Tahap penerapan unsur-unsur komunikasi dakwah

lembaga yang bekerja sama dengan radio KISI FM dalam membuat program Voice of Islam yaitu Klinik Gaul Islam. Klinik Gaul Islam adalah lembaga yang terbentuk sejak April 2007, yang memiliki tujuan agar informasi atau pengetahuan tentang Islam bisa menjadi kebutuhan bagi remaja khususnya pamiarsa muda muslim. Sehingga mereka mau belajar, memahami dan mengamalkan ajaran Islam yang disampaikan melalui materi- materi yang dibahas dalam radio KISI FM tanpa merasa terbebani. Klinik Gaul Islam merasa terpanggil untuk memperbaiki akhlak remaja dewasa ini, karena kebanyakan perilaku anak muda sekarang sudah tidak lagi berlandaskan tuntunan Islam. Mereka lebih senang pergi nonton ke bioskop daripada mengisi pengajian atau majelis ta’lim, lebih antusias mempelajari sejarah artis idolanya daripada membaca sejarah Rasul atau nabi. Itu hanya sebagian kecil dari perilaku anak muda sekarang, masih banyak lagi yang bahkan jauh lebih menunjukkan kejatuhan moral anak muda sekarang. Oleh sebab itulah Klinik Gaul Islam hadir dan bekerja sama dengan radio KISI FM Bogor memberikan solusi dunia akherat bagi remaja, khususnya pamiarsa muda. 1 Adapun yang menjadi narasumber dalam acara Voice of Islam, terdiri dari lima orang. Berikut nama narasumber dan jadwal mengisi acara, akan disajikan dalam table: 1 Wawancara Pribadi dengan O. Sholihin Kang Sholeh,Narasumber Voice of Islam, Bogor 1 Desember 2010. No. Nama Lembaga Hari 1. O. Sholihin Kang Sholeh Klinik Gaul Islam Senin 2. Purwa Ariandi Klinik Gaul Islam Selasa

3. O. Shoihin Kang

Sholeh Klinik Gaul Islam Rabu 4. Divan Semesta Klinik Gaul Islam Kamis

5. Abu Fikri

Klinik Gaul Islam Jumat 6. Anto Afrianto Klinik Gaul Islam Sabtu

7. Purwa Ariandi

Klinik Gaul Islam Minggu Sumber : Wawancara dengan O. Sholihin Narasumber Voice of Islam. Apabila narasumber yang sudah dijadwalkan tidak dapat mengisi siaran, yang mengatur siapa penggatinya adalah Kang Sholeh dari Klinik Gaul Islam. Radio KISI FM akan berkoordinasi dengan Kang Sholeh sebagai leadernya. 2 2. Penyiar Penyiar dalam acara Voice of Islam dituntut kemampuan dan kecakapannya. Penyiar Voice of Islam tidak hanya bertugas membuka dan menutup acara, apalagi acara ini bersifat talkshow yang sangat memerlukan peran aktif dari seorang penyiar. Penyiar Voice of Islam harus dapat memunculkan ide-ide kreatif ketika siaran agar siaran menjadi tidak monoton, apalagi acara ini di pagi hari, tidak banyak orang yang terlibat dalam produksinya. Sebagaimana petikan wawancara penulis dengan penyiar Voice of Islam yang bernama Reza berikut ini: 2 Wawancara lewat email, dengan Purwa Ariandi, Narasumber Voice of Islam, 7 Desember 2010. “Disini peran penyiar sangat vital, karna inikan acara rutin di pagi hari, jadi dibutuhkan daya tarik lebih dari seorang penyiar untuk mendapatkan perhatian dari pendengar. Karena di jam-jam segitu kebanyakan pendengar..ya mas tahulah. Ada yang masih tidur, ada yang sibuk mau berangkat kerja, jadi kalo siaran kita monoton ja..bisa sepi ini acara mas.. jadi kita memang harus lebih kreatif dalam menghadirkan ide-ide segar kepada pendengar. Trus ketika produksi langsung juga kan cuma ada saya sebagai penyiar, narasumber, dan operator. Jadi kalo kita aja ud monoton, apalagi pendengar kan..” 3 Penyiar sebagai ujung tombak siaran, tentunya identik sebagai representasi dari stasiun radionya. Artinya, penyiar merupakan salah satu cermin identitas stasiun station identity. Maka, bisa disimpulkan, penyiar radio adalah profesi yang vital. Seorang penyiar perlu menyadari bahwa dirinya merupakan representasi dari isi siaran dan citra perusahaannya. 4 Seorang peyiar Voice of Islam juga harus terampil dalam menyajikan musik atau lagu sesuai sesuai dengan suasana yang bisa menyentuh emosi pendengar. Karena untuk menyampaikan informasi, pikiran, dan emosi penyiar hanya mngandalkan suara. Bukan dengan gerak tubuhnya, atau seulas senyum agar orang bisa melihatnya. Apalagi jika si penyiar sedang susah, tak perlu menampakkan kernyit di dahi supaya orang lain memahaminya. Sekali lagi, penyiar hanya mengandalkan suara. Maka kacaunya suasana hati dan pikiran yang melanda seorang penyiar, tak perlu pendengar tahu dan dan ikut merasakannya. Sebab, pada dasarnya, pendengar hanya mencari hiburan di radio salah satunya adalah ingin mendengar suara penyiar. 3 Wawancara Pribadi dengan Reza, Penyiar Voice of Islam, Bogor 1 Desember 2010. 4 A. Ius Y. Triartanto, Broadcasting Radio: Panduan Teori dan Praktek, Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, Cet. 1 h. 48.