Materi Pendidikan Agama Islam School of Universe

68 Nasional Pendidikan yang telah ditetapkan pemerintah tersebut mencakup standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Dari delapan standar tersebut, yang telah dijabarkan dan disahkan penggunaannya oleh Mendiknas adalah standar isi dan standar kompetensi lulusan. Materi-materi kurikulum Pendidikan Agama Islam mencakup aspek keimanan, ibadah, al-Quran, akhlak, muamalah, syariah, dan tarikh. Ruang lingkup unsur pokok tersebut dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di sekolah dijabarkan menjadi lima pokok, yaitu: 30 Al-Quran dan Hadist, Aqidah, Akhlak, Fiqih, dan Tarikh Kebudayaan Islam. Unsur-unsur pokok materi tersebut harus menekankan keseimbangan, keselarasan dan keserasian antara hubungan manusia dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan sesama dan hubungan manusia dengan alam sekitarnya.

1. Materi Pendidikan Agama Islam School of Universe

Materi Pendidikan Agama Islam di sekolah alam School of Universe mengacu pada standar isi 31 dan standar kompetensi 32 yang telah ditetapkan oleh Diknas. Namun dalam pengembangannya, materi Pendidikan Agama Islam dikembangkan yang bermartabat. Lihat. E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007, cet. Ke-7, h. 45 30 DEPAG RI, Standar Isi dan Kelulusan PAI Sekolah Menengah Pertama, Jakarta: DEPAG, 2007, h. 4 31 Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan pendidikan tertentu. Lihat. E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007, cet. Ke-7, h. 45. 32 Standar kompetensi atau standar kompetensi lulusan adalah kualifisai kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Lihat. E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007, cet. Ke-7, h. 90. 69 dengan memperhatikan konsep sekolah alam yang berlandaskan pada visi, misi, dan tujuan Pendidikan Agama Islam di sekolah alam School of Universe. Di School of Universe, alam dijadikan sebagai media dan obyek belajar dalam rangka pembentukan logika dan karakter peserta didik. 33 Sekolah ingin menciptakan peserta didik yang peduli pada lingkungan, menghargai alam, dan mengenal potensi alam yang tersedia di Indonesia. Berkaitan dengan hal tersebut, materi pendidikan agama Islam juga dibentuk dengan memperhatikan konsep tersebut. Sehingga menghasilkan penjabaran materi yang dikaitkan dengan konversi alam. Misalnya pada kurikulum PAI SD terdapat materi tentang mengenal ayat-ayat kauniyah dan kauliyah, tumbuhan adalah makhluk Allah juga, hubungan lebah dengan aqidah misalnya. Dalam al-Qur’an terdapat terdapat penjelasan tentang alam semesta dan fenomena-fenomenanya secara eksplisit tidak kurang dari 750 ayat. 34 Pada umumnya ayat-ayat ini memerintahkan agar manusia memperhatikan, mempelajari, dan meneliti alam semesta. Menurut Sirajuddin Zar hal ini bertujuan untuk mengantarkan manusia agar mereka menyadari bahwa dibalik ”tirai” alam semesta ini ada Zat Yang Maha Kuasa dan Maha Esa, yakni Allah SWT. 35 Menurut Abdurrahman An Nahlawi, 36 alam semesta difungsikan untuk menggerakkan emosi dan perasaan manusia terhadap keagungan al-Khaliq, kekerdilan manusia di hadapan-Nya, dan pentingnya ketundukkan kepada-Nya. Hal 33 Lihat. www.school-of-universe.com 34 Lihat. Thanthawiy Jauhariy, Al-Quran Jawarih fiy Tafsir Al-Quran, Jilid 1, Beirut: Dar al- Fikr, tt, h. 3 35 Lihat. Sirajuddin Zar, Konsep Penciptaan Alam dalam Pemikiran Islam, Sains dan Al- Qur’an, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1994, h. 28 36 Lihat. Abdurrahman An Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, dan Masyarakat, judul asli Ushulut Tarbiyyah Al Islamiyyah wa Asalibiha, Jakarta: Gema Insani Press, 2004, h. 46. 