Implementasi Program Pembangunan Infrastruktur Pedesaan (PPIP PNPM Mandiri)Oleh Aparatur Desa dan Masyarakat Untuk Meningkatkan Akses Masyarakat Miskin (Studi Pada Desa Fajar Bulan Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2012)

(1)

PROGRAM (PPIP PNPM MANDIRI) BY THE APPARATUS AND SOCIETY FOR IMPROVING PUBLIC POOR ACCESS SOCIETY

(Study in Desa Fajar Bulan, Gunung Sugih, Lampung Tengah 2012) by

JODI PRAYUDA

PPIP is a community-based programs under of PNPM Mandiri. Community empowerment is done so that the results of the implementation development can be tailored to needs that have been identified in a participatory manner. PPIP strive to create and improve the quality of people's lives, both individually and in groups through participation in solving the existing problems related to poverty and underdevelopment of the village as an effort to improve the quality of life, independence and well-being of society.

This study aimed to obtain a description and analyzed on the implementation of the PPIP PNPM Mandiri program by society officials and the people in Desa Fajar Bulan, Gunung Sugih, Lampung Tengah in 2012 the terms of tasks and clear goals that accurately reflect the intent of the policy, management plans that allocate tasks and performance standards of implementing organizations, implementing organizational performance measurement assessed with the goal to be achieved, the control and management system of social sanctions to keep subordinates in order to remain accountable and impact of the program on access to basic infrastructure services for the poor and the constraints by encountered during the implementation process.

This study used a qualitative approach with descriptive type that generates data in the form of words written or spoken by people and behaviors that can be observed. Data


(2)

validity of the data is done by triangulation.

Based on the research, results that the PPIP program implementation in Desa Fajar Bulan in 2012 has not been implemented effectively. This is because in practice there are problems such as the management plan implemented through village meetings have not been good enough, society is not yet fully participate actively participate in village meetings were held. In addition, control management system for physical control of infrastructure is not good enough, it is because intensity insufficient monitoring conducted maximal.

Researchers recommend a few things in the PPIP program implementation of Desa Fajar Bulan, namely : The CSO together with the community facilitators should provide more public education about the PPIP program that will be implemented. In addition, the need to increase the number of facilitators, especially in the field of community development facilitators in order to maximize their performance in empowering communities of PPIP program implementation.


(3)

IMPLEMENTASI PROGRAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PEDESAAN (PPIP PNPM MANDIRI) OLEH APARATUR DESA DAN

MASYARAKAT UNTUK MENINGKATKAN AKSES MASYARAKAT MISKIN

(Studi Pada Desa Fajar Bulan Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2012)

Oleh JODI PRAYUDA

PPIP merupakan program berbasis pemberdayaan masyarakat di bawah payung Program PNPM Mandiri. Pemberdayaan masyarakat ini dilakukan agar hasil pelaksanaan pembangunan dapat sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang telah diidentifikasikan secara partisipatif. PPIP berupaya menciptakan dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat, baik secara individu maupun kelompok melalui partisipasi dalam memecahkan berbagai permasalahan yang ada terkait kemiskinan dan ketertinggalan desanya sebagai upaya meningkatkan kualitas kehidupan, kemandirian dan kesejahteraan masyarakat.

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran (deskripsi) dan menganalisis tentang implementasi program PPIP PNPM Mandiri oleh aparatur Desa dan masyarakat di Desa Fajar Bulan Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten Lampung Tengah tahun 2012 yang ditinjau dari tugas dan tujuan yang jelas yang secara akurat merefleksikan maksud dari suatu kebijakan, manajemen rencana yang mengalokasikan tugas dan standard kinerja ke organisasi pelaksana, pengukuran kinerja organisasi pelaksana yang dinilai dengan tujuan yang ingin dicapai, sistem manajemen kontrol dan sanksi sosial untuk menjaga bawahan agar tetap akuntabel dan dampak program terhadap akses pelayanan infrastruktur dasar bagi masyarakat miskin serta kendala-kendala yang dihadapi selama proses implementasi.


(4)

yang dapat diamati. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, dokumentasi dan wawancara. Teknik analisis data menggunakan reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan dan untuk mencapai keabsahan data dilakukan dengan triangulasi data.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa implementasi program PPIP di Desa Fajar bulan tahun 2012 belum terlaksana secara efektif. Hal ini dikarenakan dalam pelaksanaannya masih terdapat masalah diantaranya pada manajemen rencana yang dilaksanakan melalui musyawarah desa belum cukup baik, mayarakat belum sepenuhnya ikut aktif berpartisipasi dalam kegiatan musyawarah desa yang dilaksanakan. Selain itu sistem manajemen kontrol untuk pengawasan fisik infrastruktur belum cukup baik, hal ini dikarenkan intensitas monitoring yang dilakukan belum cukup maksimal.

Peneliti merekomendasikan beberapa hal dalam implementasi program PPIP di Desa Fajar Bulan, yakni: Pihak OMS bersama fasilitator masyarakat sebaiknya lebih banyak memberikan sosialisasi kepada masyarakat mengenai program PPIP yang akan dilaksanakan. Selain itu, perlunya dilakukan penambahan jumlah fasilitator pendamping, khususnya fasilitator di bidang pemberdayaan masyarakat agar dapat memaksimalkan kinerja mereka dalam memberdayakan masyarakat saat pelaksanaan program PPIP.


(5)

MASYARAKAT MISKIN

(Studi Pada Desa Fajar Bulan Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2012)

Oleh JODI PRAYUDA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA ADMINISTRASI NEGARA

Pada

Jurusan Ilmu Administrasi Negara

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(6)

1. Model Kerangka Pikir... 67

2. Struktur OMS Desa Fajar Bulan ... 97

3. Kenggotaan KPP program PPIP Desa Fajar Bulan... 122


(7)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...1

B. Rumusan Masalah... 11

C. Tujuan Penelitian ... 11

D. Manfaat Penelitian ... 12

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu... 13

B. Tinjauan Mengenai Kebijakan Publik ... 17

1. Pengertian Kebijakan Publik ... 17

2. Ciri-Ciri Kebijakan Publik... 18

3. Unsur-Unsur Kebijakan Publik ... 19

4. Tahapan Kebijakan Publik... 20

5. Dampak Kebijakan Publik (Policy Impact)... 23

C. Tinjauan Mengenai Implementasi Kebijakan Publik ... 24

1. Model Implementasi Kebijakan Publik ... 27

a. Donald Vann Mentter dan Carl Van Horn... 28

b. Daniel Mazmanian dan Paul Sabatier... 31

c. Merilee S. Grindle ... 35

d. George Edward III ... 38

e. Richard Elmore... 40

D. Tinjaun Mengenai Pembangunan ... 45

a. Pengertian Pembangunan ... 45

b. Tujuan Pembangunan ... 46


(8)

PNPM Mandiri ... 51

1. Pengertian Program Pembangunan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) PNPM Mandiri... 51

2. Tujuan Program Pembangunan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) PNPM Mandiri... 51

3. Prinsip-Prinsip Penyelenggaraan Program Pembangunan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) PNPM Mandiri... 51

4. Pendekatan Program Pembangunan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) PNPM Mandiri... 52

5. Organisasi dan Pembagian Peran Dalam Pelaksanaan Program Pembangunan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) PNPM Mandiri ... 54

6. Fasilitator Masyarakat ... 55

F. Tinjauan Mengenai Masyarakat Miskin ... 57

1. Definisi Masyarakat... 57

2. Ciri-Ciri Masyarakat... 57

3. Definisi Kemiskinan ... 58

4. Ciri-Ciri Masyarakat Miskin ... 60

5. Pemberdayaan Masyarakat Miskin... 61

G. Kerangka Pikir... 64

III. METODE PENELITIAN A. Tipe dan Pendekatan Penelitian ... 68

B. Fokus Penelitian ... 69

C. Lokasi Penelitian... 70

D. Jenis dan Sumber Data ... 71

E. Instrumen Penelitian... 74

F. Teknik Analisis Data... 76


(9)

1. Sejarah Terbentuknya Desa Fajar Bulan... 79

2. Kebijakan Umum Desa ... 79

3. Program Pembangunan Sarana dan Prasaran Desa Fajar Bulan ... 80

4. Strategi Pembangunan Desa Fajar Bulan ... 81

5. Kondisi Geografis Desa Fajar Bulan... 81

6. Sejarah Pembangunan Yang Pernah Dilakukan di Desa Fajar Bulan. 82 7. Sarana dan Prasarana Yang Ada di Desa Fajar Bulan ... 82

B. Gambaran Umum Program PPIP di Desa Fajar Bulan ... 83

1. Jenis Infrastruktur... 83

2. Lokasi Kegiatan ... 83

3. Waktu Pelaksanaan Kegiatan ... 83

4. Sasaran dari Pembangunan Infrastruktur ... 83

5. Jumlah Pemanfaat ... 84

C. Organisasi Masyarakat Pelaksana Program PPIP di Desa Fajar Bulan .... 84

1. Tugas Organisasi Pelaksana... 85

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian dan Pembahasan... 87

1. Implementasi Program PPIP PNPM Mandiri Oleh Aparatur Desa dan Masyarakat Untuk Meningkatkan Akses Masyarakat Miskin di Desa Fajar Bulan Tahun 2012... 87

a. Tugas dan Tujuan Yang Jelas Yang Secara Akurat Merefleksikan Maksud dari Suatu Kebijakan... 88

b. Manajemen Rencana Yang Mengalokasikan Tugas dan Standard Kinerja ke Organisasi Pelaksana ... 95

1. Musyawarah Desa I... 96

a. Organisasi Masyarakat Setempat ... 97

b. Tim Persiapan... 99

c. Tim Pelaksana ... 100


(10)

Fajar Bulan ... 104

b. Merumuskan Usulan Prioritas Desa... 109

c. Perumusan Rencana Kegiatan Masyarakat ... 112

d. Rencana Anggaran dan Biaya ... 116

e. Rencana Pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur ... 119

f. Kelompok Pemanfaat dan Pemelihara ... 121

1. Rencana Pendanaan dan Operasi Pemeliharaan... 123

2. Rencana Operasi Pemeliharaan... 123

g. Tim Pengadaan Barang dan Jasa... 124

3. Musyawarah Desa III ... 125

c. Pengukuran Kinerja Organisasi Pelaksana Yang di Nilai Dengan Tujuan Yang Ingin Dicapai ... 127

1. Waktu pelaksanaan program PPIP ... 128

2. Pelaksanaan Penyaluran Dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) Rp 250.000.000 per Desa Telah Dilaksanakan di Masing-Masing Desa Sasaran ... 131

3. Penggunaan anggaran biaya ... 133

4. Pelaksanaan pembangunan infrastruktur jalan telford, gorong-gorong dan talud ... 142

5. Kualitas Infrastruktur Yang Telah Terbangun dan Fungsi Pengaturan Operasional serta Pemeliharaan ... 147

d. Sistem Manajemen Kontrol dan Sanksi Sosial Untuk Menjaga Bawahan Agar Tetap Akuntabel ... 153

2. Dampak Program PPIP Terhadap Akses Pelayanan Infrastruktur Dasar Bagi Masyarakat Miskin di Desa Fajar Bulan ... 158

3. Kendala-Kendala Yang Dihadapi Dalam Implementasi Program Pembangunan Infrastruktur Pedesaan Oleh Aparatur Desa dan Masyarakat Untuk Meningkatkan Akses Masyarakat Miskin di Desa Fajar Bulan Tahun 2012... 162


(11)

B. Saran... 167

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(12)

1. Pembangunan Infrastruktur di Desa Fajar Bulan ... 8

2. Gambaran pelaksanaan program pembangunan infrastruktur pedesaan di beberapa wilayah ... 14

3. Informan terkait pelaksanaan program PPIP di Desa Fajar Bulan tahun 2012 ... 72

4. Dokumen terkait penelitian program pembangunan infrastruktur pedesaan Desa Fajar Bulan Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten Lampung Tengah tahun 2012 ... 73

5. Kondisi Geografis Desa Fajar Bulan ... 81

6. Sejarah Pembangunan di Desa Fajar Bulan... 82

7. Sarana dan prasarana Desa ... 82

8. Daftar penerima manfaat program ppip di Desa Fajar Bulan... 84

9. Struktur Organisasi Masyarakat Desa Fajar Bulan... 85

10. Tenaga teknis pembantu pogram PPIP Desa Fajar Bulan ... 85

11. Tim persiapan dalam program PPIP di Desa Fajar Bulan ... 100

12. Tim pelaksana program PPIP di Desa Fajar Bulan ... 101

13. Kader Desa program PPIP di Desa Fajar Bulan ... 102

14. Prioritas permasalahan yang terdapat di desa Fajar Bulan ... 105

15. Analisis Usulan Prioritas Desa ... 110

16. Tim organisasi pelaksana kegiatan (OMS)... 113

17. Tim fasilitator masyarakat ... 114

18. Jumlah Pemanfaat Infrastruktur... 114

19. Rencana anggaran biaya (RAB) program PPIP Desa Fajar Bulan tahun 2012... 116

20. Jadawal rencana pelaksanaan program PPIP tahun 2012 ... 120

21. Jadawal pelaksanaan program PPIP tahun 2012 ... 129

22. Penggunaan anggaran biaya tahap I ... 134

23. Penggunaan anggaran biaya tahap II ... 136

24. Penggunaan anggaran biaya tahap III... 138


(13)

1,. I : 1..

