Shalat Pesan Syari’ah

68 jawab terhadap keluarganya saja, tetapi terhadap Allah juga. Karena itu Abah tidak pernah absen untuk solat di masjid. Abah memang termasuk orang yang soleh. Sepekan melakukan tahajud dan menenggelamkan diri dalam lautan huruf- huruf hijaiyah, Zarika akhirnya tahu keputusan apa yang disampaikannya kepada Wisnu. Ummi. h. 37 Dalam kalimat di atas, Zarika memang sedang bingung dengan keputusan apa yang akan diambilnya. Apakah ia memilih Wisnu ataukah ia memilih meninggalkan Wisnu. Dalam kebimbangannya itu Zarika melakukan shalat tahajud, untuk meminta petunjuk dan meneguhkan hatinya dalam mengambil suatu keputusan. Tinggal bersama Ummi dan Abah juga menjadi semacam tarbiyah bagi dia dan istri untuk menyamakan langkah ibadah, mengisi malam-malam dalam sujud dan tilawah. Meneruskan cita- cita…satu keluarga, tak hanya di dunia, tetapi semoga hingga ke surga. Ummi. h. 43 Dalam kalimat di atas, Zainal merasa dirinya beruntung karena masih tinggal bersama Ummi dan Abah. Ia bisa menambah pelajaran dalam beribadah bersama Ummi dan Abah yang selalu mengisi malam dengan solat dan berzikir. Karena ia sadar bahwa kehidupan tidak hanya di dunia saja, tetapi juga kita harus menyiapkan bekal untuk di kehidupan yang kekal nanti, yaitu akhirat. “Ambil wudhu… shalat dan lapor sama Allah, Mi. ” Ummi. h. 85 Dalam kalimat di atas, Abah menyuruh Ummi mengambil wudhu lalu solat. Karena hati Ummi memang sedang tak tenang memikirkan Zarika yang ternyata mempunyai hubungan terlarang dengan seorang pria yang sudah mempunyai istri. Ummi tidak menyukai apa yang sudah 69 dilakukan Zarika. Karena sebelumnya Ummi pernah berada di posisi istri yang suaminya direbut oleh orang lain. Mendengar hal ini, hati Ummi jadi sakit. Untung ada Abah yang selalu mengingatkan Ummi, untuk tetap ingat kepada Allah dan sebisa mungkin untuk mengendalikan emosinya. Abah bangkit dari kursi seraya meluruskan peci haji di kepalanya. “Abah mau shalat dulu. ” Seperti diingatkan akan momen ajaib lain untuk mengajukan permohonan kepada-Nya, Ummi ikut bangkit. Menjajari langkah Abah menuju musala. Ummi. h. 157 Dalam kalimat di atas, Abah memulai untuk shalat. Karena keadaan di rumah sakit sedang tegang, menunggu kelahiran anak dari Rini yang saat itu tidak ditemani oleh Zainal. Karena Zainal sedang berada di penjara. Lalu tanpa ragu Ummi mengikuti langkah Abah menuju musala. Disaat seperti ini, hanya Allah yang mereka ingat untuk mengadu dan memohon pertolongan-Nya. Abah dan Ummi tampak lebih tenang setelah melakukan shalat tahajud. Jari keduanya terus bergerak dalam zikir. Ummi. h. 157 Dalam kalimat di atas, Abah dan Ummi yang sedang menunggu kelahiran anak kedua Rini, tampak berada di musala untuk terus melakukan shalat dan berzikir kepada Allah. Dengan melakukan shalat dan berzikir, hati Abah dan Ummi menjadi lebih tenang. Ummi Aminah masih menekuri sajadah. Lepas shalat malam, didirikannya shalat masing-masing satu rakaat bagi anak-anaknya. ” Ummi. h. 171 Dalam kalimat di atas, itulah hal yang sering dilakukan oleh Ummi sebagai seorang Ibu. Setelah Ummi melakukan solat malam, ia melanjutkan solat masing-masing satu rakaat untuk anak-anaknya. Agar senantiasa diberi perlindungan oleh Allah. 70 Malam-malam lebih banyak dihiasi Ummi dengan ibadah dan ibadah, tak sendiri, Abah menemani. Mereka bergantian membaca ayat suci Al Quran, sambil sesekali berpandangan. Ummi. h. 173 Dalam kalimat di atas, Abah dan Ummi lebih banyak mengisi malam-malamnya dengan shalat, zikir, berdoa dan membaca Al Quran. Setelah sekian banyak masalah datang bertubi-tubi di keluarga mereka, kini Abah dan Ummi lebih kompak lagi dalam menyamakan langkah mereka menuju ridha Allah.

