Bentuk Program CSR Bank Nagari dan Manfaatnya Bagi Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Lokal (Studi Pada Program CSR Bank Nagari Cabang Pangkalan)

(1)

KESEJAHTERAAN PETANI PASCA PERALIHAN

DARI PETANI PADI KE PETANI KELAPA SAWIT

DI KELURAHAN UJUNG PADANG

KECAMATAN UJUNG PADANG

KABUPATEN SIMALUNGUN

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial

DISUSUN OLEH BIMA ASHRI ANSHARY

090901058

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015


(2)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahhirobbillalamin penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat-Nya penulis telah mampu menyelesaikan skripsi dengan judul ”Bentuk Program CSR Bank Nagari dan Manfaatnya Bagi Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Lokal (Studi Pada Program CSR Bank Nagari Cabang Pangkalan)” guna memperoleh gelar sarjana sosial di Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Dalam proses penulisan skripsi ini, penulis tentu menemukan berbagai hambatan dan tantangan diantaranya dalam hal pembagian waktu untuk menyelesaikan proses penulisan skripsi dan waktu untuk merawat dan mengantar berobat almarhum Ibu kandung penulis yang sedang berjuang melawan penyakit kanker payudara ketika itu. Namun, berkat rahmat dari Allah SWT akhirnya penulis telah mampu menyelesaikan skripsi ini dengan maksimal.

Terimakasih dan limpahan do’a penulis persembahkan kepada Ibu dan Ayah tercinta yang selama ini telah memberikan limpahan kasih sayang yang sangat berharga kepada penulis. Terimakasih juga penulis ucapkan kepada Ibu Dra Lina Sudarwati selaku pembimbing skripsi yang dengan sabar telah memberikan bimbingan yang sangat berarti dan memberikan masukan yang sangat berarti demi selesainya skripsi ini dengan baik.

Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Prof. Drs. Subhilhar, M.A., Phd selaku Pelaksana Tugas Rektor Universiatas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang juga selaku dosen pembimbimng penulis.

3. Ibu Dra. Lina Sudarwati, M.Si selaku Ketua Departemen Sosiologi beserta seluruh staf Departemen Sosiologi.


(3)

5. Bapak Prof. Dr. Rizabuana, M.Phil selaku Dosen Wali penulis.

6. Bapak/Ibu Dosen Pengajar di Departemen Sosiologi yang telah memberikan ilmunya yang sangat bermanfaat.

7. Bapak/Ibu tim penguji skripsi.

8. Kepada Lurah kelurahan Ujung Padang yang telah memberikan izin penulis untuk melakukan penelitian dan pengambilan data.

9. Kepada seluruh masyarakat Kelurahan Ujung Padang dan masyarakat yang telah menjadi informan dalam penelitian ini dan semua elemen masyarakat Kelurahan Ujung Padang yang telah berkontribusi dalam penelitian ini, terimakasih banyak atas kerja samanya.

10.Kakak-Adik tercinta : Pratiwi Nurhabibi, Ikhsan Bayhaqi, Salsabila Akhmad, Terimakasih untuk semuanya, untuk semua doa dan dukungan yang selalu hadir.

11.Teman-teman sejalan Syahid, Zikri, Yayuk, Fitria, Uni, dan seluruh rekan-rekan di UKMI As-Siyasah FISIP USU.

12.Teman-teman PKL Grup Bandar Khalipah : Mega, Ria, Ridho, Mai, Sauma, Dede, James, Michael, Nela, Mira, Putri, Irvin. Pelajaran yang sangat berharga penulis dapatkan bersama kalian ketika kita belajar di Universitas Kehidupan

13.Teman-teman seperjuangan Sosiologi angkatan 2009: Dede, Joni, Abdurrahman, Johan, Almert, Risman, Sauma, Ridho, Lilis, Putri, Nasrul, Edi, Rani, Sopia Winda, Winda Purwani, Siska, Serdita, , Riya, Mai Yuliarti, May Hermawani, Nova, Fitria, Siti, Palti, Elisabeth Ambarita, Lely, Wely, Wisnu, Lucas, Immanuel, Corry, Willer, Dina, Heni, Sri, Lydia, Onkaruna, Nonni, Bertha, Berry, Christyan, Melita, Dian, Syahid, Ledy, Arfy, Elisabeth Sitohang, Widya, Angeline, Riski, Bernita, Veronica, Monica, James, Bima, Kiki, Dewi, Megasari, Ricardo, Hanna, Yohan, Michael, , Irvin


(4)

. Perjuangan dan kenangan kita bersama akan selalu menjadi memori indah dan pelajaran yang tak terlupakan.

14.Rekan-rekan mahasiswa Departemen Sosiologi serta seluruh rekan-rekan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

15.Terimakasih untuk UKMI Assiyasah FISIP USU untuk ilmu dan pembelajaran yang tak ternilai, terimakasih untuk guru dan sahabat yang telah diberikan, terimakasih untuk tawa dan air mata yang telah dilewati, terimakasih kasih telah mengajarkan arti sebuah pengorbanan, semoga kita dipertemukan dalam pertemuan-pertemuan yang didalamnya penuh dengan kehangatan cinta dan kebahagiaan. Amin.

16.Terimakasih untuk Abangda drg. Armia syahputra yang selalalu mengingatkan dikala lalai menguatkan dikala lemah, terimakasih atas ilmu yang diberikan selama ini semoga menjadi saksi dan pahala amal, terimakasih atas teladan-teladan santun yang selalu terselip dari setiap tindakan, terimakasih atas waktu dan pengorbanan yang telah dberikan dan diajarkan, terimakasih untuk Ukhwuah yang telah terjalani selama ini.

17.Terimakasih untuk kawan kawan ”lingkaran Polonia” atas suport dan semangatnya Juliardi Rahmad syaputra, SE (koko), Hendrik Andika, SE, Syahril Huda, SE, dr. Nindi lizen, dr. Hafiz syaifullah, dr. Hasiholan, dr. Dani, dr. Hasiholan, ferdiansyah, ST, Fadhlan Yazid, ST.

18.Terimakasih untuk kawan-kawan serumah dan teman seperjuangan selama ini : Sulaiman Wibowo, S.kom, M. Idgham Habib, SE, Jaka suwandana, SE, Aji Gustiawan, SE, Aris Munandar SH.i. terimakasih untuk semua cerita dan petualangan yang kita lewati selama ini, semoga kita gapai apa yang kita impikan selama ini.


(5)

19.Terimakasih untuk Aji Gustiawan, SE, Dina Rosana Rangkuti, Spd, Yopi Handoko, ST Tika Setri Utami, Skep, Ulfa Ulan Hadi, Amd, Asni Zahara Rame, S.farm, Apt. Terimaksih untuk 11 tahun Persahabatan.

Mudah-mudahan jasa-jasa semuanya yang telah diberikan kepada penulis dapat menjadi pahala yang berharga dan menuai hasil dari apa yang telah diberikan. Semoga kebaikan akan selalu bersama dengan kita semua, amin.

Penulis menyadari skripsi ini jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca sekalian. Semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat menambah wawasan keilmuan bagi pembaca sekalian. Atas perhatiannya penulis mengucapkan terimakasih.

Medan, Mei 2015 Penulis

Nim : 090901058 Bima Ashri Anshary


(6)

ABSTRAK

Kesejahteraan petani merupakan tujuan pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Merupakan perjuangan setiap keluarga untuk mencapai kesejahteraan anggota keluarganya. Secara sederhana petani dikatakan sejahtera manakala dapat memenuhi kebutuhan dasar anggotanya.Aset penting petani di pedesaan adalah lahan pertanian tempat mereka berusahatani.Pilihan komoditas yang dibudidayakan oleh petani didasarkan pada pilihan rasional dengan berbagaipertimbangan.Oleh karena itu, tidak jarang petani melakukan alih fungsi dari satu jenis tanaman ke jenis tanaman lainnya pada lahan pertaniannya.Pilihan-pilihan yang dilkukan oleh petani dipengaruhi lebih kepada aspek ekonomi yaitu peningkatan ekonomi petani yang berujung kepada kesejahteraan petani.Penelitian ini berlatar belakang dari melihat keadaan yang terjadi di Kelurahan Ujung Padang Kecamatan Ujung Padang Kabupaten Simalungun dimana sebagian besar petani telah melakukan peralihan dari yang sebelumnya bertani padi menjadi bertani kelapa sawit.Peralihan dari petani padi ke petani kelapa sawit yang terjadi di kecamatan Ujung Padang khususnya di kelurahan Ujung padangmulai terjadi sekitar 10-15 tahun terakhir. Peralihan tersebut tidak terjadi secara menyeluruh akan tetapi terjadi secara bertahap.

Tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana kesejahteraan petani setelah melakukan peralihan dari petani padi ke petani kelapa sawit dengan melihat kembali bagaimana kondisi kesejahteraan petani ketika masih bertani padi dan kemudian melihat kondisi kesejahteraan petani setelah bertani kelapa sawit serta faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi petani melakukan peralihan dari bertani padi menjadi bertani kelapa sawit. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara,, dan studi kepustakaan.

Hasil penelitian menunjukan bahwa kesejahteraan petani setelah melakukan peralihan dari bertani padi menjadi kelapa sawit mengalami penin gkatan yang dapat dilihat melalui beberapa indikator yang digunakan yaitu ekonomi, pendidikan dan kesehatan. Dari ketiga indikator tersebut yang paling signifikan terlihat adalah peningkatan ekonomi petani. Dapat diketahui pula kecenderungan petani beralih fungsi yaitu karena ada faktor-faktor yang mempengaruhinya antara lain ekonomi, resiko, dan perawatan.


(7)

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR

ABSTRAK DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL

BABI PENDAHULUAN ... 1

1.1.LatarBelakang ... .. 1

1.2.RumusanMasalah ………..………. 12

1.3.TujuanPenelitian……….. 12

1.4.ManfaatPenelitian ……… 13

1.4.1. ManfaatTeoritis ………..…….. 13

1.4.2. ManfaatPraktis ………..………... 13

1.5.DefenisiKonsep ………..…… 13

BAB II KAJIAN PUSTAKA……… 16

2.1. TeoriPerubahanSosial ………..………. 16

2.2. TeoriPilihanRasional………..………….……….. 17

2.3. Adaptasi ……….…………...……… 19

2.4. UpayaInovasi ………. 20

2.5. Tingkat sosialEkonomi ……… 22

2.6. KesejahteraanSosial ………... . 23

BAB III METODE PENELITIAN………..… 26

3.1. JenisPenelitian ……….. 26

3.2. LokasiPenelitan……….……… 26

3.3. Unit Analisis ... 27

3.4. Informan ………... 27


(8)

3.5 Intepretasi Data ……….………….. 29

3.6. KeterbatasanPenelitian ……….………. 29

BAB IV DESKRIPSI DAN INTERPETASI DATA ... 31

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 31

4.1.1 Kondisi Geografis Kelurahan Ujung Pandang ... 32

4.1.2 Pemerintahan ... 35

4.1.3 Kondisi Demografi ... 36

4.1.4 Sarana Pendidikan ... 39

4.1.5 Fasilitas Kesehatan ... 40

4.1.6 Sektor Pertanian ... 43

4.1.7 Transportasi ... 46

4.1.8 Gambaran Sarana dan Prasarana Kelurahan Ujung Pandang ... 47

4.1.9 Profil Informan ... 52

4.2 Interpretasi Data ... 70

4.2.1 Peralihan dari Petani Padi ke Petani Kelapa Sawit ... 72

4.2.2Faktor Penyebab Beralihnya Petani dari Bertani Padi ke Kelapa Sawit...74

... 4.2.3 Kesejahteraan Petani Ketika Bertani Padi ... 80

4.2.2.1 Kondisi EkonomiKeluarga Ketika Bertani Padi ... 81

4.2.2.2 Kondisi Pendidikan Ketika Bertani Padi... 86

4.2.2.3 Tingkat Kesehatan Ketika Bertani Padi...87.

4.2.4 KondisiKesejahteraan Ketika Bertani Kelapa Sawit...89

4.2.4.1 KondisiEkonomi Setelah Bertani Kelapa Sawit... ... 91

4.2.4.2 KondisiPendidikan Setelah Bertani Kelapa Sawit... ... 97


(9)

BAB V PENUTUP... 102

5.1 Kesimpulan ... 102

5.2 Saran ... 95

DAFTAR PUSTAKA ……….. 105 LAMPIRAN


(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 4.1 Peta Kabupaten Simalungun ... 33

