Faktor Penyebab Beralihnya Petani dari Bertani Padi Ke Kelapa Sawit

kami berharap agar para petani padi dapat terus tetap bertani padi dan tentunya memperoleh hasil yang bagus”. Sumber: hasil wawancara tanggal 4 Januari 2015 Dari hasil wawancara dengan bapak Syamahkosda selaku anggota Dinas Pertanian kecamatan Ujung Padang diketahui bahwa sebenarnya dinas pertanian setempat selaku pemerintah berharap agar para petani padi yang ada di kecamatan Ujung Padang termasuk didalamnya Kelurahan Ujung Padang agar tetap bertani padi dan tidak beralih menjadi bertani kelapa sawit. Meskipun pada kenyataanya yang terjadi di kelurahan Ujung padang adalah sebaliknya yaitu mulainya beberapa petani yang melakukan peralihan menjadi bertani kelapa sawit meskipun dari pihak dinas pertanian stempat berharap sebaliknya.

4.2.2. Faktor Penyebab Beralihnya Petani dari Bertani Padi Ke Kelapa Sawit

Fenomena beralihnya petani dari bertani padi menjadi kelapa sawit di kelurahan Ujung Padang ini adalah perilaku yang sangat manusiawi karena pada hakikatnya manusia selalu ingin hidup dan memiliki masa depan yang lebih baik seperti yang dikatakan Popkin dalam Ginting 2009:16 beranggapan bahwa manusia adalah “Homoeconomicus” atau pelaku yang rasional yang terus menerus memperhitungkankan bagaimana ditengah situasi yang dihadapi dia dapat meningkatkan kehidupan dan kesejahteraan atau paling tidak mempertahankan tingkat kehidupan ekonomi yang tengah dinikmatinya. Bertani padi memerlukan waktu dan perawatan yang lebih lama yaitu 5 sampai 6 bulan dimana untuk perawatan tersebut memerlukan biaya yang lebih besar. Jika dibandingkan dengan bertani kelapa sawit maka bertani kelapa sawit jauh lebih mudah. Seperti yang dikatakan oleh pak Suyanto Ginting : “Kalau bertani padi ini butuh waktu yang lama untuk menunggu panen dan perawatannya juga membutuhkan biaya yang tidak sedikit, karena kita harus membeli pupuk, obat hama tanaman memberikan perawatan, apalagi saat padi mulai berisi kita disibukkan dengan kegiatan menjaga burung disawah agar tidak habis dimakani burung. Itu semua memakan waktu 5-6 bulan lamanya sampai panen.Jika tidak ingin direpotkan dengan menjaga burung ya beli jaringlah dan itu juga sudah pasti membutuhkan biaya yang tidak sedikit.Sementara kalau sawit kita bisa panen dalam sebulan dua kali dan perawatanya jauh lebih mudah dibanding dengan padi cukup di pupuk setahun sekali saja sudah cukup. Sumber Hasil Wawancara tanggal 4 Januari 2015 Hal yang sama juga dikatakan oleh pak paimo seperti yang dikatakan dalam wawancara berikut ini: “iya memang kalau dibandingkan dengan sawit ya tentu lebih mudah nanam sawit. Padi itu susahnya di perawatannya jadi mulai dari penyemaian sampai panen itu makan waktu dan biaya dia dan harus diurus beda dengan sawit” Sumber : Hasil Wawancara 3 januari 2015 Selain waktu dan perawatan yang lebih lama ternyata bertani padi juga rentan terhadap resiko baik itu resiko berupa banjir atau serangan hama. Kalau sudah banjir biasanya akan terjadi gagal panen begitu juga kalau kekurangan air atau kekeringan maka akan terjadi gagal panen. Masalah hama juga menjadi masalah yang serius masalah ini juga dapat menyebabkan gagal panen dan ini berakibat pada kerugian yang akan dialami oleh petani di kelurahan ujung padang. Sementara untuk kelapa sawit sendiri menurut petani di kelurahan ujung padang tidak ada esiko berupa hama seperti yang ada pada tanaman padi. Resiko-resiko inilah yang kemudian menjadi pertimbangan bagi para petani padi di kelurahan ujung padang untuk beralih dari yang semula bertani padi menjadi bertani kelapa sawit Begitulah keadaan yang dirasakan petani di kelurahan Ujung padang. Seperti yang di tuturkan oleh Bapak Mispan dalam wawancara yang dilakukan oleh penulis: “yang paling susah dihindari waktu nanam padi itu ya hamanya, kalau disini yang bapak rasa dulu yang paling banyak kalau untuk nanam padi itu hama wereng, tikus, keong kalau burung