Purwa Ariandi Proses Produksi dan Penyiaran Program Voice of Islam

“Disini peran penyiar sangat vital, karna inikan acara rutin di pagi hari, jadi dibutuhkan daya tarik lebih dari seorang penyiar untuk mendapatkan perhatian dari pendengar. Karena di jam-jam segitu kebanyakan pendengar..ya mas tahulah. Ada yang masih tidur, ada yang sibuk mau berangkat kerja, jadi kalo siaran kita monoton ja..bisa sepi ini acara mas.. jadi kita memang harus lebih kreatif dalam menghadirkan ide-ide segar kepada pendengar. Trus ketika produksi langsung juga kan cuma ada saya sebagai penyiar, narasumber, dan operator. Jadi kalo kita aja ud monoton, apalagi pendengar kan..” 3 Penyiar sebagai ujung tombak siaran, tentunya identik sebagai representasi dari stasiun radionya. Artinya, penyiar merupakan salah satu cermin identitas stasiun station identity. Maka, bisa disimpulkan, penyiar radio adalah profesi yang vital. Seorang penyiar perlu menyadari bahwa dirinya merupakan representasi dari isi siaran dan citra perusahaannya. 4 Seorang peyiar Voice of Islam juga harus terampil dalam menyajikan musik atau lagu sesuai sesuai dengan suasana yang bisa menyentuh emosi pendengar. Karena untuk menyampaikan informasi, pikiran, dan emosi penyiar hanya mngandalkan suara. Bukan dengan gerak tubuhnya, atau seulas senyum agar orang bisa melihatnya. Apalagi jika si penyiar sedang susah, tak perlu menampakkan kernyit di dahi supaya orang lain memahaminya. Sekali lagi, penyiar hanya mengandalkan suara. Maka kacaunya suasana hati dan pikiran yang melanda seorang penyiar, tak perlu pendengar tahu dan dan ikut merasakannya. Sebab, pada dasarnya, pendengar hanya mencari hiburan di radio salah satunya adalah ingin mendengar suara penyiar. 3 Wawancara Pribadi dengan Reza, Penyiar Voice of Islam, Bogor 1 Desember 2010. 4 A. Ius Y. Triartanto, Broadcasting Radio: Panduan Teori dan Praktek, Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, Cet. 1 h. 48. Penyiar atau announcer merupakan aktor bagi siaran radio. Warna-warni program acara radio dalam siaran hanya bisa dilakukan oleh seorang aktor yaitu penyiar. Oleh karenannya Voice of Islam sangat selektif dalam memilih penyiarnya, yaitu dengan menguasai teknik serta mempunyai keterampilan, kemampuan vokal dan wawasan. Karena sebagai sorang penyiar harus mampu mengendalikan pikiran, perasaan, suara, serta mampu mengoperasikan peralatan yang ada di studio. 3. Materi Siaran Tema atau materi siaran adalah isi pesan yang disampaikan oleh narasumber kepada pendengar. Materi siaran dalam program Voice of Islam adalah seputar tema- tema yang sedang hangat dikalangan anak muda, problematika yang identik dengan kehidupan anak muda masa kini, yang kemudian memberikan solusi berdasarkan nilai-nilai Islam di dalamnya. Materi siaran yang di sampaikan oleh narasumber diharapkan agar materi siaran tersebut yang berupa informasi dapat menjadi kebutuhan bagi para remaja muslim, khususnya pamiarsa muda. Sehingga mereka mau belajar, memahami dan pada akhirnya mengamalkan ajaran Islam yang disampaikan ke dalam pola pergaulan mereka. Dari setiap tema yang disampaikan narasumber, diharapkan dapat memberikan manfaat dan pembelajaran yang berharga, tidak hanya bagi pamiarsa muda namun juga pada seluruh pendengar Voice of Islam tentunya. Mengenai penjadwalan tema tidak ada perencanaan secara berkala, karena setiap tema yang diambil