Tabel 4.11. Hubungan Tinggi Badan Anak Usia Sekolah Berdasarkan Sosial Ekonomi di Daerah Endemis GAKY di Kecamatan Parbuluan
Kabupaten Dairi Tahun 2008
TBABS Tidak
Stunted Stunted
Total Sosial Ekonomi
Keluarga
n n
n Nilai
sig. OR
Pendidikan Ibu
1 Tinggi
19 67.9
9 32.1
28 100.0
2 Rendah
12 35.3
22 64.7
34 100.0
0,011 3,870
Pendidikan Ayah 1
Tinggi 16
44.4 20
55.6 36
100.0 2
Rendah 15
57.7 11
42.3 26
100.0 0,303
0,587 Pekerjaan Ayah
1 Tidak Bekerja
15 75.0
5 25.0
20 100.0
2 Bekerja
16 38.1
26 61.9
42 100.0
0,007 4,875
Pekerjaan Ibu 1
Tidak Bekerja 17
58.6 12
41.4 29
100.0 2
Bekerja 14
42.4 19
57.6 33
100.0 0,020
1,923 Pendapatan Keluarga
1 Rp.761.000.000
19 45.2
23 54.8
42 100.0
2 ≥Rp.761.000,-
12 60.0
8 40.0
20 100.0
0,277 0,511
signifikan pada α=0,05, dan dimasukkan dalam analisis multivariat
4.4.4. Hubungan Intake Zat Gizi dengan TBABS
Intake Zat Gizi dilihat berdasarkan intake protein, energi dan iodium dihitung berdasarkan rata-rata kecukupan gizi yang dianjurkan sesuai dengan keputusan
Menkes RI Nomor 913MenkesSKVII2002 tentang Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan bagi Bangsa Indonesia, seperti pada Tabel 4.12.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.12 Hubungan Pola Makan dengan Tinggi Badan Anak Usia Sekolah di Daerah Endemis GAKY di Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi
Tahun 2008
TBABS Tidak
Stunted Stunted
Total Intake Zat Gizi
n n
n Nilai
sig. OR
Energi 1
Baik 14
77.8 4
22.2 18
100.0 2
Kurang 17
38.6 27
61.4 44
100.0 0,005
5,559 Protein
1 Baik
17 70.8
7 29.2
24 100.0
2 Kurang
14 36.8
24 63.2
38 100.0
0,009 4,163
Iodium 1
Baik 16
72.7 6
27.3 22
100.0 2
Kurang 15
37.5 25
62.5 40
100.0 0,008
4,444
signifikan pada α=0,05, dan dimasukkan dalam analisis multivariat
Berdasarkan Tabel 4.12 di atas, proporsi anak dengan stunted sebanyak 61,4 terdapat pada anak dengan intake zat gizi energi kategori kurang yaitu intake dibawah
80 dari kecukupan energi yang dianjurkan. Hasil uji chi square menunjukkan bahwa terdapat hubungan konsumsi zat gizi energi dengan TBABS dengan nilai
signifikansinya 0,005, dan odds ratio sebesar 5,559, artinya anak yang menkonsumsi zat gizi energi kategori kurang 1.900 kkal 5,559 kali lebih besar mengalami
stunted dibandingkan anak yang mengkonsumsi zat gizi energi kategori baik. Berdasarkan konsumsi protein, diketahui anak stunted 63,2 terdapat pada
anak dengan intake zat gizi protein kategori kurang. Hasil uji chi square menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan konsumsi zat gizi protein
dengan TBABS dengan nilai signifikansinya 0,009, dan odds ratio sebesar 4,163, artinya anak yang mengonsumsi zat gizi protein kategori kurang 45gram 4,163
Universitas Sumatera Utara
kalilebih besar mengalami stunted dibandingkan anak yang mengonsumsi zat gizi protein kategori baik.
Berdasarkan intake zat gizi iodium proporsi anak stunted 62,5 terdapat pada anak dengan intake iodium dibawah 100
μg per hari kurang. Hasil uji chi square menunjukkan bahwa terdapat hubungan konsumsi zat iodium dengan TBABS dengan
nilai signifikansinya 0,008, dan odds ratio sebesar 4,444, artinya anak yang mengkonsumsi iodium yang kurang 100
μg per 4,444 kali lebih besar mengalami stunted dibandingkan anak yang mengkonsumsi iodium kategori baik.
4.5. Pengaruh antara beberapa variabel terhadap TBABS