Pemberian Status Perjanjian Internasional Antara Indonesia Dengan Asean Dalam Pendirian Sekretariat Asean Di Jakarta Terkait Dengan Host Country Agreement (Hca)

C. Pemberian

Privileges and Immunity dalam Host Country Agreement HCA Terkait dengan Pendirian Sekretariat ASEAN di Jakarta Kehadiran organisasi internasional sebagai sebuah pribadi internasional dan atribusi pada fungsi-fungsinya seringkali dianalogikan dengan kedaulatan negara-negara yang untuk pelaksanaan efektifnya memerlukan hak-hak istimewa privileges dan imunitas-imunitas immunities dari negara-negara, telah membawa kepada upaya pembentukan serangkaian hukum yang berkenaan dengan hak-hak istimewa dan imunitas-imunitas dari organisasi-organisasi internasional, tempat kedudukan mereka, para staf, dan perwakilan-perwakilan anggota organisasi tersebut. 78 Namun demikian terdapat perbedaan yang besar antara imunitas-imunitas diplomatik dan imunitas internasional. Pertama, imunitas internasional mungkin merupakan hal yang paling penting dalam kaitan hubungan antara pegawai Sebagai organisasi internasional yang memiliki personalitas hukum, ASEAN memiliki kapasitas untuk membuat suatu perjanjian dengan negara atau organisasi internasional lainnya untuk meningkatkan kinerja ASEAN sesuai dengan tujuan dan fungsi ASEAN itu sendiri. Oleh karena itu dibuatlah Agreement between the Government of the Republic of Indonesia and The Association of Southeast Asian Nations ASEAN on Hosting and Granting Privileges and Immunities to the ASEAN Secretariat yang mana perjanjian ini berisi keistimewaan dan imunitas yang diberikan oleh Pemerintah Indonesia kepada ASEAN terkait dengan pendirian Sekretariat ASEAN di Jakarta. 78 op,cit, D.W. Bowett Q. C. LL. D, hlm. 438 dengan negara asalnya, sedangkan seorang warga dari negara penerima, untuk tujuan imunitas diplomatik, diterima sebagai anggota dari suatu misi asing hanya dengan persetujuan tegas dan dengan hak-hak istimewa dalam kaitan tindakannya sebagai pegawai. 79 Kedua, sementara diplomat yang memiliki imunitas dari yuridiksi negara tuan rumah berada di bawah yuridiksi negara pengirimnya, tidak ada yuridiksi yang serupa di dalam organisasi internasional. Ketiga, jika pentaatan pada hak-hak istimewa dan imunitas-imunitas diplomatik dijamin melalui pelaksanaan prinsip resiprositas, maka untuk sebuah organisasi internasional, tidak dimiliki sanksi demikian. 80 Terdapat dua jenis imunitas yang akan diberikan oleh negara kepada organisai internasional dalam suatu perjanjian pemberian keistimewaan dan imunitas yang diatur pengaturannya oleh PBB, yakni imunitas yang diberikan kepada organisasi dan imunitas yang diberikan kepada personel dalam organisasi tersebut 81 , dan hal ini pun juga berlaku terhadap pemberian imunitas dalam Host Country Agreement antara ASEAN dan Indonesia terkait dengan pendirian Sekretariat ASEAN di Jakarta. 82 Menyangkut pemberian keistimewaan, imunitas, dan pembebasan dalam Host Country Agreement antara ASEAN dan Indonesia, merujuk pada pengaturan nasional Indonesia yaitu Undang-Undang No. 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri Pasal 16 “pemberian kekebalan, hak istimewa, dan pembebasan dari kewajiban tertentu kepada perwakilan diplomatik dan konsuler, misi khusus, 79 Vienna Convention on Diplomatic Relations 1961 Pasal 8 ayat 2, 38 ayat 1 80 loc,cit, D. W. Bowett Q. C. LL. D 81 op.cit, D.W. Bowett Q. C. LL. D, hlm. 441-451 82 Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, “Dasar Kebijakan Pemberian Fasilitas Pada Host Country Agreement” perwakilan Perserikatan Bangsa-Bangsa, perwakilan badan-badan khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa dan organisasi internasional lainnya dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan nasional serta hukum dan kebiasaan internasional” dan Pasal 17 ayat 1 “Berdasarkan pertimbangan tertentu, Pemerintah Republik Indonesia dapat memberikan pembebasan dari kewajiban tertentu kepada pihak-pihak yang tidak ditentukan dalam Pasal 16”, ayat 2 “pemberian pembebasan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dilaksanakan berdasar pada peraturan perundang-undangan nasional”. 