bersifat inspiratif, dalam arti berdasarkan topik-topik yang sedang hangat dan menjadi buah bibir di masyarakat. Jadi kapan saja tema dapat dibuat, selama itu masih aktual dan dianggap relevan, khususnya untuk pamiarsa muda. Adapun topik atau tema Voice of Islam pada bulan Desember 2010 sebagai berikut: Tgl. TopikTema Narasumber 1. Pentingnya sholat lima waktu. O. Sholihin 2. Memberi salam ketika bertemu Muslim lain. Divan Semesta 3. Manfaatkan Waktu Hidupmu. Abu Fikri 4. Antara Cinta danNafsu. Anto Afrianto 5. Tanda Cinta Sejati. Purwa Ariandi 6. Awas Jangan Gaul Bebas. O. Sholihin 7. Cewek Modal Display. Purwa Ariandi 8. Hidup ini Hanya Sekali dan Sesaat Saja. O. Sholihin 9. Antara Kita dan Televisi. Divan Semesta 10. Karena Surga itu Manis. Abu Fikri 11. Be Gentle, Bro Anto Afrianto 12. Cinta kok Diobral. Purwa Ariandi 13. Jama’ah Justin Bieber O. Sholihin 14. Pemimpin Hebat. Purwa Ariandi 15. Tuhan Ada dan Tuhan Tidak Mati. O. Sholihin 16. Dilarang Percaya Paranormal. Divan Semesta 17. Sinetron yang Dibenci, Yang Dinanti. Abu Fikri 18. Memotivasi Diri, Raih Prestasi. Anto Afrianto 19. Kerenkan Dirimu, Sobat Purwa Ariandi 20. Kita Harus Kuat O. Sholihin 21. …… Karena Pacaran Diajarkan. Purwa Ariandi 22. Kematian Tidak Menakutkan. O. Sholihin 23. Bakat Anak Indonesia di Eksploitasi ? Divan Semesta 24. Antara Start dan Finish. Abu Fikri 25. Pengalaman Adalah Guru Terbaik. Anto Afrianto 26. Cinta sejati Mencintai Nabi. Purwa Ariandi 27. Nggak Virgin, Nggak OK O. Sholihin 28. Ideologi Suporter Sepak bola. Purwa Ariandi 29. Berjilbab Itu, Modern O. Sholihin 30. Peduli Dakwah, Kenapa Tidak. Divan Semesta 31. Islam di Dadaku, Islam Kebanggaanku Abu Fikri Sumber : Dok. KISI 93. 4 FM Bogor, Desember 2010 4. Format Program Voice of Islam Format acara dalam program Voice of Islam tidak berbeda dengan format acara lainnya. Voice of Islam memiliki format acara yang bersifat talk show dengan konsep dialog interaktif. Acara ini hadir setiap hari live mulai pukul 05.00-06.00 pagi. Dalam acara ini mengundang interaktif langsung dengan pendengar yang berupa pertanyaan atau komentar, baik melalui SMS atau telepon. Dengan menggunakan format acara yang bersifat talk show, tentunya akan membuat suasananya menjadi lebih cair. Artinya acara ini dikemas dengan cara penyampaian yang tidak kaku dan dengan bahasa tutur yang tidak terlalu formal sesuai dengan bahasa anak muda kebanyakan. Karena dengan pertimbangan pagi hari antara jam 05.00-06.00, dimana kebanyakan orang masih terlelap dengan mimpi- mimpinya, kemudian harus bangun dan dalam keadaan yang ngantuk tiba-tiba mendengarkan tema-tema yang berat dan rumit, tentunya pendengar akan semakin malas untuk mendengarkannya, terlebih bagi para anak muda. Untuk sebuah stasiun radio baru amat penting untuk menentukan format siaran sebelum memulai kegiatan penyiaran. Proses penentuan format dimulai dari penentuan visi dan misi yang ingin dicapai, pemahaman tentang pendengar yang dituju melalui riset ilmiah untuk mengetahui apa kebutuhan, dan bagaimana perilaku sosiologis-psikologis mereka. Dari sini ditentukan format siaran apa yang relevan beserta implementasinya pada wilayah program dan pemasaran. Tujuan penentuan format siaran adalah untuk memenuhi sasaran khalayak secara spesifik dan untuk kesiapan berkompetisi dengan media lainnya di suatu lokasi siaran. Format siaran lahir dan berkembang