.,i.,.:, ...

LTIflXIIVSIDNSI{

]

I r' ii, '.r.1 .

li'il ":.l:


(14)

ffi

z zr8oo,z

90/0986I dIN

lrr[

"Ll'lrs

ErESaiJ lsE$slululpv

ntull

uEsnrnr Erqau

'z

I 1l ' r ':

':'

llr.d.'LI '. l l

,l

..1.,

: .r, '. i,,r, rl i, :: , , I Srqqu4qurad

tEtuoll

'I

'ir i

INfffiXTJ[IIflId

{HIgJ'nwu,

Ep

leros

ntrlu

erEs?ttr.rsu**eiur

ntql

960rtogIor

rpntrr

.glofi

:.

',,,,,

,'::

: ' , r,'

'lrI.OZqnIIP.I,

',

,1,

'

{6uo;

frndqlryl

u*;dnqsll

rySnS

:. , ,

,flunung

E?tetu"esry,irplllg

rathil

us?{I

ppEd

rpnts|

uursuu,ti{ll{vrsvN

s,flsl[g

,

tls:lieYlltlHnllilI{

uIuhln J.Vlff

.

v.silo

u

lrff''Io

(nrr(INYr{

rrtaui

dlrd)

LIYs*Itlgd

lN{uuours!ilf,'fl

NI

rrrNft

[rrygl{rgd

lcvueolliI.I$yrNflr{ilI,4r{I

s4lrulPJ

ir,

'..',:,: ,

,UPSH.lflf, E1vrslspr.trEl^l {o}|od Jol.uolJ Emsls€I.lpl4l PruPlI

Fdl'tUS:lnpnf g0o

r'togmz

8z90186I

dILI


(15)

tusfe,,ftued lsnqtueur

,I0Z

requeseq,I

'Eundurel reprreg

'ru

FEqt

uunmErel rp nrylreq Etred eurou

uu8uep runsos e.(uurq rs{rres sues '1ul sqnl

e&q

lr?p gelore&p qu1e1ftre,{

releE trepqecued udruoq Ttuepe:p r$Irrcs srmJeueru BrposJaq e.(es e4eru

]q

ueele{uod ruulup rr"reueg{Bpl}e{ uup ueEuedurr.(ued pdeprel 1wq

uurpntuo{

p

eggedu uup e,fuqnE8unsos ueEuep lunq ufus rm truupdrue4 'n

'aplsnd rEIBp urBIBp rru>lum$reclp uep efrfueruEuad

BUI?u rre>llnqesrp tru8uep qe>Iseu rrrBIBp rrutlc? ruEuqes wTtmlwctp

sqel

truEuep

s]lnilol

?reces r1urlce{

'qel

Euero uurpsaplqndrp ne}B

sp{p

qelel Eued pdepued nup e&q ludeprel

{"pp

1uI s1p1e{rq

urcpq

'€

'Eqqu4qued

urll

rrBqBrE rrsnce{

tnq

4uqrd usn}uuq

edue1'rrpues u,(es treplleuod uep rresnuru 'uBsute8 runur Fq sl1nf erfte1l .e

'efuuq

rEEm] uenm8rod rp tmdnuur Etmdruul ss{sro^run

>peq '(e,(pu11 $ry/"u?Fug) rytuepe4e.re1eE uuryedupueu Tnlun ueryrferp

qeued uryeq usp Is? r{Elepe Iul qrpp uurodulnsdlqS 'e.(us srp} e,Crc)

'I

:?/v\rluq UB>ppdUeU A(eS nn truEueq


(16)

Jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu dan sesungguhnya itu amat berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu. (QS. AL-Baqarah ayat 45)

Tidak ada rahasia untuk sukses. Ini adalah hasil sebuah persiapan, kerja keras, dan belajar dari kesalahan. (Colin Powel)

Seorang yang cemerlang hari ini datangnya dari seorang yang biasa, tetapi yang menjadikannya cemerlang karena usahanya yang luar biasa.

( Drs. Berchah pitoewas, M.H)

Saya bisa menerima kegagalan, tapi saya tidak bisa menerima segala hal yang tak pernah diusahakan. (Michael Jordan)

Keberhasilan yang alami dan bertahap adalah keberhasilan yang sempurna, sedangkan kemalasan dan kebodohan adalah dua hal yang menjadi pemicu munculnya kegagalan (sebuah filsafat hidup yang konsisten dipegang teguh


(17)

✁✂ ✄☎ ✂✆✁✂ ✄✝ ✞☎ ✟✠ ✡ ☛✆✡☞ ☞☎ ✌ ✡✍✍☎ ✌ ✆☎ ✂✂ ✡✍✍☎ ✌✡ ✆✎☎ ✂✟✝✏ ✡☛✑ ✝✒ ✝✍✒ ✁✟☎ ✎☎ ✓✔ ✔ ✓✕ ✖WT, ku persembahkan karya kecil ini khusus untuk ;

Ayah dan Mama,

Bapak Umai Saputra dan Ibu Ernawati

Serta adik-adiku tercinta Genadi Permana Putra dan Ahmad Fadillah yang senantiasa memberikan semangat, dorongan, dan setia mengisi langkahku dengan doa dan kasih sayang yang tak pernah henti kalian berikan untuk ku Kakek dan Nenek ku tercinta yang dengan kasih sayangnya selalu mendoakan

keberhasilanku

seluruh keluarga besarku di Lampung Tengah dan Kota Metro yang selalu memberikan perhatian dan mendo akan keberhasilan ku,

kerabat dan rekan-rekan tercinta yang tiada henti selalu memberikan do a, motivasi dan semangat untuk ku

Keluarga Besar Ilmu Administrasi Negara Unila


(18)

Penulis bernama lengkap Jodi Prayuda dilahirkan di Lampung Tengah pada tanggal 11 April 1992. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan dari Bapak Umai Saputra dan Ibu Ernawati. Penulis mengawali pendidikannya di taman kanak-kanak Pertiwi Kotagajah diselesaikan tahun 1997, pendidikan Sekolah Dasar Negeri 3 Kotagajah diselesaikan tahun 2003, pendidikan Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Kotagajah diselesaikan tahun 2007 dan Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Kotagajah diselesaikan tahun 2010.

Tahun 2010 penulis terdaftar sebagai mahasiswa jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di anggota Himpunan Mahasiswa Administrasi Negara (HIMAGARA) FISIP UNILA dan Forum Studi Pengembangan Islam FSPI UNILA. Pada tahun 2013 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Cempaka Nuban kecamatan Batanghari Nuban Kabupaten Lampung Timur.


(19)

Puji syukur Alhamdulillah penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah dan selalu mencurahkan taufik serta hidayah bagi penulis, sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi berjudul ”Implementasi Program Pembangunan Infrastruktur Pedesaan (PPIP PNPM Mandiri) Oleh Aparatur Desa Dan Masyarakat Untuk Meningkatkan Akses Masyarakat Miskin (Studi Pada Desa Fajar Bulan Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2012)”. Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana Ilmu Administrasi Negara pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

Terwujudnya skripsi ini, telah melibatkan bantuan banyak pihak, sehingga penulis ingin menyampaikan penghargaan, penghormatan, dan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

1. Bapak Drs. Hi. Agus Hadiawan, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Dedy Hermawan, S.Sos., M.Si., selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Negara.


(20)

perhatian, ilmu, tenaga, dan waktunya selama proses pendidikan dan penyusunan skripsi ini.

5. Ibu Devi Yulianti S.A.N., M.A. selaku pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan secara menyeluruh, arahan, ilmu, perhatian, motivasi dan juga semangat kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. 6. Bapak Nana Mulyana, S. Ip, M.Si. selaku pembahas dan penguji yang

telah banyak memberikan masukan, kritik, arahan, perhatian, juga semangat kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

7. Seluruh dosen jurusan ilmu administrasi negara yang telah mewariskan ilmunya dengan penuh kesabaran dan keikhlasan serta membimbing penulis selama menempuh studi.

8. Bapak Suganda selaku sekertaris OMS Desa Fajar Bulan yang telah bersedia menjadi informan serta memberikan bantuan dan kemudahan dalam penyelesaian skripsi ini.

9. Bapak Kiki Rahmat Barkah A.Md. selaku Fasilitator teknik program PPIP di Desa Fajar Bulan yang telah bersedia menjadi informan serta memberikan bantuan dan kemudahan dalam penyelesaian skripsi ini. 10. Ibu Pirnaningsih S.E. selaku Fasilitator pemberdayaan masyarakat

program PPIP di Desa Fajar Bulan yang telah bersedia menjadi informan serta memberikan bantuan dan kemudahan dalam penyelesaian skripsi ini.


(21)

penyelesaian skripsi ini.

12. Bapak Ahmad Basri selaku bendahara OMS Desa Fajar Bulan yang telah bersedia menjadi informan serta memberikan bantuan dan kemudahan dalam penyelesaian skripsi ini.

13. Kedua orang tuaku tercinta ayahanda Umai Saputra dan Ibunda Ernawati yang selama ini telah memberikan cinta, kasih sayang, dan dukungan moril maupun materil yang dengan selalu setia menanti dan mendoakan keberhasilanku.

14. Adik-adik ku Genadi Permana Putra dan Ahmad Fadillah, terimakasih atas segala kasih sayang, dan perhatiannya, semoga kita semua dapat sukses dunia dan akhirat. Amin.

15. Kakek dan nenek ku tercinta, yang dengan kasih sayangnya selalu mendoakan keberhasilanku.

16. Kepada sahabatku Ade Irawan yang telah membantu proses riset selama penelitian.

17. Kepada sahabatku Fadri dan enggi yang telah memberikan motivasi dan semangat dalam menyelesaikan skripsi.

18. Kepada sahabatku Aris, yogis dan anjas semangat untuk menyelesaikan skripsinya dan sukses buat kedepannnya.

19. Kepada sahabatku Pandu yang telah bersedia menjadi pembahas saat seminar.


(22)

21. Serta untuk sahabat, teman dan semua pihak yang terlibat yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terimakasih atas dukungan dan doanya selama ini. Semoga kebahagian dan kesuksesan senantiasa allah berikan untuk kita semua.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga karya sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, 17 Desember 2014 Penulis,


(23)

A. Latar Belakang

Pembangunan infrastruktur merupakan bagian dari pembangunan nasional. Pembangunan nasional merupakan usaha yang dilakukan sebagai langkah untuk membangun manusia Indonesia. Hal ini mengandung arti bahwa setiap kebijakan yang akan diambil yang berkaitan dengan pembangunan harus tertuju pada pembangunan yang merata di seluruh wilayah Indonesia dan diselenggarakan untuk kepentingan masyarakat agar hasil pembangunan tersebut benar-benar dapat dirasakan oleh masyarakat sehingga pada akhirnya dapat berdampak terhadap perbaikan dan peningkatan taraf hidup masyarakat Indonesia.