1. Imunitas yang Diberikan Kepada Organisasi a. Imunitas dari Yuridiksi Pasal 2 General Convention tahun 1946 dijelaskan bahwa “Perserikatan Bangsa-Bangsa, hak-hak milik dan kekayaannya, di manapun tempatnya dan oleh siapapun dipegangnya, akan menikmati imunitas dari segala bentuk proses hukum, kecuali menyangkut kasus organisasi itu secara tegas melepas imunitasnya”. Imunitas yuridiksional yang dinikmati berdasarkan General Convention dan perjanjian-perjanjian serupa sangatlah komprehensif dan diperluas terhadap segala bentuk proses hukum. Wewenang untuk menghapuskan imunitas itu dianggap berada pada pimpinan administratif dari organisasi, dan suatu pelepasan tersendiri harus dimintakan untuk mengizinkan tindakan eksekusi terhadap hak milik organisasi tersebut. Hal yang diatur dalam Host Country Agreements antara Indonesia dan ASEAN menyangkut imunitas dari yuridiksi, menegaskan bahwa Pemerintah Indonesia akan memberikan fasilitas kepada ASEAN, yakni “to contract, to acquire and dispose of movable and immovable property, institute or be a party to legal proceeding”. Hal ini tercantum pada Pasal 2 Agreement Between the Government of the Republic of Indonesia and The Association of Southeast Asian Nations ASEAN on Hosting and Granting Privileges and Immunities to the ASEAN Secretariat. Fasilitas yang diberikan oleh Indonesia ini merujuk pada United Nations Convention on the Privileges and Immunities 1946 Art. 1 “The United Nations shall posses juridicial personality. It shall have the capacity: a to contract; b to acquire and dispose of immovable and movable property; c to institute legal proceedings” dan United Nations Convention on the Privileges and Immunities of the Specialized Agencies 1947 Art. 2 dengan isi yang sama. b. Tidak Dapat Diganggu-gugatnya Gedung-Gedung dan Arsip-Arsip Tidak dapat diganggu-gugatnya inviolability gedung-gedung dan arsip merupakan suatu prinsip yang ditemukan dalam semua perjanjian. Otoritas dari negara tuan rumah tidak bisa memasuki gedung-gedung, pun untuk melakukan suatu penangkapanpenahanan atau menjalankan perintah tertulis, tanpa persetujuan dari pimpinan administratif. Biasanya prinsip inviolability menimbulkan masalah jika diketahui bahwa organisasi itu tidak berdaulat atas wilayah yang ditempati oleh gedung-gedungnya, yakni hanya punya kontrol dan wewenang semata- mata, dan selanjutnya, bahwa organisasi tidak memiliki perangkat hukum untuk menggantikan negara tuan rumah dalam hal terjadi peristiwa- peristiwa perdata atau kriminal di dalam gedung tersebut. Dan sudah merupakan hal yang pasti bahwa organisasi itu memiliki kekuasaan untuk menetapkan peraturan-peraturan yang berlaku di dalam wilayahnya untuk menentukan kondisi-kondisi di segala hal yang diperlukan untuk melaksanakan fungsinya. Namun penting sekali bahwa wilayah itu harus tetap berada di bawah hukum dan yuridiksi negara tuan rumah, karena organisasi juga mengemban tugas untuk mencegah wilayahnya dijadikan penampungan dari orang-orang yang menghindari penangkapan dan melakukan proses hukum, oleh karena itu pihak berwajib lokal diperbolehkan meminta izin memasuki gedung-gedung untuk tujuan tersebut. Terhadap inviolabilitas arsip-arsip, tidak pernah menimbulkan permasalahan-permasalahan khusus. Tanpa inviolabilitas demikian, sifat kerahasiaan confidential komunikasi antara negara-negara dan organisasi, atau antara pegawai-pegawai dari organisasi itu akan terancam. Host Country Agreement antara ASEAN dan Indonesia juga memiliki pengaturan yang serupa yang terdapat pada Pasal 10 Agreement Between the Government of the Republic of Indonesia and The Association of Southeast Asian Nations ASEAN on Hosting and Granting Privileges and Immunities to the ASEAN Secretariat, dimana fasilitas yang diberikan berupa immunity of assets and property immune from search, requisition, confiscation, expropriation and interference dan hal itu merujuk pada United Nations on the Privileges and Immunities Art. 2-Section 2 “The United Nations its property and assets wherever located and by whomever held, shall enjoy immunity from every form of legal process except insofar as in any particular case it has expressly waived its immunity shall extend to any particular case it has expressly waived immunity. It is, however, understood that no waiver of immunity shall extend to any measure of execution” danUnited Nations Convention on the Privileges and Immunities of the Specialized Agencies 1947 Art. 3-Section 5. c. Hak-Hak Istimewa di Bidang Keuangan dan Fiskal Dengan pemberian