Analisis dan Pembahasan PENEMUAN DAN PEMBAHASAN
76
Sedangkan Earning Per Share variabel memiliki rata-rata sebesar 857,52
dan nilai standar deviasi sebesar 1847,730, nilai minimum dari Earning Per Share sebesar 46 dan nilai maksimum
sebesar 11120. Sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh variabel tersebut menunjukkan hasil yang baik..
a. Pembahasan
Terhadap model regresi linear berganda ini, agar valid perlu dilakukan uji asumsi klasik. Adapun yang harus dilakukan dan
terpenuhi agar model terbebas dari asumsi klasik antara lain tidak terjadi:
b. Pengujian Asumsi Klasik
1 Uji Normalitas
Model regressi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Untuk menguji apakah
distribusi data normal atau tidak, salah satunya dengan menggunakan analisis grafik. Cara yang paling sederhana
adalah dengan melihat histogram yang membandingkan antara data yang diteliti dengan distribusi yang mendekati distribusi
normal sebagaimana terlihat pada gambar berikut:
77
Gambar 4.1. Histogram Uji Normalitas
Dengan melihat tampilan grafik histogram, dapat disimpulkan bahwa grafik histogram memberikan pola
distribusi yang mendekati normal. Namun demikian jika hanya dengan melihat histogram, hal ini dapat memberikan hasil yang
meragukan khususnya untuk jumlah sampel kecil. Metode yang handal adalah dengan melihat normal probability plot, dimana
pada grafik normal plot terlihat titik-titik menyebar disekitar garis diagonal serta penyebarannya mengikuti arah garis
diagonal, sebagaimana ditampilkan pada Gambar 4.2 berikut:
78
Berdasarkan grafik normal plot, menunjukkan bahwa model regresi layak dipakai dalam penelitian ini karena pada
grafik normal plot terlihat titik-titik menyebar disekitar garis diagonal serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonal
sehingga memenuhi asumsi normalitas.
79
Tabel 4.3 Uji Kolmogorov Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
DPR CR
DER DTA
TATO ROA
EPS N
40 40
40 40
40 40
40 Normal Parameters
a,,b
Mean .3523
2.7513 .8595
.556025 1.0658
.200153 4.57
Std. Deviation .25878 1.97965
.15048 .1248758
.53528 .1290531
1.545 Most Extreme Differences
Absolute .196
.159 .202
.188 .141
.160 .148
Positive .196
.159 .202
.188 .141
.160 .148
Negative -.131
-.106 -.127
-.185 -.087
-.104 -.102
Kolmogorov-Smirnov Z 1.240
1.006 1.279
1.188 .893
1.010 .936
Asymp. Sig. 2-tailed .092
.264 .076
.119 .403
.260 .345
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Berdasarkan tabel hasil uji kolmogorov smirnov diatas bahwa data variabel CR, DER, DTA, TATO, ROA, EPS, dan
DPR mempunyai nilai signifikan masing-masing berurutan sebesar 0,264, 0,076, 0,119, 0.403, 0,260, 0,345 dan 0,092
dimana hasilnya menunujukkan tingkat signifikan lebih besar dari
α = 0,05. Hal ini berarti bahwa nilai data tersebut signifikan. Sehingga H
diterima, artinya bahwa data berasal distribusi normal.
80
2 Uji Multikolinieritas
Untuk mendeteksi ada tidaknya gejala multikolinearitas antar variabel independen digunakan Variance Inflation Factor
VIF dan Tolerance. Batas dari Tolerance value adalah 0.10
dan batas VIF adalah 10. Jika tolerance value dibawah 0.10 dan nilai VIF diatas 10 maka tidak terjadi multikolinieritas. Sampel
hasil yang ditunjukkan dalam output SPSS maka besar nilai VIF
dan nilai tolerance dari masing-masing variabel independen dapat dilihat pada tabel 4.4 sebagai berikut:
Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficients
a
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 Constant
CR .505
1.982 DER
.190 5.258
DTA .147
6.817 TATO
.505 1.980
ROA .466
2.147 EPS
.843 1.187
a. Dependent Variable: DPR
81
Sampel tabel 4.4 memperlihatkan hasil pengujian multikolinearitas. Hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa
tidak ada variabel independen yang memiliki nilai tolerance kurang dari 0.10 dan nilai VIF lebih dari 10. Dengan demikian
model regresi dalam penelitian ini terbukti terbebas dari gejala multikolonieritas.