seiring dengan tuntutan spesialisasi siaran akibatnya maraknya pendirian stasiun radio. Format siaran dapat ditentukan dari barbagai aspek,misalnya aspek demografis audien seperti kelompok umur, jenis kelamin, profesi, hingga geografi. Berdasarkan pembagian tersebut, maka muncullah stasiun penyiaran berdasarkan kebutuhan kelompok tersebut. Talk show pada dasarnya adalah kombinasi antara “seni berbicara” dan “seni wawancara”. Setiap orang pasti pandai berbicara. Setiap broadcaster tentunya “pembicara yang handal”. Akan tetapi, tidak semua broadcaster pandai berwawancara apalagi menggabungkan keterampilan berbicara dengan berwawancara. Wawancara merupakan ajang interaksi yang mencerdaskan dan menjadikan radio sebagai ruang publik yang bersifat populis, bukan elitis. Kecenderungan untuk menghadirkan elit masyarakat di studio akan berkurang saat radio membuka ruang wawancara interaksi langsung dengan pendengar yang heterogen. Melalui fasilitas telepon, posisi semua yang bersuara di radio menjadi setara. Talk show didefinisikan sebagai keterampilan menyajikan perbincangan bertopik serius. Konsep talk show adalah 1 topik yang dipilih aktual, sedang menjadi sorotan; 2 bersifat analisis, tidak sekedar deskripsi kasus; 3 terjadi interaksi seimbang diantara narasumber, tidak dimonopili satu orang atau satu sudut pandang; 4 terjadi kontroversi, perdebatan pro-kontra;5 ada solusi terbuka pada akhir pebincangan. 5 Voice of Islam mencoba menyuguhkan kemasan program yang berbeda. Dengan memberikan sesuatu yang ringan tapi mencerahkan, ringan namun mengena dan masuk di hati para pendengar khususnya pamiarsa muda 6 , sehingga mampu menjadi inspirasi dalam menjalankan aktivitasnya seharian kedepan. Karena pada jam-jam 5 Masduki, Menjadi Broadcaster Profesional, Yogyakarta: LKIS, 2004, Cet. 1, h. 80. 6 Pamiarsa Muda : sebutan bagi pendengar KISI FM. seperti itu kebanyakan orang yang mendengarkan baru akan mulai melakukan aktivitasnya, mereka sambil berolahraga, sambil menuju tempat kerjanya, jadi mereka tidak perlu materi yang berat-berat. Meskipun formatnya dikemas untuk lebih santai dan dengan bahasa yang lebih cair, namun tetap diharapkan itu akan membuat para pamiarsa muda menjadi lebih bersemangat dalam menjalani kegiatan sepanjang hari. Acara Voice of Islam terbagi dalam tiga break dan empat sesi, dengan memutar satu lagu setiap breaknya, supaya acaranya lebih terasa menarik. Dengan begitu, formatnya akan terasa lebih relax, sebab jika selama satu jam itu itu full tanpa lagu, maka akan berkesan monoton, datar, dan tidak ada semangatnya. Sebagaimana yang dikatakan Ferry Gunawan dalam wawancara: “Formatnya memang harus santai, karna kalau pada jam segitu kita kasih sesuatu yang bikin tegang, kemungkinan besar mereka akan mematikan radio trus kembali tidur dec. Apalagi anak muda, makanya selain materi yang ringan-ringan aja, juga lagu rohani yang kita kasih adalah lagu-lagu relegi band misalnya Ungu, Gigi, dan lain-lain. Pokoknya yang dapat memberikan semangat bagi mereka..itu yang kita apa..kita sampaikan..gitu”. 