti bahwa evaluasi harus dilaksanakan secara utuh dan menyeluruh. Berkaitan dengan hal ini, evaluasi hasil belajar disamping dapat mengungkap aspek proses berpikir cognitif domain juga dapat mengungkap aspek nilai atau sikap affective domain dan aspek keterampilan psychomotor domain yang melekat pada diri masing-masing individu peserta didik. Jika dikaitkan dengan proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam, maka evaluasi hasil belajar dalam mata pelajaran PAI itu hendaknya bukan hanya mengungkap pemahaman peserta didik terhadap ajaran-ajaran agama Islam, melainkan juga harus dapat mengngkapkan sudah sejauhmana peserta dididk dapat menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam tersebut dalam kehidupan mereka sehari- hari. 2. Prinsip Kesinambungan Prinsip ini mengandung arti bahwa evaluasi hasil belajar yang baik adalah evaluasi hasil belajar yang dilaksanakan secara teratur dan sambung menyambung dari waktu ke waktu. 3. Prinsip obyektivitas Prinsip ini mengandung makna bahwa evaluasi hasil belajar dapat dinyatakan sebgai evaluasi yang baik apabila dapat terlepas dari faktor-faktor yang sifatnya subyektif. Berkaitan dengan teknik-teknik evaluasi hasil belajar atau alat-alat yang digunakan dalam rangka melakukan evaluasi hasil belajar, ada dua macam teknik, yaitu teknik tes dan teknik non tes. 83 Tes adalah cara yang dapat dipergunakan atau prosedur yang perlu ditempuh dalam rangka pengukuran dan penilaian di bidang 83 Lihat. Anas Sudijono, Evaluasi Pendidikan, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2007, 65 101 pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas baik berupa pertanyaan-pertanyaan atau perintah-perintah sehingga dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau prestasi. 84 Sedangkan teknik non tes merupakan evaluasi hasil belajar yang dilakukan dengan tanpa menguji peserta didik, melainkan dilakukan dengan melakukan pengamatan secara sistematis observation, wawancara interview, menyebar angket questionnaire, dan memeriksa atau meneliti dokumen-dokumen documentary analysis. Teknik non tes ini pada umumnya memegang peranan yang penting dalam rangka mengevaluasi hasil belajar peserta didik dari segi ranah sikap hidup affective domain dan ranah keterampilan psychomotoric domain, sedangkan teknik tes lebih banyak digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar peserta didik dari segi ranah proses berpikirnya kognitif domain. 85 Evaluasi merupakan suatu proses memberikan pertimbangan mengenai nilai dan arti sesuatu yang dipertimbangkan. Di School of Universe, pengumpulan informasi tentang pencapaian hasil pendidikan atau pembelajaran siswa dilakukan secara formal atau tidak formal. Di dalam proses pembelajaran atau di luar pembelajaran. Menggunakan tes atau non tes atau terintegrasi dalam proses pembelajaran. Manakala proses pengumpulan data telah dilakukan, maka dibuat keputusan tentang keberhasilan siswa. Misalnya, apakah siswa telah mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan? Apakah ada bagian-bagian yang perlu pengulangan dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan? Apakah siswa perlu pengayaan? Keputusan- keputusan tersebut diperlukan untuk memperbaiki sistem pembelajaran dan hasil belajar siswa. 