70 ini juga diungkapkan Nurcholis Madjid, 37 bahwa rasa takwa kepada Allah dapat dikembangkan dengan menghayati keagungan dan kebesaran Tuhan lewat perhatian kepada alam semesta beserta lingkungan perhatian kepada alam semesta beserta segala isinya, dan kepada lingkungan sekitar. Sebab menurut al-Quran hanyalah mereka yang memahami alam sekitar dan menghayati hikmah dan kebesaran yang terkandung di dalamnya sebagai ciptaan Ilahi yang dapat dengan benar-benar merasakan kehadiran Tuhan sehingga bertakwa kepadanya. Maraknya kehidupan agama yang ditandai dengan besarnya minat dan perhatian masyarakat terhadap pendidikan agama. Semua kecenderungan perkembangan tersebut perlu dijadikan titik tolak dalam pelaksanaan dan pengembangan pendidikan agama agar tetap menemukan signifikansi dan relevansinya dengan perubahan masyarakat. Dalam pengertian yang sederhana, semua aktivitas tersebut perlu mengacu pada suatu konteks sosial dan kultural yang sedang berkembang, disamping harus mengacu secara normatif dan teologis dengan doktrin-doktrin agama. Karena itu, tidak ada istilah pendidikan agama –baik dalam bentuk yang bersifat konseptual, institusional- struktural dan teknis-operasional – berada dalam keadaan yang statis. Ia terus menerus membutuhkan suatu pengayaan dalam berbagai aspek. Bertolak dari pengertian pendidikan agama dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan sosial dan kultural masyarakat secara makro, persoalan yang dihadapi oleh pendidikan agama adalah bagaimana pendidikan agama mampu menghadirkan suatu konstruksi wacana keagamaan yang kontekstual dengan perubahan masyarakat. Selanjutnya bagaimana konstruksi wacana keagamaan tersebut mampu ditransformasikan secara sistematik dalam masyarakat. 37 Lihat. Nurcholis Madjid dkk, Pendidikan Agama dan Akhlak Bagi Anak dan Remaja, jakarta: Logos, 2002, h. 26 71 Menurut Malik Fajar, dengan mengacu pada pengalaman pendidikan agama di Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi dijumpai praktek pendidikan agama yang kurang menarik dari sisi materi yang diberikan serta cara penyampaian yang digunakan. Keadaan ini diperparah dengan terisolirnya pendidikan agama dengan pelajaran lain. Dalam hal materi, pendidikan agama terlalu didominasi oleh masalah- masalah yang bersifat normatif, ritualistik, dan eskatologis. Apalagi materi ini kemudian disampaikan dengan semangat ortodoksi keagamaan –yang memaksa peserta didik tunduk pada suatu meta narasi, tanpa diberi peluang melakukan telaah secara kritis. Pada akhirnya agama dipandang sebagai suatu yang final, yang harus diterima secara taken for granted. 38 Berdasarkan hal di atas, maka tidaklah heran jika kemudian pendidikan agama tidak fungsional dalam kehidupan sehari-hari, kecuali hanya sebagai aktivitas verbal dan formal untuk menghabiskan materi atau kurikulum yang telah diprogramkan dengan batas waktu yang ditentukan. Dalam kegiatan belajar mengajar konvensional, pendidikan yang diterima selalu teralienasi dari kehidupan nyata. Materi yang disampaikan secara teoritis sering tidak dapat dilakukan secara praktis oleh peserta didik, sehingga masyarakat merasa asing dengan yang namanya sekolah, karena