Torak Pengimbang Susunan Berimbang Lubang Pengimbang Putaran Kritis

80 Maka besarnya gaya aksial yang terjadi pada poros adalah : F ∆T = Wip + F at = 30,935 + 1131.12 = 1162,055 N

5.1.3 Mengatasi Gaya Aksial

Untuk mengatasi gaya aksial yang terjadi, dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu :

a. Torak Pengimbang

Sistem ini menggunakan torak pengimbang yang dipasang diujung pompa dekat impeler tingkat terakhir. Pada salah satu sisi torak bekerja tekanan yang berasal dan zat cair yang keluar dari impeler terakhir. Ruang pada sisi yang lain dari torak dihubungkan dengan sisi isap tingkat pertama. Dengan demikian pada torak ini akan bekerja gaya total yang arahnya berlawanan dengan gaya aksial yang ditimbulkan oleh impeler. Gambar 5.3 Torak pengimbang Universitas Sumatera Utara 81

b. Susunan Berimbang

Pompa yang bertingkat banyak mempunyai banyak impeler yang disusun dalam dua kelompok yang sama jumlahnya dan saling bertolak belakang. Gambar 5.4. Pompa dengan impeler saling bertolak belakang

c. Lubang Pengimbang

Cara ini menggunakan impeler yang menggunakan cincin penyekat di dinding belakang impelernya untuk membentuk ruang pengimbang. Ruang ini dihubungkan dengan sisi isap impeler oleh ruang pengimbang. Dengan demikian hampir tidak terdapat selisih tekanan antara sisi belakang dan sisi depan sisi isap sehingga gaya aksial dapat diperkecil secara drastis. Gambar 5.5 Lubang pengimbang Universitas Sumatera Utara 82 Pada perencanaan ini digunakan sistem lubang pengimbang karena konstruksinya sederhana serta dapat mereduksi gaya aksial yang relatif cukup besar. Cara ini dapat mereduksi gaya aksial sebesar 75-90 dari gaya aksial yang timbul. Maka gaya aksial yang timbul adalah : dianggap gaya aksial yang direduksi 80 . F ∆T = F ∆T -80 x F ∆T F ∆T = 1162,055-0,85x1162,055 F ∆T = 174,3 N

5.2 Putaran Kritis

Pada putaran tertentu poros akan memberikan getaran yang berlebihan. Kecepatan sudut poros yang berputar dimana terjadinya getaran tersebut dinyatakan dengan kecepatan kritis atau putaran kritis. Suatu poros yang bekerja dekat putaran kritisnya tidak dapat beroperasi untuk jangka waktu yang lama.Oleh sebab itu perlu diketahui besarnya kecepatan kritis untuk poros yang dirancang. Pada analisa putaran kritis ini diambil asumsi bahwa poros mempunyai diameter yang sama dan massanya terbagi rata, sehingga berat tiap bagian yang dipisahkan dapat diangga sebagai beban terpusat. Disamping itu beban yang dapat menyebabkan putaran kritis ini adalah gaya sentrifugal yang terjadi pada impeler. Selanjutnya dalam menganalisa putaran kritis ini, untuk defleksi yang terjadi, poros pompa dianggap horizontal yang dibebani oleh beban-beban statis. Universitas Sumatera Utara 83 Adapun diameter rata-rata poros pompa adalah : D s = l l l l l d l d l d l d 4 3 2 1 4 4 3 3 2 2 1 1 . . . . + + + + + + D s = 152 132 284 18 52 . 17 132 . 24 284 . 18 18 . 10 + + + + + + D s = 19,2 mm = 0,0192 m

5.2.1 Perhitungan Putaran Kritis

Putaran kritis pada pompa sentrifugal tergantung pada besarnya defleksi yang terjadi pada poros itu sendiri dan gaya-gaya statis lain pada saat poros bekerja. Putaran kritis poros dapat dihitung dengan persamaan : η c = π ω . 2 . 60 c ................................... lit 1 hal 288 Dimana : ω c = Kecepatan sudut kritis radiandetik Besarnya ω c dapat dihitung dengan persamaan : ω c = . g ∑ ∑ 2 Wy Wy = π. 2 . 60 g ∑ ∑ 2 Wy Wy Maka : η c = 187,5 ∑ ∑ 2 Wy Wy ................................... lit 1 hal 288 Untuk menetukan defleksi yang terjadi pada poros akibat gaya sentrifugal, dimana gaya sentrifugal yang terjadi dianggap sebagai beban terpusat yang bekerja pada tumpuan sederhana yang ditumpu oleh bantalan seperti gambar halaman berikut : Universitas Sumatera Utara 84 Gambar 5.6 Defleksi akibat gaya diantara A - B Untuk menentukan defleksi yang terjadi digunakan persamaan : Y = [ ] L b X L I E x b F − + 2 2 . . . 6 . . Dimana : E = Modulus elastis bahan poros = 206,9 . 10 Nm 2 I = Momen inersia rata-rata = 4 4 0192 , 64 64 π π = d I = 6.10 -9 m F = Gaya sentrifugal yang terjadi = m.r. ω c = 0,408.0,058. 2 60 2970 . . 2     π = 2286,74 N Adapun gaya-gaya yang bekerja pada poros yaitu Gambar 5.7 Diagram gaya reaksi pada tumpuan Universitas Sumatera Utara 85 Sehingga : Y1 = [ ] 2 2 2 9 9 429 , 347 , 043 , 429 , . 10 . 6 . 10 . 9 , 206 . 6 043 , . 386 , . 74 , 2286 − + − = -7,33.10 -4 N Y2 = [ ] 2 2 2 9 9 429 , 314 , 115 , 429 , . 10 . 6 . 10 . 9 , 206 . 6 115 , . 314 , . 74 , 2286 − + − = 1,86.10 -3 N Y3 = [ ] 2 2 2 9 9 429 , 242 , 187 , 429 , . 10 . 6 . 10 . 9 , 206 . 6 187 , . 242 , . 74 , 2286 − + − = 2,93.10 -3 N Y4 = [ ] 2 2 2 9 9 429 , 170 , 259 , 429 , . 10 . 6 . 10 . 9 , 206 . 6 259 , . 170 , . 74 , 2286 − + − = 2,77.10 -3 N Maka : η c = 187,5 2 3 2 3 2 3 2 4 3 3 4 10 . 77 , 2 10 . 93 , 2 10 . 86 , 1 10 . 33 , 7 10 . 77 , 2 10 . 93 , 2 3 10 . 86 , 1 10 . 33 , 7 3 + + + + + + η c = 3789,2 rpm Putaran kritis menurut lit 1, hal 292 sedikitnya harus 20 diatas dan dibawah putaran operasi. Putaran operasi tidak boleh berada pada interval : η c = 3798,2 {1- 0,2 + 1 + 0,2 = 3038,56 + 4557,84 rpm Oleh karena putaran operasi berada dibawah putaran kritis, maka poros rancangan aman digunakan. Universitas Sumatera Utara 86

5.3 Gaya Reaksi Pada Tumpuan