BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup
sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi- tingginya. Upaya untuk mencapai tujuan tersebut, pembangunan kesehatan dilaksanakan
secara terarah, berkesinambungan dan realistis sesuai pentahapannya Depkes RI, 2009.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya ialah dengan menyelenggarakan pelayanan
kesehatan. Adapun yang dimaksud pelayanan kesehatan menurut Levey dan Loomba adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri atau secara bersama-sama
dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah, dan menyembuhkan penyakit, serta memulihkan kesehatan perseorangan, keluarga,
kelompok dan ataupun masyarakat Azwar, 1996. Puskesmas sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan memiliki peranan
penting dalam peningkatan kesehatan masyarakat. Saat ini puskesmas telah didirikan hampir diseluruh pelosok daerah. Puskesmas diperkuat dengan puskemas pembantu
serta puskesmas keliling, kecuali untuk daerah yang jauh dari sarana pelayanan rujukan maka puskesmas dilengkapi dengan fasilitas rawat inap. Tercatat pada tahun
2002 jumlah puskesmas di seluruh Indonesia adalah 7.277 unit, puskesmas pembantu 21.587 unit, puskesmas keliling 5.084 unit perahu 716 unit, ambulans 1.302 unit.
Sedangkan puskesmas yang memberikan fasilitas pelayanan rawat inap tercatat sebanyak 1.818 unit, sisanya sebanyak 5.459 unit tidak dilengkapi dengan fasilitas
rawat inap Depkes RI, 2004. Pemanfaatan fasilitas kesehatan puskesmas dapat dilihat dari beberapa
indikator yaitu rata-rata kunjungan per hari buka puskesmas dan frekuensi kunjungan puskesmas. Rata-rata kunjungan per hari buka secara nasional adalah 93,57 atau 94
kunjungan per puskesmas per hari buka, dengan kisaran antara 21 di Propinsi Kalimantan Timur dan 228 di Propinsi Jawa Timur, sedangkan rata-rata frekuensi
kunjungan masyarakat ke puskesmas secara nasional adalah 2,27 kali pada tahun 1996 dengan kisaran antara 1,55 di Pronpinsi Irian Jaya dan 3,64 di Propinsi
Kalimantan Selatan Depkes RI, 2005. Menurut hasil Susenas dalam profil Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara
2007, dari penduduk yang berobat jalan sebesar 23,4 memanfaatkan puskesmas, dan penduduk yang pernah dirawat inap sebesar 9,81. Hal ini mencerminkan bahwa
need kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan masih sangat rendah. Rendahnya persentase penduduk yang berobat ke puskesmas diperkirakan karena
fasilitas pelayanan yang kurang memadai, terbatasnya waktu pelayanan, dan masih banyak puskesmas yang masih sulit dijangkau serta beberapa faktor lainnya.
Pembangunan baru puskesmas rawat inap dilaksanakan dalam rangka meningkatkan jangkauan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang bermutu
dan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Pembangunan baru puskesmas rawat inap sebenarnya diprioritaskan untuk wilayah tertinggal, terpencil, kepulauan dan
perbatasan akan tetapi pembangunan puskesmas rawat inap kini diarahkan pembangunan ke perkotaan Depkes RI, 2008.
Pelaksanaan Undang-Undang No.32 tahun 2004 tentang otomomi daerah perkotaan dinyatakan bahwa kawasan perkotaan dalam penyediaan fasilitas umum di
kelola bersama oleh daerah terkait dan adanya Undang-Undang No.33 tahun 2004 tentang desentralisasi yaitu penyerahan wewenang oleh pemerintah pusat kepada
daerah otonom untuk mengurus pemerintahan dan mengatur dana pembangunan daerah sesuai dengan kebutuhan. Pertimbangan adanya undang-undang ini mendasari
Kota Medan untuk membuat kebijakan memfungsikan puskesmas sebagai pelayanan rawat inap agar masyarakat dapat lebih efisien dalam waktu dan dana dalam
mendapatkan layanan kesehatan, serta dalam rangka pengurangan penumpukan pasien yang langsung berobat ke Rumah Sakit dan diharapkan prosedur sistem
rujukan yang ada dipuskesmas dapat berfungsi dengan baik Depkesi RI, 2006. Masalah kesehatan masyarakat semakin meningkat di Kota Medan, sementara
sarana pelayanan kesehatan perorangan yang meningkat tidak diimbangi dengan peningkatan sarana pelayanan kesehatan masyarakat. Meningkatnya kebutuhan
masyarakat akan pelayanan kesehatan yang komprehensif dan paripurna dalam satu gedung menyebabkan meningkatnya tuntutan pengembangan puskesmas menjadi
sarana pelayanan yang moderen termasuk pelayanan rawat inap yang dilengkapi dengan fasilitas dokter spesialis.