hanya menyampaikan problem kultur atau kebudayaan yang sejalan dengan dunia riil. 39 Materi PAI di sekolah alam School of Universe dirancang berdasarkan keterkaitan dengan situasi atau penerapan dalam kehidupan peserta didik sehari-hari. Pendekatan seperti ini, dalam pembelajaran dikenal dengan istilah Contextual 38 Lihat. Malik Fajar, Reorientasi Pendidikan Islam, Jakarta: fajar Dunia, 1999, h. 138 39 Lihat. Firdaus M Yunus, Pendidikan Berbasis Realitas Sosial; Paulo Freire dan Y.B. Mangunwijaya, Yogyakarta: Logung Pustaka, 2005, h. xi 72 Teaching and Learning CTL. 40 Misalnya mencantumkan materi tentang puasa ketika pembelajaran berlangsung di bulan puasa atau materi tentang Idul Fitri ketika pembelajaran berlangsung setelah hari raya Idul Fitri. Materi pendidikan bukan hanya terdiri atas sekumpulan pengetahuan atau kumpulan informasi, tetapi harus merupakan kesatuan pengetahuan terpilih dan dibutuhkan, baik bagi pengetahuan itu sendiri maupun bagi siswa dan lingkungannya. Berkaitan dengan hal ini, pada tataran aplikasi guru School of Universe selain mengacu materi pembelajaran pada buku teks, juga mengembangkan materi tersebut dengan memperhatikan keadaan siswa dan lingkungan. Misalnya mengaitkan materi Pendidikan Agama Islam dengan situasi yang sedang terjadi. Menurut Asmuni Marzuki, 41 prinsip ini biasanya dilakukan dengan membuat openmind dengan bercerita tentang sesuatu yang terjadi saat itu, kemudian baru masuk ke materi Pendidikan Agama Islam yang terkait dengan hal itu. 40 Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong perserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapan dalam kehidupan mereka sehari-hari. Lihat. Departemen Pendidikan Nasional, Pendekatan Kontekstual Contextual Teaching and Learning, Jakarta: DepDiknas, 2002. Menurut Elaine, bahwa sistem pembelajaran kontekstual adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para peserta diidk melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan sehari-hari mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial, dan budaya peserta didik. Lihat. Elaine B. Johnsona, Contextual and Learnig; Menjadikan Kegiatan Belajar Mengajar Mengasyikan dan Bermakna terj, Bandung: Mizan Learning Center MLC, 2007, h. 32-34 Mulyasa, Contextual Teaching and Learning CTL merupakan pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan peserta didik secara nyata, sehingga peserta didik mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari. Lihat. E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004; Panduan Pembelajaran KBK, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006, h. 137. 41 Wawancara dengan Asmuni Marzuki, Guru Agama SM, 27 Maret 2009, School of Universe Bogor 73 Berikut data materi Pendidikan Agama Islam PAI pendidikan tingkat sekolah dasar SD kelas 1-6 semester satu yang telah dikembangkan oleh School of Universe dari kurikulum Diknas 42 : School of Universe First Semester Plan of Grade SD 1-6 PAI No SD 1 SD 2 SD 3 SD 4 SD 5 SD 6 1 Kisah pemilik kebun Allah Maha Kuasa Allah Maha Melihat Sifat jaiz bagi Allah Pengobatan ala Nabi Muhammad Makna praktek Adzan 2 Allah itu ada wujud Kisah pemilik kebun Lebah An- Nahl dalam al-Quran Jaga lima sebelum datang lima Perintah Nabi Muhammad untuk berobat Hadis Dzikir dan doa setelah sholat 3 Mengenal ayat-ayat kauniyah dan kauliyah Gerak dan Bacaan dalam sholat Gerakan dan bacaan sholat Surah al-fat d al-Ikhlas Metode