Analisis dan Pembahasan PENEMUAN DAN PEMBAHASAN

76 Sedangkan Earning Per Share variabel memiliki rata-rata sebesar 857,52 dan nilai standar deviasi sebesar 1847,730, nilai minimum dari Earning Per Share sebesar 46 dan nilai maksimum sebesar 11120. Sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh variabel tersebut menunjukkan hasil yang baik.. a. Pembahasan Terhadap model regresi linear berganda ini, agar valid perlu dilakukan uji asumsi klasik. Adapun yang harus dilakukan dan terpenuhi agar model terbebas dari asumsi klasik antara lain tidak terjadi: b. Pengujian Asumsi Klasik 1 Uji Normalitas Model regressi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Untuk menguji apakah distribusi data normal atau tidak, salah satunya dengan menggunakan analisis grafik. Cara yang paling sederhana adalah dengan melihat histogram yang membandingkan antara data yang diteliti dengan distribusi yang mendekati distribusi normal sebagaimana terlihat pada gambar berikut: 77 Gambar 4.1. Histogram Uji Normalitas Dengan melihat tampilan grafik histogram, dapat disimpulkan bahwa grafik histogram memberikan pola distribusi yang mendekati normal. Namun demikian jika hanya dengan melihat histogram, hal ini dapat memberikan hasil yang meragukan khususnya untuk jumlah sampel kecil. Metode yang handal adalah dengan melihat normal probability plot, dimana pada grafik normal plot terlihat titik-titik menyebar disekitar garis diagonal serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonal, sebagaimana ditampilkan pada Gambar 4.2 berikut: 78 Berdasarkan grafik normal plot, menunjukkan bahwa model regresi layak dipakai dalam penelitian ini karena pada grafik normal plot terlihat titik-titik menyebar disekitar garis diagonal serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonal sehingga memenuhi asumsi normalitas. 79 Tabel 4.3 Uji Kolmogorov Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test DPR CR DER DTA TATO ROA EPS N 40 40 40 40 40 40 40 Normal Parameters a,,b Mean .3523 2.7513 .8595 .556025 1.0658 .200153 4.57 Std. Deviation .25878 1.97965 .15048 .1248758 .53528 .1290531 1.545 Most Extreme Differences Absolute .196 .159 .202 .188 .141 .160 .148 Positive .196 .159 .202 .188 .141 .160 .148 Negative -.131 -.106 -.127 -.185 -.087 -.104 -.102 Kolmogorov-Smirnov Z 1.240 1.006 1.279 1.188 .893 1.010 .936 Asymp. Sig. 2-tailed .092 .264 .076 .119 .403 .260 .345 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Berdasarkan tabel hasil uji kolmogorov smirnov diatas bahwa data variabel CR, DER, DTA, TATO, ROA, EPS, dan DPR mempunyai nilai signifikan masing-masing berurutan sebesar 0,264, 0,076, 0,119, 0.403, 0,260, 0,345 dan 0,092 dimana hasilnya menunujukkan tingkat signifikan lebih besar dari α = 0,05. Hal ini berarti bahwa nilai data tersebut signifikan. Sehingga H diterima, artinya bahwa data berasal distribusi normal. 80 2 Uji Multikolinieritas Untuk mendeteksi ada tidaknya gejala multikolinearitas antar variabel independen digunakan Variance Inflation Factor VIF dan Tolerance. Batas dari Tolerance value adalah 0.10 dan batas VIF adalah 10. Jika tolerance value dibawah 0.10 dan nilai VIF diatas 10 maka tidak terjadi multikolinieritas. Sampel hasil yang ditunjukkan dalam output SPSS maka besar nilai VIF dan nilai tolerance dari masing-masing variabel independen dapat dilihat pada tabel 4.4 sebagai berikut: Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolinearitas Coefficients a Model Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 Constant CR .505 1.982 DER .190 5.258 DTA .147 6.817 TATO .505 1.980 ROA .466 2.147 EPS .843 1.187 a. Dependent Variable: DPR 81 Sampel tabel 4.4 memperlihatkan hasil pengujian multikolinearitas. Hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa tidak ada variabel independen yang memiliki nilai tolerance kurang dari 0.10 dan nilai VIF lebih dari 10. Dengan demikian model regresi dalam penelitian ini terbukti terbebas dari gejala multikolonieritas. 