2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Kampar,
3. Sebelah Barat berbatasan dengan Kebupaten Kampar,
4. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Kampar dan Siak.
Kota Pekanbaru terdiri dari 12 kecamatan dan 17 puskesmas yang merupakan unit pelaksana pembangunan kesehatan di wilayah kecamatan, dan sebagai pusat
kesehatan masyarakat khususnya pelayanan penderita tuberkulosis, dari 17 Puskesmas yang ada di Kota Pekanbaru kasus tuberkulosis cukup tinggi, pada tahun
2007 berjumlah 306 kasus dan PMO yang BTA + berjumlah 15 orang, hal ini disebabkan belum adanya kebijakan dari Pemerintah Daerah setempat untuk
memfasilitasi pemakaian APD dalam usaha pencegahan penyakit menular. PMO kadang kala menggunakan sapu tangan sebagai penutup mulut pada saat mengawasi
penderita TBC minum obat.
4.2. Analisis Univariat
Analisis univariat dimaksudkan untuk mendeskripsikan masing-masing variabel dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi.
Karakteristik responden meliputi: pendidikan, pengetahuan, motivasi dan beban kerja dapat dilihat pada Tabel 4.1 sebagai berikut:
Rusherina : Determinan Penggunaan Alat Pelindung Diri APD Pada Pengawas Menelan Obat PMO Penderita Tuberkulosis Di Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008
USU Repository © 2008
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Responden PMO Penderita Tuberkulosis di Kota Pekanbaru Tahun 2008
Variabel n Pendidikan
Rendah Tinggi
51 45
53,1 46,9
Pengetahuan
Rendah Tinggi
33 63
34,4 65,6
Motivasi
Rendah Tinggi
60 36
62,5 37,5
Beban Kerja
Ringan Berat
43 54
44,8 55,2
Dari Tabel 4.1 di atas dapat diketahui bahwa dari 96 responden yang menjadi PMO berpendidikan Rendah sebanyak 51 responden 53,1 dan berpendidikan
Tinggi sebanyak 45 responden 46,9.
Pengetahuan responden yang menjadi PMO dapat dilihat bahwa 96
responden mayoritas berpengetahuan rendah yaitu 33 responden 34,4, sedangkan yang berpengetahuan tinggi sebanyak 63 responden 65,6
Motivasi responden yang menjadi POM penderita tuberkulosis dari 96 responden yang bermotivasi rendah 60 responden 62,5 dan bermotivasi tinggi 36
responden 37,5
Rusherina : Determinan Penggunaan Alat Pelindung Diri APD Pada Pengawas Menelan Obat PMO Penderita Tuberkulosis Di Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008
USU Repository © 2008
Beban kerja responden yang menjadi PMO dapat dilihat bahwa dari 96 responden yang memiliki beban kerja ringan yaitu 43 responden 44,8 dan beban
kerja berat 53 responden 39,6.
4.3. Analisis Bivariat
Untuk melihat hubungan antara variabel independen dan variabel dependen maka dilakukan analisis bivariat pada tabel silang dengan menggunakan analisis
statistik chisquare. Pada analisis bivariat ini akan dihubungkan variabel independen pendidikan, pengetahuan, motivasi dan beban kerja dengan variabel dependen yaitu
penggunaan APD oleh pekerja kesehatan.
4.3.1. Hubungan Pendidikan dengan PMO yang Menggunakan APD
Hubungan pendidikan PMO oleh pekerja kesehatan dapat dilihat dari tabel di bawah ini dari 51 PMO penderita TB yang berpendidikan Rendah yang
menggunakan APD sebesarr 22 43,1, sedangkan dari 45 PMO berpendidikan Tinggi yang menggunakan APD sebanyak 46 46,7.
Dari hasil uji statistik didapatkan p = 0,12 0,05, berarti tidak ada hubungan yang signifikan PMO yang berpendidikan tinggi dengan penggunaan APD.
Rusherina : Determinan Penggunaan Alat Pelindung Diri APD Pada Pengawas Menelan Obat PMO Penderita Tuberkulosis Di Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008
USU Repository © 2008
Tabel 4.2. Distribusi Responden Menurut Pendidikan PMO Menggunakan APD di Kota Pekanbaru Tahun 2008
PMO Menggunakan APD Ya Tidak
Total No
Pendidikan
Jml Jml
Jml 1 Rendah
22 43,1 29 56,9 51 100 2 Tinggi
21 46,7 24 53,3 45 100
N=96 X
2
=0,729 p=0,12
4.3.2. Hubungan Pengetahuan dengan PMO Menggunakan APD
Hubungan pengetahuan PMO menggunakan APD dapat dilihat dari tabel di bawah ini. Hasil analisis didapatkan bahwa dari 63 PMO yang mempunyai
pengetahuan tinggi selalu menggunakan APD sebesar 28 44,4, sedangkan 33 PMO yang mempunyai pengetahuan rendah menggunakan APD sebesar 15 45,5 .
Hasil uji statistik didapatkan nilai p=0,090,05, berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara PMO yang berpengetahuan tinggi dalam menggunakan APD.
Rusherina : Determinan Penggunaan Alat Pelindung Diri APD Pada Pengawas Menelan Obat PMO Penderita Tuberkulosis Di Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008
USU Repository © 2008
Tabel 4.3. Distribusi Responden Menurut Pengetahuan PMO Menggunakan APD di Kota Pekanbaru Tahun 2008
PMO Menggunakan APD Ya Tidak
Total No
Pengetahuan
Jml Jml Jml 1
Rendah 15
45,5 18 54,4
33 100 2
Tinggi 28
44,4 36 55,6
63 100 3
Total 43
44,8 53 55,2
96 100 N=96
X
2
=0,925 p=0,09
4.3.3. Hubungan Motivasi PMO Menggunakan APD Penderita TB
Tabel di bawah ini memperlihatkan hubungan motivasi PMO menggunakan APD. Dari tabel silang dapat dilihat bahwa 36 PMO yang bermotivasi tinggi
menggunakan APD Sebanyak 15 41,7. Sedangkan 60 PMO yang bermotivasi rendah menggunakan APD sebanyak 28 46,7.