keistimewaan ini, banyak organisasi dengan sungguh-sungguh mengatur dana-dananya karena hal ini menyangkut langsung terhadap aktivitas kelangsungan organisasi itu sendiri. Dalam General Convention, diakui bahwa PBB dapat memegang dana-dana, emas atau mata uang apapun dan mengoperasikan rekening-rekening dalam mata uang manapun dan dibebaskan untuk mengalihkan dana- dana, emas atau mata uangnya itu dari satu negara ke negara lain tanpa dibatasi oleh pengawasan keuangan, pengaturan, atau penangguhan manapun. Pembebasan dari pajak langsung organisasi, aset-asetnya, pendapatan atau hak milik juga didapatkan oleh organisasi, dan hal ini tidak diperluas kepada pajak-pajak yang sesungguhnya dibebankan untuk kepentingan pelayanan umum yang dinikmati oleh organisasi, karena pada prinsipnya hal-hal yang dilakukan oleh organisasi adalah untuk sebuah misi diplomatik. Dihubungkan dengan Host Country Agreement antara Indonesia dan ASEAN juga tidak jauh berbeda. Dalam hal pembebasan pajak tax exemption dalam Pasal 11 Agreement Between the Government of the Republic of Indonesia and The Association of Southeast Asian Nations ASEAN on Hosting and Granting Privileges and Immunities to the ASEAN Secretariat, fasilitas yang diberikan oleh Pemerintah Indonesi adalah berupa: 1. All direct and indirect taxes on goods directly imported or purchased locally by the organization. Fasilitas ini merujuk pada United Nations Convention on the Privileges and Immunities 1946 Art. 2-Section7, yang berisi: “The United Nations, its assets, income and other property shall be: a Exempt from all direct taxes; it is understood, however, that the United Nations will not claim exemption from taxes which are, in fact, no more than charges for public utility services; b Exempt from customs duties and prohibitions and restrictions on imports and exports in respect of articles imported or exported by the United Nations for its official use. It is understood, however, that articles imported under such exemption will not be sold in the country into which they were imported except under conditions agreed with the Government of that country; c Exempt from customs duties and prohibitions and restrictions on imports and exports in respect o£ its publications.”. Hal ini juga terdapat pada United Nations Convention on the Privileges and Immunities of the Specialized Agencies 1947 Art. 3- Section 9 yang isinya serupa, serta terdapat pada Pasal 2 dan 3 PMK No. 68PMK. 0112014 tahun 2014 83 2. No claim on tax for public service. yang berisi: Pasal 2 Pembebasan bea masuk dan cukai diberikan atas impor barang untuk keperluan Badan Internasional beserta pejabatnya dan Pasal 3 Barang yang diimpor untuk keperluan Badan Internasional, beserta pejabatnya yang mendapatkan pembebasan bea masuk dan cukai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 meliputi: a. barang untuk keperluan kantor Badan Internasional di Indonesia; b. barang yang dipergunakan untuk keperluan pribadi dan barang yang digunakan untuk keperluan keahliannya profesional equipment, termasuk barang untuk keperluan anggota keluarga dari pejabat yang bekerja untuk Badan Internasional di Indonesia; c. barang untuk keperluan proyek dan non proyek dalam rangka kerjasama teknik yang dikirim melalui Badan Internasional. Pada pemberian fasilitas ini, merujuk pada United Nations Convention on the Privileges and Immunities 1946 Art. 2-Section7, serta United Nations Convention on the Privileges and Immunities of the Specialized Agencies 1947 Art. 3-Section 9 dan PMK No. 68PMK. 0112014 tahun 2014. 3. Customs duties or rather taxes of exportation and importation of articles for official use. Pada pemberian fasilitas ini, merujuk pada United Nations Convention on the Privileges and Immunities 1946 Art. 2-Section7, serta United Nations Convention on the Privileges and Immunities of 83 Peraturan Menteri Keuangan No. 68PMK. 0112014 tahun 2014, Perubahan ke lima belas atas KMK No. 89KMK.042002 tentang Tata Cara Pemberian Pembebasan Bea Masuk dan Cukai Atas Impor Barang Untuk Keperluan Badan Internasional Beserta Para Pejabatnya yang Bertugas di Indonesia the Specialized Agencies 1947 Art. 3-Section 9 dan PMK No. 68PMK. 0112014 tahun 2014. 