3 Uji Autokorelasi
Tujuan pengujian autokorelasi adalah untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antar anggota dari observasi yang disusun
menurut time series atau cross section. Asumsi autokorelasi didefinisikan sebagai terjadinya korelasi diantara data
pengamatan, dimana munculnya suatu data dipengaruhi oleh data sebelumnya.
Penyimpangan autokorelasi dalam penelitian diuji dengan uji Durbin-Watson DW-test. Berdasarkan output SPSS 17.00,
maka hasil uji autokorelasi pada tabel 4.5 sebagai berikut: Tabel 4.5
Output Durbin-Watson SPSS 17.0
Model Summary
b
Durbin-Watson 2.287
82
Pengambilan keputusan ada atau tidaknya autokorelasi berdasarkan tabel autokorelasi yang menyebutkan bahwa nilai
Uji Durbin Watson = 2.287. Sedangkan dalam tabel DW untuk “k”=6 dan N=40 besarnya DW tabel: dl batas luar = 1,1754;
du batas dalam = 1,8538; 4 – du = 2,8246; dan 4 – dl = 2,1462 maka dari perhitungan disimpulkan bahwa DW-test
terletak pada daerah uji. Hal ini dapat dilihat pada gambar 4.3 sebagai berikut:
Gambar 4.3 Hasil Uji Durbin Watson
Positive Autocorrelation
indication Non autocorrelation
indication Negative Autocorrelation
0 dl
1,1754 Du 2
2,287 1,8538
DW 4-du
2,8246
4-dl
2,1462
4
4 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu
83
pengamatan kepengamatan yang lain. Jika varians dari residual satu pengamatan kepengamatan lain tetap, maka dapat disebut
Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang
Homoskedastisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas. Kebanyakan data crosssection mengandung situasi
Heteroskedastisitas karena data ini menghimpun data yang mewakili berbagai ukuran.
Dalam penelitian ini untuk melihat Grafik Plot antara nilai prediksi variabel terikat dependen yaitu ZPRED dan
residualnya SRESID. Deteksi ada atau tidaknya Heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada
tidaknya Heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara
SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual Y prediksi
ԟ Y sesungguhnya yang telah di-studentized. Dasar analisis:
a Jika ada pola tertentu, seperti titik yang ada membentuk pola
tertentu bergelombang, melebar kemudian menyempit, maka mengindikasikan telah terjadi Heteroskedastisitas.
84
b Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas
dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi Heteroskedastisitas.
Gambar 4.4 Uji Heteroskedastisitas
Dari grafik scatterplots diatas terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik diatas maupun
dibawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi Heteroskedastisitas pada model regresi,
sehingga model regresi layak dipakai untuk memprediksi Dividen payout ratio berdasarkan masukan variabel independen
Likuiditas CR, Solvabilitas DER, DTA, Aktivitas TATO, dan Profitabilitas ROA, EPS.
85
2. Analisis Regresi Linear Berganda
Dari hasil analisis uji asumsi klasik didapatkan hasil bahwa semua variabel yang diteliti terbebas dari gejala multikolinearitas.
Setelah dilakukan uji asumsi klasik yang dilakukan dengan hanya menggunakan satu variabel dependen yaitu dividen payout ratio dan
enam variabel independen yaitu Likuiditas CR, Solvabilitas DER, DTA,
Aktivitas TATO, dan Profitabilitas ROA, EPS. Pengujian secara simultan pada tabel 4.6 dapat diketahui bahwa
variabel independen Likuiditas CR, Solvabilitas DER, DTA, Aktivitas TATO, dan Profitabilitas ROA, EPS secara simultan
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen dividen payout ratio. Hal ini dapat dilihat dari nilai F-hitung 6,108
F-tabel 2,34 dengan tingkat signifikan sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05
α = 0,05. Hasil analisis signifikan, model regresi yang diajukan akan diikhtisarkan pada tabel 4.6 sebagai beikut:
86
Tabel 4.6 Hasil Uji F
ANOVA
b
Model Sum of Squares
Df Mean Square
F Sig.