Nabi dalam pengobatan Memaham i surah al- Alaq ayat 1-5 4 Tumbuhan adalah makhluk Allah juga Rendah hati dan hidup sederhana Hubungan lebah dengan aqidah Ketentuan- ketentuan sholat Mengenal obat-obatan Nabi yang alami Etika pergaulan dalam Islam 5 Mengenal rukun iman Bersedekah dengan menanam Manfaat madu bagi manusia Ajaran dan keteladanan Nabi Adam Qs. Al-Maun, Al-Fiil, dan Al-Quraisyi Makna kiamat Sugra dan 42 Kurikulum Diknas dapat dilihat dalam lampiran tesis ini. 74 tumbuhan Kubra 6 Belajar puasa yo… Belajar puasa yo… Tata cara puasa bulan ramadhan Puasa bersama Rasulullah Pemurnian amal di bulan ramadhan Ramadhan bulan perubahan 7 Mengenal wudhu dan praktek wudhu Nabi sang Pengembala Makna sholat berjamaah hadis Hadis Hari ini harus lebih baik Perilaku tercela bagi orang lain mencacai lalai Makna zakat dan idul fitri 8 Perilaku terpuji hidup bersih 7 disiplin Binatang peliharaan Nabi Filosofi kehidupan lebah dalam al-Quran Dasar dan definisi kebudayaan Islam Persaudaraan dalam Islam Sikap munafik 9 Mengenal thaharoh dan praktek thoharoh Binatang yang halal dan haram Ketentuan penggunaan alam al- Baqarah: 168 Kebudayaan dunia sebelum Islam Keteladanan Nabi Ayyub Makna silaturahm i 10 Mengenal rukun Islam Adab mandi dan buang air Sifat-sifat wajib bagi Allah Kebudayaan Arab Jahiliyyah Disiplin dan tolong menolong Persaudar aan dalam Islam Anshar Muhajirin 75 11 Makan yang halal dan toyyib Syarat halalnya binatang menyembel ih Tumbuhan sebagai tanda kekuasaan Allah al- Anam 95 Nabi Ibrahim kebudayaan Mekkah Kitab suci dan Rasul-rasul yang menerimanya Iman kepada hari Qodho dan Qodar 12 Perilaku terpuji jujur bertanggung jawab Makna yang diakndung Asmaul Husna Huruf hijaiyah dan tanda baca Iman dalam menjaga kebudayaan Beriman kepada Rasul Allah Tanggung jawab dan keberania n Nabi Musa Menelada ni sikap menolong Nabi Isa Materi-materi PAI yang telah dirancang dengan mengacu pada kurikulum Diknas dengan memperhatikan konsep sekolah alam School of Universe tersebut disusun menjadi: Pertama, semester plan. Merupakan gambaran besar materi yang akan dipelajari dalam satu semester, agar proses pembelajaran dalam satu semester dapat berjalan dengan baik. Hal ini dilakukan dengan merencanakan kompetensi dasar dan indikator yang akan dilaksanakan. Kedua, weekly plan. Merupakan hasil perencanaan materi pokok pembelajaran beserta uraiannya untuk jangka waktu satu minggu. Perencanaan proses pembelajaran perminggu. 76 Ketiga, daily plan. Yaitu perincian perencanaan proses pembelajaran setiap harinya. Hal ini dilakukan dengan merencanakan waktu pembelajaran, merencanakan metode pembelajaran, merencanakan media pembelajaran dan sumber belajar yang akan dipergunakan. Selain itu, ada juga pengembangan-pengembangan materi yang khusus diberikan di luar jadwal pembelajaran pendidikan agama Islam. Pengembangan- pengembangan tersebut dilakukan untuk memperkuat materi-materi Pendidikan Agama Islam yang ada pada pelajaran agama Islam. Pengembangan-pengembangan tersebut adalah: Pertama, aspek al-Quran. Materi pembelajaran al-Quran cakupannya cukup luas untuk mencapai kompetensi peserta didik dalam pembelajaran al-Quran. Kemampuan membaca al-Quran yang hendak dicapai misalnya pada peserta didik SD mulai dari kelas IV empat diarahkan pada penguasaan kemampuan membaca al- Quran dengan penerapan tajwidnya. Artinya peserta didik pada tahap ini dipandang layak untuk menerapkan serta