3 Uji Autokorelasi Tujuan pengujian autokorelasi adalah untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antar anggota dari observasi yang disusun menurut time series atau cross section. Asumsi autokorelasi didefinisikan sebagai terjadinya korelasi diantara data pengamatan, dimana munculnya suatu data dipengaruhi oleh data sebelumnya. Penyimpangan autokorelasi dalam penelitian diuji dengan uji Durbin-Watson DW-test. Berdasarkan output SPSS 17.00, maka hasil uji autokorelasi pada tabel 4.5 sebagai berikut: Tabel 4.5 Output Durbin-Watson SPSS 17.0 Model Summary b Durbin-Watson 2.287 82 Pengambilan keputusan ada atau tidaknya autokorelasi berdasarkan tabel autokorelasi yang menyebutkan bahwa nilai Uji Durbin Watson = 2.287. Sedangkan dalam tabel DW untuk “k”=6 dan N=40 besarnya DW tabel: dl batas luar = 1,1754; du batas dalam = 1,8538; 4 – du = 2,8246; dan 4 – dl = 2,1462 maka dari perhitungan disimpulkan bahwa DW-test terletak pada daerah uji. Hal ini dapat dilihat pada gambar 4.3 sebagai berikut: Gambar 4.3 Hasil Uji Durbin Watson Positive Autocorrelation indication Non autocorrelation indication Negative Autocorrelation 0 dl 1,1754 Du 2 2,287 1,8538 DW 4-du 2,8246 4-dl 2,1462 4 4 Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu 83 pengamatan kepengamatan yang lain. Jika varians dari residual satu pengamatan kepengamatan lain tetap, maka dapat disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang Homoskedastisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas. Kebanyakan data crosssection mengandung situasi Heteroskedastisitas karena data ini menghimpun data yang mewakili berbagai ukuran. Dalam penelitian ini untuk melihat Grafik Plot antara nilai prediksi variabel terikat dependen yaitu ZPRED dan residualnya SRESID. Deteksi ada atau tidaknya Heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya Heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual Y prediksi ԟ Y sesungguhnya yang telah di-studentized. Dasar analisis: a Jika ada pola tertentu, seperti titik yang ada membentuk pola tertentu bergelombang, melebar kemudian menyempit, maka mengindikasikan telah terjadi Heteroskedastisitas. 84 b Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi Heteroskedastisitas. Gambar 4.4 Uji Heteroskedastisitas Dari grafik scatterplots diatas terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi Heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai untuk memprediksi Dividen payout ratio berdasarkan masukan variabel independen Likuiditas CR, Solvabilitas DER, DTA, Aktivitas TATO, dan Profitabilitas ROA, EPS. 85 2. Analisis Regresi Linear Berganda Dari hasil analisis uji asumsi klasik didapatkan hasil bahwa semua variabel yang diteliti terbebas dari gejala multikolinearitas. Setelah dilakukan uji asumsi klasik yang dilakukan dengan hanya menggunakan satu variabel dependen yaitu dividen payout ratio dan enam variabel independen yaitu Likuiditas CR, Solvabilitas DER, DTA, Aktivitas TATO, dan Profitabilitas ROA, EPS. Pengujian secara simultan pada tabel 4.6 dapat diketahui bahwa variabel independen Likuiditas CR, Solvabilitas DER, DTA, Aktivitas TATO, dan Profitabilitas ROA, EPS secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen dividen payout ratio. Hal ini dapat dilihat dari nilai F-hitung 6,108 F-tabel 2,34 dengan tingkat