Tujuan pembangunan pada dasarnya adalah untuk menciptakan kemajuan di bidang sosial dan ekonomi secara berkesinambungan, tanpa mengabaikan persamaan hak dan menjunjung tinggi prinsip-prinsip keadilan bagi masyarakat Indonesia secara keseluruhan. Beberapa komponen penting dari aspek pembangunan antara lain mencakup: (1) pembangunan ekonomi, menitikberatkan pada usaha peningkatan pendapatan masyarakat dalam berbagai kegiatan ekonomi potensial, meningkatkan produktifitas pertanian dan non pertanian, memperbaiki efisiensi dan meningkatkan pertumbuhan industri dan sektor-sektor pelayanan publik secara meluas, (2) pembangunan lingkungan, bertujuan untuk memelihara


(24)

keseimbangan ekologi untuk menciptakan kondisi alamiah lingkungan yang ramah dan bersahabat, (3) Pembangunan kelembagaan yakni mendorong partisipasi masyarakat dalam kegiatan pembangunan, memperbaiki tata kerja administratif, desentralisasi dan mobilisasi sumber daya, penguatan lembaga, (4) pembangunan fisik dan sosial, diantaranya adalah memperbaiki serta meningkatkan kualitas pendidikan, serta mengembangkan keahlian tenaga kerja dan memperbaiki kualitas fasilitas pelayanan dan infrastruktur (Adisasmita, 2013: 35).

Pembangunan infrastruktur termasuk kedalam pembangunan fisik dan sudah sejak lama diketahui, bahwa keberadaan infrastruktur yang baik memiliki peran yang sangat penting dalam menunjang pemenuhan hak dasar masyarakat seperti pangan, sandang, papan, pendidikan dan kesehatan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa infrastruktur merupakan modal yang sangat dibutuhkan masyarakat dalam mendukung kegiatan di berbagai bidang. Disamping sebagai alat yang dapat menghubungkan antar daerah di Indonesia, infrastruktur yang biasa sering disebut sebagai sarana dan prasarana fisik ini, memiliki keterkaitan yang kuat dengan laju pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Hal tersebut ditandai dengan wilayah yang memiliki kelengkapan sistem infrastruktur yang berfungsi lebih baik akan berdampak pada tingkat kesejahteraan sosial dan pertumbuhan ekonomi masyaraktanya. Sebaliknya, keberadaan infrastruktur yang kurang berfungsi dengan baik mengakibatkan timbulnya permasalahan sosial seperti penolakan dari masyarakat terhadap infarastruktur yang telah terbangun. (www.pu.go.id diakses tanggal 20 Desember 2013)


(25)

Salah satu aspek penting dalam pembangunan adalah pembangunan di bidang fisik dan sosial. Hal Ini dapat diwujudkan melalui perbaikan fasilitas infrastruktur yang ada. Dimana, infrastruktur merupakan salah satu roda penggerak pertumbuhan ekonomi. Infrastruktur seperti halnya sarana jalan keberadaannya merupakan modernisasi bangsa yang penyediaannya merupakan salah satu aspek penting guna meningkatkan kelancaran produktivitas sektor produksi dan yang tak kalah pentingnya infrastruktur jalan ini juga dapat berperan sebagai pendukung dalam menciptakan dan meningkatkan akses transportasi bagi masyarakat dalam beraktivitas. (www.bappenas.go.id diakses 19 Desember 2013).

Keberadaan infrastruktur fisik yang baik seperti hal nya jalan, jembatan, sarana telekomunikasi, sarana perlistrikan, sarana irigasi dan sarana transportasi juga sering dikaitkan sebagai pemicu perkembangan pembangunan di berbagai bidang pada suatu kawasan. Dengan mudah kita dapat menilai perbedaan kesejahteraan suatu kawasan hanya dengan melihat dari kesenjangan infrastruktur yang terjadi di dalamnya. Terkait dengan hal tersebut di atas, untuk itu kedepannya percepatan pembangunan infrastruktur semakin penting untuk lebih diperhatikan, hal ini didasarkan pada manfaat dari keberadaan infrastruktur seperti halnya jalan yang dapat berperan sebagai sarana pembuka keterisolasian suatu wilayah dari dunia luar sehingga dengan adanya infrastruktur ini, diharapkan berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat baik dalam bidang ekonomi, sosial maupun budaya.

Dewasa ini pembangunan infrastruktur sangat penting untuk lebih di perhatikan khususnya pada desa-desa yang masih sangat minim sarana dan prasarana


(26)

infrastrukturnya. Namun saat ini pembangunan infrastruktur yang dilakukan masih mengalami kendala, saat ini pembangunan infrastruktur yang dilakukan di daerah pedesaan umumnya masih terkendala oleh terbatasnya akses masyarakat perdesaan terhadap pengambilan kebijakan pembangunan yang akan dilakukan di desanya, hal ini disebabkan oleh minimnya koordinasi atau hubungan antara pemerintah dengan masyarakat yang ada di desa terkait masalah pembangunan yang akan dilakukan. Pemerintah terlihat hanya menjadikan desa sebagai objek pembangunan. Sehingga yang terjadi desa dipaksa untuk menerima program pembangunan dari pemerintah tanpa melihat pembangunan apa yang sesungguhnya dibutuhkan desa tersebut. Permasalahan tersebut menjadikan masyarakat kemudian menganggap pembangunan-pembangunan yang telah dilakukan pada desa mereka hanya sebatas hadiah yang diberikan pemerintah dan bukanlah kebutuhan yang sebenarnya diperlukan oleh masyarakat. Dengan kondisi yang seperti ini menyebabkan infrastruktur yang telah terbangun tadi fungsinya menjadi tidak tepat sasaran, tidak tepat guna dan tidak tepat waktu yang pada akhirnya infrastruktur yang telah terbangun tadi tidak dapat menyelesaikan permasalahan yang ada.

Permasalahan pembangunan yang muncul di daerah pedesaan, dapat ditanggulangi dengan menyediakan sarana dan prasarana yang memadai. Salah satunya yaitu dengan perbaikan infrastruktur yang ada di daerah pedesaan. Berdasarkan hal tersebut, pemerintah mulai memperkenalkan program pembangunan yang melibatkan masyarakat dimulai dari tahapan pengusulan kegiatan atau proyek sampai dengan pemeliharaannya. Salah satu program dengan


(27)

pelibatan masyarakat yang telah dilaksanakan oleh pemerintah adalah PPIP (Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan).

Kementerian Pekerjaan Umum (PU) melalui Direktorat Jenderal Cipta Karya dan PNPM mandiri telah melaksanakan program PPIP yang dimulai pada tahun 2007 sampai tahun 2012. PPIP berupaya menciptakan dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat, baik secara individu maupun kelompok melalui partisipasi dalam memecahkan berbagai permasalahan terkait kemiskinan dan ketertinggalan desanya sebagai upaya meningkatkan kualitas kehidupan, kemandirian dan kesejahteraan masyarakat. PPIP merupakan program berbasis pemberdayaan di bawah payung Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri). Pemberdayaan masyarakat dilakukan dengan mendorong peran serta masyarakat dalam pelaksanaan serta meningkatkan kapasitas masyarakat dalam pelaksanaan dan dalam proses pembangunan. Pemberdayaan masyarakat ini dilakukan agar hasil pelaksanaan pembangunan dapat sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang telah diidentifikasikan secara partisipatif. (www.pu.go.id diakses tanggal 9 Oktober 2013)

Tahun 2012 ini Dinas Cipta Karya Telah menargetkan ada 5000 desa yang menjadi sasaran program PPIP PNPM Mandiri. Program PPIP PNPM Mandiri ini mencakup pembangunan berbagai infrastruktur pedesaan mulai dari jalan perdesaan, irigasi pedesaan, air minum pedesaan, serta infrastruktur sanitasi pedesaan. Program ini bukan sekedar program fisik saja tetapi benar-benar dirancang untuk membangun desa dan masyarakatnya. Atas dasar tersebut dalam penyelenggaraannya program ini dilaksanakan berdasarkan pada tujuh


(28)

pendekatan, yakni pemberdayaan masyarakat, keberpihakan kepada yang miskin, otonomi dan desentralisasi, partisipatif, keswadayaan, keterpaduan program pembangunan, dan penguatan kapasitas kelembagaan pemerintah daerah dan masyarakat. (www.ciptakarya.pu.go.id diakses 20 Desember 2013)

Biaya yang dialokasikan untuk PPIP PNPM Mandiri bagi setiap desa mendapatkan bantuan sebesar Rp 250.000.000 dalam bentuk dana bantuan infrastruktur perdesaan. Titik berat kegiatan ini adalah peningkatan infrastruktur pedesaan yang meliputi sarana jalan transportasi pedesaan, sanitasi pedesaan, air minum pedesaan, drainase pedesaan, dan irigasi pedesaan. Program ini dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa melalui perbaikan akses masyarakat miskin terhadap pelayanan infrastruktur pedesaan. Saat ini lokasi PPIP PNPM Mandiri tersebar di 32 pemerintah provinsi, dan 344 kabupaten/kota dengan rincian 2000 desa didanai melalui dana APBN dan 3000 desa didanai melalui dana APBN-P dengan sasaran lokasi mengikuti ketetapan SK Menteri Pekerjaan Umum. (www.bpkp.go.id diakses tanggal 10 Oktober 2013)

Berdasarkan :

a. SK Kementerian Pekerjaan Umum No. 131/KTPTS/M/2012 tanggal 1 juni 2012 Tentang Penetapan Desa Sasaran Program PPIP tahun 2012.

b. Pedoman pelaksanaan PPIP-PNPM Mandiri.

c. Peraturan dirjen Perbendaharaan tentang Mekanisme Pencairan Dana PPIP.

d. Keputusan Bupati Lampung Tengah Nomor. 106.A/KPTS/D.14/2012. Tanggal 27 Februari 2012 tentang District Project Implementation Unit


(29)

(DPIU) program percepatan pembangunan infrastruktur pedesaan Kabupaten Lampung Tengah.

Menetapkan Desa Fajar Bulan sebagai salah satu desa yang mendapatkan program PPIP PNPM Mandiri tahun 2012. (Dokumen surat perjanjian pelaksanaan pekerjaan program PPIP Tahun 2012)

Desa Fajar Bulan adalah desa yang berlokasi di Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten Lampung Tengah, Desa Fajar Bulan memiliki luas wilayah 1.692,5 hektar dengan jumlah penduduk sebanyak 5461 jiwa dan mayoritas penduduknya bermata pencarian sebagai buruh pertanian. Desa Fajar Bulan termasuk dalam desa tertinggal hal ini didasarkan pada kondisi kesejahteraan sosial masyarakatnya yang masih didominasi oleh masyarakat dari golongan Miskin hal ini dapat dilihat dari masih banyaknya KK dari golongan miskin yang totalnya mencapai 640 jiwa. Selain itu pada tingkat pendidikan masyarakatnya juga lebih didominasi dari lulusan sekolah dasar yang mencapai jumlah 920 orang. (Dokumen RPJM Desa Fajar Bulan Tahun 2011-2015).

