Kedudukan Status Perjanjian Internasional Antara Indonesia Dengan Asean Dalam Pendirian Sekretariat Asean Di Jakarta Terkait Dengan Host Country Agreement (Hca)

C. Kedudukan

Asociation of Southeast Asian Nations ASEAN Sebagai Suatu Organisasi Internasional Regional Menurut Hukum Internasional Suatu organisasi internasional yang dibentuk melalui suatu perjanjian dengan bentuk “instrumen pokok” apa pun akan memiliki personalitas hukum di dalam hukum internasional. Hal ini mutlak penting guna memungkinkan suatu organisasi internasional dapat berfungsi dalam hubungan internasional, khususnya kapasitasnya untuk melaksanakan fungsi hukum seperti membuat kontrak, membuat perjanjian dengan suatu negara atau mengajukan tuntutan dengan negara lainnya, seperti yang dikatakan oleh Maryan Green: 45 Di dalam membentuk organisasi internasional semacam itu, negara-negara anggotanya melalui organisasi tersebut akan berusaha mencapai tujuan bersama dalam berbagai aspek kehidupan internasional, dan bukan untuk mencapai tujuan masing-masing negara atau pun suatu tujuan yang tidak dapat disepakati bersama. Guna mencapai tujuan itu sebagai suatu kesatuan, organisasi internasional harus mempunyai kemampuan untuk melaksanakannya atas nama semua negara “The endowment of an international organization with a legal personality in public international law is therefore, a ‘sine qua non’ of achieving the object for which the organization was set up”. 45 Sumaryo Suryokusumo, Hukum Organisasi Internasional, Jakarta, Penerbit Universitas Indoesia UI-Press, 1990, hlm. 110 anggotanya. Tindakan yang dilakukan oleh organisasi internasional semacam itu pada hakikatnya merupakan hak yang dijamin oleh hukum internasional. 46 Organisasi Internasional dalam arti luas pada hakikatnya tidak saja meliputi organisasi internasional publik Public International Organization tetapi juga organisasi internasional privat Private International Organization. Untuk membedakan kedua jenis organisasi internasional tersebut, dapat dilihat dari penjelasan berikut: 47 1. Organisasi Internasional Publik atau sering juga disebut sebagai Organisasi Antar-Pemerintah Intergovermental Organization. Tetapi karena keanggotaannya adalah negara, maka organisasi tersebut lazim hanya disebut sebagai organisasi internasional. Tindakan-tindakan yang dilakukan oleh Pemerintah adalah mewakili negaranya sebagai pihak organisasi internasional tersebut. Organisasi internsional hanya akan dibedakan menurut prinsip-prinsip keanggotaannya yang akan dianut seperti: a. Prinsip universalitas, seperti yang dianut oleh PBB termasuk badan khususnya dimana keanggotaannya tidak membedakan besar kecilnya negara, meskipun untuk menjadi anggota dari organisasi jenis ini masih mempunyai syarat-syarat tertentu. Seperti yang termuat dalam Pasal 4 Piagam PBB bahwa keanggotaan PBB terbuka untuk semua negara yang cinta damai, yang menerima kewajiban-kewajiban internasional dan ditetapkan oleh Majelis Umum PBB atas rekomendasi Dewan Keamanan. 46 ibid 47 Sumaryo Suryokusumo, Studi Kasus Hukum Organisasi Internasional, PT Alumni, Bandung 2012, hlm. 37 b. Prinsip kedekatan wilayah, yang mana anggota dalam organisasi jenis ini hanya dibatasi pada negara-negara yang berada di wilayah tertentu saja, seperti Association of South East Asian Nation ASEAN yang berada di wilayah Asia Tengara. Negara diluar kawasan ini, tidak dapat menjadi anggotanya. c. Prinsip selektivitas, yang melihat dari segi kebudayaan, agama, etnis, pengalaman sejarah dan sesama produsen seperti Liga Arab, Organisasi Negara-negara Persemakmuran, Organisasi Konferensi Islam, OPEC, Masyarakat Eropa, Persemakmuran Negara-negara Merdeka dan lain sebagainya. 2. Organisasi Internasional Privat merupakan organisasi yang dibentuk atas dasar non pemerintah, karena itu sering disebut sebagai Organisasi Non- Pemerintah Non-Governmental Organization atau yang sering kita sebut sebagai Lembaga Swadaya Masyarakat yang anggotanya merupakan badan- badan swasta atau perorangan. Setelah dijelaskan perbedaan antara Inter Governmental Organization IGO dan Non Governmental Organization NGO, perlu juga dilihat bagaimana kedudukan kedua jenis organisasi internasional ini sebagai subjek hukum internasional.Subjek hukum internasional adalah pemegang hak dan kewajiban menurut hukum dan pemegang hak dan kewajiban itu adalah kemampuan untuk mengadakan hubungan-hubungan hukum dengan sesama pemegang hak dan kewajiban hukum. 