28
Sedangkan menurut Munawir 1991:69 menambahkan indikator empat macam lagi disamping yang sudah ada yaitu :
1. Rasio kas 2. Periode rata-rata pengumpulan piutang
3. Periode rata-rata persediaan tersimpan di gudang 4. Perputaran modal kerja.
The most famous of these ratio is the volatile liability dependency ratio : Hempel, 1994
Volatile Liabilities – Liquid Asset Earning Assets
H. Bank Sebagai Penjamin Likuiditas
Titik awalnya adalah peran bank dalam menyediakan jaminan likuiditas. Bank mengumpulkan dana dari masyarakat dan menginvestasikannya dalam aset
jangka panjang dan likuid, seperti pembiayaan Aspachs, 2005:4. Likuiditas merupakan salah satu karakteristik yang dimiliki oleh bank. Bank yang salah satu
fungsinya adalah sebagai institusi penyimpanan dana masyarakat pools of liquidity menjamin jaminan ketersediaan likuiditas bagi para deposannya,
jaminan ketersediaan likuiditas yang diberikan berupa penarikan dana yang disimpan setiap saat. Atas dasar the law of large numbers, dana yang disediakan
untuk bisa ditarik setiap saat tidaklah sejumlah total dana yang disimpan masyarakat dari total jumlah dana simpanan tersebut.
29
When a liquidity deficit arises, the bank can usually borrow funds from any of the following sources Rose, 2002.
Hal penting bagi bank adalah menjalankan sesuai kepentingan para deposan. Deposan memiliki kepentingan jangka pendek maupun jangka panjang.
Untuk kepentingan jangka pendek mereka menyimpan dananya di bank, sedangkan untuk kepentingan jangka panjang mereka melakukan investasi, baik
melalui lembaga keuangan maupun tidak, dengan harapan ada return yang lebih baik dari pada hanya menyimpan uangnya di bank. Pada sisi lain, pembiayaan
pada umumnya tidak dapat dicairkan setiap saat. Pembiayaan juga tidak mudah untuk dijual dalam waktu cepat karena adanya informasi penilaian yang biasanya
hanya dimiliki oleh bank yang mencairkan pembiayaan awal. Dikarenakan alasan- alasan inilah bank menjadi sangat rentan terhadap guncangan likuiditas yang
terutama timbul dari sisi pasiva neraca. Apabila terjadi penarikan dana deposan dalam jumlah besar, bank harus melikuidasi asetnya yang tidak likuid. Likuidasi
ini akan mengakibatkan kerugian bank akibatnya pencairan aset tidak likuid mengakibatkan kehilangan nilai, maka kekurangan likuiditas ini akan menjadi
masalah Solvency bagi bank Aspachs, 2005:4. The traditional way to measure a bank’s liquidity position was to look at
static liquidity ratios, trying to increase liquidity needs and liquidity sources. For example, a bank would separate its assets into liquid easily convertible into cash
without appreciable loss and non liquid components. Hempel, 1994.
30
I. Likuiditas Bank Syariah
Masalah pengelolaan likuiditas adalah masalah yang penting dalam hal operasional bank sehari-hari. Kelebihan likuiditas akan mengakibatkan bank
mengorbankan profitabilitasnya. Sementara
kekurangan likuiditas akan
mengakibatkan kerugian bagi bank karena tidak dapat memenuhi kewajiban yang harus segera dipenuhinya sehingga akan menyulitkan bank itu sendiri. Seperti
yang diungkapkan Dewatripoint 1999:110 bank akan menghadapi masalah bank runs phenomenon ketika tidak mampu memenuhi permintaan penarikan dana dari
depositornya, pada keadaan tersebut bank menghadapi dilema apakah harus menginvestasikan dalam jangka pendek dan tidak menggunakan fungsi
transformasi asetnya yang bersifat inefisiensi. Atau menghadapi bank runs ketika menginvestasikan dalam aset jangka panjang yang likuid. Dampak yang lebih jauh
adalah bank akan kehilangan kepercayaan dari masyarakat dan pemerintah dalam hal ini Bank Sentral.