Keterbatasan yang dialami masyarakat desa Fajar Bulan ini diperparah dengan kondisi sarana dan prasarana Desa Fajar Bulan yang masih minim seperti halnya sarana jalan yang merupakan akses utama bagi masyarakat dalam melakukan aktivitas sehari-hari kondisinya masih belum layak karena jalan yang ada hanya sebatas jalan tanah yang kondisinya sulit dilalui terlebih jika musim penghujan tiba. Hal ini tentunya sangat menyulitkan masyarakat yang ingin melakukan aktifitasnya.


(30)

Berikut ini adalah tabel infrastruktur yang pernah dibangun di Desa Fajar Bulan diantaranya:

Tabel 1. Pembangunan Infrastruktur di Desa Fajar Bulan

No Tahun Kegiatan Pembangunan Sumber

dana

1 1973 Pembangunan balai kampung DPD 2 1981 Pembangunan jembatan APBN 3 1981 Pembangunan SD 1 Fajar Bulan APBN 4 1983 Pembangunan SD 1 Impress Fajar Bulan APBN 5 1986 Pembangunan SD 2 Fajar Bulan APBN 6 1986 Pembangunan SD 3 Fajar Bulan APBN 7 1986 Pembangunan gedung TK Al Furqon APBN 8 2001 Pembangunan TK pertiwi APBD 9 2001 Pembangunan jalan telford dusun IV Swadaya 10 2005 Pembangunan jalan onderlagh dusun V APBN 11 2005 Pembangunan jalan telford dan talud APBN 12 2005 Pembangunan jalan telford dusun 1 dan 2 APBN 13 2005 Pembangunan gorong-gorong dan talud dusun 1 APBN 14 2006 Pembangunan jalan telford dusun 1 dan 2 APBN 15 2006 Pembangunan gedung SMA swasta Pihak ke tiga 16 2007 Pembangunan jalan telford dusun V APBN 17 2007 Pembangunan jalan telford dusun I,II dan III APBN 18 2007 Pembangunan jalan telford dusun III APBN 19 2008 Rehabilitasi masjid nurul iman dusun 1 Swadaya 20 2008 Rehabilitasi musolah nurul falah Swadaya 21 2008 Pembangunan jalan telford dusun IV APBN 22 2009 Rehabilitasi musolah Al huda dusun III Swadaya 23 2009 Rehabilitasi musolah dusun II Swadaya 24 2009 Pembangunan jalan telford dusun IV APBN 25 2010 Rehabilitasi kantor kepala desa ADK 26 2010 Pembangunan jalan telford dusun VI APBN


(31)

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa pembangunan infrastruktur jalan yang ada di Desa Fajar Bulan pernah beberapa kali dilakukan hanya saja mengingat luas wilayah Desa Fajar bulan yang mencapai 1692,5 Ha dengan total panjang jalan yang mencapai 17800 Meter, dari total panjang jalan tersebut 9100 dantaranya masih sebatas jalan tanah biasa sehingga walaupun telah dilakukan beberapa kali proses pembangunan jalan namun hal ini masih dirasa kurang.

Pernyataan masih minimnya kondisi sarana dan prasarana jalan yang ada di Desa fajar bulan juga diungkapkan oleh Suganda selaku kaur pembangunan Desa Fajar Bulan:

“Dari total keseluruhan panjang jalan yang ada di 6 dusun yakni 17800 meter, 9100 meter diantaranya masih sebatas jalan tanah yang kondisinya masih sangat minim, jalan tersebut diantaranya terdapat di Dusun Bangun Sari. padahal jalan yang ada di dusun tersebut sering digunakan masyarakat sebagai akses untuk mengeluarkan hasil pertanian berupa tanaman holtikultura, palawija, dan hasil perkebunan untuk selanjutnya diangkut keluar desa untuk kemudian di pasarkan ataupun diolah di pabrik-pabrik pengolahan. Selain digunakan sebagai akses untuk mengangkut hasil pertanian, jalan ini juga digunakan sebagai akses masyarakat untuk menjangkau pusat-pusat pelayanan sosial dan sarana pendidikan”.(hasil wawancara 4 Juni 2014)

Melihat masih minimnya infrastruktur jalan yang ada di Desa Fajar Bulan, Tepatnya di dusun bangun sari membuat keberadaanya sudah sangat mendesak untuk dilakukannya pembangunan infrastruktur ini, karena infrastruktur seperti halnya jalan pedasaan yang baik merupakan kebutuhan pokok bagi setiap masyarakat yang mana keberadaanya harus disediakan oleh pemerintah. sarana jalan di wilayah pedesaan dapat menjadi kunci dari pertumbuhan ekonomi masyarakat desa karena dengan adanya sarana jalan yang baik hal ini merupakan salah satu upaya untuk membuka keterisolasian akses wilayah di pedesaan dari


(32)

pusat-pusat produksi dan tempat-tempat distribusi atau pemasaran barang dan jasa yang pada akhirnya berdampak terhadap peningkatan perekonomian masyarakat.

Sebagai langkah untuk menyelesaikan permasalahan di atas terkait minimnya infrastruktur jalan yang ada di Desa Fajar Bulan tersebut maka Desa Fajar Bulan melalui program PPIP telah melaksanakan pembangunan infrastruktur berupa jalan desa yang berlokasi di Dusun Bangun Sari dengan spesifikasi panjang jalan mencapai 1446 Meter dan lebar 2,5 Meter dengan total penerima manfaat dari infrastruktur ini mencapai 634 jiwa yang mana 176 diantaranya adalah dari golongan KK miskin. Jalan yang dibangun di Dusun Bangun sari ini adalah jenis jalan telford, yaitu jalan yang mana konstruksinya terdiri dari batu pecah berukuran besar yang disusun menghadap ke atas atau berdiri dengan batu pecah yang lebih kecil mengisi rongga bagian atasnya kemudian dipadatkan dengan mesin gilas untuk selanjutnya ditaburi dengan pasir. Jalan ini dipilih karena konstruksinya yang cukup kuat terutama sebagai pondasi jalan karena materialnya terdiri dari campuran batu-batu besar dan batu kecil yang disusun dengan tangan satu per satu..

Berdasarkan pemaparan di atas, untuk itu penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: Implementasi Program Pembangunan Infrastruktur Pedesaan (PPIP PNPM Mandiri) Oleh Aparatur Desa dan Masyarakat Untuk Meningkatkan Akses Masyarakat Miskin (Studi Pada Desa Fajar Bulan Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2012)


(33)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah implementasi program pembangunan infrastruktur pedesaan oleh aparatur desa dan masyarakat untuk meningkatkan akses masyarakat miskin di Desa Fajar Bulan tahun 2012 ?

2. Bagaimana dampak program PPIP terhadap akses pelayanan infrastruktur dasar bagi masyarakat miskin di Desa Fajar Bulan?

3. Apa saja kendala-kendala yang dihadapi dalam implementasi program pembangunan infrastruktur pedesaan oleh aparatur desa dan masyarakat untuk meningkatkan akses masyarakat miskin di Desa Fajar Bulan tahun 2012?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah :

1. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis implementasi program pembangunan infrastruktur pedesaan oleh aparatur desa dan masyarakat dalam meningkatkan akses masyarakat miskin di Desa Fajar Bulan tahun 2012.

2. Untuk mengetahui dampak dari program PPIP terhadap akses pelayanan infrastruktur dasar bagi masyarakat miskin di Desa Fajar Bulan.


(34)

3. Untuk menjelaskan kendala-kendala yang dihadapi dalam implementasi program pembangunan infrastruktur pedesaan oleh aparatur desa dan masyarakat untuk meningkatkan akses masyarakat miskin di Desa Fajar Bulan tahun 2012.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian terbagi menjadi dua yaitu manfaat teoritis dan praktis dengan penjelasan sebagai berikut:

1. Secara teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi penelitian bagi studi Administrasi Negara, khususnya mengenai implementasi kebijakan.

2. Secara praktis

Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai masukan bagi aparatur desa dan masyarakat dalam melaksanakan program pembangunan infrastruktur pedesaan.


(35)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang pelaksanaan program pembangunan infrastruktur pedesaan pernah dilakukan sebelumnya. Penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya ini diangkat oleh Arif Wahyu Kristianto, mahasiswa Institute Teknologi Sepuluh

November dimana Arif mengangkat tesis yang berjudul “Peningkatan Partisipasi

Masyarakat Dalam Pembangunan Infrastruktur Jalan (Studi Kasus Pelaksanaan Program Pembangunan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) di Desa Campurejo Kecamatan Panceng Kabupaten Gresik tahun 2008)”. Penelitian yang dilakukan Arif mengemukakan masalah yang berkaitan dengan kapasitas masyarakat dalam berpartisipasi pada pelaksanaan program pembangunan infrastruktur pedesaan.

Penelitian kedua yang diangkat oleh Benjamin, salah satu staf pengajar jurusan Sosiologi Fisip Universitas Lampung. Judul penelitian Benjamin yang diangkat dalam bentuk jurnal ini yaitu “Revitalisasi Pembangunan Desa Melalui Program Rural Infrastruktur Support Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (RIS PNPM)”. Penelitian ini dilakukan di Provinsi Lampung Kabupaten Pesawaran Kecamatan Kedondong tepatnya di Kota Jawa pada tahun 2009. dalam penelitiannya Benjamin mengemukakan tentang penerapan prinsip-prinsip


(36)

seberapa besar kapasitas masyarakat dalam berpartisipasi, penerapan transparansi dan akuntabilitas penggunaan anggaran oleh OMS. selain itu penelitian ini juga menyoroti masalah keberlanjutan proyek yang dilaksanakan oleh kelompok penerima manfaat (KPP) dalam program (RIS PNPM).

Berikut ini merupakan gambaran pelaksanaan program dari kedua penelitian di atas.

Tabel 2. Gambaran Pelaksanaan Program Pembangunan Infrastruktur Pedesaan di Beberapa Wilayah

No Judul Indikator Peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan infrastruktur

jalan (studi kasus pelaksanaan program pembangunan infrastruktur

pedesaan (PPIP) di desa campurejo kecamatan panceng kabupaten gersik)

Revitalisasi pembangunan desa melalui program rural

infrastruktur support program nasional

pemberdayaan masyarakat mandiri

(RIS PNPM)

1 Indikator Prakarsa

(penggalian gagasan

dalam mengidentifikasi masalah )

Tingkatan partisipasi masyarakat pada parameter prakarsa menunjukan pemasangan paving jalan desa pada program PPIP PNPM Mandiri masih sangat dominan pemerintah. melihat hal ini pemerintah berusaha meningkatkan peran masyarakat untuk ikut dalam kegiatan dari awal hingga akhir kegiatan. Permasalahan yang berhasil diidentifikasi adalah kurang terkuasainya metode dan teknik partisipasi oleh masyarakat, sehingga masyarakat perlu diberikan pelatihan secara lebih sering dalam kegiatan yang sejenis. Selain itu dalam hal ini pemerintah masih menganggap masyarakat sebagai obyek pembangunan, bukan sebagai pelaku pembangunan sepenuhnya.

Refleksi dinamika masyarakat masih menunjukan sikap pasrah terhadap keadaan. Seperti yang diungkapkan dalam mengidentifikasi masalah-masalah sosial yang ada dilapangan, yaitu memfokuskan pada perbaikan infrastruktur desa. Salah satu permasalahan mendasar yakni di bidang pengerjaan fisik dengan menggunakan pola pengembangan yang menggunakan teknologi sederhana. Sebagian besar jumlah penduduk desa, yaitu dengan tingkat pendidikan formal yang masih rendah atau tidak menyelesaikan pendidikan dasar. Hal ini berakibat pada kemampuan dalam menyerap informasi dan mengadopsi teknologi relatif sangat terbatas.