menguasai kemampuan membacanya dengan baik dan benar, sesuai dengan aturan-aturan bacaannya. Sedangkan bila melihat pada alokasi waktu mata pelajaran PAI yang cenderung hanya 2 jam perminggu tidak memungkinkan untuk mencapai kompetensi tersebut. Maka School of Universe menjadikan pembelajaran al-Quran sebagai program rutinitas yang dilakukan setiap hari sebelum pembelajaran. Kedua, aspek akhlak. Salah satu pengembangan kurikulum sekolah alam School of Universe adalah pengembangan akhlak. Pendidikan agama Islam yang diterapkan di sekolah alam lebih berorientasi pada pembinaan akhlak dan penerapannya sehari-hari, sehingga muatan atau komposisi materi pendidikan agama Islam lebih menitikberatkan pada aspek akhlak. Kurikulum sekolah alam mempunyai 77 komposisi materi pembelajaran dengan perbandingan 80:20, artinya sebanyak 80 persen merupakan kurikulum akhlak, sedangkan 20 persennya adalah kurikulum kognitif. 43 Bagi sekolah alam School of Universe aspek akhlak merupakan bagian terpenting dalam pendidikan. Berkaitan dengan aspek ini, penelitian mutakhir sistem kerja otak sebagaimana diuraikan oleh Caine and Caine 1991 dalam bukunya Making Connection; Teaching and Human Brain menunjukkan bukti bahwa kecerdasan atau intelligence ternyata bersifat dinamis dan dapat berkembang. Lebih daripada itu, inteligensi tidak hanya berkaitan dengan aspek cognitive semata, tetapi berkaitan pula dengan emosi, sehingga disebut dengan Emotion Intellegence atau EQ sebagai pelengkap IQ. Bukti-bukti menunjukkan bahwa dalam keberhasilan pendidikan seseorang, peranan IQ hanya sekitar 20 . Sisanya 80 sebagian besar ditentukan oleh EQ dan faktor kedewasaan sosial. EQ adalah kemampuan seseorang untuk mengendalikan aspek-aspek psikologis dalam diri sendiri yang mencakup: amarah, kesedihan, rasa takut, kenikmatan, cinta, terkejut, jengkel, dan malu. Kemampuan mengendalikan aspek psikologis diperlukan agar EQ ini bisa bekerja secara harmonis dengan IQ. Maka jika EQ baik, otak akan bekerja dengan baik pula. Pengembangan akhlak ini mempunyai penilaian secara tersendiri yang dituangkan dalam raport akhlak. 43 Jika dilihat dari aspek ajaran Islam, komposisi tersebut sangat cocok bagi pendidikan agama Islam, karena bidang moral atau akhlak ini menempati posisi yang paling penting setelah orang beriman kepada Tuhan. Hal ini nampak jelas pada firman Allah SWT yang selalu mengaitkan iman dengan amal saleh, yaitu suatu perbuatan baik sebagai perwujudan dari imannya. Karena pentingnya masalah akhlak dalam kehidupan, maka Allah mengutus para Nabi dan menjadikan Nabi tersebut sebagai contoh teladan yang baik uswatun hasanah bagi umat manusia. Lihat. Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara: 2004, cet. 4, h. 195-196. 78 Berikut beberapa point materi akhlak pada tingkat sekolah dasar SD: Kurikulum Pembentukan Karakter Tingkat SD 1-6 No Materi Kompetensi 1 Saling menolong Membantu orang lain dengan sukarela; Mengetahui potensi diri untuk mengatasi kesulitan diri dan temannya 2 Berterima Kasih Mampu mengucapkan terima kasih atas kebaikan orang lain; Mampu bersyukur dengan segala kondisi yang dialaminya 3 Kesopanan Mampu menghargai orang lain berbicara; Mampu berbicara sopan; Dapat menjaga harga dirinya di hadapan orang lain 4 Kejujuran Berusaha selalu menepati janji; Berlaku jujur setiap saat 5 Rasa Menyayangi Mempunyai respek terhadap orang lain dan mau berbagi; Mampu mengayomi terhadap yang