7 7 Wawancara pribadi dengan Ferry Gunawan, Bogor 8 Desember 2010. Gambar 5. Wawancara dengan Ferry Gunawan Sumber: Dok. Pribadi Suatu program dapat disusun dengan runut, rinci, dan terarah karena adanya panduan atau pedoman dalam operasionalisasi siaran yang biasa disebut format clock, yaitu pola atau pedoman terhadap isi acara berbentuk diagram yang terdiri dari unsur- unsur isiitem materi siaran station call, keterangan durasi penyiar, jumlah lagu, serta keterangan lainnya sebagai panduan bagi operasionalisasi siaran bagi penyiar, produser, dan operator siar. Kemudian untuk pembagian sesinya yaitu; Sesi pertama merupakan pembukaan dan prolog tentang tema, sesi kedua masih penyiar dan narasumber membahas tentang topik, menggali detail-detailnya, dan rincian bahasannya, sesi ketiga mulai berinteraksi lewat telepon dengan pendengar, biasanya hanya 3 penelepon yang mendapatkan kesempatan yang dianggap paling sesuai dengan tema, masing-masing penelepon diberikan kesempatan selama 5 menit untuk melakukan tanya jawab sekaligus solusi dari narasumber, dan sesi terakhir keempat adalah membahas SMS dan kesimpulan, paling banyak SMS yang dibahas hanya 1-2 SMS tergantung pada ketepatan atau pergeseran waktu siaran, kemudian closing. Untuk berinteraksi dengan pendengar dalam acara Voice of Islam melalui dua cara, yaitu melalui layanan telepon dan layanan SMS. Untuk layanan SMS sangat mudah sekali, pamiarsa muda hanya mengirim SMS baik berupa pertanyaan atau komentar ke nomor operasional program Voice of Islam. Kemudian SMS yang masuk akan langsung diseleksi oleh penyiar sesuai dengan kesesuaian tema yang sedang dibahas, setelah itu baru penyiar membacakan SMS tersebut. Sedangkan untuk layanan telepon, penyiar tidak bisa langsung menerima telepon, harus ada filternya yang biasanya tugas ini di pegang oleh seorang operator, karena itu radio KISI FM menggunakan sistem gate keeper. Setiap radio pada umumnya pasti membutuhkan dan menciptakan segmen pendengar. Begitu juga dengan radio KISI FM yang bersegmen anak muda dengan kisaran usia 18-25 tahun, karenanya pendengar yang mendengarkan juga haruslah para anak muda. Apabila pendengar yang menelepon tidak memenuhi standar sebagai pamiarsa muda, maka tidak akan bisa bergabung dalam acara ini. 8 Tahap kedua adalah pembingkaian prolog atau monolog skrip kasus. Tugas pendakwahnarasumber menyiapkan prolog. Pembawa acara menyiapkan skrip kasus bagi radio KISI FM. Sedangkan tahap kedua Burhan Bungin adalah sebaran konstruksi, menyiapkan segmen iklan, minat pemirsa melalui strategi iklannya dari ilmu semiotika. Dari tokoh, isi pesan, bahasanya disesuaikan dengan segmennya. Sedangkan Burhan Bungin menyiapkan materi dan khalayakya pada tahap pertama dan kedua. Maka untuk perencanaan tahap pembingkaian prolog dalam acara Voice of Islam, antara lain: Perencanaan materi yang akan disampaikan pada setiap siarannya. Untuk perencanaan materi tidak ada jadwal khusus dalam penentuan tema, sebab yang 8 Wawancara Pribadi dengan Ferry Gunawan, Program Director KISI FM, 8 Desember 2010. menyiapkan materi adalah narasumber, dan mereka sudah cukup menguasai materi- materinya. Sebagaimana diungkapkan Kang Sholihin: “Materinya seputar kita aja ko, apa yang sedang ramai atau trend gitu, khususnya di kalangan anak muda kita. Jadi untuk membuat materinya..ya spontan ja, begitu kita dapet ide, langsung kita tuangkan, dan itu bisa terjadi seminggu, 3 hari, bahkan sehari sebelum siaran. ” 9 Gambar 6. Wawancara dengan O. Sholihin, Narasumber Voice of Islam. Sumber: Dok. Pribadi. Narasumber yang menentukan tema, karena mereka yang lebih berkompeten, lebih tahu apa yang dibutuhkan pendengar, jadi tiap harinya temanya pasti