signifikan sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05 α = 0,05. Hasil analisis signifikan, model regresi yang diajukan akan diikhtisarkan pada tabel 4.6 sebagai beikut: 86 Tabel 4.6 Hasil Uji F ANOVA b Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig. 11 Regression 1.374 6 .229 6.108 .000 a Residual 1.237 33 .037 Total 2.612 39 a. Predictors: Constant, EPS, TATO, DER, CR, ROA, DTA b. Dependent Variable: DPR Namun secara simultan terdapat empat variabel independen yaitu variabel Likuiditas CR, Solvabilitas DTA, Aktivitas TATO, dan Profitabilitas ROA yang berpengaruh signifikan pada level kurang dari 5, sedangkan kedua variabel independen yang lain terbukti tidak signifikan untuk Solvabilitas DER sebesar 0,203, dan Profitabilitas EPS sebesar 0,234, kedua variabel tersebut menunjukkan hasil yang lebih besar dari 0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa ROA merupakan indikator yang penting dipertimbangkan oleh pemegang saham. Investor dapat menggunakan variabel tersebut sebagai bahan pertimbangan untuk investasi dipasar modal. 87 Tabel 4.7 Hail Uji T Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 Constant -.185 .175 -1.052 .300 CR .045 .022 .347 2.056 .048 .505 1.982 DER -.208 .161 -.357 -1.298 .203 .190 5.258 DTA 1.241 .566 .685 2.191 .036 .147 6.817 TATO -.207 .082 -.429 -2.542 .016 .505 1.980 ROA 1.922 .352 .959 5.459 .000 .466 2.147 EPS -2.214E-5 .000 -.158 -1.211 .234 .843 1.187 a. Dependent Variable: DPR Hasil ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Didik Indarwati 2007. Dalam penelitiannya mengenai profitabilitas sebagai penentu kebijakan dividen di Bursa Efek Indonesia, menghasilkan bahwa pengaruh secara parsial variabel ROA yang berpengaruh signifikan pada level kurang dari 5 ditunjukkan dengan sig.F 0.032. 3. Pengujian Hipotesis Pembahasan didalam penelitian ini menggunakan satu varaibel dependen yaitu DPR dan enam variabel independen yaitu Likuiditas 88 CR, Solvabilitas DER, DTA, Aktivitas TATO, dan Profitabilitas ROA, EPS. a. Hubungan antara Likuiditas CR dengan Dividend Payout Ratio Berdasarkan tabel 4.7 diatas dapat diketahui bahwa variabel Likuiditas dengan menggunakan indikator CR memiliki t-hitung t-tabel dimana t-hitung 2.056 dan t-tabel 1.684 dengan tingkat signifikansi sig. hitung sebesar 0.048. Tingkat signifikansi tersebut adalah lebih kecil dari taraf signifikansi α = 0.05, sehingga dapat dikatakan bahwa variabel Likuiditas dengan menggunakan indikator CR mempunayi pengaruh yang signifikan terhadap DPR. Dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima. Variabel Likuiditas dengan menggunakan indikator CR mempunyai koefisien regresi dengan arah positif sebesar 0.045. hal ini berarti bahwa hubungan antara variabel Likuiditas dengan menggunakan indikator CR terhadap variabel DPR adalah positif. Dengan demikian dapat diinterpretasikan bahwa jika Current Ratio naik 1 kali maka DPR akan naik sebesar 0.045 rupiah. Hasil ini menandakan bahwa pembayaran dividen dipengaruhi oleh tingkat likuiditas perusahaan. Hasil ini sesuai dengan penelitian J.C. Shanti 2010 menunjukkan bahwa variabel Likuiditas 89 berpengaruh signifikan terhadap dividen kas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Namun hasil ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan olah Didik Indarwati 2007 menyatakan bahwa Likuiditas CR tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap DPS pada perusahaan industri dan makanan yang listed di BEJ periode 2001-2005. b. Hubungan antara Solvabilitas DER dengan Dividend Payout Ratio Berdasarkan tabel 4.7 diatas dapat diketahui bahwa variabel Solvabilitas dengan menggunakan