84 Lihat. Anas Sudijono, Evaluasi Pendidikan, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2007, 67 85 Lihat. Anas Sudijono, Evaluasi Pendidikan, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2007, 76 102 Bentuk soal dalam evaluasi hendaknya bersifat mendorong ke arah cara berpikir siswa lebih kreatif dan mendorong pemikiran ke arah problem solving dengan tujuan agar siswa terpola berpikir kritis dengan pendekatan-pendekatan ilmiah dan tidak hanya sekedar main tebak-tebakan seperti bentuk pilihan ganda. Berkaitan dengan hal ini, berdasarkan hasil observasi dan wawancara di lapangan ditemukan bahwa alat penilaian yang digunakan guru adalah berupa tes dan non tes. Bentuk pertanyaan yang diarahkan sekolah alam School of Universe adalah berupa uraian. Hal ini menunjukkan bahwa penilaian yang dilakukan School of Universe diupayakan untuk mengarah ke arah penilaian yang mendorong siswa untuk belajar aktif, kreatif, dan kritis. Bentuk Instrumen dan Laporan Penilaian Laporan kegiatan penilaian merupakan bagian yang sangat penting dalam proses pembelajaran, karena dapat memberikan informasi tentang perkembangan kemampuan siswa. Berkaitan dengan hal tersebut, laporan penilaian perlu dibuat agar dapat memberikan informasi kepada berbagai pihak. Sehingga dapat memberikan umpan balik bagi perbaikan kegiatan pembelajaran selanjutnya. Laporan kegiatan penilaian pada sekolah alam School of Universe dilakukan dengan dua bentuk, yaitu: Pertama, hasil belajar harian yang merupakan hasil pengamatan terhadap perilaku anak ketika mengikuti kegiatan pembelajaran. Kedua, hasil belajar semester. Yaitu merupakan rangkuman dari hasil evaluasi yang dilakukan setiap kegiatan pembelajaran. Dari hasil dokumentasi, observasi dan wawancara, 86 dapat ditemukan bentuk laporan penilaian kegiatan pembelajaran School of Universe adalah berupa nilai atau 86 Berdasarkan wawancara dengan Asmuni Marzuki, Guru Agama sekolah alam School of Universe, 27 Agustus 2008, Parung Bogor. Selain itu, hal ini juga bersumber dari dokumentasi School of Universe dan pengamatan yang peneliti lakukan untuk memastikan apa yang ada dalam dokumentasi dan wawancara. 103 angka dan narasi. Nilai angka hanya ada pada raport DIKNAS. Sedangkan penilaian sehari-hari atau penilain pendidikan sekolah alam semua dilakukan dengan narasi atau deskripsi pernyataan tentang kemajuan perkembangan belajar siswa. Berikut beberapa bentuk penilaian yang dilakukan oleh sekolah alam School of Universe, yaitu: Pertama, Worksheet Worksheet dijadikan sebagai alat penilaian untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam menerima materi pembelajaran yang telah disampaikan. Kedua, Raport Departemen Pendidikan Nasional Raport Diknas dijadikan sebagai alat penilaian hasil pembelajaran untuk mengukur kemampuan peserta didik dan menilai tercapai atau tidaknya standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditentukan oleh Departemen Pendidikan Nasional, penilaian raport ini dibuat dalam bentuk angka. Ketiga, Raport School of Universe Raport sekolah alam School of Universe dibuat untuk mengetahui kemampuan peserta didik dalam mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar, dengan melakukan check list pada tiap indikator yang telah ditentukan, poin check list adalah exellent, good, improve. Raport sekolah alam School of Universe tidak menggunakan angka dalam menilai kemampuan peserta didik, akan tetapi dalam bentuk narasi yang diambil dari kemampuannya mencapai indikator yang telah ditentukan. Raport sekolah alam ini diberikan dua minggu sekali. Ketiga, Portofolio. 