b. Tingkat Pendidikan
Rendahnya tingkat petani dan keterbatasan teknologi modern merupakan dua faktor penyebab utama yang menyebabkan kemiskinan di sektor pertanian di
Indonesia. Keterbatasan dua faktor produksi tersebut yang sifatnya komplementer satu sama lain mengakibatkan rendahnya tingkat produktivitas yang pada akhirnya
membuat rendahnya tingkat pendapatan riil petani sesuai mekanisme pasar yang sempurna. Tambunan, 2003.
Model pendidikan yang digambarkan dalam pendidikan petani bukanlah pendidikan formal yang acap kali mengasingkan petani dari realitas. Pendidikan
petani tidak hanya berorientasi kepada peningkatan produksi petanian semata, tetapi juga menyangkut kehidupan sosial masyarakat petani. Masyarakat petani
yang terbelakang lewat pendidikan petani diharapkan dapat lebih aktif, lebih optimis pada masa depan, lebih efetkif dan pada akhirnya membawa pada keadaan
yang lebih produktif. Soetpomo., 1997.
c. Pengalaman Bertani
Belajar dengan mengamati pengalaman petani lain sangat penting, karena merupakan cara yang lebih baik untuk mengambil keputusan dari pada dengan
cara mengolah sendiri informasi yang ada. Misalnya seorang petani dapat mengamati dengan seksama dari petani lain yang lebih mencoba sebuah inovasi
baru dan ini menjadi proses belajar secara sadar. Mempelajari pola perilaku baru, bisa juga tanpa disadari. Soekartawi, 2005.
Universitas Sumatera Utara
2. Faktor Ekonomi a. Luas Lahan
Ketersediaan lahan garapan yang dimiliki petani yang jauh dibawa skala usaha ekonomi menjadi salah satu penyebab yang membuat rendahnya pendapatan
petani di Indonesia. Baik didaerah perkotaan maupun daerah pedesaan, jumlah petani miskin yang tidak memiliki lahan jauh lebih banyak dibandingkan dengan
petani miskin yang memiliki lahan. Tambunan, 2003. Luas lahan yang selalu digunakan dalam skala usaha pertanian tradisional
karena komunitas yang ditanam oleh petani tradisional selalu seragam yakni padi, kacang-kacangan dan tanaman keras yang sejenisnya. Dengan demikian pedoman
luas lahan juga secara otomatis mengaju pada nilai modal, aset dan tenaga kerja. Kebun kelapa sawit, Karet, Kopi misalnya juga bisa menggunakan acuan luas
lahan untuk menentukan skala usahanya.Rahardi, 2003.
b. Jumlah Tanggungan Keluarga
Ada hubungan yang nyata yang dapat dilihat melalui keengganan petani terhadap resiko dengan jumlah anggota keluarga. Keadaan demikian sangat
beralasan, karena tuntutan kebutuhan uang tunai rumah tangga yang besar, sehingga petani harus berhati-hati alam bertindak khususnya berkaitan dengan
cara-cara baru yang riskan terhadap risiko. Kegagalan petani dalam berusaha tani akan sangat berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan keluarga. Jumlah
anggota keluarga yang besar seharusnya memberikan dorongan yang kuat untuk berusaha tani secara intensif dengan menerapkan teknologi baru sehingga akan
mendapatkan pendapatan. Soekartawi, 2002.
Universitas Sumatera Utara
c. Curahan Tenaga Kerja