48 Dalam hukum internasional subjek yang dimaksud tersebut termasuk negara, organisasi internasional, dan kesatuan-kesatuan lainnya.Karena itu, kemampuan untuk bertindak hakikatnya merupakan personalitas dari suatu subjek hukum internasional tersebut.Setiap organisasi internasional mempunyai personalitas hukum dalam hukum internasional maupun hukum nasional. Tanpa adanya personalitas hukum, maka suatu organisasi internasional tidak akan mampu melakukan suatu tindakan hukum. Subjek hukum dalam jurisprudensi secara umum dianggap mempunyai hak dan kewajiban yang menurut hukum dapat dilaksanakan.Dengan demikian, subjek hukum yang ada di bawah sistem hukum internasional merupakan personalitas hukum yang mampu untuk melaksanakan hak dan kewajiban tersebut. 49 Kedudukan suatu organisasi internasional dalam kaitannya dengan hukum internasional pada hakikatnya menyangkut kelengkapan organisasi internasional tersebut dalam memiliki suatu kapasitas untuk melakukan suatu tindakan hukum, baik dalam kaitannya dengan negara lain maupun negara-negara anggotannya, termasuk kesatuan entity lainnya. Kapasitas itu diakui dalam hukum internasional international legal capacity.Hal ini tidak saja hanya melihat bahwa organisasi internasional itu sendiri sebagai subjek hukum internasional, tetapi juga 48 Sri Setianingsih Suwardi, Pengantar Hukum Organisasi Internasional, UI Press, Jakarta, 2004, hlm. 5 49 op.cit, Sumaryo Suryokusumo, hlm. 45 karena organisasi itu harus menjalankan fungsinya secara efektif sesuai dengan mandat yang telah dipercayakan oleh para anggotanya. 50 Dari segi hukum, organisasi internasional sebagai kesatuanyang telah memiliki personalitas tersebut, tentunya akan mempunyai wewenangnya sendiri untuk mengadakan tindakan-tindakan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dalam instrumen pokoknya maupun keputusan organisasi internasional tersebut, yang telah disetujui oleh para anggotanya. 51 Dalam hal ini ASEAN sebagai suatu organisasi internasional regional memiliki suatu personalitas yang pada akhirnya akan menjelaskan kedudukan ASEAN itu sendiri sebagai suatu organisasi internasional regional dalam hukum internasional, hal ini dapat dilihat melalui suatu kajian berdasarkan will theory. Will theory mendasarkan ada tidaknya personalitas hukum suatu organisasi internasional pada kehendak para pendirinya. Apabila para pendirinya berkehendak untuk memberikan personalitas hukum kepada organisasi internasional yang hakekatnya merupakan “kreasi” mereka, maka personalitas hukum tersebut dimiliki oleh organisasi internasional yang bersangkutan. 52 50 op.cit, hlm. 120 51 ibid 52 Simon Chesterman, Does ASEAN Exist? The Association of Asian Nations As An International Legal Person, Singapore, 2008, hlm. 202. Simon Chesterman mengemukakan bahwa ASEAN merupakan salah satu organisasi internasional yang memperoleh personalitas hukum berdasarkan will theory. Hal ini dapat dikaitkan dengan Pasal 3 Piagam ASEAN yang berbunyi “ASEAN, as an inter-governmental organization, is hereby conferred legal personality” 53 1. ASEAN merupakan organisasi antar-pemerintah; dan Berdasarkan ketentuan pasal tersebut, dapat diketahui dua hal: 2. Para anggota ASEAN pendiri ASEAN berkehendak untuk memberikan personalitas hukum terhadap ASEAN. Ian Brownlie mengemukakan bahwa terdapat tiga atribut yang menentukan apakah suatu organisasi internasional dapat dikatakan memiliki personalitas hukum, yakni: 54 Chesterman mengemukakan tiga tolak ukur yang dikemukakan oleh Ian Brownlie untuk menganalisa apakah ASEAN memiliki personalitas hukum dalam hukum internasional: perhimpunan yang bersifat permanen, dengan tujuan yang sah, dan memiliki organ kelengkapan; pemisahan fungsi dan kewenangan hukum antara organisasi yang bersangkutan dan anggota-anggotanya; dan terdapat kewenangan hukum yang dapat dijalankan dalam ranah hukum internasional dan bukan hanya di dalam sistem hukum nasional satu atau beberapa negara. 