Sekolah Alam Menjawab Tantangan Globalisasi

31 Kegagalan sekolah dalam membentuk manusia seutuhnya sesuai dengan potensi dan bakat, mendorong orang tua untuk kembali ikut serta dalam pendidikan, mengingat bahwa mendidik anak sebenarnya adalah tanggung jawab orang tua. Kerjasama antar kedua pihak yaitu sekolah dan orang tua dapat diciptakan untuk saling menutupi keterbatasan dalam berbagai hal tersebut. Namun beberapa keluarga memutuskan untuk lebih fokus pada pendidikan dengan cara mengambil sepenuhnya tanggung jawab mendidik anak sampai anak masuk ke perguruan tinggi.

B. Sekolah Alam Menjawab Tantangan Globalisasi

Proses globalisasi 5 yang terus menemukan momentumnya sejak dua dasawarsa menjelang milenium baru telah memunculkan wacana baru dalam berbagai lapangan kehidupan literatur akademik, media massa, forum-forum seminar, diskusi, dan pembahasan dalam berbagai lembaga. Globalisasi tersebut telah membawa perubahan sangat mendasar di dalam kehidupan manusia abad ke-21. Menurut H.A.R Tilaar, 6 globalisasi menuntut adanya perubahan di dalam pribadi manusia itu sendiri bagaimana dia memandang dunia ini, kehidupan yang berubah. Globalisasi meminta organisasi, lembaga-lembaga masyarakat, organisasi, termasuk negara meninjau kembali paradigma-paradigmanya. Demikian pula globalisasi telah memacu ilmu pengetahuan dan teknologi secara timbal balik. Semua ini berarti ilmu pengetahuan termasuk ilmu pendidikan atau pedagogik perlu meninjau kembali paradigma- paradigma yang mendasarinya. 5 Menurut David Held dan Anthony Mc Grew globalisasi dapat dipahami dalam pemahaman yang beragam sebagai kedekatan jarak, ruangan, waktu yang menyempit, pengaruh yang cepat, dan dunia yang menyempit. Namun secara sederhana globalisasi dapat ditunjukkan dalam bentuk perluasan skala, pengembangan wilayah, dan percepatan pengaruh dari arus dan pola-pola inter-regional dalam interaksi social. Lihat. David Held dan Anthony Mc Grew, The Global Transformation Reder, Malden: Blackwell Publisher Ltd, 2000, h. 3. Menurut Yusuf Qardhawi, globalisasi mengandung arti menghilangkan batas-batas kenasionalan dalam bidang ekonomi perdagangan danmembiarkan sesuatu bebas melintas dunia dan menembus level internasional, sehingga terancamlah nasib suatu bangsa atau Negara. Lihat. Yusuf Qardhawi, Islam dan Globalisasi Dunia, Jakarta: Pustaka Al- Quran Kautsar, tt, h. 22. 6 H.A.R Tilaar, Manifesto Pendidikan Nasional, Jakarta: Kompas, 2005, h. 230 32 Era globalisasi tersebut mempunyai dampak yang positif dan negatif. Dampak positif tersebut adalah terbukanya berbagai kemudahan dan kenyamanan baik dalam lingkungan ekonomi, informasi, teknologi, sosial, dan psikologi. Sedangkan dampak negatifnya misal munculnya hedonisme, dehumanisasi dan sekulerisasi. Itulah gambaran era globalisasi yang terjadi dan manusia harus menghadapinya. Hal tersebut akan mempengaruhi dunia pendidikan baik dari segi kelembagaan, guru, sarana prasarana, metode dan materi. Hal ini menjadi tantangan yang harus dijawab oleh dunia pendidikan. Berkaitan dengan hal ini, maka upaya membangun konsep pendidikan yang bisa menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman merupakan suatu hal yang selama ini dilakukan oleh sekolah-sekolah. Era globalisasi dewasa ini dan di masa datang sedang dan akan mempengaruhi perkembangan sosial budaya masyarakat muslim Indonesia. Masyarakat muslim tidak dapat menghindari diri dari proses globalisasi tersebut, apabila jika ingin survive dan berjaya ditengah perkembangan dunia yang kian kompetitif di masa kini. Globalisasi sebenarnya bukanlah fenomena baru sama sekali bagi masyarakat muslim Indonesia. Pembentukan dan perkembangan masyarakat muslim Indonesia bahkan berbarengan dengan datangnya berbagai gelombang global secara konstan dari waktu ke waktu. Sumber globalisasi itu adalah Timur Tengah, khususnya mula- mula Mekkah dan Madinah dan sejak akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 juga Kairo. Oleh karena itu, seperti bisa diduga, globalisasi ini leboh bersifat regio intelektual, meski dalam kurun-kurun tertentu juga diwarnai oleh semangat regio politik. 