11 Regression 1.374
6 .229 6.108 .000
a
Residual 1.237
33 .037
Total 2.612
39 a. Predictors: Constant, EPS, TATO, DER, CR, ROA, DTA
b. Dependent Variable: DPR
Namun secara simultan terdapat empat variabel independen yaitu variabel Likuiditas CR, Solvabilitas DTA, Aktivitas TATO, dan
Profitabilitas ROA yang berpengaruh signifikan pada level kurang dari 5, sedangkan kedua variabel independen yang lain terbukti
tidak signifikan untuk Solvabilitas DER sebesar 0,203, dan Profitabilitas EPS sebesar 0,234, kedua variabel tersebut
menunjukkan hasil yang lebih besar dari 0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa ROA merupakan indikator yang penting dipertimbangkan oleh
pemegang saham. Investor dapat menggunakan variabel tersebut sebagai bahan pertimbangan untuk investasi dipasar modal.
87
Tabel 4.7 Hail Uji T
Coefficients
a
Model Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients T
Sig. Collinearity
Statistics B
Std. Error Beta
Tolerance VIF
1 Constant -.185
.175 -1.052
.300 CR
.045 .022
.347 2.056
.048 .505 1.982
DER -.208
.161 -.357
-1.298 .203
.190 5.258 DTA
1.241 .566
.685 2.191
.036 .147 6.817
TATO -.207
.082 -.429
-2.542 .016
.505 1.980 ROA
1.922 .352
.959 5.459
.000 .466 2.147
EPS -2.214E-5
.000 -.158
-1.211 .234
.843 1.187 a. Dependent Variable: DPR
Hasil ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Didik Indarwati 2007. Dalam penelitiannya mengenai profitabilitas
sebagai penentu kebijakan dividen di Bursa Efek Indonesia, menghasilkan bahwa pengaruh secara parsial variabel ROA yang
berpengaruh signifikan pada level kurang dari 5 ditunjukkan dengan sig.F 0.032.
3. Pengujian Hipotesis
Pembahasan didalam penelitian ini menggunakan satu varaibel dependen yaitu DPR dan enam variabel independen yaitu Likuiditas
88
CR, Solvabilitas DER, DTA, Aktivitas TATO, dan Profitabilitas
ROA, EPS. a.
Hubungan antara Likuiditas CR dengan Dividend Payout Ratio Berdasarkan tabel 4.7 diatas dapat diketahui bahwa variabel
Likuiditas dengan menggunakan indikator CR memiliki t-hitung t-tabel dimana t-hitung 2.056 dan t-tabel 1.684 dengan tingkat
signifikansi sig. hitung sebesar 0.048. Tingkat signifikansi tersebut adalah lebih kecil dari taraf signifikansi
α = 0.05, sehingga dapat dikatakan bahwa variabel Likuiditas dengan
menggunakan indikator CR mempunayi pengaruh yang signifikan terhadap DPR. Dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima.
Variabel Likuiditas dengan menggunakan indikator CR mempunyai koefisien regresi dengan arah positif sebesar 0.045.
hal ini berarti bahwa hubungan antara variabel Likuiditas dengan menggunakan indikator CR terhadap variabel DPR adalah positif.
Dengan demikian dapat diinterpretasikan bahwa jika Current Ratio
naik 1 kali maka DPR akan naik sebesar 0.045 rupiah. Hasil ini menandakan bahwa pembayaran dividen dipengaruhi oleh
tingkat likuiditas perusahaan. Hasil ini sesuai dengan penelitian J.C. Shanti 2010 menunjukkan bahwa variabel Likuiditas
89
berpengaruh signifikan terhadap dividen kas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Namun hasil ini tidak sesuai
dengan penelitian yang dilakukan olah Didik Indarwati 2007 menyatakan bahwa Likuiditas CR tidak terdapat pengaruh yang
signifikan terhadap DPS pada perusahaan industri dan makanan yang listed di BEJ periode 2001-2005.