87 Portofolio merupakan salah satu alat penilaian yang digunakan untuk menilai hasil belajar siswa secara komprehensif. Yaitu merupakan 87 Berkaitan dengan Portofolio, banyak para ahli yang mendefinisikannya. Menurut Poulson, portofolio merupakan kumpulan pekerjaan siswa yang menunjukkan usaha, perkembangan dan kecakapan mereka dalam satu bidang studi atau lebih. Kumpulan ini harus mencakup partisipasi siswa dalam seleksi isi, kriteria seleksi, kriteria penilaian, dan bukti refleksi diri. Sedangkan menurut 104 kumpulan hasil karya siswa atau catatan mengenai siswa yang didokumentasikan secara baik dan teratur. Portofolio ini dilakukan untuk mengukur kemampuan multiple intelligence peserta didik dengan melihat hasil kerja peserta didik baik dalam bentuk hasil karya maupun hasil worksheet yang telah dikerjakan oleh peserta didik. Dari beberapa bentuk penilaian yang digunakan oleh sekolah alam School of Universe tersebut, menunjukkan bahwa sekolah alam School of Universe tidak terlalu mementingkan angka dalam menilai hasil pembelajaran, namun menekankan kepada kompetensi yang dicapai peserta didik. Sekolah lebih mengharapkan peserta didiknya mampu melakukan hal yang bermanfaat. Keberhasilan pendidikan idealnya harus diukur dengan totalitas peserta didik sebagai pribadi. 88 Pelajaran Pendidikan Agama Islam yang materinya sarat dengan muatan norma dan nilai-nilai di dalamnya memerlukan penilaian yang dilakukan bukan hanya terfokus pada satu aspek saja kognitif. Tapi harus menyeluruh, yaitu selain aspek kognitif juga aspek afektif dan psikomotor. Di sekolah alam School of Universe, tujuan evaluasi lebih ditekankan pada penguasaan sikap afektif dan psikomotorik. Di sekolah alam School of Universe, tujuan evaluasi lebih ditekankan pada penguasaan sikap afektif dan psikomotorik. Penekanan ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan peserta didik yang secara garis besarnya meliputi beberapa Gronlund, portofolio mencakup berbagai contoh pekerjaan siswa yang tergantung pada keluasan tujuan. Portofolio dapat digunakan oleh sisiwa untuk melihat kemajuan mereka sendiri terutama dalam hal perkembangannya, sikap keterampilan dan ekspresinya terhadap sesuatu. Lihat. Gronlund Norman E, Assesment of Student Achievment Sixth Edition, Boston: Allyn and Bacon, 1998, h. 159. 88 Guna mengukur kemampuan siswa dalam penguasaan materi pelajaran yang diterima, maka terdapat tiga faktor yang dapat mengukur keberhasilan pendidikan, yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotorik. Aspek kognitif dapat diukur dengan melalui tes pengetahuan secara tertulis maupun dengan tes lisan. Faktor afektif dapat diukur melalui tes sikap secara tertulis, juga dapat dinilai melalui perbuatan atau tingkah lakunya sehari-hari. Sedangkan Psikomotorik dapat diukur dengan tes perbuatan, pengamatan langsung, wawancara dengan orang tua siswa atau lingkungan sosial masyarakat. 105 hal, yaitu: Sikap dan pengalaman peserta didik terhadap hubungan dirinya dengan Tuhan, sikap dan pengalaman peserta didik terhadap arti hubungan dirinya dengan sesama atau masyarakat, sikap dan pengalaman peserta didik terhadap arti hubungan kehidupannya dengan alam sekitarnya. Beberapa kemampuan tersebut dijabarkan dalam beberapa kalisifikasi kemampuan teknis, yaitu: Pertama, sejauhmana pengabdian peserta didik kepada Sang Pencipta dan indikasi-indikasi lahiriah berupa tingkah laku yang mencerminkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Kedua, sejauhmana peserta didik dapat menerapkan nilai-nilai ajaran agamanya dalam kehidupan bermasyarakat. Ketiga, bagaimana dan sejauhmana peserta didik memandang dirinya sendiri sebagai berusaha mengelola dan memelihara alam sekitarnya. Tujuan utama pembelajaran di Sekolah alam School of Universe adalah membelajarkan siswa. 89 Oleh sebab itu, kriteria keberhasilan proses pembelajaran tidak hanya diukur dari sejauh mana siswa telah menguasai materi pelajaran, akan tetapi diukur dari sejauh mana siswa telah melakukan proses belajar. Dengan demikian, guru tidak hanya berperan sebagai sumber belajar, akan tetapi berperan sebagai orang yang membimbing dan memfasilitasi agar siswa mau dan mampu belajar. Sehingga hal ini mengarah pada, bahwa proses pembelajaran di School of Universe berpusat pada siswa. Penilaian atau evaluasi sebagai alat yang esensial untuk mengetahui sejauhmana perkembangan proses belajar anak membutuhkan beberapa metode untuk mengukurnya. Metode tersebut diantaranya adalah: observasi, percakapan, dan penugasan. 