18
syariah juga mengadopsi dari perbankan konvensional selama itu tidak berbenturan dengan prinsip dan akidah Islam. Bank syariah yang merupakan bank
yang dalam menjalankan aktivitasnya harus sesuai dengan Al-Qur’an dan Al Hadits. Bank syariah berbeda dengan bank konvensional, bank syariah
mempunyai karakteristik yang unik yaitu dalam pengambilan keuntungannya bukan dari bunga melainkan dari nisbah bagi hasil. Tujuan utama dari bank
syariah adalah untuk mengembangkan penerapan prinsip-prinsip Islam, syariah dan tradisinya kedalam transaksi keuangan dan perbankan. Prinsip utama yang
diikuti oleh bank syariah itu adalah Arifin, 2006:2 : 1. Larangan riba dalam berbagai bentuk transaksi,
2. Melakukan kegiatan usaha dan perdagangan berdasarkan perolehan keuntungan yang sah,
3. Memberikan zakat.
C. Sejarah Perbankan Syariah
Rasulullah SAW yang dikenal dengan julukan Al-Amin dipercaya oleh masyarakat Mekah menerima simpanan harta, sehingga pada saat terakhir
sebelum Rasul hijrah ke Madinah beliau meminta Sayyidina Ali r.a untuk mengembalikan semua titipan itu kepada yang memilikinya. Dalam konsep ini,
yang dititipi tidak dapat memanfaatkan harta titipan tersebut. Seorang sahabat Rasulullah, Zubair bin Al-Awwam, memilih tidak
menerima titipan harta. Beliau lebih suka menerimanya dalam bentuk pinjaman. Tindakan Zubair ini menimbulkan implikasi yang berbeda : Pertama, dengan
mengambil uang itu sebagai pinjaman, beliau mempunyai hak untuk
19
memanfaatkannya. Kedua, karena bentuknya pinjaman, ia berkewajiban mengembalikannya utuh.
Sahabat lain Ibnu Abbas tercatat melakukan pengiriman uang ke Kuffah. Juga tercatat Abdullah bin Zubair di Mekah juga melakukan pengiriman uang ke
adiknya Misab bin Zubair yang tinggal di Irak Karim, 2004:18.
Berkembangnya bank-bank dengan landasan syariah Islam di berbagai
Negara pada dekade 1970-an, berpengaruh pula ke Indonesia. Pada awal 1980-an, diskusi mengenai bank syariah sebagai pilar ekonomi Islam mulai dilakukan.
Sejumlah tokoh yang terlibat dalam diskusi itu antara lain : Karnaen A. Perwataatmadja, M. Dawam Rahardjo, A.M Saefuddin, M. Amin Aziz, dan
beberapa tokoh lainnya. Namun prakarsa lebih khusus untuk mendirikan bank Islam baru
dilakukan pada 1990. Majelis Ulama Indonesia MUI setelah melalui satu lokakarya, akhirnya membentuk satu kelompok kerja yang disebut Tim Perbankan
MUI. Tim itu bertugas melakukan pendekatan dan konsultasi dengan semua pihak terkait. Hasil tim kerja tersebut akhirnya melahirkan Bank Muamalat Indonesia.
Akte pendirian bank itu ditandatangani pada 1 November 1991. Namun baru pada tanggal 1 Mei 1992 BMI mulai beroperasi dengan modal awal sekitar Rp. 106
miliar. Nasution, 2006:294.
D. Pengertian Bank dan Perbankan Syariah