lebih muda; Mampu mengatur kegiatannya sendiri sesuai dengan keinginannya 6 Tenggang Rasa Mampu berpikir dulu sebelum berbuat; Mampu menghargai pendapat dan orang yang berbicara saat diskusi; Mampu menjaga dan menghargai milik orang lain 7 Kreativitas Memiliki gagasan yang orisinil; Mampu mengembangkan alternative pemecahan masalah terbaik; Mampu menekuni sedikitnya satu hobikegemaran 8 Keteguhan Komitmen dengan diri sendiri saat melakukan sesuatu; Komitmen terhadap kesepakatan yang dibuat dalam kelompok; Mampu bertahan dan sabar dalam menyelesaikan pekerjaan yang sudah dimulai 79 Ajaran dasar dalam agama yang sangat memperhatikan masalah moral dan pengabdian serta penghambaan diri kepada Tuhan tidak menjadi proiritas sorotan dan penerapan. 44 Padahal Rasulullah SAW bersabda: sesungguhnya Aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlak Kemudian dalam al-Quran disebutkan: ﺮﻜﻨﻤﻟاو ءﺎﺸﮭﻔﻟا ﻦﻋ ﻰﮭﻨﺗ ةﻼﺼﻟا نا salat sebenarnya mencegah pelakunya dari perbuatan keji dan tercela Dengan kata lain solat dan aktivitas ibadah lainnya tidak hanya sekedar ritus yang tanpa tujuan dan makna, tetapi semuanya sebagai media penghambaan dan pembinaan moral umat. Semua rangkaian ajaran-ajaran al-Quran tentang ibadah kepada Allah selalu digandengkan dengan kepedulian sosial yang merupakan refleksi moral ibadat dan bukti ketaqwaan. Orang yang bertaqwa adalah orang yang bermoral tinggi. Umat Islam dewasa ini sudah banyak beribadat dalam arti menjalankan aktivitas ritus mahdah ibadat formal vertikal, tetapi rendah dan miskin penghayatan dan penerapan pesan-pesan moral. Para pengajar cenderung menghargai dan menekankan ajaran moral yang terkandung dalam al-Quran dan hadis. Sementara aspek yang ditekankan dan dimasyarakatakna lebih terfikus pada penghayatan dimensi Islam normative, yaitu ibadat dan syariat, sedangkan ajaran moral yang terkandung dibalik pesan-pesan normative tentang ibadat menjadi tidak dipriorotaskan. Artinya, jika umpama siswa telah menjalankan ibadat formal, guru terasa merasa puas. Sebaliknya kebejatan dan kerendahan moral siswa dan maha siswa serta umat tidak mereka perhatikan. 44 Harun Nasution dkk, IPTEK Berwawasan Moral, Jakarta: IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta Press, 1997, h. 91 80 Semestinya dalam system dan proses pendidikan agama dan sosialisasi ajaran agama di masyarakat luas yang perlu ditekankan adalah pembinan moral. 45 Seharusnya dijelaskan kepada siswa bahwa kesalihan ritual atau ibadat formal tidak dapat dipisahkan dari kesalihan social yang sangat bermuatan moral. Hadis Rasulullah mengatakan bahwa: ﻨﺗ ﻻ ﻦﻤﻟ ةﻼﺻ ﻻ ءﺎﺸﮭﻔﻟا ﻦﻋ ﻰﮭ ﺮﻜﻨﻤﻟا و tidak ada maknanya salat yang tidak mampu mncegah pelakunya dari perbuatan keji dan tercela Hadis ini tidak hanya menyiratkan pentingnya keterkaitan salat dan nilai-nilai moralitas, tetapi juga untuk semua aktivitas ibadat dalam Islam. Harus ada penghubung benang merah antara ibadat ritual dengan moral. Dalam system dan proses pndidikan konvensioanl terutama, hal ini kurang ditekankan. Padahal dalam sejarah telah mnorehkan bukti betapa eratnya kaitan moral dengan keberadaan semua umat. Penyair kondang mesir, Syauqi pernah menyatakan dalam syairnya bahwa: اﻮﺒھذ ﻢﮭﻗﻼﺧا ﺖﺒھذ ﻮﻤھ ناو ﺖﯿﻘﺑ ﺎﻣ قﻼﺧﻻا ﻢﻣﻻا ﺎﻤﻧا sesungguhnya suatu umat akan eksis, jika akhlaknya moral terus bertahan hidup, dan sebaliknya jika akhlaknya hilang terkikis, umat tersebut akan lenyap Begitu pentinya arti dan peranan