Gambar 4.2 Bagan Faktor pendorong Beralihnya Petani Dari Petani Padi ke Petani Kelapa Sawit Dan dampaknya terhadap Kesejahteraan Pasca Peralihan ... 78


(11)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1.Luas lahan persawahan dan hasil produksi padi dari tahun 2008 sampai dengan tahun

2010 di Kabupaten Simalungun ... 7

Tabel 2. Luas lahan dan hasil produksi kelapa sawit dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2010 di Kabupaten Simalungun ... 7

Tabel 3.Luas lahan persawahan dan hasil produksi padi dari tahun 2009 sampai tahun 2011 di Kecamatan Ujung Padang ... 8

Tabel 4.Hasil produksi kelapa sawit dari tahun 2009 sampai 2011 di Kecamatan Ujung Padang ... 9

Tabel 4.1Nama dan Luas Wilayah Desa dan Kelurahan di kecamatan Ujung Padang ... 34

Table 4.2 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Tahun 2008, 2009, 2010 di kecamatan Ujung Padang ... 36

Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Menurut Desa di Ujung Pandang ... 37

Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kelurahan Ujung Pandang Tahun 2011... 38

Tabel 4.5 Jumlah sekolah di Kecamatan ujung Padang Tahun 2008-2010 ... 40

Tabel 4.6Jumlah guru di Kecamatan Ujung Padang Tahun 2008-2010 ... 40

Tabel 4.7 Jumlah Murid di Kecamatan Ujung Padang Tahun 2008-2010 ... 40

Tabel 4.8 Jumlah Sarana Pendidikan di kecamatgan Ujung Padang ... 41

Tabel 4.9 Gambaran Tingkat Pendidikan di Kecamatan Ujung Padang ... 41

Tabel 4.10Data fasilitas Kesehatan di kecamatan Ujung Padang ... ... 43


(12)

Tabel 4.12 Data Produksi Tanaman Pangan ... 45 Tabel 4.13 Panjang Jalan Ujung Padang Tahun 2008-2009 (Km) ... 46 Tabel 4.14 Perbandingan Pendapatan Informan per bulan sebelum dan sesudah beralih... 92


(13)

ABSTRAK

Kesejahteraan petani merupakan tujuan pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Merupakan perjuangan setiap keluarga untuk mencapai kesejahteraan anggota keluarganya. Secara sederhana petani dikatakan sejahtera manakala dapat memenuhi kebutuhan dasar anggotanya.Aset penting petani di pedesaan adalah lahan pertanian tempat mereka berusahatani.Pilihan komoditas yang dibudidayakan oleh petani didasarkan pada pilihan rasional dengan berbagaipertimbangan.Oleh karena itu, tidak jarang petani melakukan alih fungsi dari satu jenis tanaman ke jenis tanaman lainnya pada lahan pertaniannya.Pilihan-pilihan yang dilkukan oleh petani dipengaruhi lebih kepada aspek ekonomi yaitu peningkatan ekonomi petani yang berujung kepada kesejahteraan petani.Penelitian ini berlatar belakang dari melihat keadaan yang terjadi di Kelurahan Ujung Padang Kecamatan Ujung Padang Kabupaten Simalungun dimana sebagian besar petani telah melakukan peralihan dari yang sebelumnya bertani padi menjadi bertani kelapa sawit.Peralihan dari petani padi ke petani kelapa sawit yang terjadi di kecamatan Ujung Padang khususnya di kelurahan Ujung padangmulai terjadi sekitar 10-15 tahun terakhir. Peralihan tersebut tidak terjadi secara menyeluruh akan tetapi terjadi secara bertahap.

Tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana kesejahteraan petani setelah melakukan peralihan dari petani padi ke petani kelapa sawit dengan melihat kembali bagaimana kondisi kesejahteraan petani ketika masih bertani padi dan kemudian melihat kondisi kesejahteraan petani setelah bertani kelapa sawit serta faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi petani melakukan peralihan dari bertani padi menjadi bertani kelapa sawit. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara,, dan studi kepustakaan.

Hasil penelitian menunjukan bahwa kesejahteraan petani setelah melakukan peralihan dari bertani padi menjadi kelapa sawit mengalami penin gkatan yang dapat dilihat melalui beberapa indikator yang digunakan yaitu ekonomi, pendidikan dan kesehatan. Dari ketiga indikator tersebut yang paling signifikan terlihat adalah peningkatan ekonomi petani. Dapat diketahui pula kecenderungan petani beralih fungsi yaitu karena ada faktor-faktor yang mempengaruhinya antara lain ekonomi, resiko, dan perawatan.


(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar belakang masalah

Indonesia adalah negara agraris yang memiliki potensi alam melimpah ruah yang mendukung statusnya sebagai negara agraris.Dengan sebagian besar masyarakat bermukim di pedesaan dan bermata pencaharian di sektor pertanian.Hasil pertaniannya pun bermacam-macam mulai dari tanaman keras atau tanaman perkebunan seperti kelapa sawit, coklat, kelapa dan karet.Ada juga tanaman palawija seperti jagung, ubi kayu, ubi rambat, kacang tanah, kacang kedelai dan juga gandum.Ada juga mereka para petani yang menanam padi di sawah.Sumber daya fisik yang paling utama dalam kehidupan masyarakat pedesaan tersebut adalah tanah atau lahan pertanian. Salah satu fungsi utama sosial ekonomi masyarakat pedesaan adalah melakukan berbagai macam kegiatan produksi terutama disektor pertanian dengan orientasi hasil produksinya untuk memenuhi kebutuhan pasar, baik ditingkat desa itu sendiri maupun di tingkat lain yang lebih luas. Dengan demikian mudahlah dimengerti apabila sebagian besar masyarakat pedesaan melakukan kegiatan utamanya dalam kegiatan pengolahan dan pemanfaatan lahan pertanian.

Masyarakat desa dalam kehidupan sehari-harinya menggantungkan pada alam.Alam merupakan segalanya bagi penduduk desa, karena alam memberikan apayang dibutuhkan manusia bagi kehidupanya.Seperti diketahui masyarakat pedesaan sering di identikan dengan masyarakat agraris yaitu masyarakat yang kegiatan ekonominya terpusat pada pertanian maka dengan berusaha disektor pertanian masyarakat pedesaan berusaha meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan.

Sektor pertanian sebagai bagian integral dari sistem pembangunan nasional.Tujuan utama pembangunan nasional adalah untuk meningkatkan taraf hidup, kecerdasan dan


(15)

kesejahteraan seluruh rakyat.Salah satu indikator kesejahteraan petani adalah tingkat pendapatan yang meningkat. Peningkatan pendapatan dapat diperoleh dengan keanekaragaman usaha tani serta adanya pendapatan lain dari usaha tani.Menurut Dillon (dalam Ali) sektor pertanian dan pedesaan mempunyai empat fungsi yang fundamental bagi pembangunan suatu bangsa. (1) mencakupi pangan dalam negeri, (2) penyedia lapangan kerja (3) penyedia bahan baku untuk industry (4) dan sebagai penghasil devisa bagi Negara. (Ali,2007:107)

Seperti diketahui, minimnya produksi pangan nasional membuat Indonesia masih mengandalkan impor dari Negara luar.Beberapa produk komoditas yang masih diimpor negara salah satunya seperti beras dan kedelai.Permasalahan pertanian nasional semakin diperparah dengan semakin tergerusnya ketersediaan lahan.Tercatat, sejak 2010, sekitar 100.000 hektar lahan pertanian hilang per tahunnya.Minimnya sarana dan prasarana pendukung pertanian nasional membuat kualitas beras nasional masih belum kompetitif dengan beras impor.Kenyataan yang dialami adalah kebutuhan pangan nasional semakin lama makin meningkat.Hal itu ditandai dengan infrastruktur yang tidak mendukung penurunan jumlah petani, pengunanaan teknologi yang masih konvensional sementara lahan pertanian pangan yang ada semakin berkurang dari

tahunketahun.(http://www.ayogitabisa.com/berita-gita/ini-biangnya-kenapa-indonesia-harus-terus-impor-pangan.html)

Data BPS menyatakan bahwa penduduk Indonesia yang bekerja di sektor pertanian semakin berkurang, jika pada tahun 2004 jumlah petani Indonesia adalah 40.609.019 jiwa, maka pada tahun 2013 jumlah petani Indonesia menjadi 39.959.073 jiwa. Akan tetapi sektor pertanian masih menjadi sektor terbesar sebagai penyerap tenaga kerja di Indonesia. Ironisnya jumlah penduduk miskin di Indonesia terutama di Pedesaan didominasi oleh penduduk yang berprofesi sebagai petani (data diambil dari


(16)

mampu menyerap tenaga kerja lebih banyak dari sektor lain, dikarenakan oleh dua hal yang mendasar, pertama bertani memang pekerjaan penduduk Indonesia sejak dahulu sehingga bertani bukan lagi sesuatu yang sulit dilakukan oleh penduduk Indonesia, selain itu menjadi petani tidak membutuhkan pendidikan formal, siapa saja bisa menjadi petani asalkan mau dan mampu bekerja keras

Kesejahteraan keluarga petani merupakan tujuan pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Merupakan perjuangan setiap keluarga untuk mencapai kesejahteraan anggota keluarganya. Secara sederhana keluarga petani dikatakan sejahtera manakala dapat memenuhi kebutuhan dasar anggotanya. Namun jika merujuk UU No 10 Tahun 1992 (UU tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera), keluarga sejahtera dimaknai secara luas yaitu: “Keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual, dan materiil yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang serasi, selaras, dan seimbang antar anggota dan antara keluarga dengan masyarakat dan lingkungan”. Mengingat luas dan lebarnya rentang kualitas kebutuhan dasar individu dan keluarga, maka dalam defines operasionalnya, kesejahteraan seringkali direduksi menjadi sebatas terpenuhinya kebutuhan fisik dasar minimal seperti sandang, pangan, papan, kesehatan dan pendidikan. Pengukurannyapun seringkali hanya dilakukan secara objektif, padahal kesejahteraan menyangkut aspek persepsi individu atau keluarga terhadap kondisi pemenuhan kebutuhan pokoknya.Oleh karenanya sekarang dikembangkan pengukuran kesejahteaan keluarga dengan menggunakan dua dimensi; objektif dan subjektif. Hal tersebut didukung fakta di lapang bahwa antara kesejahteraan objektif dan subjektif seringkali tidak searah. Individu atau keluarga yang menurut pengukuran objektif telah sejahtera belum tentu secara subjektif telah merasa demikian, dan sebaliknya. (Astuti 2011:2)


(17)

Pengukuran kesejahteraan keluarga meliputi indikator kuantitatif dan kualitatif.Aspek kualitatif kesejahteraan bisa dicerminkan oleh serangkaian indikator sosial psikologis seperti ketrentraman, kepuasan, kebahagiaan, kebebasan (termasuk kebebasan dari rasa takut, cemas, resah, gelisah), harapan, dan kepastian. Pada dasarnya indikator tersebut terkait satu sama lainnya, seperti rasa tentram dan aman terkait dengan aspek kepastian yang di dalamnya juga terdapat aspek harapan. Walaupun tidak ada yang bisa menjamin kepastian di dunia ini, namun derajat kepastian dalam memperoleh pendapatan untuk penghidupan, berbeda antara berbagai sektor pekerjaan. Menjadi petani berhadapan dengan resiko usaha yang diakibatkan berbagai faktor, diantaranya faktor alam yang sering kali tidak dapat diprediksi. Beban pertanian menjadi semakin berat manakala petani tidak pernah tahu bahkan tidak pernah bisa memprediksi berapa harga satuan hasil panen yangakan diterima, karena terbatasnya akses dan informasipasar. Dengan banyaknya faktor yang tidak dapat dikontrol dalam usaha pertanian, menyebabkan terlalu besar unsur ketidakpastian dalam usaha tani, sehingga sulit untuk merasa aman untuk berusahatani.

Aset penting petani di pedesaan adalah lahan pertanian tempat mereka berusahatani.Pilihan komoditas yang dibudidayakan oleh petani didasarkan pada pilihan rasional dengan berbagaipertimbangan.Oleh karena itu, tidak jarang petani melakukan alih fungsi dari satu jenis tanaman ke jenis tanaman lainnya pada lahan pertaniannya.Yang menjadi masalah adalah alih fungsi tersebut menghilangkan lokasi-lokasi pertanian tanaman pangan seperti padi dan jagung yang dapat mengancam ketahanan pangan baik secara lokal, regional, maupun nasional.Cakupan Provinsi Sumatera Utara saat ini cukup luas, alih fungsi lahan pangan ke perkebunan khususnya kelapa sawit. Faktor-faktor apa saja yang mendorong petani melakukan alih fungsi lahan perlu diketahui agar sumber permasalahan dapat diketahui. Petani memutuskan untuk melakukan alih fungsi lahan dari komoditas tanaman


(18)

pangan menjadi kelapa sawit.Faktor yang mempengaruhi petani karena pertimbangan ekonomis,lingkungandan teknis.