Puskesmas yang merupakan provider pelayanan kesehatan yang paling dekat dengan masyarakat seharusnya bisa diberdayakan oleh masyarakat dengan optimal.
Berbagai daerah Indonesia memang masih menghadapi permasalahan terhadap
pelayanan kesehatan. Diperkirakan hanya sekitar 30 penduduk yang memanfaatkan pelayanan puskesmas, puskesmas pembantu dan puskesmas rawat inap Depkes RI,
2004. Penelitian Kurniasari 2008, di Puskesmas Pijoan Baru Provinsi Jambi
menunjukkan bahwa pemenuhan kebutuhan pelayanan rawat inap dirasakan masih kurang oleh masyarakat. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa masyarakat
membutuhkan puskesmas rawat inap tetapi harus didukung dengan perbaikan fasilitas seperti fasilitas air, pengadaan listrik, pembenahan gedung, peningkatan kualitas staf
dengan pelatihan dll. Penelitian Sugiyanto 2003, di Puskesmas Kranggan Kabupaten Temanggung
Propinsi Jawa tengah mendapatkan bahwa penilaian citra oleh masyarakat terhadap puskesmas kurang baik 8,2, diketahui bahwa fasilitas pelayanan yang masih
kurang memadai seperti pelayanan pemeriksaan, pengobatan dan perawatan yang cepat dan tepat.
Menurut BPS dengan hasil Riskesdas Sumatera Utara 2007 yang tidak jauh berbeda menyebut bahwa masyarakat yang memanfaatkan fasilitas pelayanan
kesehatan pemerintah untuk rawat inap lebih rendah dibandingkan dengan pelayanan kesehatan swasta, hal ini dapat dilihat dengan masyarakat yang menggunakan Rumah
Sakit swasta sebesar 2,3 sedangkan Rumah Sakit pemerintah 1,6 dan untuk puskesmas hanya sebesar 0,2. Rendahnya keinginan masyarakat yang
menggunakan fasilitas rawat inap puskesmas menggambarkan citra yang kurang baik di mata masyarakat Profil Dinas Kesehatan Sumatera Utara, 2008.
Berdasarkan Profil Dinas Kesehatan Kota Medan 2009, puskesmas rawat inap yang dimanfaatkan oleh masyarakat Kota Medan hanya sebanyak 309 0,01.
Adapun cakupan pelayanan rawat inap puskesmas yang dimanfaatkan oleh masyarakat kota Medan dapat dilihat pada tabel 1.1 dibawah ini :
Tabel 1.1 Jumlah Penduduk Yang Memanfaatkan Sarana Puskesmas Rawat Inap di Kota Medan Tahun 2009
No Puskesmas Rawat Inap Jumlah Kunjungan
1 Gelugur Darat
33 2
Bromo 35
3 Medan Area
18 4
Teladan 27
5 Kampung Durian
37 6
Pekan Labuhan 28
7 Tuntungan
31 8
Belawan 26
9 Sering
19 10 Medan Deli
54 11 Helvetia
12 Padang Bulan 13 Sentosa Baru
Jumlah Total 309
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Medan Tahun 2009
. Di Kota Medan terdapat 39 Puskesmas dan 41 Puskesmas Pembantu, 13
diantaranya kini telah memiliki fasilitas layanan rawat inap berkapasitas 130 tempat tidur dengan berbagai pelayanan spesialis seperti spesialis kandungan, paru, THT,
mata, penyakit dalam dan bedah, sebagian sudah berfungsi dan sudah ada warga yang memanfaatkan layanan rawat inapnya. Setiap Dokter spesialis melakukan kunjungan
rutin 1 kali dalam satu minggu untuk layanan poliklinik spesialisasi rawat jalan. Dengan kebijakan yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Medan seperti ini
diharapkan pelayanan kesehatan bagi masyarakat Kota Medan yang membutuhkan bisa lebih ditingkatkan Dinkes, 2006.
Berdasarkan Laporan Bulanan Puskesmas Gelugur Darat Tahun 2010 diperoleh data jumlah kunjungan puskesmas sebanyak 62885 kasus dan pemanfaatan
fasilitas rawat inap tercatat sebanyak 33 orang. Hal ini menunjukkan pemanfaatan fasilitas rawat inap puskesmas masih sangat rendah. Umumnya masyarakat
menggunakan puskesmas rawat inap ini untuk persalinan, selain itu juga melayani berbagai diagnosa seperti DBD, Diare, Hipertensi dll.