b. Hubungan antara Solvabilitas DER dengan Dividend Payout
Ratio Berdasarkan tabel 4.7 diatas dapat diketahui bahwa variabel
Solvabilitas dengan menggunakan indikator DER memiliki t- hitung t-tabel dimana t-hitung -1.298 dan t-tabel 1.684 dengan
tingkat signifikansi sig. hitung sebesar 0.203. Tingkat signifikansi tersebut adalah lebih besar dari taraf signifikansi
α = 0.05, sehingga dapat dikatakan bahwa variabel Solvabilitas
dengan menggunakan indikator DER tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap DPR. Dengan demikian Ho diterima dan
Ha ditolak. Variabel Solvabilitas dengan menggunakan indikator DER
mempunyai koefisien regresi dengan arah negatif sebesar - 0.208. hal ini berarti bahwa hubungan antara variabel Solvabilitas
dengan menggunakan indikator DER dengan variabel DPR adalah
90
negatif. Dengan demikian dapat diinterpretasikan bahwa dengan semakin besarnya nilai DER berarti semakin berkurang DPR yang
diperoleh oleh investor. Hasil ini sesuai dengan penelitian Didik Indarwati 2007 dalam penelitiannya mengenai Profitabilitas
Sebagai Penentu Kebijakan Dividen di BEJ yang menyatakan bahwa variabel DER secara parsial tidak berpengaruh signifikan
terhadap variabel DPS. c.
Hubungan antara Solvabilitas DTA dengan Dividend Pyout Ratio Berdasarkan tabel 4.7 diatas dapat diketahui bahwa variabel
Solvabilitas dengan menggunakan indikator DTA memiliki t- hitung t-tabel dimana t-hitung 2.191 dan t-tabel 1.684 dengan
tingkat signifikansi sig. hitung sebesar 0.036. Tingkat signifikansi tersebut adalah lebih kecil dari taraf signifikansi
α = 0.05, sehingga dapat dikatakan bahwa variabel Solvabilitas
dengan menggunakan indikator DTA mempunayi pengaruh yang signifikan terhadap DPR. Variabel DTA mempunyai koefisien
regresi dengan arah positif sebesar 1.241. Hal ini berarti bahwa hubungan antara variabel Solvabilitas dengan menggunakan
indikator DTA dengan variabel DPR adalah positif. Artinya perubahan nilai rasio DTA akan mempengaruhi kebijakan dividen.
91
Jika nilai rasio DTA semakin kecil akan memungkinkan perusahaan mengambil kebijakan untuk membagikan dividen.
Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Tesdi Priono 2006:51 yang menyatakan bahwa DTA berpengaruh
signifikan terhadap DPR. Dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima. Hasil ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan
Asmawi 2009:98 yang menyatakan bahwa variabel DTA tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap dividend cash.
d. Hubungan antara Aktivitas TATO dengan Dividend Payout Ratio
Berdasarkan tabel 4.7 diatas dapat diketahui bahwa variabel Aktivitas dengan menggunakan indikator TATO memiliki t-
hitung t-tabel dimana t-hitung -2.542 dan t-tabel 1.684 dengan tingkat signifikansi sig. hitung sebesar 0.016. Tingkat
signifikansi tersebut adalah lebih kecil dari taraf signifikansi α =
0.05, sehingga dapat dikatakan bahwa variabel Aktivitas dengan menggunakan indikator TATO mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap DPR. Dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Ari Subagya Listyantara 2005:52 menyatakan bahwa Varaiabel Aktivitas TATO secara signifikan mempengaruhi DPS. Variabel
92
Aktivitas TATO mempunyai koefisien regresi dengan arah negatif sebesar -0.207. Hal ini berarti bahwa hubungan antara
variabel TATO dengan variabel DPR adalah negatif. Namun hasil ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Tita
Deitiana 2009 yang menyatakan bahwa variabel aktivitas tidak berpengaruh signifikan terhadap DPR.