indikator DER memiliki t- hitung t-tabel dimana t-hitung -1.298 dan t-tabel 1.684 dengan tingkat signifikansi sig. hitung sebesar 0.203. Tingkat signifikansi tersebut adalah lebih besar dari taraf signifikansi α = 0.05, sehingga dapat dikatakan bahwa variabel Solvabilitas dengan menggunakan indikator DER tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap DPR. Dengan demikian Ho diterima dan Ha ditolak. Variabel Solvabilitas dengan menggunakan indikator DER mempunyai koefisien regresi dengan arah negatif sebesar - 0.208. hal ini berarti bahwa hubungan antara variabel Solvabilitas dengan menggunakan indikator DER dengan variabel DPR adalah 90 negatif. Dengan demikian dapat diinterpretasikan bahwa dengan semakin besarnya nilai DER berarti semakin berkurang DPR yang diperoleh oleh investor. Hasil ini sesuai dengan penelitian Didik Indarwati 2007 dalam penelitiannya mengenai Profitabilitas Sebagai Penentu Kebijakan Dividen di BEJ yang menyatakan bahwa variabel DER secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel DPS. c. Hubungan antara Solvabilitas DTA dengan Dividend Pyout Ratio Berdasarkan tabel 4.7 diatas dapat diketahui bahwa variabel Solvabilitas dengan menggunakan indikator DTA memiliki t- hitung t-tabel dimana t-hitung 2.191 dan t-tabel 1.684 dengan tingkat signifikansi sig. hitung sebesar 0.036. Tingkat signifikansi tersebut adalah lebih kecil dari taraf signifikansi α = 0.05, sehingga dapat dikatakan bahwa variabel Solvabilitas dengan menggunakan indikator DTA mempunayi pengaruh yang signifikan terhadap DPR. Variabel DTA mempunyai koefisien regresi dengan arah positif sebesar 1.241. Hal ini berarti bahwa hubungan antara variabel Solvabilitas dengan menggunakan indikator DTA dengan variabel DPR adalah positif. Artinya perubahan nilai rasio DTA akan mempengaruhi kebijakan dividen. 91 Jika nilai rasio DTA semakin kecil akan memungkinkan perusahaan mengambil kebijakan untuk membagikan dividen. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Tesdi Priono 2006:51 yang menyatakan bahwa DTA berpengaruh signifikan terhadap DPR. Dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima. Hasil ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan Asmawi 2009:98 yang menyatakan bahwa variabel DTA tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap dividend cash. d. Hubungan antara Aktivitas TATO dengan Dividend Payout Ratio Berdasarkan tabel 4.7 diatas dapat diketahui bahwa variabel Aktivitas dengan menggunakan indikator TATO memiliki t- hitung t-tabel dimana t-hitung -2.542 dan t-tabel 1.684 dengan tingkat signifikansi sig. hitung sebesar 0.016. Tingkat signifikansi tersebut adalah lebih kecil dari taraf signifikansi α = 0.05, sehingga dapat dikatakan bahwa variabel Aktivitas dengan menggunakan indikator TATO mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap DPR. Dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ari Subagya Listyantara 2005:52 menyatakan bahwa Varaiabel Aktivitas TATO secara signifikan mempengaruhi DPS. Variabel 92 Aktivitas TATO mempunyai koefisien regresi dengan arah negatif sebesar -0.207. Hal ini berarti bahwa hubungan antara variabel TATO dengan variabel DPR adalah negatif. Namun hasil ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Tita Deitiana 2009 yang menyatakan bahwa variabel aktivitas tidak berpengaruh signifikan terhadap DPR. e. Hubungan antara Profitabilitas ROA dengan Dividend Payout Ratio Berdasarkan tabel 4.7 diatas dapat diketahui bahwa variabel Profitabilitas dengan menggunakan indikator ROA memiliki t- hitung t-tabel dimana t-hitung 5.459 dan t-tabel 1.684 dengan tingkat signifikansi sig. hitung