7 Namun globalisasi yang berlangsung dan melanda masyarakat muslim Indonesia sekarang ini menampilkan sumber dan watak yang berbeda. Proses globalisasi dewasa ini tidak lagi bersumber dari Timur Tengah melainkan dari Barat yang terus memegang supremasi dan hegemoni dalam berbagai lapangan kehidupan masyarakat dunia umumnya. Globalisasi yang bersumber dari Barat seperti yang kita 7 Azyumardi Azra, Pendidikan Islam; Tradisi dan Modernisasi Menuju Masyarakat Milenium Baru, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2000, cet. II, h. 43 33 saksikan, tampil dengan watak ekonomi politik dan sains teknologi tentu memiliki dampak positif dan negatif. 8 Terhadap globalisasi tersebut kita tentu ingin meminimalisir dampak negatifnya, terutama bagi dunia pendidikan dan memanfaatkan sebaik-baiknya dampak positif dari globalisasi itu, sehingga dapat survive di tengah masyarakat dunia yang penuh dengan kompetisi. Menurut Yusuf Qardhawi Ada tiga kelompok umat Islam dalam menyikapi isu globalisasi, yaitu: 9 Pertama, orang yang menerima secara mutlak, yaitu orang yang disebutkan oleh Rasulullah dalam haditsnya bahwa mereka adalah mengikuti cara-cara dan ajaran umat lain sejengkal demi sejengkal, sehingga andai umat lain itu masuk ke lubang biawak, mereka akanmengikutinya. Inilah sikap para penyeru westernisasi yang berlebihan di dunia Arab dan Islam Kedua, orang yang menolak sama sekali, yaitu orang yang menjauhi setiap hal- hal baru, tidak peduli dengan dunia pemikiran, ekonomi, politik, dan sejenisnya. Mereka beruzlah dan menyingkir. Selain kelompok ini juga terdapat kelompok lain yang sering disebut dengan kelompok fundamentalis. Bedanya mereka tidak mengasingkan diri, tetapi mengambil posisi berhadapan dengan yang mereka tentang atau tolak. Kelompok ini menganggap bahwa globalisasi akan merusak sendi-sendi budaya Islam yang telah mereka jaga selama bertahun-tahun. Kekhawatiran mereka terletak pada ”westernisasi” dan ”pembaratan” pada budaya setempat melalui arus globalisasi. Ketiga, kelompok pertengahan, yaitu yang menyikapinya secara proporsional. Menurut Yusuf Qardhawi inilah sikap yang baik sebagai cermin, sebagai manhaj Islam pertengahan. Inilah sikap orang beriman yang mempunyai wawasan luas dan terbuka yang bangga dengan identitasnya, paham tentang risalahnya, dan memegang 9 Yusuf Qardhawi, Islam dan Globalisasi Dunia, Jakarta: Pustaka Al-Quran Kautsar, tt, h. 139-140 34 teguh orisinalitasnya. Ia tidak menghindar dari hal-hal yang baru dan tidak menerima secara berlebihan. Pendidikan merupakan sarana yang efektif menghadapi globalisasi dunia, melalui pendidikan baik di rumah, sekolah, maupun dalam lingkungan masyarakat dengan berbagai metode, cara, dan geraknya dapat dicegah pengaruh negatif yang bakal terjadi dari globalisasi. Dalam hal ini pendidikan agama mempunyai peran yang sangat penting sebagai landasan nilai dan moral peserta didik. Agar peran pendidikan dapat berfungsi maksimal dalam menanggapi globalisasi, ada beberapa hal yang kiranya patut diperhatikan, yaitu: Pertama, peningkatan sumber daya manusia. Keunggulan yang mutlak dimiliki bangsa Indonesia adalah penguasaan atas sains dan teknologi serta keunggulan kualitas sumber daya manusia SDM. Kedua, pengembangan ilmu sosial profetik. Dengan ilmu sosial profetik yang kita bangun dari ajaran Islam, kita tidak perlu takut atau khawatir terhadap dominasi sains Barat dan arus globalisasi yang terjadi saat ini. Islam selalu membuka diri terhadap seluruh warisan peradaban. Islam adalah sebuah paradigma terbuka. Ketiga, mendekonstruksi metode danmanagemen. Metodologi dan manajemen yang selama ini kita pakai selama ini harus dirubuhkan dan dibangun lagi yang terbaru yang dapat membawa semangat dan konsep baru sehingga menghasilkan tujuan yang diinginkan sesuai tuntutan modern sekarang ini