4. Custom duties or other taxes of its pulications. Pemberian fasilitas ini juga merujuk pada United Nations Convention on the Privileges and Immunities 1946 Art. 2-Section7, serta United Nations Convention on the Privileges and Immunities of the Specialized Agencies 1947 Art. 3-Section 9 dan PMK No. 68PMK. 0112014 tahun 2014. 5. Income Tax Pemberian fasilitas ini merujuk pada United Nations Convention on the Privileges and Immunities 1946 Art. 2-Section7, serta United Nations Convention on the Privileges and Immunities of the Specialized Agencies 1947 Art. 3-Section 9, dan UU No. 36 Tahun 2008 Pasal 3 ayat 1 huruf c 84 1. Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut; dan yang menetapkan syarat untuk organisasi internasional dapat menjadi subjek yang bebas pajak, yakni: 2. Tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia selain memberikan pinjaman kepada Pemerintah yang dananya berasal dari iuran anggota. 84 Undang-undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan Organisasi yang tidak termasuk pada ayat 1 huruf c ditetapkan dengan Kepmenkeu. 6. Vehicles Dasar pemberian fasilitas ini merujuk pada aturan Peraturan Menteri Keuangan No. 68PMK. 0112014 tahun 2014, Perubahan ke lima belas atas KMK No. 89KMK.042002 tentang Tata Cara Pemberian Pembebasan Bea Masuk dan Cukai Atas Impor Barang Untuk Keperluan Badan Internasional Beserta Para Pejabatnya yang Bertugas di Indonesia, yang mana disebutkan dalam Pasal 4 yakni: 1. Untuk keperluan kantor Badan Internasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a diberikan pembebasan bea masuk atas pembelian kendaraan bermotor yang di produksi dalam negeri CKD dalam jumlah yang wajar paling banyak 6 enam unit bagi kantor yang memiliki pejabat lebih lama dari 5 lima orang, dan bagi Kantor yang memiliki pejabat 5 lima orang atau kurang paling banyak sejumlah pejabatnya. 2. Dalam hal Badan Internasional memerlukan kendaraan bermotor dalam keadaan jadi CBU, fasilitas pembebasan bea masuk sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat diberikan untuk kendaraan yang diimpor atau dibeli dalam keadaan jadi CBU dengan ketentuan untuk Kantor Perwalian Organisasi Internasional di bawah PBB paling banyak 2 dua unit, untuk Badan Internasional lainnya paling banyak 1 satu unit. Serta Pasal 7 ayat 1 yang berisi “Keputusan pembebasan bea masuk dan cukai diberikan Direktur Jenderal Bea dan Cukai atas Permohonan Kepala Badan Internasional atau pejabat yang ditunjukknya setelah mendapatkan persetujuan dari Sekretariat Negara Republik Indonesia. 7. Acquire, hold and use currencie and funds, have accounts in the Republic of Indonesia. Dalam pemberian fasilitas ini, Pasal 12 Agreement Between the Government of the Republic of Indonesia and The Association of Southeast Asian Nations ASEAN on Hosting and Granting Privileges and Immunities to the ASEAN Secretariat merujuk pada United Nation Convention on the Privileges and Immunities 1946 Art. 2-Section 5 dan United Nation Convention on the Privileges and Immunities of the Specialized Agencies 1947 Art. 3-Section 7 yang menyatakan “Without being restricted by financial controls, regulations or moratoria of any kind, a The United Nations may hold funds, gold or currency of any kind and operate accounts in any currency; b The United Nations shall be free to transfer its funds, gold or currency from one country to another or within any country and to convert any currency held by it into any other currency.” d. Kebebasan Komunikasi Kebebasan komunikasi terletak dalam tiga prinsip yang termuat dalam General Convention, yaitu: Pertama, tidak adanya penyensoran terhadap komunikasi-komunikasi pegawai. Kedua, hak untuk menggunakan sandi-sandi, kurir-kurir, dan kantung diplomatik.Ketiga, perlakuan sebaik mungkin bagi komunikasi mereka oleh Pemerintah. Terkait dengan Host Country Agreement dengan ASEAN, Pemerintah Indonesia memberikan fasilitas berupa “treatment no less favourable than that accorded to any other Government including diplomatic mission in the matter of priorities, rates and taxes on mails, cables, etc” sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 8 Agreement Between the Government of the Republic of Indonesia and The Association of Southeast Asian Nations ASEAN on Hosting and Granting Privileges and Immunities to the ASEAN Secretariat. Hal ini merujuk pada United Nation Convention on the Privileges and Immunities 1946 Art. 3-Section 9 yang berbunyi: “The United Nations shall enjoy