Host Country Agreement HCA dan Perkembangannya dalam

BAB III KEBERADAAN HOST COUNTRY AGREEMENT HCA DALAM PENDIRIAN SEKRETARIAT ASEAN DI JAKARTA

A. Host Country Agreement HCA dan Perkembangannya dalam

Masyarakat Internasional Negara merupakan pemeran penting dalam memainkan hubungan kerjasama internasional.Di era globalisasi hubungan kerjasama internasional semakin ramai dengan keberadaan dan diakuinya organisasi internasional sebagai salah satu pelaku dalam hubungan internasional.Hubungan kerjasama internasional yang dilakukan antar subyek hukum internasional utamanya antar negara pun semakin meningkat.Adanya perbedaan sistem kenegaraan, bentuk negara, perbedaan pandangan hidup, kebudayaan, agama atau kepercayaan bukan merupakan penghalang untuk menjalin kerjasama, bahkan dapat meningkatkan intensifnya hubungan antar negara.Demikian juga persoalan yang menjadi sasaran pengaturan dalam perjanjian internasional tidak hanya masalah-masalah yang ada dipermukaan bumi saja, namun sudah meluas pada masalah-masalah yang ada di dalam perut bumi dan juga yang ada di luar planet bumi di ruang udara dan ruang angkasa.Oleh karena itu dengan didukung oleh kenyataan yang demikian, mendorong dibuatnya aturan-aturan secara lebih tegas dan pasti, yaitu dalam bentuk perjanjian internasional treaty. Tidaklah berlebihan jika dikatakan, bahwa selama masih berlangsungnya hubungan-hubungan antar negara atau hubungan internasional, selama itu pula akan melahirkan berbagai perjanjian internasional dalam berbagai bidang yang di aturnya seperti bidang sosial dan budaya, politik, pertahanan, keamanan, ekonomi, perdagangan, teknologi, pertanian, perbatasan, dan sebagainya. Melalui perjanjian internasional pelaksanaan hak dan kewajiban negara sebagai anggota masyarakat internasional akan lebih terarah dan terjamin. Hal demikian pada gilirannya menjadikan perjanjian internasional mempunyai peranan penting dalam hubungan internasional. 62 Sebenarnya tidak cukup jelas, kapan era globalisasi dimulai. Ada pendapat, bahwa apa yang terjadi dalam globalisasi bukan merupakan sesuatu yang baru. Perwujudan hubungan-hubungan internasional dalam bentuk perjanjian internasional sudah sejak lama dilakukan oleh negara-negara didunia.Pasang surutnya perjanjian internasional tergantung dari pasang surutnya hubungan- hubungan antar bangsa atau negara yang mengadakan hubungan internasional itu.Seperti pada saat kejayaan Romawi, hubungan antar bangsa mengalami masa surut yang berdampak pada hukum dan perjanjian internasional. Begitupun pada saat kejayaan imperealisme dan kolonialisme khususnya pada kawasan Asia, Afrika dan Amerika latin. Perkembangan hukum dan perjanjian internasional antar negara dengan negara lain dalam berbagai bidang sudah dimulai sejak banyaknya negara-negara yang merdeka, hal ini mengalami perubahan secara 62 Harry Purwanto, Jurnal Opinio Juris: Keberadaan Asas Rebus Sic Stantibus dalam Perjanjian Internasional, http:pustakahpi.kemlu.go.idappKeberadaan 20Asas20Rebus 20Sic20Stantibus20dalam20Perjanjian20Internasional.pdf , hlm. 48-50 diakses pada tanggal 13 Juni 2015, pukul 23.17 WIB signifikan muncul setelah berakhirnya perang 30 tahun, dengan diadakannya Perjanjian Westphalia 1618-1648. Pendapat lain mengatakan bahwa, globalisasi merupakan fenomena baru dalam masyarakat internasional. Karena globalisasi merupakan revolusi global pertama dan merupakan lompatan yang signifikan menuju kenyataan baru ditandai dengan ditemukannya pesawat jet dan komputer yang kemudian dipergunakan secara meluas, dan pada gilirannya memudahkan manusia berkomunikasi atau berinteraksi darimanapun mereka berasal. 63 Semakin meningkatnya saling ketergantungan antar negara, menjadi salah satu faktor pendorong diadakannya kerjasama internasional, yang dalam banyak hal dirumuskan dalam bentuk perjanjian internasional.Dalam pembuatan perjanjian internasional negara-negarapun tunduk pada aturan hukum internasional tentang pembuatan perjanjian internasional. Faktor lain yang mendorong perkembangan dari diadakannya perjanjian internasional adalah seperti: perbedaan falsafah dan pandangan hidup, kebudayaan, ras, agama atau kepercayaan tidak lagi merupakan faktor penghambat dalam mengadakan hubungan dan kerjasama; kemajuan iptek yang membawa dampak positif dan negatif mendorong perlunya pengaturan-pengaturan yang tegas dan pasti yang dirumuskan dalam bentuk perjanjian internasional; substansi yang diatur dalam perjanjian internasional tidak hanya mengatur objek yang ada dibumi saja tetapi juga yang berada diluar bumi seperti ruang angkasa dan lainya; pengaturan suatu masalah dalam bentuk perjanjian internasional lebih menjamin kepastian hukum 63 ibid dan kejelasan, sehingga memperkecil kemungkinan timbulnya perselisihan atau persengketaan antar para pihak. 