(37)

Rendahnya tingkat pendidikan ini juga mengakibatkan rendahnya kemampuan masyarakat desa dalam berpartisipasi pada setiap kegiatan yang dilaksanakan.

Sementara itu partsipasi dalam proses pengelolaan proyek relatif tidak mendapat perhatian. Karena itu beberapa keputusan masih didominasi dan dipengaruhi oleh elit desa. Termasuk partisipasi kaum perempuan masih sangat terbatas pada kegiatan rapat rapat.

2 Indikator pengelolaan

keuangan pembiayaan

Tingkatan partisipasi masyarakat pada parameter pembiayaan menunjukkan masyarakat Desa Campurejo mayoritas berpenghasilan rendah, sehingga hal ini menyebabkan kurangnya partisipasi masyarakat. Akan tetapi terdapat sumbangan dari masyarakat yang digunakan untuk biaya pemeliharaan walaupun nilainya tidak cukup signifikan. Permasalahan yang berhasil diindentifikasi bahwa masyarakat masih mengharapkan insentif dari tenaga yang di sumbangkannya. Hal ini terjadi memang karena faktor ekonomi yang masih menjadi akar permasalahan. Faktor masyarakat yang masih sebagai obyek pembangunan juga menjadi penyebabnya kurangnya antusiasme warga untuk partisipasi dalam pembiayaan.

Umumnya masyarakat puas dengan hasil dan fungsi infrastruktur yang dibangun namun, sebagian besar merasa kurang puas dalam hal transparansi penetapan anggaran biaya dan mekanisme pencairan dana. Ukuran partisipasi masih sebatas pada kesediaan masyarakat berkontribusi dalam pebangunan infrastruktur dan bukan pada sumbangan dalam bentuk dana yang digunakan dalam pembangunan infrastruktur.

Sementara dalam hal penyaluran keuangan umunya telah dilakukan langsung kepada OMS. Hal ini berdampak positif dalam membangun kepercayaan OMS, namun pengaruh elit desa dalam pengelolaan keuangan di tingkat OMS masih terlihat.


(38)

3. Indikator pengambilan keputusan

Tingkatan partisipasi masyarakat pada parameter pengambilan keputusan menunjukkan masyarakat sudah mulai ikut serta. Hal ini diindikasikan dengan adanya beberapa keputusan yang sudah bisa diambil oleh masyarakat. Sebagai contoh mengenai bangunan apa yang akan dibuat serta lokasi mana yang akan dipilih untuk pembangunan infrastuktur yang dipilih tersebut. Permasalahan yang muncul dalam hal pengambilan keputusan adalah bahwa masyarakat memang tidak mempunyai kapasitas yang memadai untuk terlibat produktif dalam pengambilan keputusan. Hal ini diindikasikan karena tidak adanya instrumen hukum yang mengatur secara eksplisit bagaimana, dimana dan siapa yang dilibatkan dalam pengambilan keputusan publik.

Tingkat pengambilan keputusan oleh masyarakat dalam hal menentukan program pembangunan yang akan dilaksanakan seringkali dilakukan tanpa memberikan pilihan dan kesempatan kepada masyarakat untuk memberikan masukan dan menetukan hidupnya sendiri. Hal ini disebabkan adanya anggapan bahwa masyarakat tidak mempunyai kemampuan untuk menganalisa kondisi dan merumuskan persoalan serta kebutuhan-kebutuhannya.

4 Indikator kemampuan

memobilisasi tenaga

Tingkatan partisipasi masyarakat pada mobilisasi tenaga menunjukkan masyarakat sudah berperan dengan baik. Permasalahan yang berhasil diidentifikasi adalah kurangnya kapasitas masyarakat untuk ikut secara aktif dalam kegiatan mobilisasi tenaga, serta pemerintah masih belum sepenuhnya bisa menempatkan masyarakat sebagai subyek pembangunan sejajar dengan pemerintah.

Tingkat partisipasi masyarakat pada mobilisasi tenaga khususnya dalam kegiatan survey kampung sendiri yang bertujuan untuk mengidentifikasi masalah menunjukan masyarakat belum sepenuhnya ikut berpartisipasi. hal ini lebih disebabkan masyarakat desa yang tingkat pendidikannya rendah atau bahkan tidak menyelesaikan pendidikan dasar sering diangap tidak memiliki kompetensi atau kemampuan untuk mengidentifikasi dan merumuskan persoalan yang sedang terjadi. Untuk aspek keberlanjutan proyek, dimasyarakat telah dibentuk kelompok pemanfaat dan


(39)

peemelihara (KPP) namun keberadaan kelompok tersebut tidak fungsional.

5 Indikator pelaksanaan

pembangunan

Tingkatan partisipasi masyarakat pada pelaksanaan pembangunan tidak terlalu buruk untuk Desa Campurejo. Permasalahan yang terjadi sama dengan mobilisasi tenaga, dimana masyarakat kurang mempunyai kapasitas untuk ikut serta secara produktif. Selain itu mengenai masalah posisi masyarakat yang belum sepenuhnya ditempatkan sebagai subyek pembangunan secara penuh oleh pemerintah.

Untuk tingkat partisipasi masyarakat pada tahap pelaksanaan konstruksi yang dikerjakan dengan cara kontraktual didapati bahwasannya respon dan tingkat partsipasi masyarakat sudah cukup baik. Partisipasi masyarakat dalam hal ini terlihat lebih besar dibanding pada tahap pengelolaan proyek hal ini dilihat dari kepuasaan masyarakat atas infrastruktur yang terbangun sedangkan pada tahap pengelolaan proyek masyarakat cenderung kurang merasa puas dalam hal transparansi penetapan anggaran dan mekanisme pencairan dana.

Sumber:diolah penulis tahun 2014

B. Tinjauan Mengenai Kebijakan Publik 1. Pengertian Kebijakan Publik

Menurut Friedrich dalam Agustino (2008:7) mendefinisikan kebijkan publik sebagai serangkaian tindakan/kegiatan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok, atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu dimana terdapat hambatan-hambatan (kesulitan-kesulitan) dan kemungkinan-kemungkinan (kesempatan-kesempatan) dimana kebijakan tersebut diusulkan agar berguna dalam mengatasinya untuk mencapai tujuan yang dimaksud.

Pendapat-pendapat di atas kemudian diperkuat oleh Anderson dalam Winarno (2012:21) kebijakan publik merupakan arah tindakan yang mempunyai maksud


(40)

yang ditetapkan oleh seorang aktor atau sejumlah aktor dalam mengatasi suatu masalah atau suatu persoalan. Menurut Hogwood dan Gunn dalam Suharto (2008:4) menyatakan bahwa kebijakan publik adalah seperangkat tindakan pemerintah yang didesain untuk mencapai hasil-hasil tertentu. Sedangkan menurut Pasolong (2010:39) kebijakan publik adalah kebijakan yang dibuat oleh pemerintah yang berupa tindakan-tindakan pemerintah, kebijakan publik harus berorientasi pada kepentingan publik dan merupakan tindakan pemilihan alternatif yang dilaksanakan atau tidak dilaksanakan karena didasarkan oleh kepentingan publik itu sendiri.

Berdasarkan pendapat-pendapat para ahli tentang kebijakan publik, maka dapat disimpulkan bahwa kebijakan publik adalah serangkaian tindakan/kegiatan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok, atau pemerintah yang berguna untuk mengatasi suatu masalah atau suatu persoalan yang didasarkan pada kepentingan publik.

2. Ciri-Ciri Kebijakan Publik

Menurut Wahab (2004:6), kebijakan publik memiliki ciri-ciri antara lain:

a. Kebijaksanaan lebih merupakan tindakan yang mempengaruhi pada tujuan dari pada sebagai prilaku atau tindakan yang serba acak dan kebetulan.

b. Kebijaksanaan pada hakikatnya terdiri atas tindakan yang saling berkait dan berpola yang mengarah pada tujuan tertentu yang dilakukan oleh pejabat-pejabat pemerintah dan bukan merupakan keputusan-keputusan yang berdiri sendiri.


(41)

c. Kebijaksanaan berangkat bersangkut paut dengan dengan apa yang senyatanya yang dilakukan oleh pemerintah dalam bidang-bidang tertentu. d. Kebijaksanaan publik mungkin berbentuk positif dan negatif.

3. Unsur Unsur Kebijakan Publik

Sebagai suatu sistem yang terdiri dari sub-sistem atau elemen, komposisi dari kebijakan dapat dilihat dari dua perspektif yakni dari proses kebijakan dan dari struktur kebijakan. Dari sisi proses kebijakan, terdapat tahap-tahap sebagai berikut: identifikasi masalah dan tujuan, formulasi kebijakan, pelaksanaan, dan evaluasi kebijakan. Dilihat dari segi struktur terdapat lima unsur kebijakan menurut Abidin (2012: 28).

a. Tujuan kebijakan.

Kebijakan dibuat karena ada tujuan yang ingin dicapai. Tanpa ada tujuan tidak perlu ada kebijakan. Maka dari itu tujuan menjadi unsur utama dari suatu kebijakan. Tetapi tidak demikian semua kebijkan mempunyai uraian yang sama tentang tujuan kebijakan itu. Perbedaan terletak tidak sekedar pada jangka waktu mencapai tujuan dimaksud, tetapi juga ada posisi, gambaran, orientasi dan dukungannya. Kebijakan yang baik mempunyai tujuan yang baik. Tujuan yang baik sekurang-kurangnya memenuhi empat kriteria: diinginkan untuk dicapai, rasional atau realisti, jelas, dan berorientasi ke depan.

b. Masalah.

Masalah merupakan unsur yang sangat penting dalam kebijakan. Kesalahan dalam menentukan masalah secara tepat dapat menimbulkan kegagalan total dalam seluruh proses kebijakan. Tak ada artinya suatu cara atau metode yang baik untuk pemecahan suatu masalah kebijakan jika pemecahannya dilakukan


(42)

bagi masalah yang tidak benar. Melalui cara lain dapat dikatakan, jika suatu masalah telah dapat diidentifikasi secara tepat, berarti sebagian pekerjaan dapat dianggap sudah dikuasai.

c. Tuntutan.

Sudah diketahui partisipasi merupakan indikasi dari masyarakat maju partisipasi itu berbentuk dukungan, tuntutan dan tantangan atau kritik seperti halnya partisipasi pada umumnya, tuntutan dapat bersifat moderat atau radikal. Tergantung pada urgensi dari tuntutan tersebut.

d. Dampak atauoutcomes

Dampak merupakan tujuan lanjutan yang timbul sebagai pengaruh dari tercapainya suatu tujuan.

e. Sarana atau alat kebijakan (policy instruments).

Suatu kebijakan dilaksanakan dengan menggunakan sarana yang dimaksud. Beberapa dari sarana ini adalah kekuasaan, insentif pengembangan kemampuan, simbolis, dan perubahan kebijakan itu sendiri.