Upaya menjaga likuiditas bank berarti sebagai proses pengendalian alat- alat likuid yang mudah difungsikan guna memenuhi semua kewajiban bank yang
harus segera dibayar seperti: 1. Rekening wesel
2. wesel-wesel transfer yang jatuh tempo 3. Call money
4. Deposito berjangka jatuh tempo 5. Tabungan
31
6. kewajiban yang segera harus dibayar. Pengendalian likuiditas bank dilakukan setiap saat berupa penjagaan alat-
alat likuid yang dapat dikuasai oleh bank, alat-alat likuid bank terdiri dari : 1. Uang tunai kas
2. Rekening Koran pada Bank Indonesia BI 3. Jaminan kliring pada BI
4. Efek-efek surat berharga Untuk menjaga likuiditas setiap bank harus memelihara perbandingan
tertentu menurut ketentuan BI. Melalui ketentuan Giro Wajib Minimum GWM BI, setiap bank harus memiliki prosentase tertentu sekurang-kurangnya 5. Batas
minimum itu untuk mendeteksi kesehatan bank yang dihitung berdasarkan pembagian jumlah alat likuid dengan kewajiban yang dapat dibayar dalam suatu
masa laporan. Memperhatikan likuiditas yang tinggi akan memperlancar customer
relationship tetapi profitabilitas imbal bagi hasil akan menurun karena banyaknya dana yang menganggur. Dilain pihak likuiditas yang rendah
menggambarkan kurang baiknya posisi likuiditas suatu bank. Perangkat yang digunakan oleh bank syariah untuk memelihara
likuiditasnya antara lain : surat berharga pasar modal, ba’I dain, Pasar Uang Antar Bank Syariah PUAS, Sertifikat Wadiah Bank Indonesia dan Islamic Interbank
Money Arifin, 1991:9.
32
Salah satu ukuran untuk menghitung likuiditas bank adalah dengan menggunakan Loan to Deposit Ratio LDR. LDR yaitu seberapa besar dana bank
dilepaskan sebagai perkreditan. Ketentuan BI tentang LDR yaitu perhitungan antara ratio 80 hingga dibawah 110. Pemeliharaan kesehatan bank antara lain
dilakukan dengan tetap menjaga likuiditasnya sehingga bank dapat memenuhi kewajiban kepada semua pihak yang menarik atau mencairkan uangnya. Hal ini
dihitung dengan Norman, 2004:346 :
Ketiga Pihak
Dana Total
disalurkan yang
kredit Loan
LDR
x 100
Salah satu kendala operasional bank syariah adalah kesulitan dalam mengendalikan likuiditasnya secara efisien, dimana gejala adalah tidak
tersedianya kesempatan investasi yang sedang berjalan. Adalah penting bagi bankir Islam untuk memahami bahwa instrumen likuiditas yang digunakan bank
konvensional itu dibangun untuk mengatasi kesulitan yang mereka hadapi dalam sistem keuangan yang bersifat ribawi. Menjadi tantangan dan tanggung jawab
para bankir Islam untuk mempunyai pedoman likuiditas syariah sebagai berikut Arifin, 2002:68 :
1. Uang tidak boleh menghasilkan apa-apa. Uang hanya boleh berkembang jika diinvestasikan dalam bidang ekonomi riil tangible ecomomic aset.
2. Keberhasilan kegiatan ekonomi diukur dengan return on investment ROI return ini boleh diestimasikan tapi tidak boleh ditentukan didepan.
33
3. Bagian saham dalam perusahaan, kegiatan mudharabah atau kemitraan musyarakah dapat dibeli atau dijual untuk kegiatan investasi dan bukan
untuk tujuan spekulasi atau tujuan perdagangan paper. 4. Piranti keuangan Islam, seperti bagian saham dalam kemitraan atau
perusahaan, dapat dinegosiasikan. Beberapa alasan yang harus diperhatikan dalam rangka pengelolaan
likuiditas adalah sebagai berikut : 1. Uang tidak boleh dijual untuk memperoleh uang
2. Nilai saham dalam suatu bisnis harus didasarkan pada hasil penelitian performance yang bersangkutan fundamental analysis
3. Transaksi tunai cash harus diselesaikan segera setelah kontrak terjadi. 4. Diperbolehkan membeli saham dari bisnis yang mencatat adanya utang
pada neraca mereka, tetapi utang tersebut tidak boleh dominan. 5. Pemilik saham mempunyai hak untuk mengakhiri kepemilikannya, kecuali
apabila diperjanjikan lain secara tegas dinyatakan dalam kontrak
J. Kerangka Teori Buffer Likuiditas