64 Sebagai salah satu subyek hukum internasional, suatu organisasi internasional memiliki kapasitas untuk dapat memprakarsai lahirnya suatu perjanjian internasional, yang mana perjanjian tersebut berkenaan dengan bidang kegiatan ataupun berkenaan dengan maksud dan tujuan dari organisasi internasional itu sendiri. Seperti diketahui, organisasi internsional yang bersifat, baik yang berada di dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB seperti badan- badan khusus specialized agencies yakni ILO, UNESCO, UNICEF, WHO, UNHCR, dan lain-lain, maupun organisasi diluar PBB, seperti OPEC, ICRC, ICO, dan lain-lain dapat memprakarsai suatu perjanjian internasional dalam bidang yang bersangkutan. 65 Organisasi internasional sebagai subjek hukum yang mempunyai personalitas yuridik internasional, ia ditugaskan oleh negara-negara untuk melakukan berbagai kegiatan, organisasi-organisasi internasional inipun dilengkapi dengan hak-hak istimewa dan kekebalan-kekebalan. Keistimewaan dan kekebalan ini bukan saja diberikan kepada organisasi tetapi juga kepada para pegawainya. 66 64 Selayang Pandang Hukum Perjanjian Internasional, http:pustaka ilmuhukum. blogspot.compselayang-pandang-hukum-perjanjian.html , diakses pada tanggal 14 Juni 2015, pukul 00.16 WIB 65 op.cit, I Wayan Parthiana, hlm. 48 66 Boer Mauna, Hukum Internasional; Pengertian, Peranan Dan Fungsi Dalam Era Dinamika Global, Bandung: Alumni, 2000, hlm. 455 Tujuan dari pemberian kekebalan dan keistimewa pada suatu organisasi internasional adalah untuk memungkinkan mereka melaksanakan fungsi- fungsinya secara mandiri, tidak berpihak dan efisien bukan untuk memberikan mereka suatu tingkat atau status pengecualian ekstra teritorialitas mereka. Mengenai kekebalan dan imunitas ini, JENKS berpendapat: 67 Perjanjian-perjanjian yang diikuti oleh organisasi-organisasi internasional, baik itu perjanjian antara organisasi-organisasi internasional yang berbeda, antara negara-negara dan organisasi internasional, bilateral maupun multilateral, dewasa ini merupakan hal yang biasa dan meskipun ini ditemui sebelum berdirinya PBB dan badan-badan khusus, tidak diragukan lagi bahwa perjanjian demikian di dalam PBB atau badan-badan khusus telah memperoleh bentuk umum yang menentukan hubungan, atau menentukan hak-hak dan kewajiban, berdasarkan hukum internasional. Hal ini diakui dalam International Law Commission on ”Tujuan dari imunitas internasional adalah untuk melindungi tanggungjawab-tanggungjawab internasional mereka dan mereka menuntut perlindungan terhadap Negara dari mana pegawai itu berasal selengkap mungkin, dan mungkin lebih lengkap daripada perlindungan yang diberikan kepadanya terhadap Negara lain”. Oleh karena itu, untuk mengakomodir kegiatan dari suatu organisasi internasional, dibuatlah perjanjian yang mana memberikan keistimewaan dan imunitas kepada organisasi yang bersangkutan untuk dapat menjalankan fungsinya di kedaulatan negara yang bersangkutan. 67 D. W. Bowett Q. C. LL. D, Hukum Organisasi Internasional, Jakarta: Sinar Grafika, 2007, hlm. 451 Treaties yang dibentuk antara negara-negara dan organisasi-organisasi internasional atau di antara organisasi-organisasi internasional satu sama lain. 68 Contoh lain dari perjanjian yang dibuat antara organisasi internasional dengan negara adalah host country agreement. Istilah Host Country Agreement itu sendiri dapat kita temui dalam beberapa instrumen hukum yang dibuat oleh suatu organisasi dengan negara tuan rumah, contohnya Agreement between the Government of the Republic of Indonesia and the Association of Southeast Asian Nations ASEAN on Hosting and Granting Privileges and Immunities to the ASEAN Secretariat Berkaitan dengan semakin berkembangnya organisasi internasional dewasa ini, memberi dampak semakin berkembang