in the territory of each Member for its official communications treatment not less favourable than that accorded by the Government of that Member to any other Government including its diplomatic mission in the matter of priorities, rates and taxes on mails, cables, telegrams, radiograms, telephotos, telephone and other communications; and press rates for information to the press and radio. No censorship shall be applied to the official correspondence and other official communications of the United Nations” danUnited Nation Convention on the Privileges and Immunities of the Specialized Agencies 1947 Art. 4-Section 11 yang isinya serupa. Pada pemberian fasilitas kebebasan komunikasi, terdapat ketentuan untuk tidak diperbolehkannya penyensoran terhadap komunikasi organisasi yang bersangkutan. Hal ini merujuk pada United Nation Convention on the Privileges and Immunities 1946 Art. 3-Section 9 dan United Nation Convention on the Privileges and Immunities of the Specialized Agencies 1947 Art. 4-Section 12 yang berbunyi: “No censorship shall be applied to the official correspondence and other communications of the specialized agencies. The specialized agencies shall have the right to use codes and to dispatch and receive correspondence by courier or in sealed bags, which shall have the same immunities and privileges as diplomatic couriers and bags”. e. Pelayanan Publik dan Pembagian Tanggung Jawab Berkenaan dengan Pemasangan dan Pemeliharaan Tempat Hal ini diatur dalam Pasal 4 Agreement Between the Government of the Republic of Indonesia and The Association of Southeast Asian Nations ASEAN on Hosting and Granting Privileges and Immunities to the ASEAN Secretariat. f. Perlindungan terhadap Tempat Pengaturan ini terdapat pada Pasal 5 Agreement Between the Government of the Republic of Indonesia and The Association of Southeast Asian Nations ASEAN on Hosting and Granting Privileges and Immunities to the ASEAN Secretariat, yang mana menegaskan bahwa ASEAN tidak akan kehilangan tempatnya kecuali ASEAN berhenti menggunakan tempat tersebut, memastikan bahwa ketenangan tempat tidak akan terganggu oleh pihak yang tidak berwenang. 2. Imunitas yang Diberikan Kepada Personel Perbedaan antara imunitas-imunitas organisasi itu sendiri dan yang diberikan kepada personel, pada satu segi merupakan sesuatu yang tidak nyata, karena prinsip yang timbul dari beberapa perjanjian adalah bahwa personel yang menikmati keistimewaan dan imunitas, bukan untuk keuntungan pribadi mereka, tetapi untuk tujuan pelaksanaan fungsi-fungsi mereka dalam hubungannya dengan organisasi. Berhubungan dengan adanya Host Country Agreement antara Indonesia dengan ASEAN, hal yang diatur adalah pemberian keistimewaan dan kekebalan kepada para officials dan keluarganya. Berkenaan dengan pemberian keistimewaan dan kekebalan, agreement ini wajib berlaku untuk komposisis Sekretariat sebagaimana yang tercantum dalam Persetujuan tentang Pendirian Sekretariat ASEAN tahun 1976 dan Protokolnya tahun 1983, 1985, 1989, 1992, dan 1997. Pemberian keistimewaan dan imunitas untuk para officials dalam Pasal 14- 15 Agreement Between the Government of the Republic of Indonesia and The Association of Southeast Asian Nations ASEAN on Hosting and Granting Privileges and Immunities to the ASEAN Secretariat ini merujuk pada: 1. United Nation Convention on the Privileges and Immunities 1946 Art. 5- Section 18 dan United Nation Convention on the Privileges and Immunities of the Specialized Agencies 1947 Art. 6-Section 18-19 yang berisi: “Officials of the United Nations shall: a Be immune from legal process in respect of words spoken or written and all acts performed by them in their official capacity; b Be exempt from taxation on the salaries and emoluments paid to them by the United Nations; c Be immune from national service obligations; d Be immune, together with their spouses and relatives depend ent on them, from immigration restrictions and alien registration; e Be accorded the same privileges in respect of exchange facili ties as are accorded to the officials of comparable ranks forming part of diplomatic missions to the Government concerned; f Be given, together with their spouses and relatives dependent on them, the, same repatriation facilities in time of international crisis as diplomatic envoys; g Have the right to import free of duty their furniture and effects at the time of first taking up their post in the country in question.” 