BAB III PERKEMBANGAN VIRUS HIVAIDS
A. Sejarah HIVAIDS di Indonesia
Kasus  pertama  AIDS  di  dunia  dilaporkan  pada  tahun  1981  pada sekelompok  kaum  homoseks  di  California  dan  New  York,  dimana  ditemukan
adanya adanya sarkoma kaposi dan pneumonia pneumocystis carinii dan beberapa gejala  klinis  yang  tidak  biasa.  Kemudian  gejala  penyakit  tersebut  semakin
diketahui sebagai akibat adanya kegagalan sistem imun, karena itu disebut AIDS. Pelaku  aborsi,  menurut  hasil  penelitian  Prof.  Dr.  Sudraji  Sumapraja,
sebagian  besar  adalah  perempuan  yang  sudah  menikah  sebanyak  99,7  . Sedangkan  hasil  data  penelitian  yang  dilakukan  oleh  Indrawasridari  FISIP
UNPAD  tahun  1997  menyimpulakan  85    sebagian  besar  adalah  perempuan yang  sudah  menikah.  Sedangkan  angka  aborsi  di  Indonesia  menurut  Survei
Kesehatan  Rumah  Tangga  SKRT  Tahun  1995  memperkirakan  sebanyak  11  . Tetapi WHO 1997 memperkirakan lebih tinggi sebesar 13  karena komplikasi
dari  aborsi  tak  aman.  Penelitian  tahun  2001  menunjukkan  sekitar  2  juta  kasus aborsi pertahun terjadi di Indonesia. Angka tersebut sama dengan 37  aborsi per
100.000 perempuan usia 15- 49  tahun, atau 43  aborsi per 100 kelahiran hidup, atau 30  dari total kehamilan.
39
39
Budi  Utomo  et.al,  Insiden  dan  Aspek  Psiko-Sosial  Aborsi  di  Indonesia,  Jakarta:  Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia PPK-UI dan UNFPA, 2001, h. 25.
Faktor  terjadinya  aborsi  dari  penelitian  di  atas  adalah  41,2    karena jumlah anak sudah cukup; 16,1  anak terlahir masih kecil, dan belum siap punya
anak 10,2 . Akan tetapi, menurut Ninuk Widyantoro: 58  karena psikososial; 36  karena gagal KB, 4  terindikasi kesehatan, 0,1  karena kekerasan dan 2
sebab lainnya.
40
Dari  faktor-faktor  di  atas,  aborsi  memiliki  resiko  penderitaan  yang berkepanjangan  terhadap  kesehatan  maupun  keselamatan  hidup  seorang  wanita.
Tidak  benar  jika  dikatakan  bahwa  seseorang  yang  melakukan  aborsi  ia  tidak merasakan  apa-apa  dan  langsung  boleh  pulang.  Ini  adalah  informasi  yang  sangat
menyesatkan  bagi  setiap  wanita,  terutama  mereka  yang  sedang  kebingungan karena  tidak  menginginkan  kehamilan  yang  sudah  terjadi.  Resiko  kesehatan
terhadap  wanita  yang  melakukan  aborsi  beresiko  kesehatan  dan  keselamatan secara fisik dan gangguan psikologis.
Proses aborsi bukan saja suatu proses yang memiliki resiko tinggi dari segi kesehatan  dan  keselamatan  seorang  wanita  secara  fisik,  tetapi  juga  memiliki
dampak  yang  sangat  hebat  terhadap  keadaan  mental  seorang  wanita.  Gejala  ini dikenal  dalam  dunia  psikologi  sebagai  “Post-Abortion  Syndrome”  Sindrom
Paska-Aborsi atau PAS. Gejala-gejala ini dicatat dalam “Psychological Reactions Reported After Abortion” di dalam penerbitan The Post-Abortion Review.
40
Ninuk  Widyantori,  Pengakhiran  Kehamilan  Tak  Diinginkan  yang  Aman  Berbasis Konseling
, Jakarta; Yayasan Kesehatan Perempuan, 2003, h. 3.