Lahan sawah memiliki arti yang sangatpenting dalam upaya mempertahankan ketahanan pangan.Namun seiring perkembangan zaman, pertambahan penduduk, dan tuntutan ekonomi, eksistensi lahan pangan mulai terusik.Salah satu permasalahan yang cukup serius saat ini berkaitan dengan lahan pangan adalah makin maraknya alih fungsi lahan pangan ke penggunaan lainnya.

Dalam Undang-undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan, Pemerintah telah melakukan pengaturan tentang alih fungsi lahan, yaitu perubahan fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan menjadi bukan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan baik secara tetap maupun sementara akan dikenakan hukuman pidana dan denda sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Terjadinya alih fungsi lahan sawah ke tanaman kelapa sawit menurut Kurdianto dalam Astuti (2011:2) disebabkan oleh berbagai hal yaitu pendapatan usahatani kelapa sawit lebih tinggi dengan resiko lebih rendah, nilai jual/agunan kebun lebih tinggi, biaya produksi usahatani kelapa sawit lebih rendah, dan terbatasnya ketersediaan air. Menurut Irawan dalam Astuti (2011:2) salah satu dampak konversi lahan sawah yangsering menjadi sorotan masyarakat luas adalah terganggunya ketahanan pangan. Masalah yang ditimbulkan bersifat permanen atau tetap akan terasa dalam jangka panjang meskipun konversi lahan sudah tidak terjadi lagi. Untuk mencegah terjadinya alih fungsi lahan secara tidak terkendali, pengambil kebijakan harus memiliki data dan informasi yang memadai terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi petani melakukan alih fungsi lahan. (Astuti 2011:2)

Kabupaten Simalungun merupakan salah satu kabupaten di Sumatera Utara yang merupakan daerah penghasil padi dan jagung terbesar di Sumatera Utara setelah Kabupaten Karo.Meskipun untuk lahan dan produksi padi sendiri mengalami penurunan dari tahun ke


(19)

tahun. Untuk tahun 2008 sampai dengan tahun 2010 saja terjadi penurunan hasil produksi hingga mencapai 56.339 ton dan penurunan luas sawah hingga 4735 Ha. Sementara untuk produksi tanaman kelapa sawit dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2010 mengalami peningkatan hasil produksi sebesar 14.634,2 Ton dan perluasan lahan seluas 830,31 Ha.

Tabel 1.Luas lahan persawahan dan hasil produksi padi dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2010 di Kabupaten Simalungun

Tahun Luas lahan (Ha) Jumlah produksi (ton)

2008 98.078 517.633

2009 95.679 465.995

2010 93.343 461.294

Sumber: BPS Kabupaten Simalungun, Statistik daerah Kabupaten Simalungun 2011 Tabel 2. Luas lahan dan hasil produksi kelapa sawit dari tahun 2008 sampai

dengan tahun 2010 di Kabupaten Simalungun

Tahun Luas lahan (Ha) Jumlah produksi (ton)

2008 26.529,50 493.315,21

2009 27.154,50 504.593,58

2010 27.359,81 507.949,41

Sumber: BPS Kabupaten Simalungun, Statistik daerah Kabupaten Simalungun 2011 Kecamatan Ujung Padang merupakan salah satu kecamatan yang terletak di Kabupaten Simalungun dengan luas wilayah 231,88 km2 berbatasan dengan sebelah utara berbatasan denganKabupaten Asahan dan Batu Bara sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Bosar Maligas dan sebelah timur berbatasan dengan kabupaten Asahan.Kecamatan Ujung Padang merupakan daerah pertanian, dengan lahan pertanian sawah dan non sawah yang cukup luas.Sebagian besar masyarakat kecamatan Ujung Padang


(20)

hidup dari sektor perkebunan dimana terdapat PTPN 4 Tinjowan yang bergerak pada usaha tanaman perkebunan kelapa sawit.Kecamatan Ujung Padang merupakan penghasil buah belimbing, rambutan, dan nangka terbesar di Kabupaten Simalungun.Kecamatan Ujungpadang memiliki 17 nagori atau desa dengan jumlah penduduk 40.737 orang.Kecamatan Ujung Padang dari 17 nagori tersebut sampai tahun 2012 mempunyai lahan sawah seluas 1.467,69 ha dan lahan kering seluas 18.258,13 ha yang hampir 75 persen digunakan untuk tanaman kelapa sawit.( sumber: BPS 2013 kabupaten simalungun).

Luas lahan pesawahan ternyata mengalami penyusutan akibat petani yang sebelumnya bercocok tanam padi mulai berpindah dengan beralih menjadi petani kelapa sawit.Hal ini tentunya tidak dapat di pungkiri mengingat bahwa pola kerja dancara perawatan antara bertani padi dengan bertani kelapa sawit berbeda.

Tabel 3.Luas lahan persawahan dan hasil produksi padi dari tahun 2009 sampai tahun 2011 di Kecamatan Ujung Padang.

Tahun Luas lahan (Ha) Hasil produksi (ton)

2009 3.845 19.207

2010 2.948 15.242

2011 2.045 11.447

Sumber: BPS Kabupaten Simalungun, Statistik daerah Kecamatan Ujung Padang 2012

Tabel 4.Hasil produksi kelapa sawit dari tahun 2009 sampai 2011 di Kecamatan Ujung Padang

Sumber: B

Tahun Hasil produksi ( ton)

2009 42.917,53

2010 42.917,89


(21)

PS Kabupaten Simalungun, Statistik daerah Kecamatan Ujung Padang 2012 Peralihan dari petani padi ke petani kelapa sawit yang terjadi di kecamatan Ujung Padang khususnya di kelurahan Ujung padang menurut dinas pertanian Kecamatan Ujung Padang melalui observasi awal yang peneliti lakukan mulai terjadi sekitar 10-15 tahun terakhir tetapi data secara statistik yang diperoleh dari dinas pertanian kecamatan Ujung Padang hanya data dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011. Dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011 terjadi pengurangan lahan sawah sebesar 1800 hektar dan penurunan hasil produksi padi sebesar 7760 ton. Sementara untuk hasil produksi kelapa sawit mengalami peningkatan dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011.Peralihan tersebut tidak terjadi secara menyeluruh akan tetapi terjadi secara bertahap.Kecenderungan petani beralih fungsi tentunya mempunyai Alasan, faktor yang mempengaruhinya antara lain ekonomi, resiko, dan perawatan.

Dari hasil observasi awal yang peneliti lakukan ternyata diketahui bahwa penghasilan petani perbulannya bermacam-mcam tergantung dari luas lahan yang dimiliki. Para petani padi di kelurahan Ujung Padang harus menunggu selama 6 bulan untuk mendapatkan hasil dari produksi sawahnya karna masa panen hanya terjadi setahun dua kali, sementara untuk petani kelapa sawit dalam 1 bulan dapat melakukan dua kali panen.Jika dilihat dari harga jual, harga jual padi saat ini untuk wilayah Kecamatan Ujung Padang 1Kg adalah Rp 3600 sedangkan untuk kelapa sawit 1 Kg adalah Rp 1.200. Petani padi yang mempunyai lahan 10 rante atau 0,4Ha (4000 m2) rata – rata dalam 6 bulan ( 1x masa panen ) dengan hasil produksi sebesar 5000 Kg menghasilakan pendapatan bersih setelah dikurangi ongkos perawatan dan produksi sebesar Rp 3.719.000, sedangkan pada petani kelapa sawit dengan luas lahan yang sama dalam waktu 1 bulan (2x masa panen) dengan hasil produksi 1000 Kg dapat menghasilkan pendapatan bersih sebesar Rp 983.000. Jika dihitung perbulanya maka pendapatan petani padi dengan luas lahan 10 rante atau 0,4 Ha ( 4000 m2) adalah Rp


(22)

3.719.000 : 6 = Rp 619.800 dan untuk petani kelapa sawit perbulanya penghasilanya sebesar Rp 9.83.000. Jika dilihat secara ekonomi dan juga efisiensi waktutentunya bertani kelapa sawit lebih menguntungkan di bandingkan dengan bertani padi.

Peluang resiko yang dihadapi oleh petani padi di Kecamatan Ujung Padang khususnya di Kelurahan Ujung Padang lebih besar dibandingkan dengan petani kelapa sawit. Resiko- resiko itu meliputi banjir, serangan hama dan kekeringan, jika banjir, serangan hama dan kekeringan terjadi maka bisa dipastikan akan terjadi gagal panen. Sementara untuk tanaman kelapa sawit lebih bisa bertahan dengan resiko-resiko seperti itu.Ini juga yang menjadi salah satu alasan utama berpindahnya petani padi di Kelurahan Ujung Padangmenjadi petani kelapa Sawit.

Dilihat dari segi perawatan dan penggunaan teknologi, alat teknologi yang digunakan juga berbeda antara bertani padi dan bertani kelapa sawit.Perawatan dalam bertani padi memakan waktu dan tenaga yang lebih banyak, di mulai dari proses pembenihan, pengolahan tanah, Penanaman, pemupukan, penyemprotan, jaga burung, hingga panen. Proses dari pembenihan sampai panen memakan waktu 6 bulan dan dari tiap-tiap proses tersebut ada biaya yang harus di keluarkan, seperti pada proses pengolahan tanah yang menggunakan mesin jetor ( mesin bajak sawah ) maka petani harus mengeluarkan biaya sewa mesin tersebut, belum lagi untuk upah jaga burung dan upah panen yang juga menggunakan mesin penggiling padi, biaya pupuk, biaya obat hama yang mana kesemuanya itu memerlukan biaya yang banyak serta memakan waktu yang lama dan juga tenaga yang lebih banyak. Semua ini akan sia-sia bila tiba-tiba terjadi resiko seperti banjir atau serangan hama. Hal yang berbeda terjadi dalam bertani kelapa sawit yang mana untuk biaya perawatan dan penggunaan teknologi lebih ringan dibandingkan dengan bertani padi. Proses perawatan yang biasa dilakukan oleh petani kelapa sawit di kelurahan Ujung Padang hanya pemupukan dan itu dilakukan setahun dua kali. Penggunaan alat teknologi juga berbeda penggunaan alat


(23)

teknologi oleh petani kelapa sawit lebih sederhana dibandingkan penggunaan alat teknologi yang digunakan oleh petani padi. Petani padi biasanya menggunakan alat teknologi mesin dalam proses bertaninya seperti, mesin bajak, mesin penggiling padi dan juga alat teknologi non mesin seperti cangkul, arit, dan alat penyemprot hama. Untuk petani kelapa sawit alat yang digunakan adalah alat teknologi non mesin seperti cangkul, ganco, egrek( gala ) dan alat penyemprot.

Kesulitan petani padi di Kecamatan Ujung Padang khususnya di Kelurahan Ujung Padang itu tampaknya disebabkan oleh faktor ekonomi, perawatan, dan kendala alam seperti resiko hama, banjir dan kekeringan. Dari kendala-kendala yang mereka hadapi masyarakat Kelurahan Ujung Padang merasa perlu untuk mengubah perekonomian mereka, sehingga membuat mereka beralih matapencaharian dari petani padi menjadi petani kelapa sawit.Peralihan matapencaharian ini secara langsung atau tidak langsung akan menyebabkan juga perubahan disegala bidang. Akan tetapi dalam penelitian ini penilti hanya melihat bagaimana perubahan kesejahteraan petanisetelah melakukan peralihan matapencaharian. 1.2. Rumusan masalah

Rumusan masalah sering disebut dengan pernyataan masalah (statement of problems). Rumusan masalah adalah pernyataan singkat suatu masalah yang akan di teliti. ( Iqbal,2002: 43)

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis mencoba untuk menarik suatu permasalahan.Maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

Bagaimana kesejahteraan petani setelah melakukan peralihan dari petani padi ke petani kelapa sawit.