4. Tahapan Kebijakan Publik

Proses pembuatan kebijakan publik merupakan proses yang kompleks karena melibatkan banyak proses maupun variabel yang harus dikaji. Oleh karena itu, beberapa ahli politik yang menaruh minat untuk mengkaji kebijakan publik membagi proses-proses penyusunan kebijakan publik ke dalam beberapa tahap. Tahap-tahap kebijakan publik menurut Dunn dalam Winarno (2012: 35) adalah sebagai berikut:


(43)

a. Tahap penyusunan agenda

Para pejabat yang dipilih dan diangkat menempatkan masalah pada agenda publik. Sebelumnya masalah-masalah ini berkompetisi terlebih dahulu untuk dapat masuk ke dalam agenda kebijakan. Setelah itu Pada akhirnya beberapa masalah masuk ke agenda kebijakan para perumus kebijakan. Pada tahap ini suatu masalah mungkin tidak disentuh sama sekali, sementara masalah yang lain ditetapkan menjadi fokus pembahasan, atau ada pula masalah karena alasan-alasan tertentu ditunda untuk waktu yang lama.

b. Tahap formulasi

Masalah yang telah masuk ke agenda kebijakan kemudian dibahas oleh para pembuat kebijakan. Masalah-masalah tadi didefinisikan untuk kemudian dicari pemecahan masalah terbaik. Pemecahan masalah tersebut berasal dari berbagai alternatif atau pilihan kebijakan yang ada. Sama halnya dengan perjuangan suatu masalah untuk masuk ke dalam agenda kebijakan, dalam tahap perumusan kebijakan masing-masing alternatif berasaing untuk dapat dipilih sebagai kebijakan yang diambil untuk memecahkan masalah.

c. Tahap adopsi kebijakan

Alternatif kebijakan yang banyak ditawarkan oleh para perumus kebijakan tadi, Akhirnya dari sekian banyaknya salah satu dari alternatif kebijakan tersebut diadopsi dengan dukungan dari mayoritas legislatif, konsensus antara direktur lembaga atau keputusan peradilan.

d. Tahap implementasi kebijakan

Suatu program kebijakan hanya akan menjadi catatan-catatan elit, jika program tersebut tidak diimplementasikan. Oleh karena itu, keputusan


(44)

program kebijakan yang telah diambil sebagai alternatif pemecahan masalah harus diimplementasikan, yakni dilaksanakan oleh badan-badan administratif maupun agen-agen pemerintah ditingkat bawah. Kebijakan yang telah diambil dilaksanakan oleh unit-unit administrasi yang memobilisasikan sumberdaya finansial dan manusia. Pada tahap implementasi ini berbagai kepentingan akan saling bersaing. Beberapa implementasi kebijakan mendapat dukungan para pelaksana, namun beberapa yang lain mungkin akan ditentang oleh para pelaksana.

e. Tahap evaluasi kebijakan

Tahap evaluasi kebijakan merupakan tahap dimana kebijakan yang telah dijalankan akan dinilai atau dievaluasi, untuk melihat sejauh mana kebijakan yang dibuat untuk meraih dampak yang diinginkan yaitu guna memecahkan permmasalahan yang dihadapi masyarakat. Oleh karena itu, ditentukan ukuran-ukuran atau kriteria-kriteria yang menjadi dasar untuk menilai apakah kebijakan publik telah meraih dampak yang diinginkan.

Berdasarkan pemaparan di atas telah dijelaskan bahwasanya tahap-tahap kebijakan merupakan bagian dari alur proses terbentuknya suatu kebijakan, tahapan-tahapan ini merupakan bagian yang saling berkaitan antar satu dan yang lainnya. Proses terbentuknya suatu kebijakan dimulai dari penyusunan agenda dimana para pejabat yang dipilih dan diangkat menempatkan masalah pada agenda publik, selanjutnya masalah yang telah masuk ke agenda kebijakan kemudian dibahas oleh para pembuat kebijakan. Masalah yang telah masuk ke agenda kebijakan kemudian dibahas oleh para pembuat kebijakan ditahap formulasi untuk kemudian dicari alternatif pemecahan masalah yang terbaik


(45)

kemudian dari sekian banyak alternatif kebijakan yang ditawarkan oleh para perumus kebijakan dipilih satu alternatif kebijakan tersebut untuk diadopsi dan selanjutnya alternatif kebijakan yang telah diambil untuk dilaksanakan oleh unit-unit administrasi yang memobilisasikan sumber daya finansial dan manusia. Setelah dilaksanakan selanjutnya kebijakan yang tersebut akan dinilai atau dievaluasi untuk melihat sejauh mana kebijakan yang dibuat meraih dampak yang diinginkan yakni dalam memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat.

5. Dampak Kebijakan Publik (Policy Impact)

Menurut Purwanto dan Sulistyastuti (2012: 110) policy outcome atau dampak kebijakan merupakan suatu indikator untuk menilai hasil implementasi suatu kebijakan. Hasil atau dampak suatu kebijakan pada dasarnya berkaitan dengan perubahan kondisi masyarakat yang menjadi kelompok sasaran suatu kebijakan atau program, yaitu dari kondisi awal yang tidak dikehendaki (kemiskinan, kondisi kesehatan keluarga miskin memenuhi kebutuhan pokok dan sebagainya) menuju ke kondisi baru yang lebih dikehendaki (lebih sejahtera, derajat kesehatan keluarga miskin yang lebih baik, kemampuan keluarga miskin memenuhi kebutuhan pokok yang lebih baik). Hasil kebijakan ini jika dirunut merupakan konsekuensi lanjutan atas keluaran kebijakan yang diterima kelompok sasaran.

Berbagai perubahan yang muncul sebagai konsekuensi implementasi suatu kebijakan atau program tersebut perlu diukur untuk dapat diketahui sejauh mana kinerja implementasi suatu kebijakan atau program.


(46)

Manfaat lain mengetahui dampak kebijakan adalah:

1. Untuk menguji implementasi suatu pilot project apakah dapat dikembangkan menjadi suatu program.

2. Untuk menguji suatu design suatu program yang paling efektif sehingga ditemukan suatu cara untuk mengintegrasikan berbagai program.

3. Untuk menguji apakah modifikasi suatu program membuahkan hasil atau tidak.

4. Untuk mengambil keputusan terhadap keberlangsungan suatu program.

Dampak yang terjadi tentu sangat tergantung dengan kebijakan maupun programnya. Dalam realita dilapangan, merumuskan indikator dampak tidak mudah dilakukan. Hal ini disebabkan oleh setidaknya dua hal: (I) luasnya cakupan kebijakan, (II) tujuan kebijakan yang seringkali tidak spesifik.

C. Tinjauan Mengenai Implementasi Kebijakan Publik

Implementasi kebijakan merupakan suatu proses melaksanakan keputusan kebijakan biasanya dalam bentuk undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan peradilan,perintah eksekutif, atau dekrit presiden, (Wahab, 2004: 64).

Menurut Van Meter dan Van Horn dalam Agustino (2008:139), implementasi kebijakan adalah tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu atau pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijaksanaan. Selain itu Grindel dalam Winarno (2012:149) mendefinisikan implementasi bahwa secara umum implementasi adalah membentuk suatu kaitan yang memudahkan tujuan-tujuan kebijakan bisa direalisasikan sebagai dampak


(47)

dari suatu kegiatan pemerintah. Sementara itu Ripley dan Franklin dalam Winarno (2012: 148) berpendapat bahwa implementasi adalah apa yang terjadi setelah undang-undang ditetapkan yang memberikan otoritas program, kebijakan, keuntungan atau suatu jenis keluaran yang nyata.

Berdasarkan tiga definisi di atas dapat disimpulkan bahwa implementasi kebijakan menyangkut tiga hal, yaitu: (a) Adanya tujuan atau sasaran kebijakan. (b) Adanya aktivitas atau kegiatan pencapaian tujuan dan (c) Adanya hasil kegiatan.

Berdasarkan sejarah perkembangan studi implementasi kebijakan, dijelaskan tentang bahwasannya ada dua pendekatan guna memahami impelmentasi kebijakan, yakni: pendekatan top down dan dan bottom up. Menurut Lester dan Stewart istilah itu dinamakan istilah dengan the command and control approach

(pendekatan kontrol dan komando, yang mirip dengan top down aproach) danthe market approach (pendekatan pasar, yang mirip dengan bottom up approach). Masing-masing pendekatan mengajukan model-model kerangka kerja dalam membentuk ketertarikan antara kebijakan dan hasilnya (Agustino, 2008: 140).

Menurut pendekatan bottom up yang dipelopori oleh Elmore, dkk. dalam Purwanto dan Sulistyastuti (2012: 43) menyebutkan bahwa pendekatanbottom up

menekankan pada dua aspek penting dalam impelementasi suatu kebijakan yaitu birokrat pada level bawah dan kelompok sasaran kebijakan, argumen yang menjadi dasar tentang pentingnya memperhatikan peran birokrat pada level bawah sangat terkait dengan posisinya dalam dalam melakukan kegiatan merealisasikan keluaran kebijakan (apabila keluaran kebijakan berupa pelayanan) atau


(48)

menyampaikan keluaran kebijakan tersebut kepada kelompok sasaran (apabila keluaran kebijakan tersebut berupa hibah, bantuan, subsidi dan lain-lain).

Pendekatan lainnya yaitu top down dapat disebut sebagai pendekatan yang mendominasi awal perkembangan studi implementasi kebijakan, walaupun dikemudian hari diantara pengikut pendekatan ini terdapat perbedaan-perbedaan, sehingga menelurkan pendekatan bottom up, namun pada dasarnya, mereka bertitik-tolak pada asumsi-asumsi yang sama dalam mengembangkan kerangka analisis tentang studi implementasi. pendekatan top down menjelaskan, implementasi kebijakan dilakukan dengan tersentralisir dan dimulai dari aktor tingkat pusat. Pendekatan top down bertitik-tolak dari perspektif bahwa keputusan-keputusan politik (kebijakan) oleh pembuat kebijakan harus dilaksanakan oleh administratur-adminiastratur atau birokrat-birokrat pada level bawahnya. Jadi inti pendekatan top down adalah sejauh mana tindakan para pelaksana (administratur dan birokrat) sesuai dengan prosedur serta tujuan yang digariskan oleh para pembuat kebijakan ditingkat pusat.

Fokus analisis implementasi kebijakan berkisar pada masalah-masalah pencapaian tujuan formal kebijakan yang telah ditentukan. Hal ini sangat mungkin terjadi oleh karena street level bereaucrats tidak dilibatkan dalam formulasi kebijakan. Berangkat pada perspektif tersebut maka timbullah pertanyaan-pertanyaan, sebagai berikut:

a) Sampai sejauhmana tindakan-tindakan pejabat pelaksana konsisten dengan keputusan kebijakan tersebut?


(49)

c) Faktor-faktor apa yang secara prinsipil mempengaruhi output dan dampak kebijakan?

d) Bagaimana kebijakan tersebut diformulasikan kembali sesuai pengalaman lapangan?

Empat pertanyaan tersebut mengarah pada inti sejauh mana tindakan para pelaksana sesuai dengan prosedur dan tuiuan kebijakan yang telah digariskan para pembuat kebijakan di level pusat. Fokus tersebut membawa konsekuensi pada perhatian terhadap aspek otganisasi atau birokrasi sebagai ukuran efisiensi dan efektivitas pelaksanaan kebijakan. (Agustino, 2008: 141) Jadi berdasarkan pengertian-pengertian di atas, bahwa implementasi kebijakan merupakan pelaksanaan suatu kebijakan yang berumber dari para aktor pembuat kebijakan di tingkat pusat oleh pejabat-pejabat pada level bawah dengan dengan prosedur dan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya oleh para aktor pembuat kebijakan di tingkat pusat. Pelaksanaan isi kebijakan ini dapat berupa undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan peradilan, perintah eksekutif atau dekrit presiden.

1. Model Implementasi Kebijakan Publik

Model implementasi kebijakan publik berisi variabel-variabel dan faktor yang mempengaruhi tercapainya tujuan-tujuan dari keseluruhan proses implementasi kebijakan publik. Berikut ini model implementasi kebijakan publik yang dikemukakan menurut para ahli.