Oleh  sebab  itu,  yang  sangat  penting  untuk  diperhatikan  dalam  hal  ini adanya  perhatian  khusus  dari orang tua remaja tersebut untuk dapat memberikan
pendidikan  seks  yang  baik  dan  benar.  Dan  memberikan  kepada  remaja  tersebut penekanan  yang  cukup  berarti  dengan  cara  meyampaikan;  jika  mau  berhubungan
seksual,  mereka  harus  siap  menanggung  segala  resikonya  yakni  hamil  dan penyakit  kelamin.  Namun  disadari,  masyarakat  orang  tua  masih  memandang
tabu untuk memberikan pendidikan, pengarahan seks kepada anak. Padahal hal ini akan  berakibat  remaja  mencari  informasi  dari  luar  yang  belum  tentu  kebenaran
akan hal seks tersebut. Salah  satu  penyebab  aborsi  adalah  karena  bayi  terdeteksi  virus  HIV
Human  Immunodeficiency  Virus.  Virus  HIV  adalah  virus  yang  merusak kekebalan  tubuh  manusia  sehingga  seseorang  tersebut  terkena  penyakit  AIDS.
AIDS  merupakan  penyakit  yang  terbilang  baru,  kasus  yang  pertama  kali  muncul diakhir  tahun  1970,  sejak  itu  penyakit  ini  terdapat  di  seluruh  dunia  dengan
frekuensi  yang  terus  meningkat,  dan  kebanyakan  yang  tertular  virus  HIV  lewat hubungan seksual dengan orang yang telah terinveksi virus tesebut.
41
Kasus  pertama  AIDS  di  Indonesia  dilaporkan  secara  resmi  oleh Departemen  Kesehatan  RI  tahun  1987  yaitu  seorang  warga  negara  Belanda  di
Bali. Sebenarnya sebelum itu telah ditemukan kasus pada bulan Desember 1985 yang  secara  klinis  sangat  sesuai  dengan  diagnosa  AIDS  dan  hasil  tes  Elisa  tiga
41
Diane Richaedson, Perempuan dan AIDS, Yogyakarta; Media Presindo, 2002, cet. 1, h. 11.
kali diulang dinyatakan positif. Hanya tes Western Blot yang saat itu dilakukan di Amerika Serikat, hasilnya negatif sehingga tidak dilaporkan sebagai kasus AIDS.
Kasus  kedua  infeksi  HIV  ditemukan  pada  bulan  Maret  1986  di  RS  Cipto Mangunkusumo pada pasien hemofilia masa Inkubasi.
42
Tahun berikutnya mulai dilaporkan  adanya  kasus  di  beberapa  provinsi.  Sampai  akhir  Desember  2005
tercatat  ada  5.321  kasus  AIDS  dan  4.244  kasus  HIV  yang  telah  dilaporkan. Sebanyak 60  adalah perempuan dan sebagian besar adalah laki-laki 82.
43
AIDS adalah sindrom kumpulan berbagai gejala dan infeksi sebagai akibat dari  kerusakan  spesifik  sistem  kekebalan  tubuh  karena  infeksi  virus  HIV  pada
manusia.  AIDS  merupakan  akronim  dalam  bahasa  Inggris  dari  Acquired Immunodeficiency  Syndrome
atau  Acquired  Immune  Deficiency  Syndrome sindrom defisiensi imun dapatan. Nama virusnya sendiri, yaitu HIV, merupakan
singkatan  dari  Human  Immunodeficiency  Virus  virus  defisiensi  imun  manusia atau virus penurun kekebalan manusia.
AIDS pertama kali dilaporkan pada tanggal 5 Juni 1981, ketika Centers for Disease  Control  and  Prevention  Amerika  Serikat
mencatat  adanya  Pneumonia Pneumosistis  sekarang  masih  diklasifikasikan  sebagai  PCP  tetapi  diketahui
disebabkan oleh Pneumocystis Jirovecii pada lima laki-laki homoseksual di Los Angeles.
42
H. Sardjana dan Hoirun Nisa, Epidemiologi Penyakit Menular Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007, h. 138.
43
H. Sardjana dan Hoirun Nisa, Epidemiologi Penyakit Menular, h. 140.
AIDS merupakan penyakit yang terbilang baru, kasus yang pertama muncul diakhir  tahun  1970,  sejak  itu  penyakit  ini  terdapat  di  seluruh  dunia  dengan
frekuensi yang terus meningkat, dan kebanyakan orang tertular virus HIVAIDS lewat  hubungan  seksual  dengan  orang  yang  telah  terinveksi  virus  tersebut.