(24)

1.3. Tujuan penelitian

Tujuan penelitian dibuat untuk mengungkapkan keinginan peneliti dalam suatu penelitian (Bungin, 2007 : 75). Maka tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini berdasarkan rumusan masalah diatas adalah untuk mengetahui Bagaimana kesejahteraan petani setelah melakukan peralihan dari petani padi ke petani kelapa sawit

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang diharapkan dengan dilakukanya penelitian ini adalah berupa :

1.4.1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan bagi penulislain yang hendak mengkaji terkait masalah peralihan komoditas tanaman pertanian yang dilakukan oleh petani khususnya peralihan terhadaap petani yang mengalih fungsikan lahannya yang sebelumnya petani padi menjadi petani kelapa sawit terhadap kesejahteraan petani. Dan ini juga diharapkan dapat memberikan masukan bagi mahasiswa khususnya mahasiswa sosiologi dan juga muda-mudahan menjadi bahan kajian yang bermanfaat bagi masyarakat.

1.4.2. Manfaat Praktis

Bagi penulis penelitian ini dapat mengasah atau melatih penulis dalam menulis karya ilmiah dan melalui penelitian ini juga penulis dapat mengetahui lebih dalam pengetahuan tentang objek kajian yang ditulis dalam hal ini adalah peralihan matapencaharian dan kesejahteraan petani.

1.5. Defenisi Konsep

Dalam sebuah penelitian ilmiah, definisi konsep sangat diperlukan untuk memfokuskan penelitian sehingga memudahkan penelitian. Konsep adalah definisi, abstraksi


(25)

mengenai gejala atau realita ataupun suatu pengertian yang nantinya akan menjelaskan suatu gejala (Meleong, 2006:67). Disamping berfungsi untuk memfokuskan dan mempermudah penelitian, konsep ini juga berfungsi sebagai panduan yang nantinya digunakan peneliti untuk menindak lanjuti sebuah kasus yang diteliti dan menghindari terjadinya kekacauan akibat kesalahan penafsiran dalam sebuah penelitian. Adapun konsep yang digunakan sesuai dengan konteks penelitian ini antara lain adalah:

1. Peralihan , yaitu pergantian, pertukaran dari keadaan yang satu ke keadaan yang lain. Dalam penelitian ini peralihan yang dimaksud adalah peralihan dari petani padi ke petani kelapa sawit di kelurahan ujung padang kabupaten simalungun.Tujuan peralihan dilatarbelakangi oleh keinginan untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya baik itu meningkatnya penghasilan pendapatan juga kesejahteraannya

2. Petani, yaitu orang yang melakukan kegiatan bercocok tanam hasil bumi dengan tujuan untuk memperoleh kehidupan dari kegiatannya itu. petani yang dimaksud dalam penelitian ini adalah petani padi dan petani kelapa sawit.

3. Kesejahteran, yaitu sejahtera menunjuk ke keadaan yang baik, kondisi manusia di mana orang-orangnya dalam keadaan makmur, dalam keadaan dalam ekonomi kesejahteraan dihubungkan dengan keuntungan benda.. Dalam ketentuan umum undang-undang No. 11 tahun 2009 Pasal 1 ayat 1 tentang kesejahteraan sosial, dijelaskan bahwa Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya Indikator kesejahteraan yang dipakai dalam penelitian ini meliputi ekonomi, pendidikan dan kesehatan.


(26)

4. Kerja merupakan perbuatan melakukan pekerjaan atau menurut kamus W.J.S Purwadaminta, kerja berarti melakukan sesuatu, sesuatu yang dilakukan. Kerja memiliki arti luas dan sempit dalam arti luas kerja mencakup semua bentuk usaha yang dilakukan manusia baik dalam hal materi maupun non materi baik bersifat intelektual maupun fisik, mengenai keduniaaan maupun akhirat. Sedangkan dalam arti sempit kerja berkonotasi ekonomi yang persetujuanya mendapatkan materi.

5. Teknologi pertanian merupakan penerapan prinsip-prinsip matematika dan ilmu pengetahuan alam dalam rangka pendayagunaan secara ekonomis sumber daya pertanian dan sumber daya alam untuk kesejahteraan manusia.


(27)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Teori Perubahan Sosial

Setiap Masyarakat pasti pernah mengalami perubahan meskipun perubahan tersebut ruang lingkupnya tidak luas.Kepentingan dan kebutuhan masyarakat senantiasa berkembang terus sehingga diperlukan perubahan agar kebutuhan dan kepentingan tersebut dapat dipenuhi secara wajar.Selanjutnya setiap petani dalam usaha taninya mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhan yang berbeda-beda.Ada yang bertujuan memenuhi kebutuhan keluarga yang disebut usaha tani subsisten dan yang bertujuan mencari keuntungan yang disebut usaha tani komersil (Rismayani 2007:11).

Proses peraliahan petani dapat dilihat sebagai upaya perubahan yang dilakukan oleh masyarakat untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Masyarakat pada dasarnya selalu mengalami perubahan, perubahan tersebut terjadi karena masyarakat bersifat dinamis.Perubahan yang terjadi dalam masyarakat dapat terjadi karna berbagai faktor baik dari dalam maupun dari luar masyarakat itu sendiri.Perubahan yang diakibatkan bisa menjadi sebuah perubahan besar yang dapat dirasakan langsung oleh masyarakat atau perubahaan kecil yang kurang berarti.

Proses perubahan dalam masyarakat terjadi karna manusia adalah mahluk yang berpikir dan bekerja. Disamping selalu senantiasa untuk memperbaiki nasibnya dan mendapatkan pekerjaan yang layak baginya, perubahan masyarakat juga berkeinginan untuk menyesuaikan diri dengan keadan lingkungannya seperti sosial ekonomi, budaya, teknologi dan lain-lain. Adapun penyebab dari perubahan tersebut adalah: (Iqbal,2006:11)

1. Innovation (inovasi) merupakan penemuan baru dan pembaharuan yang mempengaruhi kondisi individu maupun kelompok


(28)

2. Adaptation ( adaptasi) yaitu penyesuain secara sosial dan budaya

3. Adoption (adopsi) yaitu penggunaan dari penemuan baru dalam bidang teknologi yang akan memudahkan manusia dalam kehidupan sehari-hari.

Peralihan dari petani padi menjadi petani kelapa sawit dianggap sebagai sebuah kesempatan untuk memperoleh atau memperbaiki kehidupan kearah yang lebih baik, karna menurut presepsi masayarakat Kelurahan Ujung Padang bahwa hasil dari bertani kelapa sawit lebih menjajikan dan lebih mudah dikelola daripada bertani padi.

2.2. Teori Pilihan Rasional

Weber menyatakan dalam Jhonson, (1994:226)bahwa tindakan sosial berkaitan dengan interaksi sosial, sesuatu tidak akan dikatakan tindakan sosial jika individu tersebut tidak mempunyai tujuan dalam melakukan tindakan tersebut. Tindakan-tindakan sosial individu membentuk bangunan dasar untuk struktur-struktur sosial yang lebih besar, weber meletakan dasar ini dengan distingsi-distingsi tipologis yang bergerak dari tingkat hubungan sosial ke tingkat keteraturan ekonomi dan sosial politik.Weber menggunakan konep rasionalitas dalam klasifikasinya mengenai tipe-tipe tindakan sosial. Tindakan sosial menurut Weber adalah pertimbangan sadar dan pilihan itu dinyatakan .

Teori pilihan rasional coleman tampak jelas dalam gagasan dasarnya bahwa tindakan perseorangan mengarah pada suatu tujuan dan tujuan itu ;’ditentukan oleh nilai atau pilihan, Coleman (dalam ritzer) menyatakan bahwa untuk maksud yang sangat teoritis ia memerlukan konsep yang lebih tepat mengenai aktor rasional yang berasal dari ilmu ekonomi daimana memilih tindakan yang dapat memaksimalkan kegunaan atau yang dapat memuaskan keinginan dan kebutuhan mereka. (Ritzer,2003:394)

Popkin dalam Ginting (2009:16) beranggapan bahwa manusia adalah “Homoeconomicus” atau pelaku yang rasional yang terus menerus memperhitungkankan bagaimana ditengah situasi yang dihadapi dia dapat meningkatkan kehidupan dan


(29)

kesejahteraan atau paling tidak mempertahankan tingkat kehidupan ekonomi yang tengah dinikmatinya.

Mengenai petani, Popkin beranggapan bahwa seorang petani petama memperlihatkan kesejahteraan dan keamanan diri dan keluarga. Adapun nilai dan tujuan hidupnya dia akan bertindak “In a self interested manner” ketika ia memperhitungkan kemungkinan hasil yang diinginkan atas dasar tindakan individual. Kedua, hubungan petani dengan orang-orang lain tidak selalu didasarkan prinsip moral yang umum, tetapi pada kalkulasi apakah hubungan-hubungan semacam itu dapat atau akan dapat menguntungkan diri dan keluarganya atau tidak. Konsep petani yang pasrah disini dan hampir selalu tunduk pada aturan-aturan sosialnya diganti dengan sosok seorang petani yang ekonomis universal (Universal Ekonomic Man) yang mengambil keputusan ditengah sejumlah kendala dan tantangan. (Putra 2003:31)

Jelas sudah bahwa Popkin menggunakan pendekatan keputusan.Dalam hal ini Popkin mengikuti analisis ekonomi yang mengasusmsikan adanya sejumlah pelaku dengan tujuan-tujuan tertentu. Disini peneliti berupaya untuk mengatahui bagaimana pelaku-pelaku ini dimana pelaku-pelaku yang dimaksud dalam penelitian ini adalah masyarakat Kelurahan Ujung Padang yang melakukan peralihan dari yang sebelumnya bertani padi beralih menjadi bertani kelapa sawit bagaimana mereka bertindak ketika mereka menghadapi berbagai pilihan dengan asusmsi pula mereka mengejar tujuan secara rasional.

2.3. Adaptasi

Dalam rangka memenuhi beberapa syaratdasar manusia agar tetap dapat melangsungkan kehidupanya dalam lingkungan tempat tinggalnya di butuhkan adaptasi.Dalam hal ini manusia juga mempunyai pengetahuan kebudayaan yang dipakai sehubungan dalam menghadapi kebudayaan suku bangsa asal setempat. Pengetahuan itu tentunya banyak mendukung terhadap proses adaptasi (Suharso,1997:48).


(30)

Soekanto dalam Deriawan (2013:23) memberikan beberapa batasan pengertian dari adaptasi sosial yaitu:

1. proses mengatasi halangan-halangan dari lingkungan

2. penyesuaian terhadap norma-norma untuk menyalurkan ketegangan 3. proses perubahan untuk menyesuaikan dengan situasi yang berubah 4. mengubah agar sesuai dengan kondisi yang diciptakan

5. memanfaatkan sumber-sumber yang terbatas untuk kepentingan lingkungan dan system

6. penyesuain budaya dan aspek lainya sebagai hasil seleksi alamiah. Dari batasan-batasan tersebut dapat disimpulkan bahwa adaptasi merupakan proses penyesuaian. Penyesuaian dari individu kelompok maupun unit sosial terhadap norma-norma, proses perubahan ataupun suatu kondisi yang diciptakan. Proses perubahan dan penciptaan kondisi pada umumnya selalu dialami oloeh masyarakat. Akses terhadap arus informasi yang berkembang saat ini membuat masyarakat lebih cepat mengetahui dan menerima perubahan.

2.4. Upaya Inovasi

Inovasi merupakan salah satu faktor terjadinya perubahan sosial disamping faktor-faktor lainnya, perubahan sosial terjadi karna adanya inovasi Inovasi yang terjadi di dalam masyarakat khususnya masyarakat pedesaan yang sebagian besar dari mereka bermatapencaharian sebagai petani bertujuan untuk mendapat sesuatu yang lebih dari apa yang mereka dapatkan sebelumnya baik itu secara sosial dan ekonomi ke arak kesejahteraan yang lebih baik.

Sifat-sifat inovatif menurut Hanafi dalam Herdiana (2008:18) terdiri dari lima sifat yaitu:


(31)

1. Keuntungan relative

Tingkatan dimana suatu ide baru dianggap suatu yang lebih baik daripada ide-ide yang ada sebelumnya.Tingkat keuntungan relative seringkali dinyatakan dalam bentuk keuntungan ekonomis.Kebanyakan para ahli sosial menyatakan bahwa indikator keuntungan relatif yang paling menonjol adalah keuntungan yang bersifat ekonomis tetapi tidak selamanya begitu, dimensi keuntungan relatif yang non ekonomis seperti prestise sosial dapat pula diharapkan sebagai penjelas kecepatan adopsi.

2. Kompatbilitas

Sejauh mana suatu inovasi dianggap konsisten dengan nilai-nilai yang ada, pengalaman masa lalu dan dan kebutuhan penerima.Suatu inovasi mungkin kompatibel dengan nilai-nilai kepercayaan sosiokultur, dengan ide-ide yang telah diperkenalkan, dan kebuituhan klien terhadap inovasi.