moral bagi keberlangsungan wujud suatu umat. Oleh sebab itu, sudah tiba saatnya dimana umat Islam terutama di seluruh dunia termasuk Indoensia mengutamakan pendidikan moral yang memang merupakan salah satu inti ajaran Islam yang tidak dapat dipisahkan dari ajaran dasar lainnya. Sebagaimana tujuan inti Pendidikan Agama Islam di sekolah adalah membentuk akhlak, pada hakikatnya pendidikan akhlak harus terealisasikan melalui aplikasi di segala kegiatan dan pembelajaran. Seperti pada pembelajaran mata pelajaran, 45 Harun Nasution dkk, IPTEK Berwawasan Moral, Jakarta: IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta Press, 1997, h. 92 81 kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler, dan pada pergaulan sehari-hari di lingkungan sekolah. Karena sekolah alam, maka yg pertama kali difokuskan adalah akhlak terhadap alam. Seperti pembiasaan memperhatikan lingkungan sekolah dengan membiasakan membuang sampah pada tempatnya, memungut sampah bagi siswa yang melihat sampah berserakan. Kemudian akhlak terhadap binatang juga diterapkan ketika belajar berternak, seperti tidak boleh menyakiti binatang. Penerapan nilai-nilai Islam atau akhlak selain pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam, juga diterapkan dalam pembelajaran-pembelajaran mata pelajaran lain. 46 Para guru ditekankan untuk meninjau materi pembelajaran yang akan disampaikan dengan nilai-nilai ajaran Islam atau nilai-nilai akhlak. Misalnya mengintegrasikan PAI ke dalam pelajaran MIPA. Melalui pendidikan ini siswa mempelajari substansi ke-MIPA-an yang terdiri dari dalil-dalil, teori-teori, prinsip- prinsip dan konsep-konsep MIPA. Dengan penguasaan ini, siswa dapat menerapkan MIPA untuk tujuan pemecahan masalah dan pengembangan IPTEK. Di samping substansi ke-MIPA-an, ada dimensi nilai yang terkandung dalam pendidikan MIPA. Seperti, siswa dapat belajar untuk lebih mencintai lingkungan, sadar akan keuntungan MIPA bagi kehidupan manusia, dan sadar pula akan implikasi dari penerapan MIPA terhadap kehidupan manusia jika disalahgunakan untuk tujuan-tujuan destruktif. Melalui MIPA juga, siswa dapat lebih memahami betapa agung dan perkasanya Tuhan yang menciptakan alam semesta beserta isinya ini dalam keadaan tertib, sesuai dengan hukum-hukum Tuhan Sunnatullah yang juga disebut hukum alam. Kemudian siswa akan menyadari bahwa apa yang terjadi di alam semesta ini pada 46 Berdasarkan wawancara dengan Asmuni Marzuki, Guru Agama Sekolah Menengah SM School of Universe, 28 Agustus 2008, di School of Universe Parung. Dan wawancara dengan Septriana, Konseptor Sekolah Alam dan Guru Bahasa Indonesia SM School of Universe, 29 Juli 2008, di School of Universe Parung. 82 dasarnya berasal dari Yang Maha Satu, yaitu Allah SWT. Dengan demikian, pendidikan MIPA dapat menjadi wahana untuk pendidikan nilai-nilai agama. Kurikulum merupakan rel-nya pendidikan untuk membawa peserta didik agar dapat hidup sesuai dengan nilai-nilai yang ada di masyarakat serta membekali siswa baik dalam bidang pengetahuan, sikap, maupun keterampilan sesuai dengan tuntutan dan harapan masyarakat. Oleh karena itu, pengalaman-pengalaman belajar yang disusun dalam kurikulum harus relevan dengan kebutuhan masyarakat. Jika dikaitkan dengan prinsip relevansi yang berkaitan dengan keserasian kurikulum antara dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat. Bila melihat fenomena masyarakat yang terjadi selama ini, globalisasi