Konstruksi Sosial Media Massa

17

BAB II KAJIAN TEORI

A. Konstruksi Sosial Media Massa

Berger dan Luckmann 1990:1 mulai menjelaskan realitas sosial dengan memisahkan pemahaman „kenyataan’ dan „pengetahuan’. Realitas diartikan sebagai kualitas yang terdapat di dalam realitas-realitas yang diakui sebagai memiliki keberadaan being yang tidak tergantung kepada kehendak kita sendiri. Sedangkan pengetahuan didefinisikan sebagai kepastian bahwa realitas-realitas itu nyata real dan memiliki karakteristik yang spesifik. Pendek kata, Berger daan Luckmann 1966: 61 mengatakan terjadi dialektika antara individu menciptakan masyarakat dan masyarakat menciptakan individu. Proses dialektika ini terjadi melalui eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi. Melalui proses dialektika ini, maka realitas sosial, iklan televisi pertama dapat dilihat dari ketiga tahap tersebut. Sebagai bagian dari tahap eksternalisasi, dimulai dari interaksi antara pesan iklan dengan individu pemirsa melalui tayangan televisi. Eksternalisasi adalah bagian penting dalam kehidupan individu dan menjadi bagian dari dunia sosio-kulturalnya. Dengan kata lain, eksternalisasi terjadi pada tahap yang sangat mendasar, dalam suatu pola perilaku interaksi antara individu dengan produk- produk sosial masyarakatnya. Dengan demikian, tahap eksternalisasi ini berlangsung ketika produk sosial tercipta didalam masyarakat, kemudian individu mengeksternalisasikan penyesuaiaan diri ke dalam dunia sosio-kulturalnya sebagai bagian dari produk manusia. Tahap obyektivasi produk sosial terjadi dalam dunia intersubyektif masyarakat yang dilembagakan. Pada tahap ini sebuah produk sosial berada pada proses institusionalisasi, sedangkan individu oleh Berger dan Luckmann 1990: 49 mengatakan, memanifestasikan diri dalam produk-produk kegiatan manusia yang tersedia, baik bagi produsen-produsennya maupun bagi orang lain sebagai unsur dari dunia bersama. Internalisasi dalam arti umum merupakan dasar; pertama, bagi pemahaman mengenai „sesama saya’, yaitu pemahaman individu dan orang lain; kedua, bagi pemahaman mengenai dunia sebagai sesuatu yang maknawi dari kenyataan sosial. Kesimpulannya teori dan pendekatan konstruksi sosial atas realitas terjadi secara simultan melalui tiga proses sosial, yaitu eksternalisasi, obyektivasi, dan internalisasi. Tiga proses ini terjadi diantara individu satu dengan individu lainnya dalam masyarakat. Ketika masyarakat semakin modern, teori dan pendekatan konstruksi sosial atas realitas Peter L. Berger dan Luckmann ini memiliki kemandulan dan ketajaman atau dengan kata lain tak mampu menjawab perubahan zaman, karena masyarakat transisi- modern di Amerika telah habis dan berubah enjadi masyarakat modern dan postmodern, dengan demikian hubungan-hubungan sosial antara individu dengan kelompoknya, pimpinan dengan kelompoknya, orang tua dengan anggota keluarganya menjadi sekunder-rasional. Hubungan-hubungan sosial primer dan semisekunder hampir tak ada lagi dalam kehidupan masyarakat modern dan postmodern. Dengan demikian, teori dan pendekatan konstruksi sosial atas realitas Peter L. Berger dan Luckmann menjadi tak bermakna lagi. Posisi “konstruksi sosial media massa” adalah mengoreksi substansi kelemahan dan melengkapi “konstruksi sosial atas realitas”, dengan menempatkan seluruh kelebihan media massa dan efek m edia pada keunggulan “konstruksi sosial media massa” atas “konstruksi sosial atas realitas”. Gambar 1. Proses Konstruksi Sosial Media Massa Namun proses simultan yang digambarkan diatas tidak bekerja secara tiba-tiba, namun terbentuknya proses tersebut melalui beberapa tahap penting. Dari konten PROSES SOSIOLOGIS SIMULTAN EKSTERNALISASI OBJEKTIVASI INTERNALISASI M E D I A M A S S A Realitas terkonstruksi:  lebih cepat  lebih luas  sebaran merata  membentuk opini massa  massa cenderung terkonstruksi  opini massa cenderung apriori  opini massa cenderung sinis  Objektif  Subjektif  intersubjekti f SOURCE MESSAGE CHANNEL RECEIVER EFFECTS konstruksi sosial media massa, dan proses kelahiran konstruksi sosial media massa melalui tahap-tahap sebagai berikut: a tahap menyiapkan materi konstruksi; b tahap sebaran konstruksi; c tahap pembentukan konstruksi realitas; dan d tahap konfirmasi. 