3. Kompleksitas

Tingkat dimana suatu inovasi dianggap relatif sulit untuk dimengerti dan digunakan.Suatu ide baru mungkin digolongkan kedalam konntinim rumit sederhana.Inovasi-inovasi tertentu begitu mudah dapat dipahami oleh penerima tertentu sedangkan orang lainya tidak.Kerumitan suatu inovasi menurut pengamatan anggota sistem sosial berhubungan negatif dengan kecepatan adopsinya. Ini berarti makin rumit suatu inivasi bagi seseorang maka akan makin lambat pengadopsiannya. 4. Triabilitas

Suatu tingkat dimana suatu inovasi dapat dicoba dengan skala kecil.Ide baru yang dapat dicoba biasanya diadopsi lebih cepat daripada inovasi yang tak dapat dicoba lebih dulu. Suatu inovasi yang dapat dicoba akan dapat memperkecil resiko pada adopter.


(32)

5. Observabilitas

Tingkat dimana suatu hasil-hasil inovasi dapat dilihat oleh orang lain. Hasil-hasil inovasi tertentu mudah dilihat dan dikomunikasikan dengan orang lain sedangkan beberapa yang lain tidak.

Dengan komunikasi tentang ide-ide baru dan informasi-informasi baru akan merubah penilaian masyarakat tentang berbagai hal termasuk kebutuhan-kebutuhan beru yang selanjutnya akan mengarah ke tindakan tindakan baru yang lebih mengarah kepada peningkatan taraf hidup masyarakat yang kemudian berdampak pada kesejahteraan masyarakat, masyarakat dalam hal ini adalh adalah para petani.

2.5. Tingkat Sosial Ekonomi

Dalam konsep sosioligis, manusia sering disebut mahluk sosial yang artinya manusia tidak dapat hidup dengan wajar tanpa orang lain disekitarnya.Kondisi sosial ekonomi adalah suatu kondisi keaaan atau kedudukan yang diatur secara sosial dan menetapkan seseorang dalam posisi tertentu dalam struktur sosial masyarakat. Pemberian posisi ini disertai pula seperangkat hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh si pembawa status (Soekanto 2007:76)

Pada dasarnya manusia dalam hidupnya akan mengalami perubahan, perubahan ini akan dapt diketahui apabila dilakukan pengamatan artinya adalah menelaah keadaan masyarakat pada masa yang lalu. Perubahan dalam masyarakat merupakan suatu proses yang terus menerus, artinya setiap masyarakat pada kenyataanya akan mengalami perubahan itu., dan perubahan antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lainya tidaklah selalu sama ada yang mengalami perubahan yang lebih cepat dari yang lainya.

Menurut Soedjito dalam Herdiana (2008:22) banyak faktor yang membuat masyarakat itu berubah sehingga tidak dapat diterangkan dengan suatu formula yang sederhana. Sosial ekonomi disini adalah suatu perubahan peningkatan dibidang kehidupan sehingga keluarga


(33)

dapat menempatkan dirinya dalam lingkungan berdasarkan apa yang dimiliki dan diperolehnya. Bahwa dalam pembangunan ekonomi terdapat empat aspek yang saling berhubungan yaitu :

1. Moderenisasi teknologi membawa pergeseran dari teknik-teknik tradisional kepada aplikasi ilmu pengetahuan.

2. Pertanian komersial yang bercirikan pergeseran dan subsisten yang menuju pertanian untuk ekspor, mengadakan spesialisasi terhadap produksi yang akan dipergunakan dalam menggiatkan buruh upahan.

3. Proses industrialisasi yang menggambarkan tradisi penggunaan kekuatan hewan menuju penggunaan mesin.

4. Urbanisasi yang meliputi perubahan-perubahandimensi ekologi dan pergerakan kearah pertumbuhan pusat-pusat kota.

Sosial ekonomi disini adalah kemampuan seseorang untuk mnempatkan dirinya dilingkungannya berdasarkan apa yang dimilikinya baik berupa pengetahuan maupun kemampuan menganai penghasilan dalam memenuhi hidupnya termasuk pendidikan, kesehatan, maupun ekonomi yang mana kesemuanya itu mengarah kepada peningkatan kesejahteraan petani itu sendiri.

2.6. Kesejahteraan Sosial

Kesejahteraan adalah keseluruhan usaha saoaial yang teroganisir dan mempunyai tujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat berdasarkan konteks sosialnya.Didalamnya tercakup pula unsure kebijakan dan pelayanan dalam arti luas yang berkaitan dengan berbagai kehidupan dalam masyarakat, seperti pendapatan, jaminan sosial, kesehatan, perumahan, pendidikan, rekreasi, tradisi budaya dan sebagainya. (Rukminto, 2003:46)


(34)

Sementara itu menurut undang-undang No 11 tahun 2009 tentang kesejahteraan sosial, mendefenisikan bahwa Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya. (https://www.kemsos.go.id/unduh/UU-Kesos-No11-2009.pdf)

Dengan demikian kesejahteraan sosial memiliki beberapa makna yang relative berbeda meskipun substansinya tetap sama. Kesejahteraan sosial pada intinya memiliki tiga konsepsi yaitu :

1. kondisi kehidupan atau keadaan sejahtera yakni terpenuhinya kebutuhan kebutuhan jasmaniah, rohaniah, dan sosial.

2. Institusi, arena atau kegiatan yang melibatkan lembaga kesejahteraan sosial dan berbagai profesi kemanusiaan yang menyelenggarakan usaha kesejahteraan sosial dan pelayanan sosial.

3. Aktivitas yakni kegiatan kegiatan atau usaha teroganisir untuk mencapai kondisi sejahtera (Suharto, 2009:2)

Berdasarkan defenisi diatas dapat daiambil kesimpulan bahwa kesejahteraan sosial mencakup berbagai usaha yang dikembangkan untuk meningkatkan taraf hidup manusia baik dibidang fisik, mental, emosional, maupun sosial ekonomi.

Kesejahteraan keluarga petani merupakan output dari proses pengelolaan sumberdaya keluarga dan penanggulangan masalah yang dihadapi keluarga petani. Proses tersebut terangkum secara terpadu sebagai ketahanan keluarga, yang menurut UU No 10 Tahun 1992 didefinisikan sebagai : ”Kondisi dinamik suatu keluarga yang memiliki keuletan dan ketangguhan serta mengandung kemampuan fisik material dan psikismental spiritual guna hidup mandiri dan mengembangkan diri dan keluarganya untuk hidup harmonis dan meningkatkan kesejahteraan lahir dan bathin”.


(35)

Kesejahteraan terkait dengan keberfungsian keluarga.Merujuk teori Parson, keluarga sebagai sistem akan berfungsi dan berkelanjutan manakala menjalankan fungsi adaptasi (perolehan sumberdaya dari luar keluarga untuk pemenuhan kebutuhan keluarga), fungsi dalam penentuan tujuan (goal attainment), fungsi integrasi (pemeliharaan ikatan dan solidaritas dan melibatkan elemen tersebut untuk mengontorl dan memelihara sistem serta mencegah gangguan utama dalam sistem keluarga) mengalokasikan sumberdaya, dan fungsi latency (proses dimana energi disimpan di didistribusikan dalam sistem keluarga). Manakala keempat fungsi tersebut tidak berjalan dalam keluarga petani, maka kesejahteraan keluarga sulit untuk dicapai. (Sunarti, 2006:4)


(36)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan melakukan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif dapat diartikan sebagai pendekatan yang menghasilkan data, tulisan, dan tingkah laku yang di dapat dari apa yang diamati. Pendekatan kualitatif juga dimaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik (utuh) misalnya tentang perilaku, tindakan motivasi dan lain-lain. (Moleong, 2006:6).

Ciri-ciri penelitian kualitatif adalah sebagai berikut (Nawawi, 1995:210) : 1. Sumber data dalam kondisi sewajarnya

2. Data yang dikumpulkan bersifat deskriptif berupa uraian-uraian atau kalimat-kalimat yang menginformasikan mengenai keadaan sebagaimana adanya sumber data dalam hubungannya dengan masalah yang diteliti.

3. Dalam penelitian kualitatif baik proses maupun hasil sama pentingnya.

4. Analisis data dilakukan terus menerus sejak awal dan selama proses penelitian berlangsung

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di tepatnya di Kelurahan Ujung Padang Kecamatan Ujung PadangKabupaten Simalungun Provinsi Sumatera Utara.Alasan memilih daerah ini karna di daerah ini terdapat beberapa petani yang awalya bertani padi kemudian beralih menjadi petani kelapa sawit.Inilah yang kemudian menjadi alasan peneliti untuk memilih kelurahanUjung Padang sebagai lokasi penelitian.


(37)

3.3. Unit analisis

Unit analisis adalah satuan yang diperhitungkan sebagai subjek penelitian (Arikunto, 1999:132). Adapun unit analisis dalam penelitian ini adalah masyarakat petani yang melakukan peralihan dari tanaman padi ke tanaman kelapa sawit di kelurahan Ujung padang. 3.4. Informan

Informan adalah subjek yang memahami informasi objek penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yang memahami objek penelitian (Bungin, 2007 : 76).Teknik pemilihan informan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik purposive sampling.Menurut Moleong dalam Mahardika (2012:5) teknik purposive sampling adalah teknik yang mencakup orang - orang yang diseleksi atas dasar kriteria-kriteria tertentu yang dibuat peneliti berdasarkan tujuan penelit.Adapun kriteria informan dalam penelitian ini adalah :

1) Petani yang melakukan peralihan dari tanaman padi ke tanaman kelapa sawit di kelurahan Ujung Padang kecamatan Ujung Padang

2) Petani yang melakukan peralihan dari tanaman padi ke tanaman kelapa sawit yang lebih dari 14 tahun di kelurahan Ujung Padang.

3) Petani yang mempunyai lahan sendiri 3.5. Tekhnik pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini dapat di bedakan atas dua bagian yaitu data primer dan data sekunder :

1) Data primer

Teknik pengumpulan data primer adalah teknik pengumpulan data yang diperoleh melalui kegiatan penelitian langsung ke lokasi penelitian untuk mencari data-data yang lengkap dan berkaitan dengan masalah yang diteliti teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan cara :


(38)

1) Observasi, yaitu pengamatan langsung ke lapangan untuk mendapatkan hasil wawancara. Observasi dalam penelitian peneliti hanya melihat setiap tindakan atau kegiatan dari setiap para infoman ketika melakukan wawancara di lokasi penelitian tanpa ikut terlibat langsung didalam pekerjaan yang mereka laksanakan setiap harinya.

2) Wawancara mendalam, yaitu peneliti melakukan Tanya jawab secara langsung dengan para informan. Agar wawancara terarah maka digunakan instrument guide atau pedoman wawancara yang berupa urutan-urutan daftar pertanyaan sebagai acuan bagi peneliti untuk memperoleh data yang diperlukan.

3) Dokumentasi, dilakukan dengan menggunakan kamera foto untuk mengabadikan hal-hal yang tidak terobservasi serta aktivitas masyarakat atau perilaku para petani ketika beraktivitas.

2) Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian. Pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini dilakukan dengan cara studi kepustakaan, pencatatan dokumen yaitu dengan cara mengumpulkan data mengambil referensi, dokumen, majalah, jurnal dan bahan dari situs internet yang dianggap relevan dengan masalah yang diteliti.

3.6. Interpretasi Data

Setelah data selesai dikumpulkan dengan lengkap dari lapangan tahap berikutnya yang harus dilakukan adalah interpretasi data.Ini adalah tahap yang penting dan menentukan.Pada tahap inilah data dikerjakan dan dimanfaatkan dengan sedemikian rupa sampai berhasil


(39)

menyimpulkan kebenaran yang berguna untuk menjawab persoalan yang diajukan dalam penelitian.

Analisa data ditandai dengan pengoalahan dan penafsirandata yang diperoleh dari setiap informasi baik secara pengamatan, wawancara ataupun catatan-catatan lapangan, dipelajari dan ditelaah kemudian tahap selanjutnya adalah mereduksi data yaitu melalui pembuatan abstrtaksi yang merupakan usaha membuat rangkuman inti

3.7. Keterbatasan Penelitian

Adapun kendala-kendala yang dihadapi dalam proses pelaksaan penelitian ini adalah :

1. Faktor internal, merupakan kendala-kendala yang berasal dari dalam peneliti yang meliputi keterbatasan waktu peneliti dan sedikitnya literatur. Dalam hal ini peneliti belum dapat mendeskripsikan penelitian ini secara komprehensif dan mendalam sehingga penyajian data dan analisis masih belum maksimal.