juga perjanjian internasional yang telah dibuat.Seperti telah dikatakan sebelumnya, suatu organisasi internasional dapat membuat suatu perjanjian internasional, yang mana perjanjian tersebut berkenaan dengan bidang kegiatan ataupun berkenaan dengan maksud dan tujuan dari organisasi internasional itu sendiri. Hal ini berlaku dalam hal pembuatan markas, sekretariat, atau kantor organisasi internasional di satu negara yang merupakan negara anggota dari organisasi internasional itu sendiri. Sebagai contoh, Headquarters Agreement between the Organization of American States and the Government of the United States of America yang merupakan bentuk perjanjian dimana PBB bertindak sebagai orgaisasi internasional yang memiliki kebutuhan untuk mendirikan markas PBB di New York, Amerika Serikat. 69 68 ibid , Host Country Agreement between The Nordic Development 69 Indonesia and ASEAN Sign Host Country Agreement, http:www.asean. Org newsasean-secretariat-newsitemindonesia-and-asean-sign-host-country-agreement , diakses tang gal 11 Juni 2015, pukul 19.30 WIB Fund and The Government of the Republic of Finland 70 , dan Host Country Agreement between The Government of the Kingdom of Norway and The Artic Council Secretariat 71 Berdasarkan Pasal 2 Host Country Agreement yang dibuat antara ASEAN dan Indonesia, dijelaskan bahwa ASEAN memiliki kapasitas hukum untuk membuat kontrak, memperoleh dan menghapus barang bergerak dan tidak bergerak sesuai dengan peraturan peraturan perundang-undangan di Indonesia, dan melaksanakan dan membela diri pada suatu proses hukum. Pengaturan serupa juga dapat ditemukan pada Artikel 2 Host Country Agreement antara Finlandia dan The Nordic Development Fund, serta Host Country Agreement antara Norwegia dan The Artic Council Secretariat. Ketiga instrumen ini, secara umum mengatur berjalannya organisasi internasional dalam hal status hukum dan personalitas hukum, hak-hak khusus, imunitas, fasilitas yang diterima pihak organisasi internasional, termasuk alamat tetap kantor utama. Contoh lain adalah Host Country Agreement yang dilakukan antaraIndonesia dan International Fund for Agricultural Development IFAD dalam pendirian kantor regional IFAD di Jakarta . 72 70 Host Country Agreement between The Nordic Development Fund and The Government of the Republic of Finland, untuk memberikan status hukum yang memungkinkan IFAD menjalankan fungsinya. http:www.ndf.fisitesndf.fifilesattachhost_country_agreement.pdf , diakses pada tanggal 11 Juni 2015, pukul 20.17 WIB 71 Host Country Agreement between The Government of the Kingdom of Norway and The Artic Council Secretariat, http:webcache.googleusercontent.comsearch?q=cache:53iV5U_- TY0J:www.arctic-council.orgindex.phpendocument-archivecategory517-arctic-council- secretariat-documents3Fdownload3D2172:acs-host-country- agreement+cd=1hl=idct=clnk , diakses pada tanggal 11 Juni 2015, pukul 20.28 WIB 72 IFAD Officially Opens a Regional Office in Jakarta, http:www. kemenkeu. go.idenSPifad-officially-opens-regional-office-jakarta , diakses pada tanggal 11 Juni 2015, pukul 21.19 WIB Secara historis, praktek pemberian fasilitas dan hak-hak istimewa tersebut berasal dari keberadaan PBB sebagai organisasi internasional yang beranggotakan sebagian besar negara-negara di dunia.Landasan hukum pemberian keistimewaan dan imunitas tersebut adalah Convention on the Privileges and Immunities of the United Nations1946, pengaturan lebih lanjut mengenai pemberian keistimewaan dan imunitas kepada UN Specialized Agency diatur dalam United Nation Convention on the Privileges and Immunities of the Specialized Agencies 1947. Tidak terdapat definisi spesifik atas “Host Country Agreement”, namun pada prinsipnya dapat diartikan bahwa Host Country Agreement adalah perjanjian yang mengatur kewajiban masing-masing pihak, serta memberikan status hukum, hak-hak khusus, imunitas dan keistimewaan diplomatik antara suatu negara sebagai tuan rumah dengan pihak lain yang biasanya berupa organisasi internasional yang berkedudukan di negara tersebut. Beberapa hal yang diatur dalam Host Country Agreement HCA antara lain: juridictional personality, property, funds and assets, communication facilities, officials, experts dan tax exemption.

B. Host Country Agreement HCA Sebagai Dasar Pendirian Sekretariat