sebesar 0.000. Tingkat signifikansi tersebut adalah lebih kecil dari taraf signifikansi α = 0.05, sehingga dapat dikatakan bahwa variabel Profitabilitas dengan menggunakan indikator ROA mempunayi pengaruh yang signifikan terhadap DPR. Dengan demikian secara parsial variabel hipotesis Ho ditolak dan Ha diterima. Variabel Profitabilitas dengan menggunakan indikator ROA mempunyai koefisien regresi dengan arah positif sebesar 1.922. Hal ini berarti bahwa hubungan antara variabel Profitabilitas dengan menggunakan 93 indikator ROA dengan variabel DPR adalah positif. Dengan demikian dapat diinterpretasikan bahwa jika ROA meningkat 1 rupiah maka DPR akan meningkat sebesar 1.922 rupiah dengan asumsi variabel lainnya konstan. Hasil ini didukung oleh penelitian Didik Indarwati 2007, dalam penelitiannya mengenai profitabilitas sebagai penentu kebijakan pembayaran dividen di BEJ yang menyatakan bahwa secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel DPS. f. Hubungan antara Profitabilitas EPS dengan Dividend Payout ratio Berdasarkan tabel 4.7 diatas dapat diketahui bahwa variabel Profitabilitas dengan menggunakan indikator EPS memiliki t- hitung t-tabel dimana t-hitung -1.211 dan t-tabel 1.684 dengan tingkat signifikansi sig. hitung sebesar 0.234. Tingkat signifikansi tersebut adalah lebih besar dari taraf signifikansi α = 0.05, sehingga dapat dikatakan bahwa variabel Profitabilitas dengan menggunakan indikator EPS tidak mempunayi pengaruh yang signifikan terhadap DPR. Dengan demikian secara parsial variabel hipotesis Ho diterima dan Ha ditolak. Variabel Profitabilitas dengan menggunakan indikator EPS mempunyai 94 koefisien regresi dengan arah negatif sebesar -2.214. Hal ini berarti bahwa hubungan antara variabel Profitabilitas dengan menggunakan indikator ROA dengan variabel DPR adalah negatif. Dengan demikian dapat diinterpretasikan bahwa jika EPS turun 1 rupiah maka DPR akan turun sebesar -2.214 rupiah dengan asumsi variabel lainnya konstan. Hal ini didukung oleh J.C. Shanti 2010 dalam penelitiannya mengenai Analisis kinerja keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI menyatakan bahwa variabel profitabilitas ratio secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap pembayaran dividen kas. Persamaan Regresi Setelah Uji Asumai Klasik: Y = a + b 1 X 1 + b 2 X 2 + b 3 X 3 + b 4 X 4 + b 5 X 5 + b 6 X 6 + e Y = 0.185 + 0.045X 1 - 0.208X 2 + 1.241X 3 - 0.207X 4 + 1.922X 5 - 2.214X 6 Dari hasil persamaan tersebut menunjukkan bahwa selama periode penelitian konstanta sebesar 0.185 menyatakan bahwa jika variabel independen dianggap konstan, maka rata-rata dividen kas yang didapat oleh pemegang saham sebesar 0.185 rupiah. Sedangkan tanda positif pada CR, DTA, dan ROA sesuai dengan konsep teori yang mendasarinya, dimana jika Current Ratio, DTA dan ROA semakin meningkat maka DPR juga meningkat. 95 Sementara variabel DER, TATO dan EPS yang bertanda negatif menunjukkan adanya penurunan dividen yang dibagi terutama DPR. Tabel 4.8 Hasil Uji Koefisien Determinasi R² Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .725 a .526 .440 .19365 2.287 a. Predictors: Constant, EPS, TATO, DER, CR, ROA, DTA b. Dependent Variable: DPR Berdasarkan tabel 4.8 kelima variabel bebas tersebut diperoleh R² atau nilai koefisien determinasi adjusted R² sebesar 0.440 atau 44. Hal ini berarti bahwa hanya 44 dari variabel dependen yaitu dividen kas dapat dijelaskan oleh variabel independen Likuiditas CR, Solvabilitas DER, DTA, Aktivitas TATO, dan Profitabilitas ROA, EPS sedangkan sisanya yaitu sebesar 66 dijelaskan oleh faktor-faktor lain diluar model yang diuji dalam penelitian ini. 96