2. Faktor eksternal, merupakan kendala yang berasal dari luar selama proses penelitian, seperti kurangnya memaksimalkan dalammemawancarai informan dan susahnya utuk mencari waktu yang pas bagi para informan untuk berseda diwawancarai.


(40)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI DAN INTERPRETASI DATA

4.1 Gambaran Umum Kelurahan Ujung Padang

Kelurahan Ujung Padang adalah satu-satunya kelurahan yang ada di Kecamatan Ujung Padang Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatera Utara. Dalam mendeskripsikan gambaran umum tentang Kelurahan Ujung Padang tidak terlepas dari Kecamatan Ujung Padang yang menaungi kelurahan tersebut, sehingga dalam menyajikan data dan deskripsi tentang Kelurahan Ujung Padang harus merujuk kepada data-data dan deskripsi tentang Kecamatan Unjung Padang itu sendiri, mengingat Kelurahan Ujung Padang adalah bagian dari Kecamatan Ujung Padang maka selain data dan deskripsi tentang kelurahan Ujung Padang penulis juga akan menyajikan data-data dan deskripsi tentang Kecamatan Ujung Padang yang dianggap penting dan sangat berkaitan dengan data dan deskripsi Kelurahan Ujung Padang itu sendiri.

4.1.1 Kondisi Geografis Kelurahan Ujung Padang

Letak geografis suatu daerah merupakan suatu faktor yang menentukan bagi perkembangan sosial ekonomi maupun budaya suatu daerah.Begitu pula dengan daerah kelurahan Ujung Padang yang dekat dengan perbatasan dan besebelahan dengan Bosar Maligas. Kelurahan Ujung Padang ini berlokasi di Kecamatan Ujung Padang, Kabupaten Simalungun

Gambaran luas wilayah Kelurahan Ujung Padang adalah 13,06 Km2 dan rasio terhadap luas kecamatan adalah 5,63% dan jumlah penduduk di Kelurahan Ujung Padang adalah sekitar 4.259 jiwa. Kelurahan Ujung Padang adalah satu-satunya kelurahan yang ada di Kecamatan Ujung Padang yang terbagi menjadi 9 lingkungan. Kecamatan Ujung Padang


(41)

sendiri memiliki 16 desa / nagori yang terbagi menjadi 3 desa swakarsa dan 13 desa swasembada. Nama-nama desa yang ada di Kecamatan Ujung Padang adalah : nagori Sordang Bolon, Sayur Matinggi Taratak Nagodang, Huta Parik, Tinjowan Dusun Ulu, Bangun Sordang, Pagar Bosi, Aek Ger Ger, Pulo Pitu Marihat, Teluk Tapian, Tanjung Rapuan, Siringan Ringan, Riah Naposo, Sei Merbau, Kampug Lalang dan kelurahan Ujung Padang. Kelurahan Ujung Padang berada di ketinggian 1.100 meter di atas permukaan laut, sementara jarak kelurahan Ujung Padang ke Ibukota kecamatan Ujung Padang adalah 1,5 km2 , sementara jarak kelurahan Ujung Padang ke kantor Bupati Kabupaten Simalungun adalah sejauh 114,5 Km2.

Kecamatan Ujung Padang merupakan salah satu Kecamatan yang ada di Kabupaten Simalungun. Luas Kecamatan Ujung Padang adalah 231,88 Km2 Sebelah utara ujung padang adalah Kabupaten Asahan dan Batu, Sebelah Selatan dengan kabupaten Asahan sebelah barat dengan Kelurahan Bosar Maligas, sebelah Timur dengan Kabupaten Asahan Juga.


(42)

Ketinggian Wilayah Unjung Padang terletak pada ketinggian terendah di Simalungun yaitu 0-100 Meter dari atas permukaan Laut. Kelurahan Ujung pandang merupakan daerah pertanian, dengan lahan pertanian sawah dan non sawah yang cukup luas, dan dapat ditempuh kurang lebih 114,5 Km2 dari Pematang Raya Ibu Kota Kabupaten Simalungun. Desa-desa yang berada di Kecamatan Ujung Padang berada pada dataran rendah dan letaknya diatas permukaan laut yaitu 0-150 meter. Berdasarkan topografinya ada sekitar 49,66% dari keseluruhan luas wilayah yang berada pada ketiggian 51-100 M diatas Permukaan Laut.

Tabel 4.1. Nama dan Luas Wilayah Desa dan Kelurahan di Kecamatan Ujung Padang

No Nagori/kelurahan Luas Wilayah

(KM2)

1 Sordang Bolon 14,17

2 Sayur Matinggi 8,00

3 Taratak Nagodang 10,03

4 Huta Parik 9,78

5 Ujung Padang 13,06

6 Tinjowan 8,16

7 Dusun Ulu 23,26

8 Bangun Sordang 30,02

9 Pagar Bosi 10,50

10 Aek Ger Ger 34,17

11 Pulo Pitu Marihat 17,67

12 Teluk Tapian 10,95

13 Tanjung Rapuan 7,16

14 Siringan Ringan 11,30


(43)

16 Sei Merbau 9,07

17 Kampung Lalang 3,73

Ujung Padang 231,88

Sumber : Simalungun Dalam angka 2011

4.1.2 Pemerintahan

Ujung padang merupakan Kecamatan ketiga terbanyak yang memiliki desa setelah tanah Jawa dan Raya. Kecamatan Ujung Padang memiliki 16 desa/nagori dan memiliki satu kelurahan.Banyaknya desa tersebut terdiri dari sekumpulan individu yang tidak terlepas dari kegiatan politik dan pemerintahan. Peta perpolitikan di Kecamatan Ujung Padang didominasi oleh partai Golkar yang mencapai 13716 suara disusul oleh partai PKS yakni sebanyak 6778 suara. Secara keseluruhan dominasi Partai Golkar ini terdistribusi dengan baik hingga ke kelurahan dan desa-desa yang ada di Kecamatan Ujung Padang dan termasuk didalamnya adalah Kelurahan Ujung Padang yang juga di dominasi oleh Partai Golkar. Jumlah Pegawai Negeri Sipil di lingkungan pemerintah daerah Kecamatan ujung padang mengalami peningkatan dari tahun 2009 hingga 2010 dengan persentase peningkatan sebesar 85.18%. Jumlah pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkungan Kecamatan Ujung Padang dari tahun 2008 -2010 mengalami perubahan sedikit. Presentase jumlah pegawai negeri sipil masih didominasi oleh jenjang pendidikan SLTA yang mencapai 59,25%, dari total 27 orang pegawai negeri sipil yang ada di Kecamatan Ujung Padang diantaranya terdiri dari 23 orang laki-laki dan 4 orang perempuan. Untuk jenjang pendidikan D3, S1 dan S2 hanya terdapat 22,23% dari total jumlah PNS. Sementara untuk jenjang pendidikan S1 terdapat 6 orang dan untuk jenjang SLTP 1 orang.Banyaknya jumlah PNS yang ada di lingkungan Kecamatan Ujung Padang tidak terdistribusi dengan baik hingga ke desa-desa yang ada di Kecamatan


(44)

Ujung Padang.Total jumlah 27 PNS yang ada di Kecamatan Ujung Padang terdapat 5 orang PNS yang berasal dari kelurahan Ujung Padang yang terdiri dari 1 orang perempuan dan 4 orang laki-laki.

4.1.3. Kondisi Demografi

Jumlah Penduduk Kecamatan Ujung Padang Mencapai 44721 jiwa pada tahun 2008.Angka ini meningkat tahun 2009 mencapai 4.5075 jiwa.Bersadarkan hasil sensus penduduk tahun 2010 jumlah penduduk sebanyak 40,522 jiwa. Dengan luas wilayah sekitar 231,88 Km2 berati setiap KM2 nya ditempati penduduk sebanyak 181,3 orang pada tahun 2010. Jumlah penduduk yang berumur 75+ di Ujung Padang mencapai 365 sekaligus merupakan jumlah terbanyak di Simalungun. Sumber data : BPS SIMALUNGUN ( Hasil Sensus Penduduk 2011).

Table 4.2.Jumlah dan Kepadatan penduduk tahun 2008, 2009, dan 2010 kecamatan Ujung Padang

Uraian 2008 2009 2010

Jumlah Populasi Penduduk 44,721 orang 45,075 orang 40,522 orang

Kepadatan Jiwa (km2) 20,01 156 181

Sumber : Simalungun Dalam angka 2011

Penduduk terbesar terdapat di kelurahan Ujung Padang, yaitu 4,259 jiwa dengan jumlah rumah tangga sebanyak 901, dan terkecil jumlah penduduknya adalah Nagori Taratak Nagodang hanya dengan total populasi yang mencapai 1,275 Jiwa dan 370 rumah tangga. Berdasarkan data tersebut diperoleh rata-rata penduduk per rumah tangga maka rata-rata jumlah anggota terbesar adalah Nagori Bangun Sordang yaitu 4,35 jiwa per Rumah tangga.


(45)

Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Menurut Desa Di Kecamatan Ujung Padang

Desa Laki-laki Perempuan Total

Sordang Bolom 1.722 1,7716 3,438

Sayur Matinggi 9.37 929 1,866

Taratak Nagodang 639 636 1,275

Huta Parik 947 974 1,921

Ujung Padang 2.100 2,159 4,259

Tinjowan 1.292 1,293 2,585

Dusun Ulu 1.797 1,749 3,546

Teluk lapian 1.699 1,586 3,285

Tanjung Rapuan 1. 065 1,110 2,175

Pagar Bosi 1,177 1,174 2,351

Bangun Sordang 969 930 1,899

Sumber : Sensus penduduk 2011

Sementara gambaran umum jumlah penduduk Kelurahan Ujung Padang menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2011 dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kelurahan Ujung Padang Tahun 2011

No Kelompok

umur Laki-laki

Persentase

(%) Perempuan

Persentase

(%) Jumlah

Persentase (%)

1 00 – 04 154 7.33 175 8.11 319 7.49

2 05 – 09 194 9.24 211 9.77 395 9.27

3 10 – 14 212 10.10 210 9.73 413 9.70


(46)

5 20 – 24 134 6.38 139 6.44 273 6.41

6 25 – 29 231 11.00 195 9.03 426 10.00

7 30 – 34 177 8.43 186 8.62 363 8.52

8 35 – 39 137 6.52 159 7.36 291 6.83

9 40 – 44 123 5.86 136 6.30 259 6.08

10 45 – 49 103 4.90 123 5.70 224 5.26

11 50 – 54 145 6.90 125 5.79 268 6.29

12 55 – 59 139 6.62 102 4.72 240 5.64

13 60 – 64 77 3.67 51 2.36 128 3.01

14 65 – 70 67 3.19 69 3.20 136 3.19

15 70 – 74 25 1.19 29 1.34 54 1.27

16 75+ 28 1.33 35 1.62 63 1.48

TOTAL 2100 100 2159 100 4259 100

Sumber: Kantor Kelurahan Ujung Padang

Dari hasil data di atas jumlah penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin dapat dilihat bahwa jenis kelamin yang terbanyak adalah jenis kelamin perempuan yaitu sebesar 2159 orang dan jenis kelamin laki-laki sebesar 2100 orang. Hal ini menunjukkan bahwa kelompok umur menurut jenis kelamin yang terbanyak di kelurahan Ujung Padang adalah jenis kelamin perempuan.

4.1.4 Sarana Pendidikan

Jumlah Sekolah SD di Kecamatan Ujung Padang sebanyak 27 unit yang seluruhnya milik pemerintah.Pada tahun 2009, hanya jumlah sekolah tingkat SMP yang mengalami perubahan yakni pengurangan 1 unit sekolah.Namun pada tahun 2010 sekolah tingkat SMP mengalami penambahan 1 unit.Semua sekolah terdistribusi secara baik hingga meliputi pedesaan/nagori yang ada di kecamatan Unjung Padang. Karena kelurahan Ujung Padang


(47)

adalah kelurahan terluas dan memiliki Populasi penduduk paling banyak di Kecamatan Ujung Padang Maka Jumlah Sekolah yang ada di kelurahan Ujung padang sedikit lebih Banyak daripada tempat/nagori yang lain. Jumlah murid SD di Kelurahan Ujung Padang menurun terus selama periode 3 tahun terahir. Untuk murid tingkat SMP terjadi penurunan di tahun 2009 namun meningkat 31,19% di tahun 2010. Bebeda dengan tingkat SMA, tahun 2008 dan tahun 2009 jumlah murid tetap namun meningkat 5,52% di tahun 2010 dan pada saat itu juga terjadi pengurangan guru SMP dan guru SMA sementara guru SD mengalami peningkatan.

