Keaslian Penelitian Tinjauan Kepustakaan

Utara agar dapat memahami bagaimana keberadaan Host Country Agreement dalam perjanjian pendirian Sekretariat ASEAN di Indonesia.

D. Keaslian Penelitian

Penelitian ini adalah asli, sebab ide, gagasan pemikiran dalam penelitian ini bukan merupakan hasil ciptaan atau hasil penggandaan dari karya tulis orang lain yang dapat merugikan pihak-pihak tertentu. Demikian penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan keasliannya dan belum pernah ada judul yang sama, demikian juga dengan pembahasan yang diuraikan berdasarkan pemeriksaan oleh Perpustakaan Universitas Cabang Fakultas Hukum Universitas Sumatera UtaraPusat Dokumentasi dan Informasi Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara tertanggal 11 September 2014. Dalam hal mendukung penelitian ini, dipakai pendapat-pendapat para sarjana yang ada hubungannya dengan masalah dan pembahasan yang disajikan.

E. Tinjauan Kepustakaan

Penelitian ini memperoleh bahan tulisannya dari berbagai sumber yang dapat dipercaya dan dapat dipertanggungjawabkan berupa buku-buku, laporan- laporan, dan informasi dari internet. Untuk itu akan diberikan penegasan dan pengertian dari judul penelitian yang diambil dari sumber-sumber yang memberikan pengertian terhadap judul penelitian ini, yang ditinjau dari sudut etimologi dan pengertian-pengertian lainnya dari sudut ilmu hukum maupun dari pendapat para sarjana, sehingga mempunyai arti yang lebih tegas. Pengertian judul “STATUS PERJANJIAN INTERNASIONAL ANTARA INDONESIA DENGAN ASEAN DALAM PENDIRIAN SEKRETARIAT ASEAN DI JAKARTA TERKAIT DENGAN HOST COUNTRY AGREEMENT HCA” dapat diartikan secara etimologis: Perjanjian Internasional adalah perjanjian yang diadakan antara anggota masyarakat bangsa-bangsa dan bertujuan untuk mengakibatkan akibat hukum tertentu.Jadi termasuk di dalamnya perjanjian antar negara dan perjanjian antara suatu organisasi internasional dengan organisasi internasional lannya.Juga dapat dianggap sebagai perjanjian internasional, perjanjian yang diadakan antara Tahta Suci dengan negara-negara. Sebaliknya tidak dapat dianggap sebagai perjanjian internasional dalam arti diutarakan di atas perjanjian internasional dalam arti diutarakan di atas perjanjian tidak adil unequal treaties yang pernah diadakan di masa lampau, contohnya serikat-serikat dagang yang besar, seperti East India Company dan Verenigde Oost Companiedengan kepala-kepala negeri bumi putera. 23 Perjanjian internasional dapat dibedakan menjadi beberapa golongan, seperti: Dari uraian ini jelaslah dikemukakan bahwa untuk dapat dinamakan perjanjian internasional, suatu perjanjian harus diadakan oleh subyek hukum internasional yang juga merupakan anggota masyarakat internasional. 24 1. Perjanjian Internasional Ditinjau dari Jumlah Pesertanya Dalam pembuatan suatu perjanjian internasional, dapat dilakukan oleh dua negara, tiga, maupun lebih dari itu.Secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni perjanjian internasional bilateral yaitu perjanjian internasional yang jumlah peserta atau pihak-pihak yang terikat di 23 T. May Rudy, Hukum Internasional, Bandung: PT Refika Aditama, 2006, hlm. 4 24 I Wayan Parthiana, Pengantar Hukum Internasional, Bandung: Mandar Maju, 2003, hlm. 210 dalamnya terdiri atas dua negara saja, serta perjanjian internasional multilateral yaitu perjanjian internasional yang peserta atau pihak-pihak yang terikat di dalam perjanjian itu lebih dari dua negara. Perbedaan antara perjanjian bilateral dan perjanjian multilateral ini berkaitan dengan masalah persyaratan, dan sifat atau hakekat dari kaidah hukum yang dapat timbullahir dari isi perjanjian tersebut. Dalam perjanjian bilateral, kedua pihak harus tunduk secara penuh atau secara keseluruhan terhadap semua isipasal dari perjanjian tersebut atau sama sekali tidak mau tunduk sehingga perjanjian tersebut tidak akan pernah mengikat dan berlaku sebagai hukum positif. Sedangkan dalam perjanjian multilateral, negara- negara yang hendak mengikatkan dirinya dapat mengajukan persyaratan sepanjang tidak secara tegas dilarang oleh perjanjian itu dan sepanjang tidak bertentangan dengan maksud dan tujuan perjanjian tersebut.Dengan demikian, tunduk atau terikatnya suatu negara pada suatu perjanjian internasional tidak perlu harus secara penuh, tanpa merombak atau merubah lagi rumusan naskah atau pasal-pasal yang telah dihasilkan. 