C. Interpretasi Hasil Penelitian

1. Interpretasi pengaruh Likuiditas CR terhadap DPR Dari hasil perhitungan uji secara parsial diperoleh nilai t hitung sebesar 2.056 dengan hasil nilai signifikan sebesar 0.048. Karena nilai signifikan lebih kecil dari 0.05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, dimana ada pengaruh antara variabel CR dengan Variabel DPR. Alasan CR mempunyai tanda positif, karena semakin meningkatnya rasio CR maka akan berdampak pada pendapatan perusahaan. Hal ini bisa terjadi dikarenakan perusahaan mampu memenuhi kewajiban jangka pendek, sehingga bila nila rasio Likuiditas meningkat, maka kemampuan perusahaan untuk meningkatkan pendapatan dan laba pun akan meningkat. Hal ini mempengaruhi keputusan dividen, dimana dividen akan diberikan apabila perusahaan memiliki laba. 2. Interpretasi pengaruh Solvabilitas DER terhadap DPR Dari hasil perhitungan uji secara parsial diperoleh nilai t hitung sebesar -1.298 dengan hasil nilai signifikan sebesar 0.203. karena nilai signifikan lebih besar dari 0.05 maka Ha ditolak dan Ho diterima yang berarti tidak ada pengaruh antara variabel DER dengan Variabel DPR . Alasan DER mempunyai tanda negatif, karena dengan besarnya jumlah utang yang dimiliki perusahaan maka perusahaan tidak dapat 97 melakukan kebijakan dividen. Sehingga peningkatan nilai rasio DER akan memiliki arah berlawanan. Karena dengan tingginya nilai rasio DER mengindikasikan bahwa perusahaan memiliki kemampuan meningkatkan laba yang lebih sedikit. 3. Interpretasi pengaruh Solvabilitas DTA terhadap DPR Dari hasil perhitungan uji secara parsial diperoleh nilai t hitung sebesar 2.191 dengan hasil nilai signifikan sebesar 0.036. karena nilai signifikan lebih kecil dari 0.05 maka H ditolak dan H a diterima berarti ada pengaruh antara variabel DTA dengan Variabel DPR. Alasan DTA mempunyai tanda positif, karena dengan besarnya jumlah modal perusahaan yang dibiayai oleh utang maka perusahaan akan lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan membagikan dividen. Tentunya perusahaan akan berupaya untuk menurunkan nilai hutangnya. Sehingga memungkinkan kebijakan dividen akan ditunda. 4. Interpretasi pengaruh Aktivitas TATO terhadap DPR Dari hasil perhitungan uji secara parsial diperoleh nilai t hitung sebesar -2,542 dengan hasil nilai signifikan sebesar 0.016. karena nilai signifikan lebih kecil dari 0.05 maka hipotesis H ditolak dan H a diterima berarti ada pengaruh antara variabel TATO dengan Variabel DPR . TATO menunjukkan tingkat jumlah penjualan yang diperoleh 98 dari tiap rupiah aktiva. Hal ini sesuai dengan teori yang dijelaskan pada bab sebelumnya. Dengan demikian semakin tinggi rasio perputaran TATO menunjukkan bahwa investasi yang ditanamkan dalam kas rendah. 5. Interpretasi pengaruh Profitabilitas ROA terhadap DPR Dari hasil perhitungan uji secara parsial diperoleh nilai t hitung sebesar 5.459 dengan hasil nilai signifikan sebesar 0.000. karena nilai signifikan lebih kecil dari 0.05 maka hipotesis diterima berarti ada pengaruh antara variabel ROA dengan Variabel DPR. Alasan ROA mempunyai tanda positif, karena semakin meningkatnya rasio ROA maka berdampak pada pendapatan perusahaan. Hal ini sesuai dengan teori Weston dan Brigham yang menyatakan bahwa pemegang saham investor dalam jangka panjang akan melihat keuntungan yang benar- benar akan diterima dalam bentuk dividen. Semakin tinggi ROA berarti semakin efektif aktiva perusahaan dalam menghasilkan laba bersih. Dengan semakin besarnya laba yang berhasil diperoleh perusahaan maka perusahaan mempunyai potensi yang lebih besar untuk membagikan dividen kepada para pemegang saham. 99 6. Interpretasi pengaruh Profitabilitas EPS terhadap DPR Dari hasil perhitungan uji secara parsial diperoleh nilai t hitung sebesar -1.211 dengan hasil nilai signifikan sebesar 0.234. karena nilai signifikan lebih besar dari 0.05 maka hipotesis H diterima dan H a ditolak berarti tidak ada pengaruh antara variabel EPS dengan Variabel DPR. Sesuai dengan teori yang dipaparkan dalam bab sebelumnya, apabila EPS turun berarti manajemen dalam perusahaan belum berhasil untuk memuaskan pemegang saham. Hal ini dikarenakan pembentukan perhitungan rasio-rasio keuangan umumnya mengunakan data keuangan yang bersifat jangka panjang, sedangkan EPS merupakan pembentukan nilai jangka pendek. Dimana perubahaan EPS secara langsung dipengaruhi oleh harga saham. Sehingga apabila dilakukan perhitungan nilai EPS secara realtime pada perdagangan saham, perubahan EPS akan berbanding lurus dengan perubahaan harga saham. Yang artinya setiap perubahaan harga saham akan secara langsung memnpengaruhi perubahaan nilai EPS. Terlihat pada pergerakan harga saham antara tahun 2007-2010 dimana mayoritas saham-saham mengalami penurunan nilai harga saham, yang artinya nilai EPS pun ikut menurun, namun beberapa perusahaan terutama perusahaan sampel pada periode tersebut masih tetap 100 membagikan dividen secara konsisten. Hal ini mengindikasikan bahwa EPS tidak sepenuhnya secara langsung memberikan pengaruh terhadap kebijakan dividen payout ratio.