Berdasarkan survei pendahuluan pada Bulan Desember Tahun 2010 di Puskesmas Gelugur Darat, kegiatan yang dilakukan apabila pasien datang ke
pelayanan rawat inap adalah membawa pasien ke pelayanan Gawat Darurat di ruang bagian belakang puskesmas, kemudian dilakukan pemeriksaan fisik kepada pasien
dan dilakukan anamnesa setelah itu pasien di bawa ke ruang rawat inap. Pada umumnya pasien yang rawat inap di puskesmas hanya berkisar 1-2 hari saja dan jika
tidak sanggup maka pasien dirujuk ke rumah sakit terdekat. Hal ini mencerminkan bahwa pelayanan yang dilakukan oleh puskesmas masih dirasakan kurang maksimal
sehingga secara tidak langsung masyarakat menganggap citra dari pelayanan masih kurang baik.
Untuk dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan baik, maka banyak hal yang perlu diperhatikan diantaranya adalah kesesuaian dengan kebutuhan
masyarakat, sehingga perkembangan pelayanan kesehatan secara umum dipengaruhi oleh besar kecilnya kebutuhan dan tuntutan dari masyarakat yang sebenarnya
merupakan gambaran dari masalah kesehatan yang dihadapi masyarakat tersebut.
Kebutuhan adalah keinginan masyarakat untuk memperoleh dan mengkonsumsi barang dan jasa yang dibedakan menjadi keinginan untuk menggunakan pelayanan
kesehatan dan tidak inginnya menggunakan pelayanan kesehatan yang ada dalam hal ini puskesmas rawat inap. Tjiptoherijanto, 2008.
Menurut Sutojo 2004, dalam menghendaki kebutuhan pelayanan kesehatan masyarakat menghendaki agar status kesehatannya dapat lebih optimal. Untuk itu
masyarakat sering melakukan penilaian terhadap pelayanan kesehatan yang akan ia gunakan sehingga mau tidak mau sebuah pelayanan kesehatan mempunyai suatu
image citra di mata masyarakat. Citra itu sendiri dapat berperingkat baik, sedang atau buruk. Dampak peringkat citra yang berlainan tersebut berpengaruh terhadap
keberhasilan kegiatan pelayanan yang diberikan. Citra buruk melahirkan dampak negatif bagi operasi pelayanan dan juga melemahkan kemampuan organisasi
pelayanan dalam bersaing. Pada dasarnya citra dari sebuah pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh
karakteristik objektif dari objek tersebut seperti kelengkapan fasilitas, peran dokter dalam hal penyampaian informasi mengenai status kesehatan pasien, interaksi yang
sering terjadi antara petugas dengan masyarakat dan pelayanan yang diberikan di pelayanan kesehatan tersebut. Jadi citra merupakan representasi dari suatu objek yang
digambarkan oleh seseorang melalui suatu ide, kepercayaan, pendapat, gagasan, gambaran dari suatu objek Kotler dan Clarke, 1987.
Berdasarakan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa masyarakat sebagai penerima pelayanan kesehatan menganggap bahwa pelayanan kesehatan dinyatakan
menjadi suatu kebutuhan bila terjadi hubungan timbal balik yang baik antara pasien
dan petugas kesehatan. Keramahtamahan dan perhatian yang baik dari petugas kesehatan serta fasilitas kesehatan yang memadai akan membuat citra pelayanan
kesehatan menjadi baik Maramis, 2006 Adanya kenyataan bahwa citra pelayanan kesehatan dinilai dapat
memengaruhi pemenuhan kebutuhan masyarakat, mendorong penulis melakukan penelitian tentang pengaruh citra pelayanan rawat inap terhadap need masyarakat di
Puskesmas Gelugur Darat Medan Tahun 2010.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian yaitu bagaimana pengaruh citra pelayanan rawat inap yakni
fasilitas pelayanan, peran dokter, pelayanan petugas kesehatan, ketersediaan sarana non medis dan kondisi lingkungan terhadap need masyarakat di Puskesmas Gelugur
Darat Medan Tahun 2010.
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh citra pelayanan rawat inap terhadap need masyarakat di Puskesmas Gelugur Darat Medan Tahun
2010.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat keberbagai pihak
antara lain : 1. Sebagai bahan masukan dan bagi Puskesmas Rawat Inap Gelugur Darat
khususnya dalam upaya meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
2. Untuk kepentingan pengembangan Kebijakan Kesehatan. 3. Bagi penulis sendiri dapat bermanfaat dalam upaya mengoptimalisasikan
berbagai teori yang diperoleh selama perkuliahan di FKM USU Medan. 4. Diharapkan sebagai bahan masukan bagi penelitian sejenis yang akan
dilaksanakan dimasa yang akan datang.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA