Penularan Ibu Ke anak

PBB untuk kesehatan dunia, memperkirakan AIDS telah membunuh lebih dari 25 juta orang sejak pertama kali diakui pada tanggal 5 Juni 1981. Oleh karena itu, penyakit ini merupakan salah satu wabah paling mematikan dalam sejarah. Pada tahun 2005 saja, AIDS diklaim telah menyebabkan kematian sebanyak 2,4 hingga 3,3 juta jiwa; lebih dari 570.000 jiwa di antaranya adalah anak-anak.

C. Penularan Ibu Ke anak

Penularan HIV secara umum dapat melalui tiga tahap. Tiga rute utama masuknya HIV adalah hubungan seksual, paparan dengan cairan atau jaringan tubuh yang terinfeksi, dan dari ibu ke fetus atau anak selama periode perinatal. Pada air liur, air mata dan urin orang yang terinfeksi, dapat ditemukan HIV, tetapi tidak ada kasus infeksi oleh hal ini, dan resiko infeksi tidak berarti. HIV dan virus-virus sejenisnya ditransmisikan melalui kontak langsung antara membran mukosa atau aliran darah dengan cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu. Transmisi ini dapat terjadi melalui hubungan seksual vaginal, anal, ataupun oral, transfusi darah, jarum suntik yang terkontaminasi, pertukaran HIV antara ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin atau menyusui, serta kontak lain dengan salah satu cairan tubuh tersebut. UNAIDS dan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah membunuh lebih dari 25 juta jiwa sejak pertama kali diakui tahun 1981, membuat AIDS sebagai salah satu epidemik paling menghancurkan pada sejarah. Meskipun baru saja, akses perawatan antiretroviral bertambah baik di banyak region di dunia, epidemik AIDS diklaim bahwa diperkirakan 2,8 juta antara 2,4 dan 3,3 juta hidup di tahun 2005 dan lebih dari setengah juta 570.000 merupakan anak- anak. 52 Cara terbaik untuk menghindarkan diri ibu dan bayi yang dikandung dari tertular HIVAIDS adalah melakukan pencegahan tingkat pertama. Perilaku- perilaku beresiko seperti menggunakan narkoba, melakukan hubungan seksual dengan pengguna narkoba, dan prostitusi dapat menyebabkan seorang perempuan dan bayinya beresiko tertular HIVAIDS, kecanduan obat dan berbagai penyakit lainnya. Kondom dapat menurunkan resiko tertular, tetapi solusi terbaik yang paling sederhana adalah menghindari hubungan seksual dengan seseorang yang memiliki kemungkinan positif HIV. 53 Kabar baiknya adalah bahwa seorang yang hamil tidak selalu menularkan virusnya kepada bayi yang dikandung. Ada 75 kesempatan bahwa bayi yang dikandung sama sekali tidak tertular jika ibu yang hamil dan positif HIV tidak melakukan suatu tindakan apapun. Nilai odds rasio untuk terkena dibanding untuk tidak terkena untuk bayi yang dikandung tidak terinfeksi HIV adalah 8 lebih rendah jika ibu hamil diobati dengan ZDV AZT selama kehamilannya. 52 http:id.wikipedia.orgwikiAIDScite-UNAIDS 2006-4 53 http:www.kesrepro.info?q=node313 Oleh karena itu, disarankan untuk ibu-ibu hamil untuk melakukan tes HIV segera setelah kehamilannya diketahui. Karena bayi dalam kandungan mengikuti sistem imunitas ibunya, bayi yang baru lahir akan memiliki antibodi HIV, sehingga jika dites akan mengahsilkan hasil positif. Sampai usianya 18 bulan baru akan diketahui apakah bayi tersebut terinfeksi HIV atau tidak. Walaupun anak-anak yang terkena HIVAIDS memiliki prognosis yang jelek, beberapa di antaranya tetap sehat dan menjalani kehidupan tanpa terpengaruh. Di Amerika, ada keluarga- keluarga yang mau mengadopsi bayi-bayi yang positif HIV. 54 Transmisi HIV dari ibu ke anak dapat terjadi in utero selama minggu- minggu terakhir kehamilan dan saat persalinan. Bila tidak ditangani, tingkat transmisi antara ibu dan anak selama kehamilan dan persalinan sebesar 25. Namun demikian, jika sang ibu memiliki akses terhadap terapi antiretroviral dan melahirkan dengan cara bedah caesar, tingkat transmisi hanya sebesar 1. Sejumlah faktor dapat mempengaruhi resiko infeksi, terutama beban virus pada ibu saat persalinan semakin tinggi beban virus, semakin tinggi resikonya. Menyusui meningkatkan resiko transmisi sebesar 10-15. Resiko ini bergantung pada faktor klinis dan dapat bervariasi menurut pola dan lama menyusui. Penelitian menunjukkan bahwa obat antiretroviral, bedah caesar, dan pemberian makanan formula mengurangi peluang transmisi HIV dari ibu ke 54 http:www.kesrepro.info?q=node313 anak. Jika pemberian makanan pengganti dapat diterima, dapat dikerjakan dengan mudah, terjangkau, berkelanjutan, dan aman, ibu yang terinfeksi HIV