55 1. ASEAN Merupakan Perhimpunan yang Bersifat Permanen ASEAN merupakan perhimpunan permanen yang terdiri dari negara-negara di Asia Tenggara dan memiliki tujuan yang sah berdasarkan hukum dan dilengkapi organ-organ untuk menjalankan fungsi organisasi tersebut. 2. Kewenangan Hukum yang Terpisah antara ASEAN dengan Anggotanya 53 Charter of the Association of Southeast Asian Nation2007, Pasal 3 54 op.cit, Simon Chesterman, hlm. 204 55 ibid, hlm. 205 Tommy Koh, Walter Woon, dan Chan Sze-Wei berargumen bahwa tujuan dari Piagam ASEAN adalah untuk menciptakan organisasi internasional yang lebih berdasarkan pada hukum. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Tommy Koh dan kawan-kawan dalam artkel yang berjudul “Charter Makes ASEAN Stronger, More United, and Effective”, pendekatan ASEAN Way yang berfokus pada musyawarah dan mufakat perlu dilengkapi dengan kebiasaan yang lebih terikat pada peraturan tertulis. Dalam ranah ekonomi, kewenangan hukum ASEAN yang terpisah dari kewenangan hukum para anggotanya dapat dilihat dari perjanjian-perjanjian yang dibuat ASEAN dengan pihak eksternal, seperti The Framework Agreement for Enhancing ASEAN Economic Cooperation 56 3. Kewenangan Hukum ASEAN dapat Dijalankan Berdasarkan Hukum Internasional yang telah memberikan dasar bagi perjanjian-perjanjian dalam bidang perdagangan bebas, kerjasama industrial, dan penanaman modal langsung. Pada bulan Desember 2006, ASEAN memperoleh status observer di Majelis Umum PBB. 57 56 Association of Southeast Asian Nations,Framework Agreements on Enhancing ASEAN Economic Cooperation, Singapura, 28 Januari 1992, Dalam hal ini ASEAN memiliki kapasitas untuk berbicara dalam pertemuan-pertemuan yang diadakan oleh Majelis Umum PBB, hak berpartisipasi melalui voting untuk hal-hal yang bersifat prosedural, tetapi tidak dapat turut serta http:www.aseansec.org12374.htm , diakses 28 Mei pukul 02.39 WIB 57 United Nations, “Intergovermental Organizations Having Received a Standing Invitation to Participate as Observers in the Sessions and The Work of the General Assembly and not Mantaining Permanent Offices at Headquarters”, http:www.un.orgenmembersintergo vorg.shtml , diakses pada tanggal 28 Mei 2015, pukul 04.15 WIB melakukan voting untuk resolusi-resolusi yang membahas hal-hal yang bersifat substansial. Status observer ASEAN ini, menggambarkan bahwa ASEAN diterima sebagai suatu entitas di dalam hukum internasional.Namun, hal penting mengenai ada tidaknya kewenangan hukum ASEAN dalam hukum internasional dapat dilihat dari kemampuan ASEAN untuk mengadakan perjanjian internasional sebagai suatu entitas tersendiri, bukan sebagai perwakilan negara-negara anggotanya. Contohnya adalah, Agreement Between the Government of Indonesia and ASEAN Relating to the Privileges and Immunities of The ASEAN Secretariat 1979 yang ditandatangani oleh Sekretaris Jenderal ASEAN. Perjanjian tersebut hanya mengatur status ASEAN di wilayah Indonesia. 58 Namun, dalam perjanjian-perjanjian yang memuat substansi penting atau yang akan mengikat masing-masing negara anggota secara individual, penandatanganan dilakukan oleh perwakilan dari masing-masing negara anggota. Contohnya adalah pembuatan perjanjian ASEAN-China Free Trade Di luar daerah Indonesia, Pejabat ASEAN merupakan warga negara dari masing-masing negara asalnya. Bila dilihat dalam hal ini, personalitas hukum internasional ASEAN belum sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Brownlie. Perjanjian ini hanya melahirkan status bagi ASEAN dan pejabatnya di dalam wilayah Indonesia saja, tetapi bukan di negara- negara lainnya. 58 Association of Southeast Asian Nations,Agreement Between the Government of Indonesia and ASEAN Relating to the Privileges and Immunities of the ASEAN Secretariat, Jakarta 20 Januari 1979, http:www.aseansec.org1268.htm , diakses pada tanggal 19 Mei pukul 14.11 WIB AgreementACFTA 59 59 ASEAN-China Free Trade Area ACFTA merupakan tindak lanjut dari kesepakatan antara negara-negara ASEAN dengan Republik Rakyat China mengenai Framework Agreement on Comprehensive Economic Co-operation between the Association of South East Asian Nations and the People’s Republic of China yang ditandatangani oleh perwakilan kesepuluh negara ASEAN dan Cina. Hal ini dapat dilihat dari alinea pertama perjanjian ini, yang berbunyi: “WE, the Head of