89 Berdasarkan hasil wawancara dengan Lendo Novo, 8 April 2008, di School of Universe Parung 106 Observasi adalah cara pengumpulan data melalui pengamatan langsung terhadap sikap dan perilaku siswa. Dalam observasi dibuat pedoman yang dikembangkan oleh guru dengan mengacu pada indikator yang telah ditetapkan. Guru SoU melakukan pengamatan terhadap anak selama proses pembelajaran berlangsung, dimana guru selalu mengamati setiap perilaku, sikap dan kemampuan yang terjadi pada siswa. Selain itu, pengamatan juga dilakukan di luar pembelajaran. Seperti ketika siswa berinteraksi dengan temannya. Apakah siswa saling menghargai dan membantu dengan temannya misalnya. Pengawasan juga dilakukan oleh para guru mentoring masing-masing pada pembelajaran Intensive Islam. Berdasarkan wawancara dengan Asmuni Marzuki, 90 guru mentoring mengawasi dan memperhatikan perkembangan siswa. Misalnya ketika ada yang buang sampah, maka guru akan menegurnya. Guru mentoring bertanggung jawab terhadap siswa bimbingannya. Ketika ada perbuatan siswa yang kurang baik, pembina mentoringnya yang ditanya. Percakapan dilakukan oleh guru dengan siswa tentang sesuatu yang terkait dengan materi pembelajaran. Guru mentoring menanyakan kepada siswa, misalnya tentang apakah siswa hari ini melakukan sholat shubuh tadi pagi. Kecerdasan atau intelligence merupakan suatu kemampuan tertinggi dari jiwa makhluk hidup yang hanya dimiliki oleh manusia. Kecerdasan tersebut merupakan kemampuan mental manusia untuk berbuat atau bertindak dalam memecahkan masalah atau melaksanakan tugas. 91 Penelitian mutakhir sistem kerja otak sebagaimana diuraikan oleh Caine and Caine 1991 dalam bukunya Making 90 Berdasarkan wawancara dengan Asmuni Marzuki, Guru Agama sekolah alam School of Universe, 27 Agustus 2008, Parung Bogor 91 Lihat. M Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2007, h. 115 107 Connection; Teaching and Human Brain menunjukkan bukti bahwa kecerdasan atau intelligence ternyata bersifat dinamis dan dapat berkembang. Bukti-bukti menunjukkan bahwa dalam keberhasilan pendidikan seseorang, peranan IQ hanya sekitar 20 . Sisanya 80 sebagian besar ditentukan oleh EQ dan faktor kedewasaan sosial. EQ adalah kemampuan seseorang untuk mengendalikan aspek-aspek psikologis dalam diri sendiri yang mencakup: amarah, kesedihan, rasa takut, kenikmatan, cinta, terkejut, jengkel, dan malu. Kemampuan mengendalikan aspek psikologis diperlukan agar EQ ini bisa bekerja secara harmonis dengan IQ. Maka jika EQ baik, otak akan bekerja dengan baik pula. Menurut Mastuhu, 92 pada zaman modern sekarang ini, penyelenggara pendidikan harus mengembangkan kecerdasan komplit, tidak hanya kecerdasan akal IQ, tetapi juga kecerdasan emosi EQ dan kecerdasan Spritual SQ. Karena dengan hanya mengembangkan kecerdasan akal banyak menimbulkan dampak negatif yang menakutkan dan tidak pernah mampu menyelesaikan masalah dengan baik dalam tataran kehidupan modern, bahkan secara akumulatif dapat menimbulkan masalah yang lebih besar. Belajar bukan dimaknai menguasai ilmu pengetahuan saja. Mampu bekerja sama dengan teman, memiliki empati dan kreatif juga merupakan keberhasilan yang sangat dihargai di sekolah alam. Kecerdasan atau intelligence tidak hanya memiliki aspek cognitive berwajah cognitive atau didominisi oleh aspek cognitive tetapi memiliki multi aspek banyak wajah. Howard Gardner, 93 ahli psikologi cognitive dari Harvard University