disarankan tidak menyusui anak mereka. Namun demikian, jika hal-hal tersebut tidak dapat terpenuhi, pemberian ASI eksklusif disarankan dilakukan selama bulan-bulan pertama dan selanjutnya dihentikan sesegera mungkin. Pada tahun 2005, sekitar 700.000 anak di bawah umur 15 tahun terkena HIV, terutama melalui transmisi ibu ke anak; 630.000 infeksi di antaranya terjadi di Afrika. D. Pencegahan Terhadap Virus HIV Pada prinsipnya, pencegahan dapat dilakukan dengan cara mencegah penularan virus AIDS. Karena penularan AIDS terbanyak adalah melalui hubungan seksual maka penularan AIDS bisa dicegah dengan tidak berganti- ganti pasangan seksual. Pencegahan lain kontak darah, misalnya pencegahan penggunaan jarum suntik yang diulang, pengidap virus tidak boleh menjadi donor darah. Pertemuan Konperensi Internasional AIDS ke XI di Vancouver bulan Juli 1996 melaporkan penggunaan tiga obat kombinasi triple drugs yang mampu menurunkan viral load hingga jumlah minimal dan memberikan harapan penyembuhan. Kendala yang dihadapi untuk pengobatan adalah biaya yang mahal untuk penyediaan obat dan biaya pemantauan laboratorium, yang mencapai US 16.000 - US 25.000tahun. Kendala lain adalah kepatuhan penderita untuk minum obat secara disiplin dalam jangka waktu 1,5 - 3 tahun, karena obat yang diminum secara tidak teratur akan menyebabkan resistensi. Diperkirakan karena mahalnya biaya pengobatan, maka hanya ada 5-10 pengidap HIV yang mampu berobat dengan menggunakan triple drugs ini. Jika masalah biaya ini tidak bisa diatasi, maka adanya obat tidak akan mampu memberantas HIVAIDS secara bermakna. 55 Penelitian untuk menemukan vaksi pencegahan HIV juga terus dilakukan. Biaya vaksinasi diperkirakan tidak akan semahal triple drugs. Seandainya ditemukan vaksin untuk pencegahan HIV, kendalanya adalah harus dicapainya jumlah cakupan vaksinasi yang tinggi 80 jika diinginkan dampak pemberantasan HIV. Untuk mencapai cakupan sebesar ini, diperkirakan akan membutuhkan biaya yang cukup mahal dan sulit disediakan oleh negara berkembang. 56 Dampak sampingan dari mahalnya obat dan ketersediaan biaya untuk pelaksanaan vaksinasi, menyebabkan munculnya isu diskriminasi baru yaitu kaya dan miskin. Pengidap HIV yang kaya akan mampu menyediakan biaya untuk triple drugs, tetapi yang miskin tetap akan mati. Negara industri kaya bisa menyediakan biaya untuk mencapai cakupan vaksinasi yang tinggi, sedangkan negara berkembang mungkin tidak akan mampu. 57 Telah lebih dari satu dekade sejak diketahuinya penyebab AIDS. Berjuta- juta dolar telah dihabiskan di dalam riset AIDS di seluruh dunia. Namun hingga 55 Sardjana dan Hoirun Nisa, Epidemiologi Penyakit Menular, h. 153. 56 Sardjana dan Hoirun Nisa, Epidemiologi Penyakit Menular, h. 155. 57 http:www.petra.ac.idscienceaidsaids6a.htm kini masih belum dapat ditemukan vaksin terdapat inveksi HIV. Dan masih belum juga diperoleh suatu obat yang ampuh terhadap AIDS. Zidovudine atau AZT, obat yang paling terkenal selam ini ternyata mempunyai efektivitas yang terbatas. Oleh karena itu, pendekatan yang terbaik terhadap HIVAIDS adalah pencegahan, sebagaimana halnya dengan penyakit-penyakit lainnya yang erat hubungannya dengan perilaku dan gaya hidup manusia. 58 Sampai saat ini tidak ada vaksin atau obat untuk HIV atau AIDS. Metode satu-satunya yang diketahui untuk pencegahan didasarkan pada penghindaran kontak dengan virus atau, jika gagal, perawatan antiretroviral secara langsung setelah kontak dengan virus secara signifikan, disebut post-exposure prophylaxis PEP. 59 PEP memiliki jadwal empat minggu takaran yang menuntut banyak waktu. PEP juga memiliki efek samping yang tidak menyenangkan seperti diare, tidak enak badan, mual, dan lelah. 60 Penanganan untuk infeksi HIV terdiri dari terapi antiretroviral yang sangat aktif highly active antiretroviral therapy, HAART. Terapi ini telah sangat bermanfaat bagi orang-orang yang terinfeksi HIV sejak diperkenalkan pada tahun 1996 setelah ditemukannya HAART yang menggunakan inhibitor protease. 61 Ada pula rumusan pendekatan ABC ini dalam bahasa Indonesia: 58 Ronald Hupea, AIDS dan PSM dan Pemerkosaan, Jakarta; PT. Rineka Cipta, 2003, h. 92. 59 http:id.wikipedia.orgwikiAIDScite-fan-77 60 http:id.wikipedia.orgwikiAIDScite-PEPpocketguide-84 61 http:id.wikipedia.orgwikiAIDScite-palela-5 “Anda jauhi seks, Bersikap saling setia dengan pasangan, Cegah dengan kondom”.

BAB IV HUKUM ABORSI BAYI YANG TERDETEKSI VIRUS HIVAIDS