2. Muamalah

Yakni ketetapan ilahi yang mengatur hubungan manusia dengan sesamanya dan dengan lingkungannya alam sekitar. Seperti di dalam kalimat : Abah membuat keluarga mereka utuh dan sakinah. Kepandaian Abah mencari uang juga yang membuat ringan langkah dakwah Ummi. Walau kiprah Ummi sudah merambah televisi, kalangan mana saja masih bisa meminta Ummi Aminah untuk ceramah. Dan Abah mendukung seratus persen kegiatan istrinya. Ummi. h. 20-21 Dalam kalimat di atas, Abah memang sosok seorang suami sekaligus ayah yang bertanggungjawab. Abah sangat pintar dalam mencari uang sehingga hal itu tidak memberatkan Ummi untuk berceramah di mana saja. Ummi berdakwah tidak pernah memilih tempat dan kalangan, yang terpenting Ummi bisa membagikan ilmunya kepada orang lain. Selain itu Abah juga sangat mendukung kegiatan Ummi yang untuk berceramah di mana saja. Risma memang sering mengeluh tentang sikap Bang Umar yang tidak adil. Padahal sepengetahuan Aisyah, Bang Umar sering membantu keluarga Risma, memberikan modal untuk membuka apotek bagi saudara-saudara istrinya, juga bisnis tambal ban, dan restoran. Meski bisnis-bisnis itu dengan cepat gulung tikar karena tidak dikelola dengan baik, dan uang modal Bang Umar menguap tanpa bekas. Ummi. h. 23 71 Dalam kalimat di atas, Umar adalah anak pertama Ummi yang bisa dibilang paling sukses. Umar bisa dengan mudah mengeluarkan hartanya, kalau itu memang bisa berguna bagi orang lain. Terlihat dengan sudah banyaknya modal yang ia berikan kepada keluarga Risma untuk membuka usaha baru, sampai akhirnya usaha itu gulung tikar. Umar memang tidak pernah pelit untuk mengeluarkan uang, kalau memang itu bermanfaat. “Asal kamu tahu Risma, Abang tak akan sanggup menelan nasi sesuap pun, kalau Abang tahu Abah, Ummi, atau adik-adik Abang kesusahan di rumah mereka. Dengar itu” Ummi. h. 23 Dalam kalimat di atas, Umar sedang memarahi Risma karena Risma merasa cemburu kepada keluarga Umar yang selalu diberikan uang lebih kepada Umar. Padahal Umar sudah berlaku adil kepada keluarga Umar dan Keluarga Risma, Umar juga tak pernah susah untuk mengeluarkan uang selagi itu bermanfaat. Apalagi Umar adalah anak tertua Ummi, dia merasa ikut bertanggungjawab kepada Abah, Ummi dan adik-adiknya. Dan janji adalah komitmen yang sampai saat ini dipegang lelaki tua dengan setia. Lebih-lebih bila menyangkut hutang, bukan piutang. Sebab tak ada muamalah dunia sekecil apapun, yang tak tercatat di buku besarNya. Ummi. h. 24 Dalam kalimat di atas, Abah memang orang yang sangat menepati janji. Abah faham betul jika janji itu menyangkut dengan hutang. Saat itu Abah memang sedang butuh uang, karena ada tanah yg sedang dijual murah sampai akhirnya Abah meminjam uang kepada Umar untuk membayar setengahnya tanah tersebut. Tapi Risma tidak suka dengan sikap Umar yang dengan gampang mengeluarkan uang untuk Abah. Lagi pula Abah hanya meminjam, bukan meminta.