merupakan hal yang tidak bisa dihindari. Pada masa globalisasi ini, dominasi temuan ilmu pengetahuan IPTEK sudah demikian hebat dan menguasai segala perbuatan dan pikiran manusia. Sebab kemajuan IPTEK telah mempengaruhi bangunan kebudayaan, sikap dan nilai-nilai serta gaya hidup manusia atau masyarakat. Khususnya di kalangan para pelajar yang semakin marak dan menghawatirkan, baik di kota maupun di pelosok desa sekalipun. Salah satu peranan Pendidikan Agama Islam di sekolah adalah untuk mengantisipasi dampak negatif perkembangan dan kemajuan IPTEK tersebut. Menurut Agus Maimun, 47 ada dua tantangan yang dihadapi pendidikan agama, yaitu tantangan internal dan tantangan eksternal. Tantangan internal adalah berkaitan dengan program, pemahaman, perencanaan, pelaksanaan, penerapan, dan evaluasi sistem Pendidikan Agama Islam di sekolah. Sedangkan tantangan eksternal menyangkut kemajuan IPTEK, globalisasi informasi, perubahan politik, ekonomi, sosial, dan budaya bangsa. 47 Lihat. Agus Maimun dan Abdul Mukti Bisri, Profil Pendidikan Agama Pada Sekolah Umum, Jakarta: Departemen Agama Republik Indonesia, 2003, h. 11 83 Berkaitan dengan hal itu, maka Pendidikan Agama Islam harus menegakkan landasan moral atau akhlak yang akan menjadi pondasi dalam menghadapi perkembangan tersebut. Menurut Alamsyah Ratu Perwiranegara, 48 pembinaan moral bangsa yang dibimbing secara terpadu oleh agama akan menjamin keselamatan kemajuan di bidang kebendaan seperti IPTEK yang telah dicapai. Hal ini disebabkan agama berfungsi sebagai faktor pengaman bagi setiap kemajuan di bidang kebendaan. Pendidikan agama di sekolah selama ini tidak berhasil meningkatkan etika dan moralitas peserta didik. Metode pendidikan agama masih sebatas mentransfer materi pelajaran agama, sehingga peserta didik hanya menghafalkan materi pelajaran agama tetapi kurang bisa memahaminya dengan baik. Selama ini yang berlaku bukan pendidikan agama melainkan pengajaran agama. Prinsip pendidikan agama seharusnya merupakan upaya menginternalisasikan nilai agama pada perserta didik. Tujuannya, agar perserta didik dapat memahami nilai agama dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Namun, sebagaimana mata pelajaran lainnya, pendidikan agama di sekolah hanya merupakan pelajaran menghafal ajaran agama. Akibatnya, pendidikan agama di sekolah hanya mampu mengantarkan peserta didik mendapatkan nilai bagus dalam ujian. Pendidikan agama di sekolah tidak mampu menampilkan perbaikan moral. Buktinya, korupsi tetap merajalela, penyalahgunaan wewenang dan ketidakadilan semakin semarak. Demikian juga tawuran pelajar tetap saja terjadi dan penyalahgunaan narkotika di kalangan pelajar semakin menjadi. 49 48 Lihat. Alamsyah Ratu Perwiranegara, Pembinaan Pendidikan Agama, Departemen Agama Republik Indonesia, 1992, h. 43 49 http:www.kompas.comkompas-cetak030531dikbud340513.htm. 31 Mei 2003 84 Sebagai alat yang penting untuk mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan, kurikulum hendaknya mempunyai peran sebagai anticipatory dan adaptif terhadap perubahan dan kemajuan IPTEK. 50 Berkaitan dengan hal ini, mengedepankan pendidikan akhlak atau moral yang diterapkan oleh School of Universe baik dalam pembelajaran maupun dalam penerapannya sehari-hari di sekolah merupakan cara yang sesuai untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan pendidikan Agama Islam di sekolah.

B. Metode Pendidikan Agama Islam School of Universe