berbeda- beda. Mengenai persiapan materi tentunya akan berbeda-beda pada setiap narasumbernya, ada yang menyiapkan sekitar dua atau tiga hari sebelumnya dan paling lama satu minggu, bahkan kalau jadwal narasumber lagi padat, terkadang 9 Wawancara Pribadi dengan Sholihin Kang Sholeh, Narasumber Voice of Islam, Bogor 1 Desember 2010. mreka dapat menyiapkan materi beberapa jam sebelum acara. Seperti yang dikatakan Purwa Ariandi sebagai narasumber Voice of Islam : “Materi atau tema siaran ditentukan berdasarkan pengalaman yang dialami, film yang ditonton, buku yang dibaca, dan lainnya selama itu tidak melenceng dari tema-tema remaja. Dan apabila sempat, terkadang materi siaran itu akan dibuatkan uraiannya untuk dimuat di bulletin remaja Gaul Islam. 10 Persiapan penyiar dan narasumber dalam membahas tema yang akan disampaikan. Penyiar dan narasumber tidaklah rumit, mereka baru bertemu sekitar lima sampai sepuluh menit sebeum siaran, jadi tidak membutuhkan waktu yang lama untuk mereka membahas tema yang akan disampaikan. Seperti wawancara oleh Reza selaku penyiar Voice of Islam berikut ini: “ Hanya perlu sekitar 5 menit antara penyiar dan narasumber berkomunikasi untuk menentukan arah siarannya mau dibawa kemana ketika siaran nanti. Karena antara penyiar dan narasumber sudah cukup lama saling bekerja sama, jadi satu sama lain sudah saling mengerti maunya seperti apa, memahami arah bahasannya kemana, dan selanjutnya acara akan berjalan mengalir dengan sendirinya. 11 Penentuan jadwal siaran untuk narasumber. Adapun mengenai penentuan jadwal siaran bagi narasumber itu sudah di tentukan oleh pihak Klinik Gaul Islam selaku narasumber pada program Voice of Islam. Pihak KISI FM hanya menyediakan sarana maupun prasarananya termasuk penyiarnya, selebihnya diserahkan kepada Klinik Gaul Islam. Seperti yang disampaikan mas Ferry Gunawan: “Jadwal untuk mengisi siaran sudah otomatis diatur dari Klinik Gaul Islam dan itu sudah berlangsung sejak dulu. Kebijakannya ada di Klinik Gaul Islam 10 Wawancara lewat email, dengan Purwa Ariandi, Narasumber Voice of Islam, 7 Desember 2010. 11 Wawancara Pribadi dengan Reza, Penyiar KISI FM, Bogor 1 Desember 2010. yang mengatur siapa dan di hari apa, bahkan untuk mengatur narasumber yang berhalangan hadir, yang menentukan penggantinya juga dari Klinik Gaul Islam. Koordinasi KISI FM dengan Klinik Gaul Islam, terutama dengan kang Sholihin sebagai koordinatornya. 12 Perencanaan memang sangat diperlukan dalam program acara radio, baik untuk membuat program baru seperti menentukan kebutuhan audien atau pendengar, menentukan format acaranya, sampai pada memilih tim yang akan mengemas program itu nantinya. Ataupun program yang sudah berjalan tentunya memerlukan suatu perencanaan terlebih dahulu seperti penentuan waktu dan tema siaran, baik harian, mingguan, bulanan, bahkan dalam setahun. Atau perencanaan yang terpusat pada bagaimana mengelola sebuah materi siaran menjadi sajian yang memikat pendengar di udara. Suatu program tanpa perencanaan dinilai kurang baik, karena tidak ada ukuran untuk hasil yang akan dicapai. Setiap stasiun radio yang yang tetap exist ditengah maraknya stasiun radio dewasa ini di pelosok negeri, adalah dengan satu kunci, yaitu perencanaan yang matang. Membuat rencana siaran berarti membuat konsep acara yang akan disuguhkan kepada pendengar. Mengetahui secara persis apa kebutuhan