Keempat, tersedianya sarana dan prasarana merupakan unsur penting yang sangat menunjang bagi kelancaran dan dan keberhasilan proses pendidikan. Kelima, kurikulum yang handal yang berwawasan masa kini dan masa depan. Kurikulum ini diharapkan dapat menciptakan manusia yang memiliki kemampuan yang berkualitas dan memiliki keterampilan dan kecakapan hidup. Berbarengan dengan adanya globalisasi, banyak orang yang concern terhadap dunia pendidikan. Sekolah bersaing untuk memberikan yang terbaik bagi pendidikan siswa, dengan beragam label antara lain: sekolah model, sekolah unggulan, sekolah plus, dan sekolah alternatif termasuk juga sekolah alam. Mereka menawarkan dengan 35 berbagai gaya keunggulannya. Sekolah itu muncul untuk menanggapi kekurangan- kekurangan sistem pendidikan yang ada. 10 Namun diantara sekolah-sekolah yang muncul tersebut, yang dikembangkan hanya pada aspek kognitif saja atau academic minded. Sekolah yang baik adalah sekolah yang mampu menggali, mengembangkan dan mengoptimalkan seluruh potensi peserta didik. Sebagaimana telah disinggung dalam bab pertama bahwa salah satu kekurangan atau kegelisahan yang dirasakan dalam dunia pendidikan adalah proses belajar mengajar dalam sekolah-sekolah formal yang dinilai terkesan formalitas dan belum mampu membentuk kepribadian. Akibatnya, bentuk penyampaian materi-materi agama pun sekedar formalitas, sehingga hasil akhir yang diandalkan hanya kepuasan nilai bukan pada pembentukan kepribadian siswa. 11 Di era sekarang ini, dimana banyak kasus yang menimpa generasi penerus kita termasuk dalam hal ini para pelajar, mulai dari kasus tawuran, narkotika, pergaulan bebas, dan perbuatan menyimpang lainnya, maka peran pendidikan agama menjadi sangat signifikan terutama dalam membentuk karakter dan perilaku siswa. Seharusnya pendidikan agama mempunyai peran yang sangat penting di dalam proses belajar mengajar. Agama merupakan bagian yang penting sekali di dalam kehidupan bersama manusia karena dari situlah manusia memperoleh referensi untuk menuntun tingkah lakunya di dalam suatu komunitas yang berbudaya. 12 Dalam hal ini ada beberapa sorotan yang ditujukan pada pelaksanaan pendidikan agama Islam PAI selama ini. 13 Pertama, masalah materi atau muatan Pendidikan Agama Islam. Materi pendidikan agama yang bersumber dari ajaran Islam dinilai hanya menekankan pada dimensi teologis –dalam pengertian yang sempit- dan ritual ajaran 10 Misalnya bentuk-bentuk alternatif pendidikan yang muncul dan berkembang di Indonesia adalah: Sekolah Pilihan Bakat, seperti sekolah Atlet dan sekolah musik. Sekolah Layanan Khusus, seperti sekolah autis dan sekolah rehabilitasi Narkoba. Kemudian E-learning dan Home Schooling. Lihat. Maulana D Kembara, Panduan Lengkap Home Schooling, Bandung: Progressia Syamil Cipta Media, 2007, h. 12 11 Muhaimain, Nuansa Baru Pendidikan Islam; Mengurai Benang Kusut Dunia Pendidikan, h.111. 12 H.A.R Tilaar, Manifesto Pendidikan Nasional, Jakarta: Kompas, 2005, h. 275 13 Lihat. Malik Fadjar, Reorientasi Pendidikan Islam, Jakarta: Fajar Dunia, 1999, h. 51 36 Islam. Bahwa dimensi teologis dan ritual merupakan masalah yang penting, telah menjadi kesadaran dan keyakinan dalam keberagamaan umat manusia. Akan tetapi kritik kemudian muncul karena dimensi teologis dan ritual dalam pelaksanaan pendidikan agama tidak diletakkan dalam suatu kekayaan wacana. Kajian teologis berhenti pada persoalan ketuhanan yang bersifat mistik-ontologis yang tidak berhubunagn sama sekali dengan realitas kemanusiaan. Iman sebagai kajian utama dalam pendidikan agama lebih banyak diorientasikan kepada upaya mempertahankan akidah. Jarang sekali keimanan dikaitkan dengan persoalan yang lebih bersifat kontekstual dalam kehidupan manusia. Kepedulian terhadap lingkungan misalnya, dianggap bukan bagian dari proses aktualisasi keimanan. Wacana kemiskinan juga terjadi pada dimensi ritual pengajaran dan pendidikan agama, yaitu masih terpakunya pada bagaimana mengajarkan keterampilan beribadah. Karena