telah menemukan suatu teori kecerdasan majemuk atau multiple intelligences. Teori ini 92 Mastuhu, Menata Ulang Pemikiran Sistem Pendidikan Nasional Abad 21, Yogyakarta: Insania Press, 2003, h. 10 93 Teori Multiple Intelligence telah dibangun oleh Howard Gardner pada tahun 1983. Lihat. www.wilkipedia,com. Lihat pula. Monty P Setiadarma dan Fidelis E Waruwu, Mendidik Kecerdasan, Jakarta: Pustaka Populer Obor, 2003, h. 5-6. Lihat pula. 108 mengungkapkan bahwa ada banyak kecerdasan yang dimiliki setiap manusia. Kecerdasan-kecerdasan tersebut antara lain adalah: kecerdasan verbal bahasa, kecerdasan logika matematika, kecerdasan spasial visual, kecerdasan tubuh kinestetik, kecerdasan musical ritmik, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan naturalis, kecerdasan spiritual, dan kecerdasan eksistensial. Keberhasilan pendidikan menurut paradigma baru tidak hanya diukur dari kecerdasan intelektual, melainkan juga harus dapat mengembangkan nilai-nilai afemksi dan psikomotorik. Sekolah konvensional pada umumnya lebih menekankan kepada kognitif saja. Sekolah alam School of Universe mencoba menggali sebesar mungkin potensi peserta didik karena meyakini setiap peserta mempunyai banyak potensi mulitiple inteligent dan masing-masing peserta didik mempunyai potensi yang berbeda-beda. Maka sekolah alam School of Universe mempunyai lebih dari raport, yaitu: raport Qiroati, raport akhlak, raport outbound, dan raport DIKNAS. Uraian dalam bab ini menunjukkan bahwa ada beberapa pengembangan yang dilakukan oleh sekolah alam School of Universe yang berkaitan dengan materi, metode, dan evaluasi. Pengembangan-pengembangan tersebut dilakukan sebagai inovasi atas kekurangan-kekurangan dalam pendidikan selama ini. 108

BAB IV DISTINGSI SEKOLAH ALAM SCHOOL OF UNIVERSE

DALAM PENDIDIKAN DI INDONESIA Pada bab IV empat ini penulis akan membahas tentang inovasi yang dilakukan sekolah alam. Pengembangan tersebut akan penulis tinjau dari aspek psikologi, aspek sosiologi dan aspek organisatoris. Kemudian distingsi tersebut peneliti analisa dari sudut pandang keadaan pendidikan di Indonesia.

A. Aspek Psikologi

Aspek psikologi merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan dalam proses pembelajaran. Karena psikologi akan membantu mengenal karakteristik peserta didik dan mempermudah dalam melaksanakan proses pembelajaran. Setiap individu mempunyai kondisi psikologis yang berbeda, 1 karena perbedaan tahap perkembangannya, latar belakang sosial-budaya dan perbedaan-perbedaan yang dibawa sejak lahir. Secara psikologis, anak didik memiliki keunikan dan perbedaan-perbedaan baik perbedaan minat, bakat, maupun potensi yang dimilikinya sesuai dengan tahapan perkembangannya. Dengan alasan itulah, dalam kurikulum harus memperhatikan kondisi psikologi perkembangan dan psikologi belajar anak. 2 Dalam konsep 1 Kondisi psikologis adalah karakteristik psiko-fisik seseorang sebagai individu, yang dinyatakan dalam berbagai bentuk perilaku dalam interaksi dengan lingkungannya. Perilaku-perilaku tersebut merupakan manifestasi dari ciri-ciri kehidupannya, baik yang tampak maupun yang tidak tampak, perilaku kognitif, afektif, dan psikomotor. Lihat. Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum; Teori dan Praktek, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001, cet.ke-4, h. 45 2 Lihat. Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Imlementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Jakarta: Kencana, 2008, h. 25. Lihat pula. E Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007, cet.ke- 4, h. 48. Mengenai perlunya melihat aspek psikologi dalam pengembangan kurikulum diungkapkan pula oleh Abdurrahman An Nahlawi. Lihat.