pendengar merupakan hal yang penting, tidak sekadar menghadirkan acara dengan materi atau kemasan baru. Setiap siaran utamanya ditujukan untuk pendengar, bukan untuk penyiar atau perencana. Bagaimana mengetahui apa yang diinginkan pendengar? Menurut Michael C. Keith, untuk mengetahui keinginan pendengar dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu pertama, dengan penelitian yang memakan banyak biaya; kedua, dengan jalan 12 Wawancara Pribadi dengan Ferry Gunawan, Program Director KISI FM, 8 Desember 2010. yang lebih mudah yang bisa dikerjakan setiap hari, yakni berbicara kepada pendengar, orang-orang yang menelepon ke stasiun, keluarga, atau teman-teman. Tanyakanlah apa yang ingin mereka dengar. Selain pendengar, aspek lain yang harus dipertimbangkan ketika merencanakan acara adalah visi dan misi radio, kemampuan SDM, dan teknis produksi yang ada. Setiap radio pasti memiliki visi dan misi yang akan memandu agar perencanaan acara lebih fokus dan sesuai target. 13 Pra produksi atau perencanaan yang dilakukan pada program acara Voice of Islam sebagai bagian dari salah satu program unggulan yang ada di radio KISI 93. 4 FM. Namun tidak hanya pada program acara Voice of Islam, perencanaan di radio KISI FM dilakukan pada setiap program, baik pada program baru maupun program yang sedang berjalan. Perencanaan dalam membuat program baru di radio KISI FM mempunyai beberapa proses: Pertama, untuk membuat program baru, sebagai langkah awal KISI FM selalu mempelajari terlebih dahulu apa yang menjadi kebutuhan dari audien atau apa yang sekiranya sedang up to date di lapangan. Agar program yang dibuat nanti tidak melenceng, maka datamateri yang didapat di lapangan tadi akan dicocokkan atau disesuaikan dengan segmentasi di radio KISI FM yang format pendengarnya adalah teenagers dengan kisaran usia antara 18-25 tahun. 13 Masduki, Menjadi Broadcaster Profesional, Yogyakarta: LKIS, 2004, Cet. 1, h. 45-46. Kedua, dari materi yang telah dikumpulkan, kemudian akan dibentuk tim untuk mensurvei kembali di lapangan tentang apa yang sedang ramai dibicarakan atau trendnya. Setelah itu baru di petakan dalam bentuk point-point oleh tim tadi. Point- point ini masih sangat umum, maka untuk memfokuskannya point-point tersebut akan di seleksi lagi. Misalkan dari 5 point yang ada, akan di seleksi menjadi 2. Ketiga, kemudian point yang 2 tadi akan dibuat menjadi semacam optioner. Dan kembali di lempar ke pendengar dalam hal ini adalah pamiarsa muda, bisa lewat polling atau modul. Setelah itu mana yang paling banyak menjadi pilihan pamiarsa muda akan diambil. Dibentuklah semacam team kreatif untuk menentukan siapa executive produsernya, produser, music directornya, penyiar, dan soundmen. Setelah itu, keempat adalah program yang masih dalam bentuk draft itu, akan diberikan kepada produser untuk dinilai sekiranya ada kekurangan akan diperbaiki. Terakhir, akan diberikan kepada executive produser. Executive produserlah yang berhak menent ukan program “layak naik” atau tidak. 14 Tahapan diatas merupakan perencanaan dalam membuat program acara baru. Untuk perencanaan dalam program Voice of Islam tidak terlalu sulit, sebab acara ini telah berjalan cukup lama sejak tahun 2006. Dengan target pendengar sudah jelas yaitu pamiarsa muda yang aktif, dinamis, energik, berjiwa muda dan bebas. Mereka adalah young, free, dan single. Sedangkan untuk narasumbernya yaitu para sarjana muda yang kompeten dalam memberikan motivasi rohani dari Klinik Gaul Islam. 