itu pendidikan agama dipandang dari dimensi ritual ini masih jauh dalam memberikan pengayaan spritual, etik, dan moral. Akibatnya siswa secara verbal dapat memahami ajaran Islam serta terapil melaksanankannya, tetapi kurang menghayati kedalaman maknanya. Kedua, persoalan yang berhubungan dengan kerangka metodologi. Jika dibandingkan dengan disiplin keilmuan lainnya, pelaksanaan pendidikan agama masih terpaku pada model konvensional yang lebih menekankan penggunaan metode ceramah sebagaimana layaknya sebuah pengajian yang cenderung monolog dan doktrinatif. Dalam keadaan demikain, pendidikan lebih merupakan sebagai perambahan dan pengayaan individu pendidik saja. Padahal, peserat didik yang telah mempunyai potensi agama perlu dikembangkan dalam keakraban wacana melalui proses dialogis yang produktif dan kritis. Selain itu, yang menjadi persoalan adalah pendidikan agama kurang terintegrasi atau terjadi dualisme –dikotomi dengan disiplin keilmuan yang lain. 14 Masalah tersebut dapat dilihat dalam dua hal. Pertama, pendidikan agama tidak pernah 14 Lihat. Malik Fadjar, Reorientasi Pendidikan Islam, Jakarta: Fajar Dunia, 1999, h. 53. lihat pula Jalaluddin, Psikologi Agama, jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004, h. 245 37 dikaitkan dengan disiplin keilmuan lainnya. Kecuali penekanan yang berlebihan terhadap dimensi teologis dan ritual. Kedua, agama dalam pendidikan agama jarang sekali dijelaskan dari sudut pandang ilmu yang lain, seperti IPA, ekonomi, filsafat. Pendidikan agama Islam juga dinilai kurang mempunyai relevansi terhadap perubahan sosial yang terjadi di masyarakat atau kurang ilustrasi konteks sosial budaya atau bersifat statis akontekstual dan lepas dari sejarah, sehingga peserta didik kurang menghayati nilai-nilai agama sebagai nilai yang hidup dalam keseharian. 15 Kekurangan-kekurangan inilah yang akan diperbaharui oleh sekolah alam. 16 Pendidikan dengan konsep sekolah alam kini mulai banyak diminati, khususnya di kalangan masyarakat perkotaan. 17 Sekolah alam mempunyai ciri khas tersendiri dengan konsep berbasis alamnya. Pembekalan sedini mungkin diberikan kepada anak-anak supaya lebih akrab dengan alam. Kurikulumnya lebih banyak melibatkan alam. Bahkan setting tempat belajar, arena bermain, dan atribut lainnya dikemas dengan khas. Adanya ide sekolah alam ini berawal dari ketidakpuasan penggagas akan sistem pendidikan di Indonesia. Banyak kegagalan-kegagalan sekolah formal yang selama ini berjalan. Diantaranya adalah sekolah belum berhasil menciptakan siswa yang berakhlak, kreatif, aktif dan kritis. Kemudian pembelajaran selama ini sangat membosankan bagi siswa, karena mereka masih terbelenggu dengan pembelajaran yang pasif dan terbatas. Menurut Lendo, 18 pendidikan di Indonesia belum mampu membentuk moral bangsa. Masih banyak terjadi dekadensi moral yang terjadi pada siswa, bahkan masih banyaknya para pejabat yang melakukan korupsi, kolusi dan nepotisme KKN merupakan bukti ketidakberhasilan pendidikan di Indonesia. Sehingga itulah salah 15 Lihat. Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2006, h. 124 16 Maulana D Kembara, Panduan Lengkap Home Schooling, h. 12 17 Lihat. Maulana D Kembara, Panduan Lengkap Home Schooling, Bandung: Progressia Syamil Cipta Media, 2007, h. 12. 18 Berdasarkan hasil wawancara dengan Lendo Novo, Parung Bogor, Selasa, 8 April, 2008. 38 satu motivasi Lendo untuk menciptakan sebuah sistem pendidikan baru yang diharapkan dapat menghasilkan generasi-generasi yang bisa menjadi pemimpin yang baik bagi dirinya maupun orang lain. Output dari sekolah diklaim pintar dan bodoh hanya pada ranah kognitif saja. Padahal pengukuran dengan ranah kognitif saja tidak dapat dijadikan standarisasi keberhasilan. Sekolah berlomba-lomba berusaha menggiring siswa meraih angka gemilang. Mereka belajar bukan untuk hidupnya, tetapi untuk meraih angka gemilang. Hal tersebut dapat dilihat dari apa yang peserta didik pelajari tampak sangat jauh dari