Dokumen yang terkait

ANALISIS PENGARUH LIKUIDITAS, AKTIVITAS DAN PROFITABILITAS PERUSAHAAN TERHADAP RETURN SAHAM (Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Jakarta Islamic Index)

0 5 22

Analisis Pengaruh Rasio Likuiditas, Aktivitas, Profitabilitas, dan Struktur Modal Terhadap Kebijakan Pembayaran Deviden pada Perusahaan di Jakarta Islamic Index (JII) (Studi Empiris di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2011)

0 4 130

PENGARUH PROFITABILITAS, LIKUIDITAS, LEVERAGE, AKTIVITAS DAN SIZE TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN

0 2 23

PENGARUH LIKUIDITAS, FINANCIAL LEVERAGEDAN PROFITABILITAS TERHADAP DIVIDEN TUNAI PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DALAM JAKARTA ISLAMIC INDEX

0 0 8

ANALISIS RASIO LIKUIDITAS, SOLVABILITAS, AKTIVITAS DAN KEBIJAKAN DIVIDEN TERHADAP PERUBAHAN LABA PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGE SKRIPSI

0 0 15

PENGARUH PROFITABILITAS DAN LIKUIDITAS TERHADAP STRUKTUR MODAL DAN KEBIJAKAN DIVIDEN YANG TERDAFTAR DI JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII) PERIODE 2010-2014

0 0 18

BAB I PENDAHULUAN - ANALISIS PENGARUH LIKUIDITAS DAN PROFITABILITAS TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN )STUDI PADA PERUSAHAAN DALAM JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII) TAHUN 2009-2014) - STAIN Kudus Repository

0 0 10

ANALISIS PENGARUH LIKUIDITAS DAN PROFITABILITAS TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN )STUDI PADA PERUSAHAAN DALAM JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII) TAHUN 2009-2014) - STAIN Kudus Repository

0 0 10

2. Bursa Efek Indonesia - ANALISIS PENGARUH LIKUIDITAS DAN PROFITABILITAS TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN )STUDI PADA PERUSAHAAN DALAM JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII) TAHUN 2009-2014) - STAIN Kudus Repository

0 0 16

Skripsi ANALISIS PENGARUH LIKUIDITAS, SOLVABILITAS, PROFITABILITAS, KEPEMILIKAN MANAJERIAL DAN PERTUMBUHAN PERUSAHAAN TERHADAP KEBIJAKAN PEMBAYARAN DIVIDEN (STUDI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2003 – 2007)

0 0 16