Konsumsi Makanan Sumber Goitrogenik

Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Asupan Yodium pada Anak Baru Masuk Sekolah di Daerah Endemis GAKY di Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi Tahun 2008 No Intake Yodium TBABS Tidak stunted stunted n n Jumlah n 1 Baik 16 72,7 6 27, 3 22 35,5 2 Kurang 15 37,5 25 62,5 40 64,5 Total 31 100 31 100 62 100 Berdasarkan Tabel 4.7 di atas, mayoritas anak mengkonsumsi yodium kategori kurang yaitu sebanyak 40 anak 64,5 dibandingkan anak yang mengkonsumsi yodium kategori baik yaitu sebanyak 22 anak 35,5

4.3.4. Konsumsi Makanan Sumber Goitrogenik

Konsumsi makanan sumber goitrogenik dilihat berdasarkan jenis dan frekuensi makan anak SD. Adapun distribusi frekuensi konsumsi makanan sumber goitrogenik dapat dilihat pada Tabel 4.8. Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Makanan Sumber Gositrogenik pada Anak Baru Masuk Sekolah di Daerah Endemis GAKY di Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi Tahun 2008 Frekuensi Jumlah 1 xhari 1 xhari 3-5 xmgg 1xmgg 1- 3xbln 1xbln Sumber Goitrogenik n n n n n n n Sawi Hijau 3 4.8 4 6.5 30 48.4 23 37.1 2 3.2 0 0.0 62 95.2 Cabe Hijau 0.0 38 61.3 18 29.0 6 9.7 0 0.0 0 0.0 62 100.0 Kacangan 0.0 10 16.1 45 72.6 7 11.3 0 0.0 0 0.0 62 100.0 Singkong 1 1.6 11 17.7 29 46.8 17 27.4 4 6.5 0 0.0 62 98.4 Kubis 9 14.4 12 19.2 16 25.7 19 31.0 3 4.8 3 4.8 62 85.6 Bunga Kol 5 8.1 8 12.9 29 46.8 17 27.4 3 4.8 0 0.0 62 91.9 Universitas Sumatera Utara Berdasarkan Tabel 4.8. di atas, diketahui bahwa mayoritas anak 1 kali seminggu mengkonsumsi sawi hijau yaitu sebanyak 23 anak 37,1, mengkonsumsi bunga kol juga 3-5 kali seminggu yaitu sebanyak 29 anak 46,8. Mayoritas anak mengkonsumsi kacangan juga 3-5 kali seminggu yaitu sebanyak 45 anak 72,6, dan mayoritas anak juga mengkonsumsi singkong 3-5 kali seminggu yaitu sebanyak 29 anak 46,8. 4.2.2. Hasil Pengukuran Tinggi Badan Anak SD Pengukuran tinggi badan anak SD dilakukan untuk mengidentifikasi TBABS didasarkan dalam centimeter cm. Standar hasil pengukuran dikonversikan sesuai dengan baku NCHS-WHO. Hasil pengukuran dapat dilihat pada Tabel 4.9. Tabel 4.9. Hasil pengukuran Tinggi Badan Anak Baru Masuk Sekolah No Hasil Pengukuran Nilai 1 Rata-rata Tinggi Badan 115,3 cm 2 Median Tinggi Badan 115,5 cm 3 Standar Deviasi 3,119 4 Variance 9,730 Berdasarkan Tabel 4.9 di atas, diketahui rata-rata tinggi badan anak SD adalah 115,3 cm, dengan median 115,5 cm dan standar deviasi 3,119. Berdasarkan hasil pengukuran tersebut, maka dapat diidentifikasi TBABS seperti pada Tabel 4.10. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.10. Gambaran TB anak Stunted dan tidak Stunted Anak Baru Masuk Sekolah Kategori Mean Median SD Jumlah Stunted 95,5 95,3 3,3 31 Tidak Stunted 107,2 107,5 3,5 31 . 4.4. Hubungan Sosial Ekonomi dengan Tinggi Badan Anak Usia Sekolah 4.4.1. Hubungan pendidikan orang tua terhadap TBABS Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi anak stunted 64,7 terdapat pada ibu dengan pendidikan rendah dibandingkan anak dari ibu dengan pendidikan tinggi yaitu 32,1. Hasil uji chi square menunjukkan ada hubungan signifikan pendidikan ibu dengan TBABS dengan nilai signifikansi sebesar 0,011 p0,05, dan nilai odds ratio sebesar 3,870, artinya anak dengan TBABS stunted 3,870 kali berasal dari ibu dengan pendidikan rendah. Berdasarkan pendidikan ayah, diketahui proporsi anak stunted 55,7 terdapat pada ayah dengan pendidikan kategori tinggi dibandingkan anak dari ayah dengan pendidikan rendah yaitu 42,3. Hasil uji chi square menunjukkan tidak ada hubungan signifikan pendidikan ayah dengan TBABS dengan nilai p=0,57 p0,05.

4.4.2. Hubungan pekerjaan orang tua terhadap TBABS