realita kehidupan yang mereka alami. Peserta didik tidak dapat memahami apa yang dipelajari dan tidak dapat mengaitkannya dengan pengalaman langsung yang kelak di masa depan mereka hadapi. Kondisi seperti ini akhirnya mengakibatkan peserta didik tumbuh menjadi orang yang cerdas pengetahuan tetapi tidak mempunyai kearifan, tidak produktif, dan berpeluang hanya mengejar kehidupan masa depan, tetapi tidak memiliki kepedulian terhadap alam lingkungannya. Selain itu, pendidikan yang ada di Indonesia lebih mengutamakan penyeragaman dan mengabaikan kreativitas anak. Padahal di dalam diri siswa terdapat kepribadian-kepribadian yang unik dan berbeda satu dengan yang lainnya. Namun proses pembelajaran yang ada selama ini sering menjadikan siswa sebagai objek pendidikan. Pendidikan selama ini seringkali hanya berorientasi pada what to learn, bukan berorientasi pada bagaimana agar anak didik mampu memahami pengetahuan itu secara integral dan komprehensif, sehingga siswa mampu mengamalkan pengetahuan itu dalam kehidupannya, artinya siswa itu diberi pancing bukan semata-mata diberi ikan yang hanya menjadikan siswa pasif dan hanya menunggu bukan mencari dan mengkaji. 39 Mengintegrasikan antara iman dan ilmu adalah salah satu gagasan yang ingin diterapkan Lendo dalam sistem pendidikannya. 19 Sehingga tidak ada pelajaran agama maupun pelajaran umum. Belajar fisika, matematika, kimia, biologi, sosial, ekonomi itu semua ilmu Allah. Ide ini pertama kali ia terapkan dengan mendirikan sebuah sekolah Taman Kanak-kanak TK di Bandung yang diberi nama TK Salman pada tahun 1988. 20 Di sekolah tersebut tidak ada pelajaran agama, karena terintegrasi secara keseluruhan di setiap pembelajarannya. Konsepnya yaitu mengintegrasikan iman dengan ilmu, sehingga tidak ada pelajaran agama maupun pelajaran umum. 21 Ketika ide dan konsepnya dipraktekkan di sekolah TK Salman, Lendo menemukan permasalahan baru. Ternyata untuk mengaplikasikan idenya memerlukan biaya besar, terutama berkaitan dengan sarana dan prasarana, seperti gedung kelas, kantor, dan alat-alat peraga. Tidak bisa dipungkiri bahwa sekolah unggulan itu mahal, karena memerlukan biaya yang besar, sehingga hanya golongan masyarakat ekonomi menengah ke atas yang bisa merasakan pendidikan yang bermutu atau sekolah unggulan. 22 Lendo ingin menciptakan sekolah yang unggulan atau bermutu, namun tidak memerlukan biaya yang besar, sehingga kalangan masyarakat ekonomi bawah juga bisa merasakan sekolah yang berkualitas. Akhirnya Lendo mencoba menekan seminimal mungkin biaya fisik dan menggantikannya dengan alam terbuka. 19 Integrasi ialah pembauran hingga menjadi kesatuan yang utuh atau bulat. Lihat. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2003, h. 335. Integrasi antara iman dengan ilmu disini adalah pembauran antara ilmu dengan nilai-nilai agama yang akhirnya akan melahirkan ilmu yang utuh yang lebih sesuai dengan sumber ajaran Islam, yaitu al- Quran dan al-Sunnah. Ide ini muncul dikarenakan adanya sistem pendidikan yang diterapkan di dunia Islam atau di Indonesia yang mempraktekkan dualisme pendidikan, yaitu pendidikan umum dan pendidikan agama. Salah satu persoalan yang mendasar dalam pendidikan Islam di Indonesia adalah adanya dikotomi keilmuan antara ilmu-ilmu Islam dan ilmu-ilmu umum. Secara epistomologis, pendidikan Islam sebenarnya tidak mengenal pemisahan ini. sebab semua ilmu itu pada dasarnya berasal dari sumber yang tunggal, yaitu Allah SWT. Lihat. Al Mujamil Qemar, Epistomologi Pendidikan Islam, Jakarta: Erlangga, 2005, h. 34. 20 Diberi nama TK Salman, karena sekolah ini bertempat di Mesjid Salman Institut Teknologi Bandung ITB Bandung. Sekolah ini adalah penggagas Sekolah Dasar Islam Terpadu SDIT yang sekarang sudah banyak tersebar di Indonesia. Berdasarkan hasil wawancara dengan Lendo Novo, Parung Bogor, Selasa, 8 April, 2008. 21 Berdasarkan hasil wawancara dengan Lendo Novo, Parung Bogor. Selasa, 8 April 2008. 