Tabel 4.5.Jumlah Sekolah Di Kecamatan Ujung Padang tahun 2008-2010

Tahun

Jumlah Sekolah

SD SMP SMA

2008 27 4 2

2009 27 3 2

2010 27 4 2

Sumber : Simalungun Dalam Angka 2011

Tabel 4.6 Jumlah Guru di Kecamatan Ujung Padang Tahun 2008-2010

Tahun Jumlah Guru

SD (%) SMP (%) SMA (%)

2008 199 25.51 136 48.06 38 36.19

2009 286 36.66 75 26.50 38 36.19

2010 295 37.82 72 25.44 29 27.62

Jumlah 780 100 283 100 105 100


(48)

Tabel 4.7 Jumlah Murid di Kecamatan Ujung Padang Tahun 2008-2010

Tahun Jumlah Murid

SD (%) SMP (%) SMA (%)

2008 4280 34.07 1392 31.97 616 32.08

2009 4258 33.89 1019 23.40 616 32.08

2010 4025 32.04 1943 44.63 688 35.83

Jumlah 12563 100 4354 100 1920 100

Sumber : Simalungun Dalam Angka 2011

Untuk Mengklasifikasi Jumlah sekolah dan sarana pendidikan yang ada di lingkungan Kelurahan Ujung Padang dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.8 Jumlah Sarana Pendidikan di Kelurahan Ujung Padang

No Jenjang Pendidikan

Jumlah Sekolah Persentase

(%) Guru

Persentase

(%) Kelas

Persentase

(%) Murid

Persentase (%)

1 TK 2 33.33 2 1.94 2 4.25 76 5.23

2 SD 2 33.33 35 33.98 18 38.29 520 35.83

3 SMP 1 16.67 20 19.41 9 19.41 315 21.70

4 SMA 2 33.33 46 44.66 18 38.29 540 37.21

Jumlah 6 100.00 103 100.00 47 100.00 1451 100.00 Sumber Data: Kantor Kelurahan Ujung Padang 2014

Untuk melihat gambaran jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan harus mengacu kepada indikator atau statistik tingkat pendidikan yang ada di Kelurahan Ujung Padang itu sendiri, adapun jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di Kelurahan Ujung Padang adalah dapat di lihat pada tabel berikut ini:


(49)

Tabel 4.9 Gambaran Tingkat pendidikan Petani di Kelurahan Ujung Padang Kecamatan Ujung Padang

No

Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase (%)

1 SD

271 25.39

2 SMP

489 45.82

3 SMA

290 27.17

4 PT

17 1.59

Jumlah 1067 100

Sumber: Kelurahan Ujung Padang

Berdasarkan data diatas dapat diasumsikan bahwa pendidikan masyarakat petani di Kelurahan Ujung Padang belum mengalami perkembangan yang baik atau masih sedikit yang mengecap pendidikan hingga perguruan tinggi, yang tamat SMA mencapai 290 orang, sedangkan yang pendidikanya hanya SD perbandingan nya tidak begitu jauh yakni 271 orang dan untuk tamatan SMP lebih mendominasi mencapai 489 orang. Banyak masyarakat yang belum menyadari akan pentingnya dunia pendidikan untuk memperbaiki kualitas hidup. 4.1.5 Fasilitas Kesehatan

Fasilitas kesehatan yang ada di kecamatan Ujung Padang meliputi puskesmas, posyandu, Dokter, Bidan, dan Perawat.

Tabel 4.10Data Fasilitas Kesehatan Kecmatan Ujung Padang

Tahun Fasilitas Kesehatan Puskesma s % posyand u % Dokte r % Bida n % Perawa t %

2008 10

43.4 7 58 46. 4 2 11.7 6 23 34.3 2 5 26.3 1


(50)

2009 3 13.0 4 17 13. 6 8 47.0 5 23 34.3 2 8 42.1 0

2010 10

43.4 7

50 40 7

41.1 7 21 31.3 4 6 31.5 7 Jumla h

23 100 125 100 17 100 67 100 19 100

Sumber : Simalungun dalam angka 2011

Dari table diatas dapat dilihat adanya pertambahan dan juga pengurangan jumlah fasilitas kesehatan yang ada di kecamatan Ujung Padang dimana untuk fasilitas yang mengalami penambahan adalah jumlah dokter dan perawat. Pada tahun 2008 jumlah dokter berjumlah 2 orang dan pada tahun 2010 mengalami penambahan menjadi 7 orang. Jumlah perawat pada tahun 2008 berjumlah 5 orang pada tahun 2010 menjadi 6 orang.

Sementara untuk Posyandu dan bidan di kecamatan Ujung Padang mengalami penurunan Jumlah yang tadinya berjumlah 58 posyandu pada tahun 2008 menjadi 50 posyandu pada tahun 2010. Begitu juga dengan jumlah bidan pada tahun 2008 berjumlah 23 dan pada tahun 2010 berkurang menjadi 21.

4.1.6 Sektor Pertanian

Ujung padang adalah salah satu Kelurahan yang tidak menghasilkan kemiri dari 7 Kelurahan di simalungun. Sebagian besar masyarakat Kelurahan Ujung Padang hidup dari sektor perkebunan dan hasil bumi seperti palawija dan produk komoditas pertanian lainnya.Kelurahan Ujung Padang nmerupakan salah satu Kelurahan yang menghasilkan tanaman padi, jagung, ubi kayu, ubi jalar, dan sebagaian jenis buah-buahan lainnya. Ujung padang merupakan penghasil buah belimbing, rambutan, dan nagka terbesar di kabupaten simalungun. Pada seluruh produksi buah kabupaten Simalungun, Produksi belimbing


(51)

produksi oleh Kelurahan Ujung Padang sebanyak 48,67%. Produksi rambutan sebesar 40,47% dan produksi nangka sebesar 44,81%. Dari Produksi jambu biji dan sawo di kabupaten simalungun, Kelurahan ujung padang memproduksi terbesar kedua yaitu 15,98% jambu biji dan 16,64% buah sawo.

Tabel 4.11 Data Luas Lahan Pertanian Pangan

Tahun

Luas Lahan Pertanian (Ha)

Padi Persentase

(%) Jagung

Persentase

(%) Ubi Kayu

Persentae (%) 2008 2171 24.22 1537 35.87 541 33.56 2009 3845 42.89 1403 32.74 492 30.52 2010 2948 32.89 1345 31.39 579 35.92 Jumlah 8964 100.00 4285 100.00 1612 100.00 Sumber : Simalungun Dalam Angka 2011

Luas lahan pertanian padi di kecamatan ujaung padang pada tahun 2008 seluas 2171 Ha pada tahun 2009 seluas 3845 Ha dan pada tahun 2010 menjadi 2948 Ha. Jika dilihat pada tahun 2008 ke 2009 mengalami perluasan lahan pertanian padi tetapi dari tahun 2009 ke 2010 mengalami penurunan luas lahan pertanian padi.

Luaas lahan pertanian jagung mengalami penurunan dari tahun ke tahun pada tahun 2008 luas lahan pertanian jagung 1537 Ha pada tahun 2009 1403 Ha dan pada tahun 2009 menjadi 1345Ha. Sementara luas lahan untuk pertanian ubi kayu mengalami perluasan meskipun dari tahun 2008 ke tahun 2009 mengalmi penurunan. Pada tahun 2008 luas lahan pertanian ubi kayu 541 Ha tahun 2009 menurun menjadi 492 Ha dan kemudian pada tahun 2010 mengalami peningkatan kembali menjadi 579 Ha.


(52)

Tabel 4.12 Data Produksi Tanaman Pangan

Tahun

Jumlah Produksi Tanaman Pangan (Ton)

Padi Persentase

(%) Jagung

Persentase

(%) Ubi Kayu

Persentase (%)

2008 12111 26.01 1537 35.87 541 33.56

2009 19207 41.25 1403 32.74 492 30.52

2010 15242 32.74 1345 31.39 579 35.92

Jumlah 46560 100.00 4285 100.00 1612 100.00 Sumber : Simalungun Dalam Angka 2011

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa untuk jumlah produksi padi dari tahun 2008 ke 2010 mengalami peningkatan jumlah produksi.Tetapi dari tahun 2009 ke 2010 menglami penurunan jumlah produksi. Pada tahun 2008 jumlah produksi padi mencapai 12111 ton, pada tahun 2009 meningkat menjadi 19207 ton dan kemudian pada tahun 2010 menurun menjadi 15242 ton

Jagung mengalami jumlah penurunan jumlah produksi dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2010. Pada tahun 2008 jumlah produksi sebesar 1537 ton tahun 2009 menurun menjadi 1403 ton dan pada tahun 2010 mengalami penurunan hingga 1345 ton. Sementara untuk tanaman ubi kayu mengalami peningkatan dari tahun 2008 ke 2010 akan tetapi dari tahun 2008 ke tahun 2009 mengalami penurunan. Pada tahun 2008 jumlah produksi tanaman pangan ubi kayu mencapai 541 ton pada tahun 2009 menurun menjadi 492 ton dan pada tahun 2010 meningkat kembali menjadi 579 ton.


(53)

4.1.7 Transportasi

Panjang jalan yang ada di Kelurahan Ujung Padang adalah 15,02 Km2. Dari 15,02 Km2 panjang jalan yang ada di Kelurahan Ujung Padang terdapa 68,37% yang merupakan jalan beraspal dan 14,74% merupakan jalan tanah berbatu. Jalan sebagai sarana penunjang kegiatan transportasi baik itu untuk keperluang pengangkutan maupun sarana mobilitas penduduk memiliki peran yang sangat penting khususnya untuk transportasi darat. Hingga tahun 2010 di Kelurahan ujung padang kondisi jalan semakin buruk. Panjang jalan yang kondisinya baik sebesar 59,30% dari jalan sepanjang 15,02 Km2. panjang jalan yang kondisinya buruk 25% dan 14,70% sisanya merupakan jalan yang kondisinya sangat buruk. Dari keseluruhan panjang jalan di Kelurahan ujung padang ada beberapa titik jalan yang kondisinya sangat memprihatinkan.

Tabel 4.13 Panjang Jalan Ujung Padang Tahun 2008-2010 (Km)

Panjang Jalan 2008 2009 2010

Kondisi jalan/Baik 9,05 7,0 8.9

Buruk 2,95 4,0 3,07

Sangat Buruk 2,0 2,42 2,03

Jenis Jalan Beraspal 6,8 2,8 4,48

Lapen 3,2 2,2 2,44

Kerikil 4,1 4,2 3,1

Tanah - - -

Kantor pos 1 1 1

Sumber : Simalungun dalam angka 2011


(54)

Secara umum sarana dan prasarana adalah alat penunjang keberhasilan suatu proses upaya yang dilakukan di dalam pelayanan publik, karena apabila kedua hal ini tidak tersedia maka semua kegiatan yang dilakukan tidak akan dapat mencapai hasil yang diharapkan sesuai dengan rencana. Untuk menunjang aktivitas masyarakat di Kelurahan Ujung Padang terdapat beberapa sarana dan prasarana yang mendukung beberapa aspek kehidupan masyarakat.Dengan adanya sarana dan prasarana tersebut kehidupan sehari-hari masyarakat di kelurahan maupun di desa-desa dapat berjalan dengan baik.

Adapun sarana penunjang kegiatan pemerintahan di Kelurahan Ujung Padang adalah : a. Sarana Penunjang Kegiatan Pemerintahan

Secara umum Sarana penunjang kegiatan pemerintahan di Kelurahan Ujung Padang belum memadai dan belum layak. Pada Tingkat kelurahan memang terdapat kantor administrasi pemerintahan untuk mengurus kepentingan warga namun jika melihat lebih jauh kedalam terlihat jelas dengan tidak adanya kantor kepala desa di lingkungan pedesaan yang ada dikelurahan ujung padang sebagai tempat untuk melayani masyarakat misalnya untuk mengambil, mengurus, mengenai data-data kependudukan, dan keperluan lainnya. Jelas ini menjadi sebuah masalah yang sangat vital bagi perkembangan suatu desa. Masyarakat sering berpindah pindah untuk mengurus keperluan administrasi warga karena memang benar adanya bahwa kantor kepala desa selau berpindah-pindah. Secara umum Selama ini yang menjabat sebagai kepala desa yang ada di kelurahan Ujung Padang harus bersedia dan menjadikan rumahnya sebagai kantor kepala desa untuk melayani keperluan administrasi masyarakat.