(50)

a. Implementasi Kebijakan Publik Model Donald Van Metter dan Carl Van Horn

Menurut Donald Van Metter dan Carl Van Horn dalam Agustino (2008: 141) model pendekatan top down yang dirumuskan oleh keduanya disebut dengan

Model of The Policy Implementation. Proses implementasi ini merupakan sebuah abstraksi atau performasi suatu implementasi kebijakan yang pada dasarnya secara sengaja dilakukan untuk meraih kinerja implementasi kebijakan publik yang tinggi yang berlangsung dalam hubungan berbagai variabel. Model ini mengandaikan bahwa implementasi kebijakan berjalan secara linier dari keputusan politik yang tersedia, pelaksana, dan kinerja kebijakan publik. Ada enam variabel, yang mempengaruhi kinerja kebijakan publik tersebut, adalah:

a. Ukuran dan tujuan kebijakan.

Kinerja implementasi kebijakan dapat diukur tingkat keberhasilannya jika dan hanya jika ukuran dan tujuan dari kebijakan memang realistis dengan sosio kultur yang mengada di level pelaksana kebijakan. Ketika ukuan kebijakan atau tujuan kebijakan terlalu ideal (bahkan terlalu utopis) untuk dilaksanakan di level warga maka agak sulit memang mererlisasikan kebijakan publik hingga, titik yang dapat dikatakan berhasil.

b. Sumber daya.

Keberhasilan proses implementasi kebijakan sangat tergantung dari kemampuan memanfaatkan sumber daya yang tersedia. Manusia merupakan sumber daya yang terpenting dalam menentukan suatu keberhasilan proses implementasi. Tahap-tahap tertentu dari keseluruhan proses implementasi menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas sesuai dengan


(51)

pekerjaan yang diisyaratkan oleh kebijakan yang telah ditetapkan secara politik. tapi ketika kompetensi dan kapabilitas dari sumber-sumber daya itu nihil maka kinerja kebijakan publik sangat sulit untuk diharapkan.

Tetapi di luar sumber daya manusia, sumber daya-sumber daya Iain yang perlu diperhitungkan juga ialah sumber daya finansial dan sumber daya waktu. Karena, mau tidak mau ketika sumber daya manusia yang kompeten dan kapabel telah tersedia sedangkan kucuran dana melalui anggaran tidak tersedia, maka memang menjadi persoalan pelik untuk merealisasikan apa yang hendak dituju oleh tujuan kebijakan publik. Demikian pula halnya dengan sumber daya waktu. Saat sumber daya manusia giat bekerja dan kucuran dana berjalan dengan baik, tetapi terbentur dengan persoalan waktu yang terlalu ketat, maka hal ini pun dapat menjadi penyebab ketidak berhasilan implementasi kebijakan. Berdasarkan pernyataan tersebut, Sehingganya sumber daya yang diminta dan dimaksud oleh Van Meter dan Van Horn adalah ketiga bentuk sumber daya tersebut.

c. Karakteristik agen pelaksana.

Pusat pethatian pada agen pelaksanaan meliputi organisasi formal dan organisasi informal yang akan terlibat pengimplementasian kebijakan publik. Hal ini sangat penting karena kineria implementasi kebijakan (publik) akan sangat banyak dipengaruhi oleh ciri-ciri yang tepat serta cocok dengan para agen pelaksananya. Misalnya implementasi kebijakan publik yang berusaha untuk merubah perilaku atau tingkah laku manusia secara radikal, maka agen pelaksana proyek itu haruslah berkarakteristik keras dan ketat pada aturan serta sanksi hukum. Sedangkan bila kebijakan publik itu tidak terlalu


(52)

merubah perilaku dasar manusia, maka dapat-dapat saja agen pelaksana yang diturunkan, tidak sekeras dan tidak setegas pada gambaran yang pertama. Selain itu, cakupan atau luas wilayah implementasi kebijakan perlu juga diperhitungkan manakala hendak menentukaa agen pelaksana. Semakin luas cakupan implementasi kebijakan, maka seharusnya semakin besar pula agen yang dilibatkan.

d. Sikap atau kecenderungan(disposition)para pelaksana

Sikap penerimaan atau penolakan dari (agen) pelaksana akan sangat banyak mempengaruhi keberhasilan atau tidaknya kinerja implementasi kebijakan publik. Hal ini sangat mungkin terjadi oleh karena kebijakan yang dilaksanakan bukanlah hasil formulasi warga setempat yang mengenal betul persoalan dan permasalahan yang mereka rasakan. Tetapi kebijakan yang implementor pelaksanaan adalah kebijakan dari atas (top down) yang sangat mungkin para pengambil keputusannya tidak pernah mengetahui (bahkan tidak mampu menyentuh) kebutuhan, atau permasalahan yang warga ingin selesaikan.

e. Komunikasi antaroganisasi dan aktivitas pelaksana.

Koordinasi merupakan mekanisme yang ampuh dalam implementasi kebijakan publik. Semakin baik koordinasi komunikasi diantara pihak-pihak yang terlibat dalam suatu proses implementasi, maka asumsinya kesalahan-kesalahan akan sangat kecil untuk terjadi dan begitu pula sebaliknya.

f. Lingkungan ekonomi sosial dan politik.

Hal terakhir yang perlu juga dipethatikan guna menilai kineria implementasi publik dalam perspektif yang ditawatkan oleh Van Metter dan Van Horn


(53)

adalah, sejauh mana lingkungan eksternal turut mendorong keberhasilan kebijakan publik yang telah ditetapkan. Lingkungan sosial, ekonomi, dan politik yang tidak kondusif dapat menjadi penyebab dari kegagalan kinerja implementasi kebijakan. Berdasarkan hal tersebut, oleh karenanya upaya untuk mengimplementasikan kebijakan harus pula memperhatikan kondisi lingkungan eksternal.

b. Implementasi Kebijakan Publik Model Daniel Mazmanian dan Paul Sabatier

Model implementasi kebijakan publik yang lain ditawarkan oleh Daniel Mazmanian dan Paul Sabatier. Model implementasi yang ditawarkan mereka disebut dengan A Framework for Policy Implementation Analyis. Menurut Mazmanian dan Paul Sabatier dalam Agustino (2008: 144) peran penting dari implementasi kebijakan publik adalah kemampuannya dalam mengidentifikasikan vaiabel-vaiabel yang mempengaruhi tercapainya tujuan-tujuan formal pada keseluruhan proses implementasi dan variabel-variabel yang dimaksud dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori besar, yaitu:

1) Mudah atau tidaknya masalah yang akan digarap, meliputi:

a. Kesukaran-kesukaran teknis. Tercapai atau tidaknya tujuan suatu kebijakan akan tergantung pada sejumlah persyaratan teknis, termasuk diantaranya: kemampuan untuk mengembangkan indikator-indikator pengukur prestasi kerja yang tidak terlalu mahal serta pemahaman mengenai prinsip-prinsip hubungan kausal yang mempengaruhi masalah. Selain hal-hal di atas tingkat keberhasilan suatu kebijakan dipengaruhi juga oleh tersedianya atau telah dikembangkannya teknik-teknik tertentu.


(54)

b. Keberagaman perilaku yang diatur.

Semakin beragam perilaku yang diatur, maka asumsinya semakin beragam pelayanan yang diberikan, sehingga semakin sulit untuk membuat peraturan yang tegas dan jelas. Atas dasar tersebut dengan demikian semakin besar kebebasan bertindak yang harus dikontrol oleh para pejabat pada pelaksana (administratur atau birokrat) di lapangan.

c. Persentase totalitas penduduk yang tercakup dalam kelompok sasaran.

Semakin kecil dan semakin jelas kelompok sasaran yang perilakunya akan diubah (melalui implementasi kebiiakan), maka semakin besar peluang untuk memobilisasikan dukungan politik terhadap sebuah kebijakan dan dengannya akan lebih terbuka peluang bagi pencapaian tujuan kebijakan

d. Tingkat dan ruang lingkup perubahan perilaku yang dikehendaki.

Semakin besar jumlah perubahan perilaku yang dikehendaki oleh kebijakan, maka semakin sukar atau sulit para pelaksana memperoleh implementasi yang berhasil. Artinya ada sejumlah masalah yang jauh lebih dapat kita kendalikan bila tingkat dan ruang lingkup perubahan yang dikehendaki tidaklah terlalu besar.

2) Kemampuan kebijakan menstruktur proses implementasi secara tepat. Para pembuat kebijakan mendayagunakan wewenang yang dimilikinya untuk menstruktur proses implementasi secara tepat melalui beberapa cara:

a. Kecermatan dan kejelasan penjenjangan tujuan-tujuan resmi yang akan dicapai semakin mampu suatu peraturan memberikan petunjuk-petunjuk yang cermat dan disusun secara jelas skala prioritas atau urutan kepentingan bagi para pejabat pelaksana dan aktor lainnya, maka semakin besar pula


(55)

kemungkinan bahwa output kebijakan dari badan-badan pelaksana akan sejalan dengan petunjuk tersebut.

b. Keterandalan teori kausalitas yang diperlukan.

Memuat suatu teori kausalitas yang menjelaskan bagaimana kira-kira tujuan usaha pembaharuan yang akan dicapai melalui implementasi kebijakan. c. Ketetapan alokasi sumber dana.

Tersedianya dana pada tingkat ambang batas tertentu sangat diperlukan agar terbuka peluang untuk mencapai tujuan-tujuan forrmal.

d. Keterpaduan hirarki di lingkungan dan diantara lembaga-lembaga atau instansi-instansi pelaksana. Salah satu ciri penting yang perlu dimiliki oleh setiap peraturan perundangan yang baik ialah kemampuannya untuk memadukan hirarki badan-badan pelaksana. Ketika kemampuan untuk menyatupadukan dinas, badan, dan lembaga dilaksanakan, maka kordinasi antar instansi yang bertujuan mempermudah jalannya implementasi kebijakan justru akan membuyarkan tujuan dari kebijakan yang telah ditetapkan.

e. Aturan-atuan pembuat keputusan dari badan-badan pelaksana.

Selain dapat memberikan kejelasan dan konsistensi tujuan, memperkecil jumlah titik-titik veto, dan intensif yang memadai bagi kepatuhan kelompok sasaran, suatu undang-undang harus pula dapat mempengaruhi lebih lanjut proses implementasi kebijakan dengan cara menggariskan secara formal aturan-aturan pembuat keputusan dari badan-badan pelaksana.

f. Kesepakatan para pejabat terhadap tujuan yang termaktub dalam undang-undang. Para pejabat pelaksana memiliki kesepakatan yang diisyaratkan demi


(56)

tercapainya tujuan, Hal ini sangat signifikan halnya oleh karena, top dawn policy bukanlah perkara yang mudah untuk diimplankan pada para pejabat pelaksana di level lokal.

g. Akses formal pihak-pihak luar.

Faktor lain yang juga dapat mempengaruhi implementasi kebijakan adalah sejauh mana peluang-peluang yang terbuka bagi partisipasi para aktor diluar badan pelaksana dapat mendukung tujuan resmi. Ini maksudnya agar kontol pada para pejabat pelaksanaan yang ditunjuk oleh pemerintah pusat dapat berjalan sebagaimana mestinya.

3) Variabel-variabel di luar undang-undang yang mempengaruhi implementasi. a. Kondisi sosial-ekonomi dan teknologi.

Perbedaan waktu dan perbedaan diantara wilayah-wilayah hukum pemerintah dalam hal kondisi sosial, ekonomi, dan teknologi sangat signifikan berpengaruh terhadap upaya pencapaian tujuan yang digariskan dalam suatu undang-undang. Berdasarkan hal tersebut, faktor eksternal juga menjadi hal penting untuk diperhatikan guna keberhasilan suatu upaya pengejawantahan suatu kebijakan publik.

b. Dukungan publik

Hakekat perhatian publik yang bersifat sesaat menimbulkan kesukaran-kesukaran tertentu, untuk mendorong tingkat keberhasilan suatu implementasi kebijakan sangat dibutuhkan adanya sentuhan dukungan dari warga. Berdasarkan hal tersebut, mekanisme patisipasi publik sangat penting dalam proses pelaksanaan kebijakan publik di lapangan.