Hubungan  seksual  dengan  vagina  atau  dubur  sangat  beresiko  tinggi  dalam penularan  virus  ini, tidaklah  benar  bahwa  jika  berpikir  bahwa  HIV  hanya dapat
tertular  lewat  orang-orang  gay  walaupun  diketahui  bahwa  AIDS  pertama-tama diasosiasikan  dengan  kaum  gay,  virus  HIV  dapat  ditularkan  lewat  hubungan
hiteroseksual baik  dari  laki-laki  kepada  perempuan  ataupun  dari  perempuan
kepada  laki-laki  dan  virus  ini  juga  dapat  tertular  karena  dokter  menggunakan jarum suntik yang sama dan tidak steril pada orang yang berbeda, penularan juga
dapat  terjadi  karena  penggunaan  sumbangan  darah  tersebut  dites  terlebih dahulu.
44
Tiga dari infeksi HIV awal yang diketahui adalah: 1.
Sampel  plasma  diambil  tahun  1959  dari  laki-laki  dewasa  yang  tinggal  di Kinshasa, kini merupakan bagian dari Republik Demokratik Kongo.
2. HIV  ditemukan  pada  sampel  jaringan  dari  Robert  R.,  remaja  Afrika-
Amerika berusia 15 tahun yang meninggal di St. Louis tahun 1969.
44
Diane Richardson, Perempuan dan AIDS Yogyakarta: Media Presindo, 2002, Cet. 1, h. 11-18.
3. HIV ditemukan pada sampel jaringan dari Arvid Noe, pelaut Norwegia yang
meninggal sekitar tahun 1976.
45
Tidak  cukup  sampai  di  situ,  tentunya  perilaku  tersebut  berimplikasi  pada permasalahan  lain,  seperti  HIVAIDS  dan  aborsi.  Ternyata  HIVAIDS  tidak
hanya  menjangkit  para  pekerja  seks  komersial  PSK  saja,  tetapi  juga  kalangan remaja,  baik  pelajar  maupun  mahasiswa.  Yayasan  AIDS  Indonesia  YAI
mengungkapkan  bahwa  50  pengidap  HIVAIDS  adalah  usia  produktif  15-29 tahun. Dipertegas dengan catatan Departemen Kesehatan 2006 bahwa sebagian
besar pengidap HIVAIDS adalah  mahasiswa. Sebut saja di Malang,  mahasiswa pengidap  HIVAIDS  mencapai  angka  58,1  Kompas,  2001  dan  Jawa  Barat,
mencapai angka fantastis 82,56 Pikiran Rakyat, 2004. Di Jawa Timur sendiri, 45  pengidap  HIVAIDS  adalah  pelajar  dan  mahasiswa  BKKBN,  Oktober
2006.  Sedangkan  Jember  merupakan  kota  dengan  jumlah  pengidap  HIVAIDS kedua tertinggi di Jawa Timur Radar Jember, April 2007.
Begitu  pula  fenomena  aborsi,  bukan  lagi  merupakan  hal  yang  tabu  di kalangan  remaja  di  Indonesia.  Setiap  tahunnya,  sekitar  2,3  juta  kasus  aborsi
terjadi di Indonesia, di mana 20 dilakukan oleh remaja. Bahkan dilaporkan oleh sebuah  media  terbitan  tanah  air  diperkirakan  praktek  aborsi  yang  dilakukan
remaja mencapai 5 juta kasus per tahun.
46
45
http:id.wikipedia.orgwikiAIDScite-note-hooperBMJ-129.
46
http:oetami.blogspot.com200706remaja-seks-hivaids-aborsi.html.
Dari  uraian  di  atas,  menunjukkan  bahwa  fenomena  aborsi  banyak  ragam untuk melakukan tindak aborsi di berbagai negara. Aborsi ini dilakukan tidak di
kalangan para perempuan dewasa, tapi juga dilakukan para remaja.
B. Proses Penyebaran Virus HIV