(55)

b. Sarana Pendidikan

Sarana pendidikan di Kelurahan Ujung Padang sudah baik, karena sarana pendidikan sudah dapat dinikmati oleh masyarakat dan desa-desa yang ada di kelurahan Ujung Padang. Beberapa desa di kelurahan Ujung Padang sudah tersedia sarana transportasi yang menghubungkan antar desa dengan wilayah laiinya. Di Kelurahan Ujung Padang terdapat hanya 1 sarana pendidikan seperti Sekolah Dasar (SD) yang terdiri dari 2 unit dengan rincian jumlah guru 18 orang, ruangan kelas 12 dan jumlah muridnya mencapai 370 orang. Sedangkan untuk sarana sekolah menengah pertama (SMP) di Kelurahan Ujung Padang terdapat 2 Sekolah Menengah Pertama dan 2 Sekolah SMA, untuk sarana pendidikan kelurahan Ujung Padang memang sudah memadai karena kelurahan Ujung Padang memiliki Total Populasi yang lebih banyak dari kelurahan yang lainnya. Dengan kondisi sarana pendidikan yang memadai masyarakat kelurahan Ujung Padang dapat dengan mudah menyekolahkan anak-anaknya untuk melanjut ke tingkat Sekolah menengah pertama dan atas. Hanya saja sarana jalan yang kurang memadai sehingga mempengaruhi mobilitas warga kelurahan ujung padang karena masih terdapat jalan tanah dan sebagian jalan yang sudah diaspal mulai rusak dan becek ketika musim penghujan tiba. Khusus untuk perguruan tinggi, akademi lainnya umumnya masyarakat kelurahan Ujung Padang memilih ke Kota Pematang Siantar dan Kota Medan untuk menuntut ilmu. Dengan demikian pendidikan sangatlah penting bagi peningkatan kualitas generasi muda, karena mereka lah nanti yang menjadi tunas Bangsa dan penerus Bangsa Indonesia, apalagi bagi kalangan etnis Batak toba dan Simalungun di Kelurahan Ujung Padang, mereka sebagai orang tua sangat menginginkan anak mereka lebih berhasil dari mereka, untuk itu mereka bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan dan biaya sekolah. Hal ini terbukti dengan adanya masyarakat Kelurahan


(56)

Ujung Padang yang menyekolahkan anak-anaknya sampai ke tingkat perguruan tinggi.

c. Sarana Ekonomi

Keberadaan sarana ekonomi tentunya menjadi alat utama dari proses maupun keberlanjutan dari setiap elemen yang ada pada sebuah sistem. Sarana ekonomi adalah sebuah sarana penopang dari setiap keberlangsungan proses kehidupan manusia baik secara individu maupun secara kelompok. Kegiatan bertani ataupun agrikultur aktifitas adalah aktifitas ekonomi yang sangat mendominan bagi masyarakat di Kelurahan Ujung Padang yaitu sekitar 78%. Kegiatan ini sangat memiliki pengaruh di dalam laju pertumbuhan ekonomi masyarakat setempat.Kegiatan bertani misalnya Kopi, Coklat, Cengkeh, Jagung, Bawang adalah contoh-contoh tanaman yang ditanami oleh masyarakat petani Kelurahan Ujung Padang.Ada pola peralihan bercocok tanam yang dialami warga kelurahan Ujung Padang yaitu dari bertani padi berpindah ke petani kelapa sawit.Hal ini juga didorong dengan adanya Pabrik Kelapa Sawit yang dekat dengan Kelurahan Ujung Padang yaitu berada di Tinjowan.Selain kegiatan bertani tentunya terdapat berbagai kegiatan lainnya yang menghiasi sarana ekonomi di Kelurahan Ujung Padang seperti berdagang (wiraswasta), Jasa dan lain-lainnya.Namun dari segi kuantitas sangat kecil bila dibandingkan pada sektor pertanian.

d. Sarana Kesehatan

Sarana Kesehatan di Kelurahan Ujung Padang belum terlalu cukup memadai. Hal ini dibuktikan dengan masih minimnya sarana kesehatan yang ada.Di Desa ini terdapat 1 unit Puskesmas pembantu. Selain itu terdapat 3 ( tiga ) orang tenaga medis. Meskipun


(1)

Hal yang sama juga diungkapkan oleh pak Paimo melalui wanwancara yang dilakukan oleh penulis:

“seingat Bapak sih ga pernah ya, ga pernah seingat bapak sakit yang berat-berat anak-anak sama istri juga ga pernah, ya gini-gini ajalah dari dulu sampe sekarang, ya paling kecapean trus biasanya kalau uda gitu langsung badan drop terus demam atau flu, udah paling gitu aja sih abis berobat biasanya ya sembuh lagi alhamdulillah lah”

(Sumber: Hasil Wawancara 3 Januari 2015)

Dari hasil wawancara dapat dilihat bahwa kondisi kesehatan petani tetap sama baik itu ketika masih bertani padi maupun setelah bertani kelapa sawit. Jika dilihat dari penggunaan terhadap akses layanan kesehatan seperti puskesmas,rumah sakit, bidan dan mantri para petani yang kini telah beralih juga menggunakannya meskipun tidak setiap mengalami sakit para petani membawanya ke puskesmas atau rumah sakit, apabila penyakit bisa diatasi sendiri maka akan diatasi sendiri tetapi ketika penyakit yang diderita tidak kunjung sembuh seperti demam, batuk atau diare maka biasanya baru akan dibawa kerumah sakit, puskesmas atau biasanya memanggil bidan atau mantri untuk datang kerumah. Hal ini tentunya berbeda ketika petani masih bertani padi jika dilihat dari penggunaan akses layanan kesehatanya. Seperti yang di katakan pak Sulaiman melalui wawancara yang dilakukan oleh penulis:

“kalau sakit sekarang kayak demam tinggi ga sembuh-sembuh kita panggil bidan kerumah aja, biasanya disuntik atau dikasi obat, kalau untuk ke puskesmas sih jarang lah, lebih enak manggil bidan aja suruh datang ke rumah”

(Sumber: Hasil wawancara 5 januari 2015)

BAB V PENUTUP


(2)

Dari hasil penelitian maka kesimpulan dan saran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

1. Peralihan dari bertani padi ke kelapa sawit telah terjadi di kelurahan ujung padang sekitar kurang lebih 10 sampai 15 tahun terakhir. Dan peralihan tersebut terjadi secara bertahap.

2. Ada 3 faktor penyebab beralihnya petani dari petani padi menjadi petani kelapa sawit yaitu Ekonomi, Resiko dan perawatan

3. Proses peralihan pertanian kelapa sawit sudah dimulai sejak tahun 1994

4. Menjadi petani kelapa sawit mampu mngangkat taraf perekonomian masyarakat karena penghasilan pertanian yang dapat dipanen selama dua minggu sekali jika sudah memasuki usia produktif dengan demikian para petani dapat menyisihkan hasil panen untuk ditabung dan membeli peralatan kebutuhan rumah tangga maupun peralatan transportasi

5. Petani kelapa sawit tidak membutuhkan perawatan yang terlalu rumit untuk merawat kebun kelapa sawit

6. Dengan adanya peralihan petani padi ke petani kelapa sawit yang terjadi di Kelurahan Ujung Padang dapat meningkatkan produktivitas kelapa sawit dan mampu mengangkat status sosial-ekonomi para petani kelapa sawit yang ditandai dengan peningkatan pendapatan para petani setelah beralih ke pertanian kelapa sawit sehingga petani mampu membeli produk konsumen yang lebih baik seperti perumahan yang lebih layak dan produk konsumsi lainnya seperti peralatan rumahtangga, peralatan elektronik dan peraalatan transportasi dan taraf pendidikan yang lebih baik.

5.2 Saran


(3)

1. Segala perubahan untuk tujuan yang lebih baik adalah sebuah keniscayaan, namun diperlukan sebuah control untuk menyeimbangkan perubahan yang terjadi sehingga tidak ada ketimpangan yang sangat kontras. Akan berdampak buruk jika semua petani padi beralih menjadi petani kelapa sawit maka tidak ada lagi produksi beras dengan demikian Indonesia akan mengimpor beras dari Negara luar. Maka yang menjadi tanggung jawab pemerintah adalah melakukan pengawasan dan kontrol terhadap peralihan pertanian padi ke Kelapa sawit dengan memberikan dan menjaga stabilitas harga gabah yang tetap dan tetap memberikan penyuluhan berkala bagi para petani agar lebih mawas diri terhadap pentingnya sector pertanian suatu Negara.

2. Pemerintah harus memudahkan sarana dan prasarana pertanian seperti subsidi pupuk dan pembangunan irigasi untuk menghindari banjir yang bisa menerpa para petani padi dan akan menyebabkan gagal panen.

3. Perlunya peran pemerintah untuk lebih memperhatikan sektor pertanian terutama para petani padi sebagai salah satu sumber ketahanan pangan Indonesia

4. Dengan adanya peralihan pertanian padi ke kelapa sawit diharapkan memberikan dampak yang positif untuk sosial ekonomi para petani namun diperlukankontrol oleh pemerintah agar sumber pangan tetap mengalir dan tidak pernah surut disebabkan oleh para petani padi yang beralih ke petani kelapa sawit.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Madekan, 2007. Orang Desa Anak Tiri Perubahan.Lamongan : Averoes Press

Arikunto, Suharsimi, 1999. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta : Rineka Cipta.


(4)

Astuti, dkk. 2011. Faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan pangan menjadi kelapa sawit di Bengkulu.

Bungin, Burhan.2007. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta. Kencana Prenada Media Group

Coleman, James. 2011 Dasar-Dasar Teori Sosial Bandung : Nusa Media

Deriawan, Yandi.2013.Peralihan Matapencaharian dari Sektor Pertanian ke Sektor Pertambangan,Medan : Skripsi

Faisal, Sanafiah.2007.Format-format Penelitian Sosial. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Ginting, Kristina. 2009. Peralihan Mata Pencaharian Masyarakat dari Sektor Pariwisata Ke Sektor Peternakan Ikan, Medan : Skripsi

Herdiana, Kusuma. 2008. Peralihan Matapencaharian dari Petani Sawah Menjadi Petani Coklat Dalam Meningkatkan Status Sosial Ekonomi Masyarakat Desa, Medan : Skripsi

Iqbal,Muhammad.2006. Abang Becak :Pergeseran dari Becak Dayung ke Becak Bermotor dan Kehidupan Sosial Ekonomi, medan :Skripsi

Jhonson, Doyle Paul. Teori Sosiologi Klasik dan Moderen. Terjemahan Robert MZ Lawang. 1994.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Mahardika, Dwi Ayu. 2012. Manajemen Kampanye Program Konmuter (Konsumen Mudah Terlayani) Untuk Meningkatkan Pelayanan Publik.

Moleong, Lexy. 2006. Penelitian Kualitatif . Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Nawawi, Hadari. 1995. Instrumen Penelitian Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University press.


(5)

Putra,Heddy S.A,dkk.2003.Ekonomi Moral,Rasional dan Politik:Dalam industry kecil di jawa.Jakarta: KEPPEL press.

Rismayani, 2007. Usaha Tani dan Pemasaran Hasil Tani, Medan: USU PRESS

Ritzer, George. 2003. Teori Sosiologi Modern Ilmu. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Rukminto Adi, Isbandi. Pemberdayaan Pengembangan Masyarakat dan intervensi.

Sairin, Sjafitri. 2002. Perubahan Sosial Masyarakat Indonesia. Pustaka Pelajar : Yogyakarta

Soekanto, soerjono. 2007. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo

Sugihen, T.Bahren,2006. Sosiologi pedesaan Suatu Pengantar, beunuacitra : Banda Aceh

Suharto, Edi. 2009. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Bandung: Revika Aditama

Sukirno, Sadono.2004. Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro Edisi 3.Jakarta: Raja Grafindo

Sunarti, dkk. 2006. Kesejahteraan Keluarga Petani Kenapa Sulit Diwujudkan?

Sumber BPS:

Indikator Kesejahteraan Masyarakat (INKESMAS) Provinsi Aceh 2010

Sumber BPS:

BPS (Badan Pusat Statistik) Kabupaten Simalungun, Statistik daerah Kecamatan Ujung Padang 2012

BPS (Badan Pusat Statistik) Kabupaten Simalungun. Kecamatan Ujung Padang dalam angka 2013


(6)

Sumber Internet:

diakses pada tanggal 5 mei 2014, pkl 21.05 WIB

diakses pada tanggal 5 mei 20014, pkl 21.019 WIB

pkl 21.019 WIB

desember 2014 Pkl, 12.06