itu udah pasti ya, dimana mana kalau nanam padi hama burung itu yang sering nyerang kalau padi udah mulai berisi. Kalau untuk ngatasi hama itu ya harus di semprot racun kalau untuk burung harus dijaga kalau enggak di jaga ya bisa habis dimakan burung, nah kalau untuk sawit beda lagi dia, dia ga ada hama- ham kayak di padi paling pun kalau apa ya buah trek itu pun ga pengaruh kali, intinya lebih ga capek kalau nanam sawit” Sumber Hasil Wawancara 4 Januari 2015 Hal serupa juga dikatakan oleh Bapak Suyanto Ginting: “nanam padi itu banyak resikonya pertama kalau banjir padi bisa busuk kedua kalau kering sawahnya padi engga bisa buah terus belum lagi serangan hama, kalau hama sudah nyerang otomatis hasil produksi kita berkurang, supaya tanamanya ga diserang hama kita harus beli obat, kadang juga kalau udah dikasih obat masih ada juga hamanya ini juga yang buat petani harus lebih pintar salah-salah malah bisa rugi” Sumber Hasil Wawancara tanggal 4 Januari 2015 Selain faktor perawatan dan resiko faktor ekonomi juga ternyata menjadi pertimbangan mengapa petani padi di kelurahan ujung padang melakukan peralihan dari bertani padi menjadi petani kelapa sawit. Faktor ekonomi tersebut adalah meliputi harga jual padi dan biaya perawatan. Biaya perawatan yang dikeluarkan petani ketika masih bertani padi di kelurahan ujung padang jika dibandingkan dengan waktu efiseinsi ketika itu ternyata tidak sebanding apalagi dibandingkan dengan harga kelapa sawit. Seperti yang diungkapkan oleh Pak Suyanto Ginting dari hasil wawancara: “kalau bertani padi dulu kita harus harus nunggu 6 bulan sampai panen, untuk 1 Ha itu dulu bisa dapat untung bersih rata-rata setelah di potong uang perawatan pupuk dan sebagainya bisa tiga juta sampai tiga juta lima ratus ribu lah, ya tergantung hasil panen juga, uang segitulah yang di bagi jadi kalo ga salah ya sebulan bisa dapat lima ratus ribu sampai enam ratus ribulah lagian juga kan dulu harga gabah juga masih murah. Beda dengan sawit kalau dengan luas 1 Ha sekarang bisa dapat rata rata sekali panen lima ratus ribu sampai delapan ratus ribu jadi kalau sebulan itu karna dua kali panen bisa dapat kira-kira satu juta sampai satu setengah juta, kalau dilihat ya lebih untungan sawitlah”. Sumber: Hasil wawancara tanggal 4 januari 2015 Dari hasil wawancara dengan bapak Suyanto ginting dapat dilihat bahwa dengan penggunaan lahan yang sama ternyata hasil yang diperoleh berbeda antara tanaman padi dengan tanaman kelapa sawit. Untuk lahan 1 Ha jika ditanam padi maka dalam sekali panen yaitu 6 bulan akan memperoleh pendapatan bersih sebesar Rp.3000.000-Rp.3500.000 dengan hasil segitu maka pendapatan perbulan dari bapak suyanto Ginting ketika itu adalah sekitar Rp.500.000 – Rp.600.000 perbulanya. Sedangkan lahan 1 hektar yang dulunya sawah ketika sekarang ditanami dengan kelapa sawit menghasilkan pendapatan untuk sekali panen sekitar Rp 500.000 – Rp. 750.000 karna masa panen kelapa sawit terjadi dua kali dalam sebulan maka pendapatan yang didapat bapak suyanto Ginting sekarang dari hasil bertani kelapa sawit adalah sebesar Rp. 1000.000 – Rp. 1500.000. jika di bandingkan dengan bertani padai maka bertani kelapa sawit mampu memberikan pendapatan yang lebih besar. Hal yang sama juga dikatan pak Sulaiman melalui hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis. “Dulu kalau enggak salah lahan sawah bapak itu sekitar satu setengah hektar lah kurang lebih dan kalau sekali panen itu bapak bisa dapat sekitar empat jutaanlah kalau enggak salah bapak waktu itu ya, itu bersihnya setelah sudah dikurangi ongkos semualah pokoknya, dan kalau untuk sawit sekarang ini dengan luas ladangnya yang dua setengah hektar ini bapak bisa dapat empat juta sebulan lah kalau buah normal. Kalau ditanya mudah ngurusnya ya lebih mudah sawit dibanding sawit resikonya juga ya lebih banyak padi.Hasilnya juga lebih banyak sawit. Sumber: Hasil Wawancara 5 januari 2015 Dari hasil