1 Jika Peter L. Berger dan Luckmann mengangkat mengenai bagaimana individu mengkonstruksi realitas melalui media massa, maka penulis mengangkat mengenai analisis terhadap produksi program di radio, dalam hal ini adalah radio KISI 93. 4 FM. sebagai salah satu bagian dari radio komersil yang brsegmentasi anak muda, tentunya radio KISI FM harus memiliki posisi pasar yang jelas untuk meraih perhatian pendengar. Bagi stasiun radio komersial, iklan merupakan jantung kehidupannya. Tanpa iklan, dipastikan radio tersebut lambat-laun tak bakal beroperasi lagi. Iklan radio memiliki karakteristiknya sendiri. Hanya mengandalkan suara kata-katamusikefek dengan durasi singkat, diharapkan seseorang memahami pesan-pesannya. Meski begitu, memasang iklan di radio, tidak bisa sekali putar. Tetapi memang harus diputar berulang-ulang agar pendengar sedapatnya teringat di dalam benaknya. Secara teoritis, Bettinghaus dalam Persuasive Communication: An Introduction 1973: 41, menyatakan, as the number of rewarded repetition of response increase, the probability that the response will be made increase. Untuk memahami iklan-iklan 1 Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa, Jakarta : Kencana, 2008, Cet. 1. h. 195. yang ada di radio, berikut terdapat tiga jenis yang dikenal yaitu Ad Lib, Spot, dan Sponsor Program. 2 Tanpa disadari pula setiap tayangan iklan selalu didekonstruksi oleh pemirsa iklan televisi itu sendiri. Proses dekonstruksi terjadi melaui pemilihan metode penafsiran, baik terhadap teks visual iklan maupun wacana iklan itu sendiri sebagai bagian dari pengetahuan. Proses dekonstruksi terhadap konstruksi sosial iklan televisi ini kemudian menjadi realitas sosial baru dalam kesadaran umum masyarakat pemirsa, kemudian kesadaran ini membentuk realitas social melalui tahap eksternalisasi, subyektivasi, dan internalisasi yang berlangsung dalam proses konstruksi sosial iklan televisi. Dalam realitas sosial iklan televisi, penciptaan realitas dilakukan bersama-sama antara pencipta iklan dan media massa televisi. Dengan kata lain, individu tidak sendiri menciptakan realitas, namun penciptaan itu dibantu oleh kekuatan media, bahkan tanpa media televisi realitas itu tidak ada. Dengan demikian, maka realitas iklan televisi hanya ada dalam media televisi, baru kemudian terjadi proses decoding dan rekoding oleh pemirsa saat dan setelah ia menonton televisi. Inilah yang dimaksud dengan „realitas sosial media’ atau „realitas media’ dan „kesadaran semu’. Bahwa realitas sosial media adalah bagian kesadaran semu individu terhadap realitas itu, yang sebenarnya tidak terjadi dalam realitas sosial nyata, namun dirasakan oleh 2 A. Ius Y. Triartanto, Broadcasting Radio: Panduan Teori dan Praktek, Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, Cet. 1 h. 173. pemirsa sebagai sesuatu yang benar-benar terjadi, atau mungkin akan terjadi kemudian dalam hidupnya. 