2. Pasal 16 dan 17 Undang-Undang No. 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri 85 “Pasal 16 Pemberian kekebalan, hak istimewa, dan pembebasan dari kewajiban tertentu kepada perwakilan diplomatik dan konsuler, misi khusus, perwakilan Perserikatan Bangsa-Bangsa, perwakilan badan-badan khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan organisasi internasional lainnya, dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan nasional serta hukum dan kebiasaan internasional. Pasal 17 1 Berdasarkan pertimbangan tertentu, Pemerintah Republik Indonesia dapat memberikan pembebasan dari kewajiban tertentu kepada pihak-pihak yang tidak ditentukan dalam Pasal 16.2 Pemberian pembebasan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dilaksanakan berdasar pada peraturan perundang-undangan nasional.” yang berisi: 3. Undang-Undang No. 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian 4. PP No. 18 Tahun 2005, Perubahan atas PP No. 32 tahun 1994 tentang Visa, Izin Masuk, dan Izin Keimigrasian Keluarga dari para official juga mendapatkan keistimewaan dan imunitas dari negara tuan rumah dimana organisasi tersebut berada. Dikaitkan dengan Host Country Agreement antara Indonesia dengan ASEAN, pemberian keistimewaan dan imunitas ini merujuk pada United Nation Convention on the Privileges and Immunities 1946 Art. 5-Section 19 dan United Nation Convention on the Privileges and Immunities of the Specialized Agencies 1947 Art. 6-Section 21 yang menyebutkan bahwa: “In addition to the immunities and privileges specified in Section 18, th Secretary-General and all Assistant Secretaries-General shall be accorded in respect of themselves, their spouses and minor children, the privileges and immunities, exemptions and facilities accorded to diplomatic envoys, in accordance with international law.” 85 Undang-Undang No. 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri Selain ini, terdapat juga keistimewaan dan imunitas terkait akses, singgah, dan kediaman dari para officials ASEAN, sebagaimana yang tercantum pada Pasal 7 Agreement Between the Government of the Republic of Indonesia and The Association of Southeast Asian Nations ASEAN on Hosting and Granting Privileges and Immunities to the ASEAN Secretariat. Hal ini merujuk pada United Nation Convention on the Privileges and Immunities 1946 Art. 7 dan United Nation Convention on the Privileges and Immunities of the Specialized Agencies 1947 Art. 6-Section 8 yang berisi: “Section 24. The United Nations may issue United Nations laissez- passer to its officials. These laissez-passer 86 Mengenai keistimewaan dan imunitas yang diberikan kepada organisasi internasional terkait dengan Host Country Agreement antara Indonesia dan ASEAN dalam Pembuatan Sekretariat ASEAN di Jakarta, kiranya perlu kembali ditekankan tentang ukuran tepat dari suatu imunitas internasional, seperti yang shall be recognized and accepted as valid travel documents by the authorities of Members, taking into account the provisions of Section 25. Section 25. Applications for visas where required from the holders of United Nations laissez-passer, when accompanied by a certificate that they are travelling on the business of the United Nations, shall be dealt with as speedily as possible. In addition, such persons shall be granted facilities for speedy travel. Section 26. Similar facilities to those specified in Section 25 shall be accorded to experts and other persons who, though not the holders of United Nations laissez- passer, have a certificate that they are travelling on the busi ness of the United Nations. Section 27. The Secretary-General, Assistant Secretaries General and Directors travelling on United Nations laissez-passer on the business of the United Nations shall be granted the same facilities as are accorded to diplo matic envoys. Section 28. The provisions of this article may be applied to the com parable officials of specialized agencies if the agreements for relationship made under Article 63 of the Charter so provide”. 86 Laissez-passer adalah dokumen perjalanan yang dikeluarkan oleh pemerintah nasional atau organisasi internasional tertentu dikemukakan oleh JENKS yakni bahwa: 87

D. Keberadaan Sekretariat ASEAN di Jakarta