wawancara dengan bapak sulaiman dapat dilihat bahwa pendapatan bapak sulaiman dari bertani sawah ketika itu menghasilkan pendapatan Rp 4000.000 untuk sekali panen berarti bisa dikatakan per 6 bulan sekali, berati jika dibagi perbulanya maka kurang lebih pendapatanya sebesar Rp.650.000 dengan luas lahan 1,5 Ha. Sementara setelah sekarang bertani menjadi kelapa sawit pak sulaiman dengan lahan 2,5 Ha bisa mendapatkan pendapatan rata-rata sebulan hinngga sebesar Rp4.000.000 Gambar 4.2 Bagan Faktor pendorong Beralihnya Petani Dari Petani Padi ke Petani Kelapa Sawit Dan dampaknya terhadap Kesejahteraan Pasca Peralihan Dari bagan diatas dapat dijelaskan bahwa faktor penyebab petani melakukan peralihan Padi dan Sawit adalah yang pertama ekonomi yaitu bisa dikatakan bahwa harga jual antara padi dan sawit berbeda, menurut petani secara ekonomi lebih menguntungkan bertani kelapa sawit dibandingkan dengan bertani padi untuk itu petani melakukan peralihan. Yang kedua resiko yaitu konsekuesi atau peluang kegagalan yang harus dihadapi ketika bertani padi lebih besar dibandingkan resiko bertani kelapa sawit. Resiko bertani padi seperti resiko hama, banjir, kekeringan dan juga harga gabah yang tidak stabil jika dibandingkan dengan bertani kelapa sawit maka petani menganggap bahwa tanaman kelapa sawit cenderung lebih bisa bertahan dari resiko-resiko seperti itu, itu juga yang menyebabkan petani beralih dari padi ke kelapa sawit. Yang ketiga adalah perawatan, perawatan yang dibutuhkan ketika Petani Padi Faktor Pendoron g Ekonomi Resiko Perawatan Kesejahteraan Petani Petani Kelapa Sawit Ekonomi Pendidikan Kesehatan Ekonomi Resiko Perawatan bertani padi memakan waktu dan biaya yang lebih banyak dibandingkan dengan bertani kelapa sawit. Perawatan yang dilakaukan ketika bertani padi membutuhkan banyak biaya dan juga waktu. Ketika masih bertani padi para petani dikelurahan ujung padang biasanya harus membuat perhitungan yang matang terkait masalah biaya hal tersebut dilakukan agar kemudian dapat meminamlisir apabila terjadi resiko yang tidak diinginkan. Berbeda dengan bertani kelapa sawit para petani yang beralih ke kelapa sawit di kelurahan Ujung padang pada umumnya mengatakan bahwa bertani kelapa sawit lebih mudah perawatanya hal tersebut yang kemudian menjadi salah satu alasan mereka beralih menanam kelapa sawit. Menurut Coleman yang mengembangkan teori pilihan rasional yang mana individu tersebut membuat sebuah tindakan atau pilihan untuk memenuhi sebuah tujuan yang ingin dia capai.Tujuan tersebut bisa tercapai dengan menggunakan sumber daya yang dia miliki dan memaksimalkan kegunaan dari sumber daya tersebut.rasionalitas sendiri menurut Coleman antara individu yang satu dengan individu yang lain itu tidak sama karena dipengaruhi oleh cara memandang suatu permasalahan yang berbeda. Rasional menurut seseorang dan tidak rasional menurut orang lain. Semua itu seharusnya dikembalikan kepada pelaku tersebut jangan mengukurnya dari sudut pandang orang lain Coleman, 2011:21. Coleman juga menyebutkan dua elemen dalam teori pilihan rasionalnya yaitu pelaku dan bendasumber daya yang mana hubungan keduanya adalah kuasa dan kepentingan Coleman, 2011:37.Misalnya, petani memiliki sebuah lahan pertanian sebagai sumber daya yang dia miliki dan dia menjalankan kuasa atas kepemilikan terhadap lahan tersebut untuk memenuhi kebutuhannya. Akan tetapi, terkadang pelaku tersebut dalam hal ini adalah petani tidak sepenuhnya menguasai kegiatan yang dapat memenuhi kepentingannya yang lain dan menyadari kalau sebagian atau sepenuhnya sumber daya yang dia inginan berada pada kuasa pelaku lain dan dia harus melakukan transaksi pertukaran sumber daya untuk memenuhi kepentingannya tersebut yaitu dengan melakukan peralihan komoditas pertanian yang mana disini yang terjadi dikelurahan Ujung padang adalah peralihan dari petani padi menjadi petani kelapa sawit.

4.2.3. Kondisi Kesejahteraan Ketika Bertani Padi