e. Hubungan antara Profitabilitas ROA dengan Dividend Payout
Ratio Berdasarkan tabel 4.7 diatas dapat diketahui bahwa variabel
Profitabilitas dengan menggunakan indikator ROA memiliki t- hitung t-tabel dimana t-hitung 5.459 dan t-tabel 1.684 dengan
tingkat signifikansi sig. hitung sebesar 0.000. Tingkat signifikansi tersebut adalah lebih kecil dari taraf signifikansi
α = 0.05, sehingga dapat dikatakan bahwa variabel Profitabilitas
dengan menggunakan indikator ROA mempunayi pengaruh yang signifikan terhadap DPR. Dengan demikian secara parsial variabel
hipotesis Ho ditolak dan Ha diterima. Variabel Profitabilitas dengan menggunakan indikator ROA mempunyai koefisien
regresi dengan arah positif sebesar 1.922. Hal ini berarti bahwa hubungan antara variabel Profitabilitas dengan menggunakan
93
indikator ROA dengan variabel DPR adalah positif. Dengan demikian dapat diinterpretasikan bahwa jika ROA meningkat 1
rupiah maka DPR akan meningkat sebesar 1.922 rupiah dengan asumsi variabel lainnya konstan. Hasil ini didukung oleh
penelitian Didik Indarwati 2007, dalam penelitiannya mengenai profitabilitas sebagai penentu kebijakan pembayaran dividen di
BEJ yang menyatakan bahwa secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel DPS.
f. Hubungan antara Profitabilitas EPS dengan Dividend Payout
ratio Berdasarkan tabel 4.7 diatas dapat diketahui bahwa variabel
Profitabilitas dengan menggunakan indikator EPS memiliki t- hitung t-tabel dimana t-hitung -1.211 dan t-tabel 1.684 dengan
tingkat signifikansi sig. hitung sebesar 0.234. Tingkat signifikansi tersebut adalah lebih besar dari taraf signifikansi
α = 0.05, sehingga dapat dikatakan bahwa variabel Profitabilitas
dengan menggunakan indikator EPS tidak mempunayi pengaruh yang signifikan terhadap DPR. Dengan demikian secara parsial
variabel hipotesis Ho diterima dan Ha ditolak. Variabel Profitabilitas dengan menggunakan indikator EPS mempunyai
94
koefisien regresi dengan arah negatif sebesar -2.214. Hal ini berarti bahwa hubungan antara variabel Profitabilitas dengan
menggunakan indikator ROA dengan variabel DPR adalah negatif. Dengan demikian dapat diinterpretasikan bahwa jika EPS turun 1
rupiah maka DPR akan turun sebesar -2.214 rupiah dengan asumsi variabel lainnya konstan. Hal ini didukung oleh J.C. Shanti 2010
dalam penelitiannya mengenai Analisis kinerja keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI menyatakan bahwa
variabel profitabilitas ratio secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap pembayaran dividen kas.
Persamaan Regresi Setelah Uji Asumai Klasik:
Y = a + b
1
X
1
+ b
2
X
2
+ b
3
X
3
+ b
4
X
4
+ b
5
X
5
+ b
6
X
6
+ e Y = 0.185 + 0.045X
1
- 0.208X
2
+ 1.241X
3
- 0.207X
4
+ 1.922X
5
- 2.214X
6
Dari hasil persamaan tersebut menunjukkan bahwa selama periode penelitian konstanta sebesar 0.185 menyatakan bahwa jika
variabel independen dianggap konstan, maka rata-rata dividen kas yang didapat oleh pemegang saham sebesar 0.185 rupiah.
Sedangkan tanda positif pada CR, DTA, dan ROA sesuai dengan konsep teori yang mendasarinya, dimana jika Current Ratio, DTA
dan ROA semakin meningkat maka DPR juga meningkat.
95
Sementara variabel DER, TATO dan EPS yang bertanda negatif menunjukkan adanya penurunan dividen yang dibagi terutama
DPR. Tabel 4.8
Hasil Uji Koefisien Determinasi R²
Model Summary
b
Model R
R Square Adjusted R
Square Std. Error of
the Estimate Durbin-Watson 1
.725
a
.526 .440
.19365 2.287
a. Predictors: Constant, EPS, TATO, DER, CR, ROA, DTA b. Dependent Variable: DPR
Berdasarkan tabel 4.8 kelima variabel bebas tersebut diperoleh R² atau nilai koefisien determinasi adjusted R² sebesar
0.440 atau 44. Hal ini berarti bahwa hanya 44 dari variabel dependen yaitu dividen kas dapat dijelaskan oleh variabel
independen Likuiditas CR, Solvabilitas DER, DTA, Aktivitas TATO, dan Profitabilitas ROA, EPS sedangkan sisanya yaitu
sebesar 66 dijelaskan oleh faktor-faktor lain diluar model yang diuji dalam penelitian ini.
96