2. Perjanjian Internasional Ditinjau dari Kaidah Hukum yang Dilahirkannya Ditinjau dari kaidah hukum yang dilahirkannya, perjanjian internasional terbagi menjadi dua, yaitu: a. Perjanjian internasional yang melahirkan kaidah hukum yang khusus berlaku bagi pihak-pihak yang bersangkutan, atau yang lazim disebut treaty contract atau perjanjian khusus. b. Perjanjian internasional yang melahirkan kaidah-kaidah hukum yang berlaku umum atau yang terbuka bagi pihak ketiga, atau disebut law making treaty atau perjanjian umum. 3. Perjanjian Internasional yang Ditinjau dari Prosedur atau Tahap Pembentukannya. Ditinjau dari prosedur atau tahap pembentukannya, maka suatu perjanjian internasional dapat dibedakan antara: a. Perjanjian Internasional yang Melalui Dua Tahap. Kedua tahap ini adalah tahap perundingan negotiation dan tahap penandatanganan signature.Dalam tahap perundingan, wakil- wakil para pihak bertemu dalam suatu forum atau tempat yang secara khusus membahas dan merumuskan pokok-pokok masalah yang dirundingkan itu.Selanjutnya pada tahap kedua yaitu tahap penandatanganan, maka perjanjian itu telah mempunyai kekuatan mengikat bagi para pihak yang bersangkutan.Dengan demikian, tahap terakhir ini mempunyai makna sebagai pengikatan diri dari para pihak terhadap naskah perjanjian yang telah disepakati itu. b. Perjanjian Internasional yang Melalui Tiga Tahap Pada jenis perjanjian internasional ini, ditambahkan satu tahap terakhir yaitu tahap pengesahan ratification.Pada tahap ini, agar perjanjian yang telah ditandatangani oleh wakil-wakil tersebut mengikat bagi para pihak, maka wakil-wakil tersebut harus mengajukan pada pemerintah negaranya masing-masing untuk disahkan atau diratifikasi.Jadi, dengan dilaluinya tahap pengesahan dan tahap ratifikasi ini, barulah perjanjian itu dapat berlaku atau mengikat bagi para pihak yang bersangkutan. 4. Perjanjian Internasional Ditinjau dari Jangka Waktu Berlakunya Pembedaan atas perjanjian internasional berdasarakan atas jangka waktunya, secara mudah dapat diketahui pada naskah perjanjian itu sendiri.Sebab tentang jangka waktu berlakunya ini, di dalam beberapa perjanjian internasional ditentukan secara tegas. Misalnya, untuk jangka waktu lima tahun, sepuluh tahun dan seterusnya. ASEAN adalah suatu Perhimpunan Regional dari negara-negara merdeka di kawasan Asia Tenggara yang didirikan di Bangkok pada 8 Agustus 1967, dengan ditanda-tanganinya Deklarasi ASEAN oleh negara- negara pendirinya yakni Republik Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand. Ke lima negara ini selain merupakan negara pendiri ASEAN, mereka juga merupakan negara-negara anggota ASEAN yang pertama. Hal ini mengingat bahwa menurut Deklarasi ASEAN, Perhimpunan Regional ini keanggotaannya terbuka bagi semua negara yang berada di kawasan Asia Tenggara, dengan syarat bahwa mereka harus menyetujui dasar-dasar dan tujuan organisasi ini sebagaimana yang tercantum di dalam Deklarasi ASEAN. 25 25 1967-1977 Dasawarsa ASEAN, Sekretariat Nasional ASEAN Departemen Luar Negeri Republik Indonesia, hlm. 93 Sekretariat adalah bagian organisasi yang menangani pekerjaan dan urusan yang menjadi tugas sekretaris; kepaniteraan. 26 Sekretariat ASEAN didirikan pada Februari 1976 oleh Menteri Luar Negeri ASEAN. Pada awalnya Sekretariat ASEAN bertempat di Departemen Luar Negeri Indonesia di Jakarta, kemudian berpindah ke Jalan Sisingamangaraja 70A, Jakarta setelah diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia, H.E. Soeharto pada tahun 1981. 27 Host Country Agreement adalah perjanjian yang mengatur kewajiban masing-masing pihak, serta memberikan status hukum, hak-hak khusus, dan imunitas kepada organisasi internasional untuk menjalankan fungsinya di wilayah kedaulatan dari negara tuan rumahhost state. 28 Dalam hal Host Country Agreement antara Indonesia dengan ASEAN ini, ditetapkanlah tugas dan tanggung jawab dari para pihak serta hak istimewa dan kekebalan, yang diberikan oleh Pemerintah Indonesia untuk ASEAN, termasuk Sekretariat, untuk memungkinkannya melakukan fungsi dan tugasnya secara efektif. 29

F. Metode Penelitian