40 Kemudian alam dijadikan sebagai media dalam pembelajaran. Menurut Lendo, 23 media belajar yang paling efektif untuk mengintegrasikan konsep iman dan ilmu adalah alam, karena dari alam itulah semua hal bisa dipelajari. Setelah sepuluh tahun bereksperimen di sekolah TK Salman, Lendo akhirnya mewujudkan idenya dengan mendirikan sekolah alam pada tahun 1998. Sekolah alam yang didirikan diberi nama Sekolah Alam Ciganjur, karena terletak di kawasan Ciganjur Jakarta Selatan. Sekolah alam mempunyai konsep bangunan yang alami. Ruang kelas dan ruang guru tidak menggunakan gedung yang mewah, melainkan terbuat dari kayu yang terbuka tanpa dinding, sehingga biaya sekolah menjadi murah. Kemudian siswa belajar dengan lesehan tanpa kursi, hanya memakai meja lipat. Konsep pendidikan yang diterapkan di sekolah ini adalah bahwa pendidikan yang berkualitas tidak ditentukan oleh sarana gedungnya, melainkan pada kualitas guru, metodologi yang benar, dan buku sumber. Sekolah alam lebih mengutamakan praktek langsung, sehingga alat-alat peraga yang terdapat di alam bisa belajar langsung ke alam. Misalnya belajar tentang daun, maka siswa akan langsung dihadapkan dengan daun yang akan dipelajari. Jadi, ketika peraga tersebut ada dan bisa didatangkan secara langsung, maka sekolah alam lebih mengutamakan melihat dan menggunakannya secara langsung dan nyata. Sebagai sebuah sistem pendidikan yang baru dan mempunyai konsep yang berbeda dengan sekolah-sekolah pada umumnya, sekolah alam kurang mendapat apresiasi dari masyarakat dan pemerintah. Ketika pertama kali sekolah alam dipromosikan pada masyarakat setempat, mereka masih belum menerima konsep sekolah alam. 24 Maka ketika pertama kali berdiri, sekolah alam hanya mempunyai empat orang siswa yang salah satunya adalah anak Lendo Novo sendiri. 23 Selain untuk meminimalisasikan biaya, belajar langsung ke alam adalah jauh lebih bermanfaat, seperti belajar biologi yang langsung meninjau ke alam akan jauh lebih bermanfaat dan berkualitas, dari pada dengan lab. Karena labkan memodelkan alam ke bentuk yang lebih kecil. Berdasarkan hasil wawancara dengan Lendo Novo, penggagas atau perintis sekolah alam, Parung Bogor, Selasa, 8 April, 2008. 24 Dalam konsep masyarakat Indonesia sekolah adalah sebuah lembaga pendidikan yang mempunyai gedung berdinding untuk kelas, meja dan kursi untuk belajar, siswa memakai seragam. 41 Selain itu, pemerintah juga tidak memberikan apresiasi terhadap sekolah alam. Ketika sekolah meminta perizinan membuat sekolah, Departemen Pendidikan Nasional DEPDIKNAS tidak memberikan izin, karena sekolah alam yang tidak ada gedung dan kursi, dan sistem membebaskan siswa dari pakaian seragam dianggap tidak layak sebagai sebuah sekolah. 25 Walaupun demikian, Lendo tetap bertahan dan memperjuangkan sekolah alam untuk tetap berjalan meskipun belum diterima di masyarakat dan belum mendapatkan izin dari pemerintah. Pada tahun 2000, pemerintah Indonesia merubah kurikulum 1994 menjadi kurikulum KBK Kurikulum Berbasis Kompetensi. 26 Ketika KBK akan dikampanyekan, hanya sekolah alam yang paling siap melaksanakan program KBK, sehingga sekolah alam dijadikan model untuk kurikulum KBK ini, karena sekolah alam dianggap menjalankan konsep tersebut. Di dunia Internasional, sekolah alam mendapatkan apresiasi dari Ashoka Foundation, yaitu Ashoka Fellow pada tahun 2003 oleh sebuah lembaga Humanitas Internasional yang berpusat di Amerika. Penghargaan ini merupakan pengakuan dan penghargaan atas kegiatan Lendo di bidang wirausaha sosial dengan gagasan baru, Sehingga ketika itu sekolah digratiskan pun, masyarakat setempat tidak berminat. Padahal menurut Lendo Novo, pendidikan itu yang terpenting adalah isi pendidikannya dan prosesnya. Sebagaimana Rasulullah ketika mengajar para Sahabat, beliau mengajar di bawah pohon kurma, lebih ekstrim dari sekolah alam, tetapi menghasilkan orang-orang hebat. Maka menurut Lendo, inti sekolah atau belajar itu adalah dialektika antara guru dengan murid, mau belajar di saung, hotel, sungai, atau dimanapun, selama ada dialektika itu sekolah atau belajar. Berdasarkan hasil wawancara dengan Lendo Novo, Selasa, 8 April, 2008 25 DEPDIKNAS adalah salah satu lembaga yang memberikan perizinan bagi sekolah. 