Hasil uji chi square diperoleh bahwa ada hubungan yang signifikan antara PMO yang menggunakan APD motifasi tinggi dan PMO menggunakan APD dengan
motivasi rendah dengan hasil p=0,220,05.
Rusherina : Determinan Penggunaan Alat Pelindung Diri APD Pada Pengawas Menelan Obat PMO Penderita Tuberkulosis Di Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008
USU Repository © 2008
Tabel 4.4. Distribusi Responden Menurut Motivasi PMO Menggunakan APD di Kota Pekanbaru Tahun 2008
PMO Menggunakan APD Ya Tidak
Total No
Motivasi
Jml Jml Jml 1
Rendah 28 46,7 32 53,3 60 100
2 Tinggi
15 41,7 21 58,3 36 100 3
Total 43 44,8 53 55,2 96 100
n= 96 X
2
= 0,633 p=0,22
4.3.4.
Hubungan Beban Kerja PMO Menggunakan APD
Tabel di bawah ini memperlihatkan hubungan beban kerja PMO menggunakan APD. Dari 53 PMO yang mempunyai beban kerja berat tidak
menggunakan APD. Hasil uji chi square diperoleh bahwa terdapat hubungan yang signifikan
antara PMO yang menggunakan APD mempunyai beban kerja ringan dan PMO menggunakan APD dengan beban kerja berat dengan hasil p=0,0000,05.
Tabel 4.5. Distribusi Responden Menurut Beban Kerja PMO Menggunakan APD di Kota Pekanbaru Tahun 2008
PMO Menggunakan APD Ya Tidak
Total No
Beban Kerja
Jml Jml Jml 1 Ringan
43 100 43 100
2 Berat 53
100 53 100
3 Total 43 44,8 53 55,2 96 100
n=96 X
2
=96.00 p=0,000
Rusherina : Determinan Penggunaan Alat Pelindung Diri APD Pada Pengawas Menelan Obat PMO Penderita Tuberkulosis Di Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008
USU Repository © 2008
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1. Hubungan Pendidikan dengan PMO Penderita Tuberkulosis Menggunakan APD
Pendidikan adalah suatu proses yang unsur-unsurnya terdiri dari masukan yaitu sasaran pendidikan, keluaran yaitu suatu bentuk perilaku baru atau kemampuan
baru dari sasaran pendidikan Notoatmojo, 2002, semakin tinggi pendidikan akan semakin tinggi pola produktivitas kerjanya Simanjuntak, 1985, pendidikan juga
merupakan indikator yang mencerminkan kemampuan seseorang untuk dapat menyelesaikan suatu pekerjaan. Dengan latar belakang pendidikan pula seseorang
dianggap mampu menduduki jabatan tertentu Hasibuan, 2001. Kemampuan berpikir seseorang dapat diperoleh melalui pendidikan,
hubungan ini sesuai dengan teori Bloom, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin mudah untuk menerima dan menangkap informasi yang dibutuhkan Suciati,
2001. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan variabel pendidikan,
responden yang berpendidikan rendah 43,1 menggunakan APD, sedangkan responden yang berpendidikan tinggi 46,7 menggunakan APD, keadaan ini
menunjukkan bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang dapat memberikan kontribusi pengetahuan tentang penggunaan APD, sedangkan hipotesis adanya
Rusherina : Determinan Penggunaan Alat Pelindung Diri APD Pada Pengawas Menelan Obat PMO Penderita Tuberkulosis Di Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008
USU Repository © 2008
hubungan variabel pendidikan dengan PMO menggunakan APD tidak terbukti dengan nilai p =0,12 artinya pendidikan bukan merupakan faktor yang berhubungan
dengan penggunaan APD dalam melakukan pengawasan menelan obat. Tingkat pendidikan dalam melaksanakan tugas sebagai PMO penderita TBC
menggunakan APD kurang mempunyai pengaruh, karena tugas sebagai PMO penderita TBC tidak memerlukan keahlian yang spesifik. Tingkat pendidikan
mempengaruhi kemampuan seseorang dalam mencerna dan memahami suatu masalah, selanjutnya pemahaman dalam membentuk sikap seseorang akan
dipengaruhi oleh lingkungannya dan menghasilkan suatu perilaku tindakan nyata sebagai suatu reaksi, tindakan tersebut dapat berupa tindakan baik atau tindakan
kurang baik. Hasil penelitian ini sependapat dengan penelitian Siahaan, R 2008 melaporkan tingkat pendidikan responden yang rendah menyebabkan kurangnya
pengetahuan, hasil penelitian ini tidak sependapat dengan Panjaitan 2004 yang menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna antara tingkat pendidikan lebih
tinggi dan lebih rendah, namun secara proposional ada kecenderungan PMO yang berpendidikan yang lebih tinggi mempunyai perilaku lebih baik.
Perbedaan jenjang pendidikan pada PMO menurut peneliti tidak berpengaruh terhadap keinginan PMO untuk menggunakan APD, menjadi PMO penderita TBC
oleh keluarga penderita lebih dibutuhkan pada rasa tanggung jawab secara moral agar penderita tidak mangkir.
Rusherina : Determinan Penggunaan Alat Pelindung Diri APD Pada Pengawas Menelan Obat PMO Penderita Tuberkulosis Di Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008
USU Repository © 2008
5.2. Hubungan Pengetahuan dengan PMO Penderita Tuberkulosis