Kerangka Teori Buffer Likuiditas

33 3. Bagian saham dalam perusahaan, kegiatan mudharabah atau kemitraan musyarakah dapat dibeli atau dijual untuk kegiatan investasi dan bukan untuk tujuan spekulasi atau tujuan perdagangan paper. 4. Piranti keuangan Islam, seperti bagian saham dalam kemitraan atau perusahaan, dapat dinegosiasikan. Beberapa alasan yang harus diperhatikan dalam rangka pengelolaan likuiditas adalah sebagai berikut : 1. Uang tidak boleh dijual untuk memperoleh uang 2. Nilai saham dalam suatu bisnis harus didasarkan pada hasil penelitian performance yang bersangkutan fundamental analysis 3. Transaksi tunai cash harus diselesaikan segera setelah kontrak terjadi. 4. Diperbolehkan membeli saham dari bisnis yang mencatat adanya utang pada neraca mereka, tetapi utang tersebut tidak boleh dominan. 5. Pemilik saham mempunyai hak untuk mengakhiri kepemilikannya, kecuali apabila diperjanjikan lain secara tegas dinyatakan dalam kontrak

J. Kerangka Teori Buffer Likuiditas

Literatur awal Teori Buffer likuiditas memandang manajemen likuiditas pada bank dengan menyamakannya dengan masalah persediaan. Biaya memiliki cadangan aset likuid dalam jumlah tertentu akan ditimbang dengan manfaat bila kekurangan likuiditas. Pertimbangan utama dari teori ini adalah bahwa ukuran buffer likuiditas harus mencerminkan opportunity cost dari return yang hilang bila memegang aset likuid dibandingkan dengan menyalurkan ke pembiayaan. Likuiditas juga memiliki pola distribusi yang berbeda-beda, dimana berhubungan 34 dengan volatilitas pendanaan dana pihak ketiga dan biaya untuk mendapatkan dana dari pasar antar bank yang mudah didapatkan pada jangka pendek. Agenor 2004 menyatakan bahwa permintaan likuiditas berasal dari distribusi penarikan deposan, biaya pinjaman eksternal dan aturan primary reserve Aspachs, 2005:5. Dalam literature awal mengenai likuiditas perusahaan, Keynes 1936 menyatakan bahwa neraca yang likuid akan memungkinkan perusahaan untuk mengerjakan proyek-proyek yang menguntungkan saat kesempatan muncul. Lebih lanjut, Keynes juga menyatakan bahwa neraca yang likuid juga bergantung pada akses perusahaan untuk mendapatkan pendanaan eksternal. Untuk bank, hal ini berarti bahwa kesempatan mereka untuk berinvestasi pada pembiayaan baru yang menguntungkan bergantung kepada jumlah dana yang mereka dapat kumpulkan. Ini merupakan batasan financial yang dimiliki bank. Apabila akses bank terhadap akses finansial terbatas, misalnya biaya tinggi untuk menambahkan modal baru atau dana antar bank yang sangat terbatas, hal ini akan membuka kemungkinan bahwa likuiditas bank tergantung kepada siklus bisnis. Secara khusus, bank akan menumpuk likuiditasnya pada periode ekonomi yang menurun, yaitu pada saat kesempatan ekspansi pembiayaan tidak mendukung. Bank akan mengalami penurunan likuiditas apabila mereka menyalurkannya ke pembiayaan. Secara umum, bila bank terkena dampak batasan likuiditas seperti ini, maka akan berakibat pada efektifitas kebijakan moneter. Karena itu biasanya bank sentral akan memberi kebijakan ekonomi untuk mendorong perkembangan perekonomian pada saat resesi, dimana pada saat itu bank cenderung menimbun aset likuiditasnya. Hal yang berkebalikan akan berlaku 35 bila perkonomian cenderung membaik sehingga bank akan melakukan hal yang berkebalikan dari kondisi diatas, yaitu mengurangi cadangan likuiditasnya dan menyalurkan dana yang dihimpunnya ke pembiayaan Aspachs,2005:7. Buffer likuiditas sendiri dapat dilihat dari sisi batasan finansial yang dimiliki perusahaan. Secara umum, apabila perusahaan memiliki keterbatasan finansial, maka sumber likuiditas internal seperti arus kas masuk dari usaha atau proyek akan dijadikan sumber cadangan likuiditas. Hal ini bertujuan agar perusahaan dapat memiliki sumber dana yang dibutuhkan saat ada kesempatan investasi dimasa depan Almeida, 2004. Penelitian oleh Aspachs menunjukkan bahwa perusahaan dengan batasan finansial yang tidak tetap, cenderung tidak menujukkan hubungan antara arus kas masuk yang diterima dengan cadangan likuiditasnya. Namun pada perusahaan yang memiliki batasan finansial, maka ada manfaat saat perusahaan tersebut menumpuk likuiditasnya sehingga dapat membiayai investasi ketika ada kesempatan. Namun karena menumpuk likuiditas juga berarti ada opportunity cost nya, maka perusahaan akan menjaganya pada tingkat yang optimal. Caranya dengan menyisihkan sebagian kas masuk untuk diinvestasikan di masa depan.

K. Pengaruh Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen

Dokumen yang terkait

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pebiayaan Bank Syariah : Studi Kasus Pada Bank Muamalat Indonesia Dan Bank Syariah Mandiri

0 29 120

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi likuiditas bank umum syariah di Indonesia

0 9 86

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN NASABAH BERTRANSAKSI DI BANK SYARIAH Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Nasabah Bertransaksi di Bank Syariah (Studi Kasus di Bank Syariah Mandiri Cabang Boyolali).

0 3 15

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN NASABAH BERTRANSAKSI DI BANK SYARIAH Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Nasabah Bertransaksi di Bank Syariah (Studi Kasus di Bank Syariah Mandiri Cabang Boyolali).

0 3 16

PENDAHULUAN Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Nasabah Bertransaksi di Bank Syariah (Studi Kasus di Bank Syariah Mandiri Cabang Boyolali).

0 2 12

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT MENABUNG DI BANK SYARIAH Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Menabung Di Bank Syariah (Studi Kasus Bank Mega Mitra Syariah Cabang Sragen).

0 0 12

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT MENABUNG DI BANK SYARIAH Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Menabung Di Bank Syariah (Studi Kasus Bank Mega Mitra Syariah Cabang Sragen).

0 2 15

Analisa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyaluran Dana Bank Syariah (Studi Kasus : Bank Syariah Mandiri).

0 0 6

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LIKUIDITAS BANK SYARIAH DI INDONESIA.

2 4 15

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LIKUIDITAS BANK SYARIAH DI INDONESIA

0 1 15