26 Kurikulum Berbasis Kompetensi KBK atau kurikulum 2004 mulai diberlakukan secara berangsur-angsur tahun ajaran 2004-2005. Kurikulum ini memiliki beberapa karakteristi diantaranya adalah: 1 menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal 2 berorientasi pada hasil belajar dan keberagaman 3 penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode bervariasi 4 sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsure educatif 5 penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi. Lihat. Departemen Pendidikan Nasional, Pelaksanaan Kurikulum Berbasisi Kompetensi, Jakarta: Pusat Kurikulum, Balitbang, 2002, h. 3. Dan Kurikulum PAI dalam KBK mempunyai ciri-ciri: 1 lebih menitik beratkan pencapaian target kompetensi dari pada penguasaan materi, 2 lebih mengakomodasikan keragaman kebutuhan dan sumber daya pendidikan yang tersedia, 3 memberikan kebebasan yang lebih luas kepada pelaksana pendidikan di lapangan untuk mengembangkan dan melaksanakan program pembelajaran sesuai sesuai dengan kebutuhan. Lihat. Hafni Ladjid, Pengembangan Kurikulum Menuju Kurikulum Berbasis Kompetensi, Jakarta: Ciputat Press Group, 2005, h. 77 42 keahlian dan visi mengimplementasikan pembaruan sosial yang luas di bidang kepedulian sosial. Sebuah penghargaan bagi perubah-perubah sosial dan sekolah alam dianggap mampu merubah konsep sekolah. Berawal dari gagasan Lendo, sekolah alam saat ini berkembang. Tidak hanya dari kelompoknya Lendo, banyak juga pihak lain yang menyelenggarakan sekolah berbasis alam, baik sesuai dengan konsep sekolah alam Lendo maupun berbeda. 27 Hal ini sesuai dengan harapan Lendo yang berharap sekolah alam tersebar di seluruh Indonesia, sehingga menjadi contoh positif bagi sekolah-sekolah lain. Beberapa sekolah alam yang ada saat ini misalnya: Di wilayah Jakarta, yaitu Sekolah Alam Ciganjur dan Sekolah Citra Alam Ciganjur. 28 Di wilayah Bogor Jawa Barat ada Sekolah Alam Cikeas, School of Universe Parung, Sekolah Alam Bojong Kulur, Sekolah Alam Bambu Item, dan Sekolah Alam Depok. 29 Kemudian di wilayah- wilayah lain, yaitu: 30 Sekolah Alam Bandung di Bandung Jawa Barat, sekolah Peradaban di Cilegon Banten, Sekolah Alam Insan Mulia di Surabaya, Sekolah Alam Nature Islam di Bekasi, Sekolah Alam Ar-Ridho di kota Semarang Jawa Tengah, Sekolah Alam Generasi Rabbani Gondang Legi di Malang, Sekolah Dasar Islam 27 Maksud berbeda disini adalah bahwa sekolah yang dianggap sama dengan konsep sekolah alam Lendo adalah sekolah yang berada dibawah pimpinan Lendo. Sedangkan sekolah alam yang berbeda dengan Lendo adalah sekolah yang bukan atas pimpinan Lendo. 28 Sekolah Alam Ciganjur berada di kawasan Ciganjur, Jakarta Selatan. Sekolah ini berdiri pada tahun 1998. Sedangkan Sekolah Citra Alam Ciganjur berada di kawasan Jakarta Selatan dan berdiri pada tanggal 5 Juli 2001. 29 S ekolah Alam Bojong Kulur b erada di wilayah Bogor. Sekolah Alam Cikeas berada di wilayah Bogor, berdiri pada tahun 2006. Sekolah Alam Depok berada di kawasan kota hujan, yaitu kota Bogor. Sedangkan School of Universe berada di daerah Bogor Selatan, yaitu di Parung. 30 Sekolah Alam Bandung berada di kota Bandung Jawa Barat. Sekolah ini berdiri pada tahun 2000 dan merupakan cabang dari Sekolah Alam Ciganjur. Sekolah Alam Insan Mulia berada di kawasan Surabaya. S ekolah Peradaban berada di kawasan Cilegon Banten. Sekolah Alam N atur Islam terletak di kota Bekasi, didirikan pada bulan Juni tahun 2006 di bawah Yayasan Alam Natur Islam. Sekolah Alam Ar-Ridho yang berada di Kota Semarang Jawa Tengah berdiri pada tahun 2000. Sekolah ini terinspirasi dari Sekolah Alam Ciganjur. Sekolah Alam Generasi Rabbani Gondang Legi berada di Malang. Sekolah Dasar Islam Terpadu SDIT Alam Nurul Islam di Yogyakarta dan S ekolah Alam Jurank Kandang Doank berada di Pamulang Ciputat Tangerang. Berbeda dengan sekolah alam lainnya, S ekolah Alam Jurank Kandang D oank yang berada di Pamulang Ciputat Tangerang ini adalah sekolah yang hanya dilakukan pada hari libur, seperti hari minggu. Sekolah ini digagas oleh seorang artis Indonesia yang bernama Dik Doank. 