14 Wawancara pribadi dengan Ferry Gunawan, Program Director KISI FM, 8 Desember 2010. Sebuah program dapat dikatakan baik dan menarik apabila mempunyai kualitas yang berbeda dengan program lainnya. Acara Voice of Islam hadir setiap hari pada pukul 05.00-06.00 pagi, ini cukup memberikan bekal rohani kepada para pamiarsa muda untuk melakukan aktivitanya seharian agar sesuai dengan tuntunan agama Islam. Karena di pagi hari kebanyakan orang khususnya pamiarsa muda belum banyak melakukan aktivitas sehingga pikirannya masih cukup fresh untuk menerima bekal rohani yang disampaikan oleh narasumber dalam program Voice of Islam. 15

2. Tahap pembentukan dan pengemasan realitas simbolik

Setelah tahap perencanaan program selesai, maka selanjutnya adalah tahap produksi. Tahapan produksi atau pelaksanaan yang dalam dunia radio biasa disebut dengan istilah on air. On air merupakan penayangan acara sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan. Khusus untuk produksi siaran yang bersifat langsung live, tidak perlu vocal recording terlebih dahulu. Proses itu dilakukan bersamaan dengan mixing saat on air oleh penyiar bekerja sama dengan operator. 16 Dari enam tahap konstruksi sosial media massa yang disampaikan Armawati Arbi tahap kedua hingga tahap kelima masuk kedalam produksi program, yaitu: “Tahap ketiga adalah pengungkapan diri. Narasumber dan penyiar membingkai fakta pendengar. Hasil pengungkapan diri adalah bingkai pendengar atas realitas problem pendengar dan bingkai tim radio. Pada penelitian Bungin, realitas sosial iklan televisi tida k diambil dari data dan pengalaman pemirsanya.” 15 Wawancara Pribadi dengan Reza, Bogor 1 Desember 2010. 16 Masduki, Menjadi Broadcaster Profesional, Yogyakarta: LKIS, 2004, Cet. 1, h. 47. Pada tahap ketiga ini pendengar akan mengungkapkan diri sebagai bentuk respon dari materi yang telah disampaikan oleh narasumber. Mereka akan cerita dan bertanya seputar masalah-masalah yang mereka hadapi dalam realitas nyata mereka. “Tahap empat adalah pembentukan realitas subjektif. Tim produksi melakukan penyeleksian, pengabaian, penonjolan dan pendalaman atas realitas problem pendengar. Hasilnya adalah skrip kasus atau intisari pertanyaan dari fakta pendengar dan pertanyaan pendengar.” Pada tahap keempat ini penyiar akan menyeleksi dari pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari pendengar, baik dalam bentuk telepon maupun SMS. Dari setiap cerita dan pertanyaan dari pendengar, tentu saja akan beraneka ragam, panjang, dan agak rumit sesuai dengan pengungkapan diri yang umumnya berasal dari isi hati setiap pendengar. Dari setiap on air, penelepon yang masuk dapat mencapai hingga 30 penelepon dan 40 SMS setiap harinya. Oleh karena itu, penyiar akan menyeleksinya, membuatnya menjadi simple dan terarah sesuai dengan segmen yang ada, yang pada akhirnya hanya ada 3 penelepon dan 2 SMS yang dipilih, kemudian akan disampaikan kepada narasumber untuk diberikan jawaban atau solusi atas pertanyaan mereka. 17 “Tahap lima adalah pengemasan realitas simbolik. Menciptakan dan meningkatkan pengetahuan pendengar, kesadaran pendengar, pemberdayaan pendengar, dan pencitraan problem pendengar. Burhan Bungin menyebutnya sebagai tahap pembentukan konstruksi citra. ” 17 Berdasarkan Observasi Partisipasi.