3 Dalam penelitian disertasi, Dra. Armawati Arbi, M.Si mengemukakan bahwa konstruksi radio atas realitas berlangsung dalam tiga tahap proses dialektika: pertama, tahap eksternalisasi pendengar dan tim radio membentuk realitas subjektif. Kedua, tahap objektivasi tim produksi dan pendengar mengemas realitas simbolik. Ketiga, tahap internalisasi tim radio dan pendengar menetapkan realitas objektif. Institusionalisasi, legitimasi, dan sosialisasi dilakukan melalui enam tahap proses konstruksi tersebut: a tahap penerapan unsur-unsur komunikasi dakwah, b tahap pembingkaian prologmonolog skrip kasus, c tahap pengungkapan diri, d tahap pembentukan realitas subjektif, e tahap pengemasan realitas simbolik, dan f tahap penetapan realitas objektif. Penelitian ini mengkritik pandangan Burhan Bungin tentang proses konstruksi media massa atas realitas sosial secara simultan. Namun perbedaannya, Burhan Bungin berfokus pada iklan televisi sebagai produksi tapping rekaman, bukan produksi siaran langsung live. Sedangkan peneltian disertasi Dra. Armawati Arbi, M.Si memproduksi program dakwah dan program konsultasi keluarga siaran langsung. 1. Penelitian ini, tim radio struktur menyiapkan unsur-unsur komunikasi dakwah, yaitu pendakwah, narasumber atau penyiar, pesan prolog, format dan pengungkapan diri self-disclosure. Tim manajemen mengadakan MOUkontrak kerja pendakwah, narasumber atau penyiar. Tim produksi 3 Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa, Jakarta : Kencana, 2008, Cet. 1. h. 43. bersama mitranya direktur program menyiapkan tugasnya masing-masing menyiapkan insert al-Hadistal-Quran, jingle acara, lagu, dan promosi acara. Hasil tahap pertama penelitian ini adalah roda jam siar permenit selama satu jam. Sedangkan Burhan Bungin pada tahap pertama hanya menyiapkan materi iklan saja. Hasilnya adalah tahap penyiapan materi konstruksi iklan adalah gambar naskah iklan karikatur. 2. Tahap kedua adalah pembingkaian prolog atao monolog skrip kasus. Tugas pendakwahnarasumber menyiapkan prolog. Pembawa acara menyiapkan skrip kasus bagi radio KISI FM. Sedangkan tahap kedua Burhan Bungin adalah sebaran konstruksi, menyiapkan segmen iklan, minat pemirsa melalui strategi iklannya dari ilmu semiotika. Dari tokoh, isi pesan, bahasanya disesuaikan dengan segmennya. Sedangkan Burhan Bungin menyiapkan materi dan khalayakya pada tahap pertama dan kedua. 3. Tahap ketiga adalah pengungkapan diri. Narasumber dan penyiar membingkai fakta pendengar. Hasil pengungkapan diri adalah bingkai pendengar atas realitas problem pendengar dan bingkai tim radio. Pada penelitian Bungin, realitas sosial iklan televisi tidak diambil dari data dan pengalaman pemirsanya. 4. Tahap empat adalah pembentukan realitas subjektif. Tim produksi melakukan penyeleksian, pengabaian, penonjolan dan pendalaman atas realitas problem pendengar. Hasilnya adalah skrip kasus atau intisari pertanyaan dari fakta pendengar dan pertanyaan pendengar. 5. Tahap lima adalah pengemasan realitas simbolik. Menciptakan dan meningkatkan pengetahuan pendengar, kesadaran pendengar, pemberdayaan pendengar, dan pencitraan problem pendengar. Burhan Bungin menyebutnya sebagai tahap pembentukan konstruksi citra. 6. Tahap penetapan realitas objektif. Tahap ini mengevaluasi unsur-unsur komunikasi dakwah, unsur tersebut dipertahankan atau direvisi. Semua pelaku konstruksi yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam proses ini merefleksi diri dan menginternalisasi objektif melalui pengalaman realitas subjektif dan realitas simboliknya. Jika narasumber, pendakwah atau penyiar, pesan, format dipetahankan, apa alasannya. Penelitian Burhan Bungin menonjolkan kekuatan televisi. Sedangkan penelitian Dra. Armawati Arbi, M.Si menonjolkan pada kekuatan radio. Carole Fleming dalam The Radio Handbook 2010, 59 menggambarkan bahwa kekuatan radio komersil masih relevan jika radio mengikuti perubahan teknologi, minat komunitas radio penggunaan podcast untik menjaring pendengar. Carole Fleming juga mengungkapkan hasil survey dari The Radio Advertizing Bureau Cosmissioned, bahwa ada hubungan antara radio dan penggunaan MP3 sebagai teknologi pendatang baru, sekarang mereka bekerja sama. MP3 digunakan ketika traveling dan shopping sedangkan radio disimak untuk mencari informasi cuaca, berita dan kondisi perjalanan serta tempat kuliner. 4

B. Analisis Produksi