Berbagai Dampak Aborsi TINJAUAN UMUM TERHADAP ABORSI

Cara-cara aborsi sangat beragam seiring banyaknya sebab-sebab aborsi. Cara aborsi dapat dikelompokkan pada tiga jenis: Pertama, cara-cara aktif, maksudnya adalah aborsi yang terjadi selepas dari satu aksi, baik itu berasal dari ibu, atau dari orang lain. Contoh aborsi ini adalah tindak kejahatan terhadap ibu seperti pikulan dan sejenisnya, yang berdampak pada ibu dan janinnya secara bersamaan, atau pada janin saja tanpa pada ibu. Kedua, cara-cara pasif, maksudnya adalah ibu tidak mau melakukan sesuatu yang penting bagi keberlangsungan kehamilan, sehingga mengakibatkan bahaya pada kehamilan. Ketiga, cara-cara medis, yaitu cara-cara yang dilakukan dokter untuk mengaborsi janian. Cara ini sangat beragam, antara lain: a. Menginjeksi anti zat Progesteron yang berfungsi mengutkan rahim. b. Menggunakan zat Prostagelamizin yang membunuh janin dengan cara menyuntik pada pembuluh darah atau urat atau rahim atau kapsul vagina. c. Melakukan operasi currette, melebarkan dan membersihkan rahim. d. Melakukan operasi pelebaran leher rahim dengan melakukan beberapa fiber kering di leher rahim yang akan mengembangang kerena menyedot air, sehingga leher rahim melebar dan janin jatuh. e. Melakukan operasi medis menyerupai caesar untuk mengeluarkan janin dalam rahim. 35

E. Berbagai Dampak Aborsi

35 Tim Penulis, Aborsi dalam Perspektif Fiqh Kontemporer, h. 77. Pada dasarnya seorang perempuan yang melakukan aborsi akan mengalami; penderitaan kehilangan harga diri 82, berteriak-teriak histeris 51, mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi 63, ingin bunuh diri 28, terjerat obat-obat terlarang 41, dan tidak bisa menikmati hubungan seksual 59. Aborsi memiliki risiko penderitaan yang berkepanjangan terhadap kesehatan maupun keselamatan hidup seorang perempuan. Tidak benar jika dikatakan bahwa “seseorang yang melakukan aborsi ia tidak merasakan apa-apa dan langsung boleh pulang”. 36 Ini adalah informasi yang sangat menyesatkan bagi setiap perempuan, terutama mereka yang sedang kebingungan karena tidak menginginkan kehamilan yang sudah terjadi. Resiko kesehatan terhadap perempuan yang melakukan aborsi beresiko kesehatan dan keselamatan secara fisik dan gangguan psikologis. Dalam buku “Facts of Life” yang ditulis oleh Brian Clowes, Phd; resiko kesehatan dan keselamatan fisik yang akan dihadapi seorang perempuan pada saat melakukan aborsi dan setelah melakukan aborsi adalah: 1 Kematian mendadak karena pendarahan hebat; 2 Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal; 3 Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan; 4 Rahim yang sobek Uterine Perforation; 5 Kerusakan leher rahim Cervical Lacerations yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya; 6 Kanker payudara karena ketidakseimbangan hormon estrogen 36 Maria Ulfa Anshor, Fikih Aborsi Wacana Penguatan Hak Reproduksi Perempuan, h. 70. pada perempuan; 7 Kanker indung telur Ovarian Cancer; 8 Kanker leher rahim Cervical Cancer; 9 Kanker hati Liver Cancer; 10 Kelainan pada placentaari-ari Placenta Previa yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya dan pendarahan hebat pada saat kehamilan berikutnya; 11 Menjadi mandultidak mampu memiliki keturunan lagi Ectopic Pregnancy; 12 Infeksi rongga panggul Pelvic Inflammatory Disease; dan 13 Infeksi pada lapisan rahim Endometriosis. 37 Proses aborsi bukan saja suatu proses yang memiliki resiko tinggi dari segi kesehatan dan keselamatan seorang perempuan secara fisik, tetapi juga memiliki dampak yang sangat hebat terhadap keadaan mental seorang perempuan. Gejala ini dikenal dalam dunia psikologi sebagai “Post-Abortion Syndrome” Sindrom Paska-Aborsi atau PAS. Gejala-gejala ini dicatat dalam “Psychological Reactions Reported After Abortion” di dalam penerbitan The Post-Abortion Review. 38 Uraian di atas menunjukkan bahwa aborsi yang tidak berhasil akan berdampak terhadap kelangsungan hidup seorang perempuan yang melakukan tindakan tersebut. Hal itu, terlihat dari berbagai jenis penyakit yang ditimbulkan, seperti kanker, mandul bahkan terjadi kelainan pada plasenta akan berakibat pada saat melahirkan anak terjadi pendarahan yang hebat. Oleh karena itu, resiko 37 Tim Penulis, Aborsi dalam Perspektif Fiqh Kontemporer, h. 79. 38 Tim Penulis, Aborsi dalam Perspektif Fiqh Kontemporer, h. 80. kesehatan terhadap seorang perempuan yang melakukan aborsi dapat mengakibatkan dampak pada kesehatan dan keselamatan, baik secara fisik maupun gangguan psikologis.

BAB III PERKEMBANGAN VIRUS HIVAIDS

A. Sejarah HIVAIDS di Indonesia

Kasus pertama AIDS di dunia dilaporkan pada tahun 1981 pada sekelompok kaum homoseks di California dan New York, dimana ditemukan adanya adanya sarkoma kaposi dan pneumonia pneumocystis carinii dan beberapa gejala klinis yang tidak biasa. Kemudian gejala penyakit tersebut semakin diketahui sebagai akibat adanya kegagalan sistem imun, karena itu disebut AIDS. Pelaku aborsi, menurut hasil penelitian Prof. Dr. Sudraji Sumapraja, sebagian besar adalah perempuan yang sudah menikah sebanyak 99,7 . Sedangkan hasil data penelitian yang dilakukan oleh Indrawasridari FISIP UNPAD tahun 1997 menyimpulakan 85 sebagian besar adalah perempuan yang sudah menikah. Sedangkan angka aborsi di Indonesia menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga SKRT Tahun 1995 memperkirakan sebanyak 11 . Tetapi WHO 1997 memperkirakan lebih tinggi sebesar 13 karena komplikasi dari aborsi tak aman. Penelitian tahun 2001 menunjukkan sekitar 2 juta kasus aborsi pertahun terjadi di Indonesia. Angka tersebut sama dengan 37 aborsi per 100.000 perempuan usia 15- 49 tahun, atau 43 aborsi per 100 kelahiran hidup, atau 30 dari total kehamilan. 39 39 Budi Utomo et.al, Insiden dan Aspek Psiko-Sosial Aborsi di Indonesia, Jakarta: Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia PPK-UI dan UNFPA, 2001, h. 25.