43 Terpadu SDIT Alam Nurul Islam di Yogyakarta dan Sekolah Alam Jurank Kandang Doank di Pamulang Tangerang. Globalisasi sangat berpengaruh terhadap penyelenggaraan pendidikan, baik terhadap tujuan, proses, hubungan guru murid, etika, dan metode. Dalam hal tujuan misalnya, terdapat kecenderungan yang mengarah materialisme, sehingga hal pertama yang mungkin ditanyakan oleh orang tua siswa atau siswa adalah adakah lembaga pendidikan tempat belajar yang dapat menjamin masa depan kehidupan siswa. Demikian juga dengan kurikulumnya, lebih mengarah pada bagaimana hal-hal yang materialistik itu dapat dicapai. Dalam hal ini belajar lebih terfokus pada aspek penguasaan ilmu kognitif belaka ketimbang bagaimana seorang peserta didik memiliki sikap yang sesuai dengan nilai-nilai Islam. Proses globalisasi yang sedemikian berpengaruh bagi kelangsungan perkembangan identitas tradisional dan nilai-nilai agama, tentu saja tidak dapat dibiarkan begitu saja. Kalangan agamawan, pemikir, pendidik, bahkan penguasa harus merespon secara konstruktif terhadap berbagai persoalan yang ditimbulkan sebagai akibat dari pengaruh globalisasi ini. Terutama bagi lembaga pendidikan yang sangat mempunyai peran terhadap isu globalisasi. Globalisasi merambat pasti dalam beragam aspek kehidupan manusia. Dunia pendidikan pun tak luput dari dampaknya. Bidang ini sudah pasti harus melihat kenyataan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan semakin pesat dan tuntutan di masyarakat semakin meningkat. Sebagai institusi pembelajaran, dunia pendidikan dituntut untuk menghasilkan sumber daya manusia yang handal serta mampu menjawab berbagai tantangan baru di masyarakat dan peradaban manusia. Sekolah alam sebagai salah satu sekolah alternatif juga tak luput dari arus globalisasi. Untuk menghadapi arus globalisasi tersebut, sekolah alam berusaha untuk menerapkan sistem pembelajaran yang integratif, kreatif, dan membebaskan. Pembelajaran yang integratif atau terpadu merupakan pendekatan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dengan mengintegrasikan kegiatan kedalam semua bidang pengembangan, meliputi aspek kognitif, fisik-motorik, sosial 44 emosional, bahasa, moral, nilai-nilai agama, dan seni. 31 Semua bidang pengembangan tersebut dijabarkan ke dalam kegiatan pembelajaran yang berpusat pada satu tema. Fokus perhatian pembelajaran ini terletak pada proses yang ditempuh anak saat berusaha memahami isi dan kegiatan pembelajaran sejalan dengan bentuk-bentuk ketrampilan yang harus dikembangkan. Pembelajaran yang integratif mampu merakit atau menggabungkan sejumlah konsep dalam beberapa bidang pengembangan yang berbeda, dengan harapan siswa akan belajar dengan lebih baik dan bermakna. Dengan demikian, pembelajaran tersebut akan mengembangkan pengetahuan dan keterampilan siswa secara serempak simultan. Akhirnya siswa akan mempunyai kualitas yang lebih unggul karena pendidikan tidak hanya terfokus pada satu aspek saja, yaitu aspek kognitif saja dan kering akan hakikat dari nilai-nilai pendidikan tersebut, sehingga siswa mampu bersaing dalam arus globalisasi yang sangat cepat mempengaruhi perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu, landasan akhlak yang diintegrasikan dalam setiap pembelajaran tersebut merupakan salah satu cara untuk memfilter dampak dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi IPTEK yang tidak luput dari hal-hal yang negatif seperti hedonisme doktrin yang mengatakan bahwa kebaikan yang pokok dalam kehidupan adalah kenikmatan, dehumanisasi tidak selaras dengan asas kemanusiaan dan sekulerisasi hal yang bersifat kebendaan. 32

C. Pendidikan Agama Islam sebagai Dasar Pendidikan Sekolah