GovernmentState of Brunei Darussalam, the Kindom of Cambodia, the Republic of Indonesia, the Lao People’s Democratic Republic, Malaysia, the Union of Myanmar, the Republic of the Philippines, the Republic of Singapore, the Kingdom of Thailand and the Socialist Republic of Vietnam, Member States of the Association of South East Asian Nations collectively, “ASEAN” or “ASEAN Member States”, or individually, “ASEAN Member State”, and the People’s Republic of China “China”” Pasal 41 ayat 7 Piagam ASEAN menyatakan bahwa ASEAN dapat menandatangani perjanjian-perjanjian dengan negara bukan anggota maupun organisasi sub-regional, regional, dan internasional lain. Prosedur pembuatan perjanjian tersebut diatur oleh Dewan Koordinasi ASEAN melalui konsultasi dengan Dewan Komunitas ASEAN.Eminent Person Groups EPG, merekomendasikan agar Sekretaris Jenderal ASEAN memainkan peran yang lebih besar dalam mengelola hubungan eksternal ASEAN.Dari hal ini, ASEAN memenuhi tiga tolak ukur yang dikemukakan oleh Ian Brownlie.Dengan demikian, ASEAN merupakan organisasi internasional yang memiliki personalitas hukum berdasarkan hukum internasional. Framework Agreement , yang ditandatangani di Phnom Penh, pada 4 Nopember 2002. Tujuan Framework Agreement ACFTA adalah: memperkuat dan meningkatkan kerjasama perdagangan kedua pihak, meliberalisasikan perdagangan barang dan jasa melalui pengurangan atau penghapusan tarif, mencari area baru dan mengembangkan kerjasama ekonomi yang saling menguntungkan kedua pihak, memfasilitasi integrasi ekonomi yang lebih efektif dengan negara anggota baru ASEAN dan menjembatani kesenjangan yang ada di kedua belah pihak. Dikutip dari Amrie Hakim, Dasar Hukum Pemberlakuan ACFTA, http:www.hukumonline.comklinikdetaillt4b04bef2aa8eedasar-hukum-pemberlakuan-acfta , diakses pada tanggal 1 Juni 2015, pukul 16.41 WIB Personalitas hukum organisasi internasional dalam kaitannya dengan hukum nasional pada hakikatnya menyangkut keistimewaan dan kekebalan bagi organisasi internasional itu sendiri, yang berada di wilyah suatu negara anggota terhadap wakil-wakil dari negara anggotanya dan juga bagi pejabat-pejabat sipil internasional yang bekerja pada organisasi internasional tersebut.Hampir semua instrumen pokok mencantumkan ketentuan bahwa organisasi internasional yang dibentuk itu mempunyai kapasitas hukum dalam rangka menjalankan fungsinya atau memiliki personalitas hukum, tetapi ada kalanya ketentuan semacam itu dicantumkan dalam perjanjian secara terpisah bagi beberapa organisasi internasional. 60 Berkaitan dengan personalitas hukum yang dimiliki organisasi internasional, Piagam ASEAN memberikan dasar hukum atas eksistensi personalitas hukum dari ASEAN. Akan tetapi, sebelum mengadopsi Piagam ASEAN pun, ASEAN telah mengadakan hubungan eksternal sebagai entitas tersendiri. Kewenangan mengadakan hubungan eksternal sebagai entitas tersendiri yang diakui oleh hukum internasional merupakan indikasi adanya personalitas hukum dari suatu organisasi internasional. 61 Setelah berbicara tentang personalitas hukum yang menjadi kedudukan hukum dari suatu organisasi internasional itu sendiri baik pada tingkat Dalam hal ini, ASEAN beberapa kali menjadi pihak dalam perjanjian internasional dengan negara dan organisasi internasional lain, dalam kapasitasnya sebagai organisasi internasional, bahkan sebelum adanya Piagam ASEAN. 60 op.cit, Anggota IKAPI, hlm. 54 61 op.cit, Simon Chesterman, hlm. 206-207 internasional maupun nasional, selanjutnya dalam kedudukan itulah kemudian organisasi-organisasi internasional menjalankan fungsinya.Fungsi yang dimaksud disini merupakan fungsi-fungsi hukum yang harus dijalankan organisasi internasional tersebut.Dalam hal ini ASEAN telah menjadi organisasi internasional non-pemerintah dengan personalitasnya yang berperan dalam dunia internasional dan bahkan hukum internasional itu sendiri.ASEAN melakukan tindakan-tindakan yang menunjukkan kapasitas dari personalitas hukum internasional, dimana ASEAN berperan penting dalam menentukan interaksi strategis dalam ranah internasional dan juga terhadap kawasan Asia Tenggara. BAB III KEBERADAAN HOST COUNTRY AGREEMENT HCA DALAM PENDIRIAN SEKRETARIAT ASEAN DI JAKARTA

A. Host Country Agreement HCA dan Perkembangannya dalam