(57)

c. Sikap dan sumber-sumber yang dimiliki kelompok masyarakat Perubahan-perubahan yang hendak dicapai oleh suatu kebijakan publik akan sangat berhasil apabila di tingkat masyarakat warga memiliki sumber-sumber dan sikap-sikap masyarakat yang kondusif terhadap kebijakan yang ditawarkan pada mereka. Ada semacam local genius (kearifan lokal) yang dimiliki oleh warga yang dapat mempengaruhi keberhasilan atau ketidakberhasilan implementasi kebijakan publik. Hal tersebut sangat dipengaruhi oleh sikap dan sumber yang dimiliki oleh warga masyatakat.

d. Kesepakatan dan kemampuan kepemimpinan para pejabat pejabat pelaksana. Kesepakatan para pejabat instansi merupakan fungsi dari kemampuan undang-undang untuk melembagakan pengaruhnya pada badan-badan pelaksana melalui penyeleksian institusi-institusi dan pejabat-pejabat terasnya. Selain itu pula, kemampuan berinteraksi antar lembaga atau individu di dalam lembaga untuk meyukseskan implementasi kebijakan menjadi hal indikasi penting keberhasilan kinerja kebijakan publik.

c. Implementasi Kebijakan Publik Model Merilee S. Grindle

Menurut Grindle dalam Agustino (2008: 154) ada dua variabel yang mempengaruhi implementasi kebijakan publik. Keberhasilan implementasi suatu kebijakan publik dapat diukur dari proses pencapaian hasil akhir (outcomes), yaitu tercapai atau tidaknya tujuan yang ingin diraih. Hal ini dikemukakan oleh Grindle, dimana pengukuran keberhasilan implementasi kebijakan tersebut dapat dilihat dari dua hal yaitu:


(58)

1. Dilihat dari prosesnya, dengan mempertanyakan apakah pelaksanaan kebijakan sesuai dengan yang ditentukan (design) dengan merujuk pada aksi kebijakannya.

2. Apakah tujuan kebijakan tercapai dimensi ini diukur dengan melihat dua faktor, yaitu:

a. Impak atau efeknya, pada masyarakat secara individu dan kelompok. b. Tingkat perubahan yang terjadi serta penerimaan kelompok sasaran dan

perubahan yang terjadi.

Keberhasilan suatu implementasi kebijakan publik juga menurut Grindle, amat ditentukan oleh tingkat implementasi kebijakan itu sendiri sendiri, yang tetdiri atasContent of Policy dan Context of Policy.

1. Content of policy menurut Grindle adalah:

a. Interest affected(keepentingan-kepentingan yang mempengaruhi)

Interest affected berkaitan dengan berbagai kepentingan yang mempengaruhi suatu implementasi kebijakan. indikator ini berargumen bahwa suatu kebijakan dalam pelaksanaannya pasti melibatkan banyak kepentingan, dan sejauh mana kepentingan-kepentingan tersebut membawa pengaruh terhadap implementasinya, hal inilah yang ingin diketahui lebih lanjut.

b. Type of Benefits(tipe manfaat)

Pada poin ini content of policy berupaya untuk menunjukan atau menjelaskan bahwa dalam suatu kebijakan harus terdapat beberapa jenis manfaat yang menunjukan dampak positif yang dihasilkan oleh pengimplementasian kebijakan yang hendak dilaksanakan.


(1)

165

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan analisis implementasi program PPIP PNPM Mandiri oleh aparatur desa dan masyarakat di Desa Fajar Bulan tahun 2012, maka dapat diambil kesimpulan bahwa implementasi program PPIP ini belum terlaksana secara efektif, dikarenakan:

a. Dilihat dari tugas dan tujuan yang jelas yang secara akurat merefleksikan maksud dari suatu kebijakan, dalam implementasi program PPIP PNPM tugas dan tujuan program PPIP telah tercantum secara jelas di dalam bentuk buku panduan pelaksanaan program PPIP dan surat perjanjian pelaksanaan pekerjaan (SP3).

b. Dilihat dari manajemen rencana yang mengalokasikan tugas dan standar kinerja ke unit yang lebih kecil yang dilaksanakan melalui musyawarah-musyawarah Desa belum cukup baik, mayarakat belum sepenuhnya ikut aktif berpartisipasi dalam kegiatan musyawarah Desa yang dilaksanakan. c. Dilihat dari pengukuran kinerja organisasi pelaksana yang dinilai dengan

tujuan yang ingin dicapai, kinerja organisasi pelaksana sudah cukup baik infrastruktur yang terbangun memiliki kualitas yang memadai sehingga tujuan dari program PPIP untuk meningkatkan akses masyarakat telah tercapai.


(2)

166

d. Dilihat dari sistem manajemen kontrol dan sanksi sosial untuk menjaga bawahan agar tetap akuntabel, untuk pengawasan fisik infrastruktur belum cukup baik karena intensitas monitoring yang dilakukan belum maksimal. Sedangkan untuk pengawasan prosedural pelaksanaan dan partisipasi masyarakat, pelaksanaannya sudah cukup baik. Intensitas monitoring dilakukan langsung pada saat berjalannya proses perencanaan hingga pelaksanaan program. Untuk sanksi, program PPIP telah didukung dengan adanya sanksi tertulis apabila terjadi pelanggaran dalam pelaksanaannya. 2. Program PPIP memiliki dampak positif terhadap kelancaran akses masyarakat

Desa Fajar Bulan, baik itu bagi mereka yang berprofesi sebagai petani maupun bagi masyarakat lainnya yang ingin menjangkau sarana dan prasaran seperti sekolah, pasar dan juga bagi mereka yang akan menuju atau keluar dari dusun bangun sari.

3. Kendala-kendala yang dihadapi dalam implementasi program pembangunan infrastruktur pedesaan oleh aparatur desa dan masyarakat untuk meningkatkan akses masyarakat miskin di Desa Fajar Bulan tahun 2012

a. Kurangnya kesadaran masyarakat akan arti penting dari partisipasi dalam forum musyawarah Desa yang dilaksanakan.

b. Kurang maksimalnya peran OMS dalam memfasilitasi keterlibatan kaum perempuan dalam organisasi maupun dalam musyawarah-musyawarah Desa yang dilaksanakan.

c. Adanya perbedaan cara pandang dari beberapa masyarakat desa fajar bulan mengenai pentingnya keterwakilan mereka dalam kegiatan musdes-musdes yang dilaksanakan.


(3)

167

d. Kurangnya jumlah fasilitator pendamping program PPIP.

B. Saran

Setelah melihat dan menganalisis hasil penelitian, maka penulis mencoba memberikan saran, yaitu:

1. Pihak OMS bersama fasilitator masyarakat sebaiknya lebih banyak memberikan sosialisasi-sosialisasi kepada masyarakat mengenai program PPIP yang akan dilaksanakan dalam bentuk forum-forum diluar bagian dari sosialisasi yang ada dalam program ppip, sosialisasi ini bisa dilakukan pada saat kegiatan gotong-royong yang biasa dilaksanakan masyarakat desa fajar bulan.

2. Untuk lebih memaksimalkan partisipasi kaum perempuan yang ada sebaiknya OMS mengajak serta fasilitator masyarakat untuk memfasilitasi pembentukan forum-forum diskusi/rembug diluar musdes-musdes yang dilaksanakan dengan waktu pelaksanaannya yang dapat disesuaikan dengan waktu luang yang dimiliki kaum perempuan, sehingga aspirasi mereka dapat tersalurkan dan bukan hanya terpaku pada musdes-musdes yang dilaksanakan.

3. Perlunya dilakukan penambahan jumlah fasilitator pendamping, khususnya fasilitator di bidang pemberdayaan masyarakat, karena fasilitator di bidang pemberdayaan masyarakat yang ada hanya satu orang sehingga perlu adanya penambahan jumlah fasilitator guna memaksimalkan kinerja mereka untuk memberdayakan masyarakat dalam pelaksanaan program PPIP.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Abdulsyani, 2007, Sosisologi Skematika Teori dan Terapan. Jakarta: Bumi Aksara.

Abidin, Said Zainal. 2012.Kebijakan Publik. Jakarta: Salemba Humanika. Adisasmita, Rahardjo. 2013,Pembangunan Perdesaan.Yogyakarta: Graha Ilmu. Agustino, Leo. 2008.Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta.

Budiman, Arief. 2000. Teori Pembangunan Dunia Ketiga. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Golembiewski, Robert T. 1997. Public Administration and Public Policy/64: Marcel Dekker United States Of America.

Hadiawan, Agus. 2006. Teori Pembangunan. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Indian Hono Dwiyanto. 2009. Kebijakan Publik Berbasis Dynamic Policy Analysis.Yogyakarta: Gava Media.

Moleong, Lexy J. 2011. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Roasdakaraya.Nugroho,

Nugroho, Riant. 2012.Public Policy. Jakarta: Gramedia Jakarta.

Pasolong, Harbani. 2012. Metode Penelitian Administrasi Publik. Bandung: Alfabeta.

Pasolong, Harbani. 2010.Teori Administrasi Publik. Bandung: Alfabeta.

Purwanto, Erwan Agus. 2012. Implementasi Kebijakan Publik. Yogyakarta: Gava Media.

Siagian, Sondang P 2003. Administrasi Pembangunan Konsep, Dimensi dan Strateginya. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Soekanto, Soerjono. 2002. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.


(5)

Sugiyono, 2011. Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantittaif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suharto, Edi, 2008, Kebijakan Sosial Sebagai Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta.

Syekh, Sayid. 2011. Pengantar Statistik Ekonomi dan Sosial. Jakarta: Gaung Persada.

Tachjan, 2008.Implementasi Kebijakan Publik.Bandung: Asosiasi Ilmu Politik Indonesia (AIPI) dan Puslit KP2W Lembaga Penelitian Unpad.

Wahab, Solichin Abdul. 2004. Analisi Kebijaksanaan Dari Formulasi Ke Implementasi Kebijaksanaan Negara.Jakarta: PT Bumi Aksara.

Winarno, Budi. 2012. Kebijakan Publik Teori, Proses, dan Studi Kasus. Yogyakarta: Caps

Sumber lain:

Buku Pedoman Pelaksanaan Program PPIP Tahun 2011.

Benjamin. 2011. Revitalisasi Pembangunan Desa Melalui Program Rural Infrastruktur Support Program Nasinal Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (RIS PNPM),2 (2): 316-327.

Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa Fajar Bulan 2011-2015. Katalog BPS (Lampung Tengah Dalam Angka Tahun 2013)

Laporan akhir program pembangunan infrastruktur pedesaan (PPIP) tahun 2012. Surat Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan (SP3) Program Pembangunan

Infrastruktur Pedesaan Tahun 2012.

Astika, Swadana Ketut. 2010. Budaya Kemiskinan di Masyarakat: Tinjauan Kondisi Kemiskinan dan Kesadaran Budaya Miskin di Masyarakat. Jurnal Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 1(01): 21.

Hilmawan, Abimanyu. 2012. Implementasi Kebijakan Benih Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) Sebagai Bagian Dari Program Swasembada dan Ketahanan Pangan Nasional. Skripsi. Universitas Indonesia. Depok Karnaji. 2011. Komitmen dan Konsistensi Pemerintah Dalam Mengatasi


(6)

Kristanto, W. 2010. Peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan infrastruktur Jalan (Studi Kasus Pelaksanaan Program Pembangunan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) di Desa Campurejo Kecamatan Panceng Kabupaten Gresik). Tesis. Program S2 Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya

Nursalam, Aditya Nugraha. 2012. Tipologi Kemiskinan di Kota Makassar. Skripsi. Universitas Hasanuddin.

Paudel, Narendra Raj. 2009.A Critical Account of Policy Implementation Theories: Status and Reconsideration. Journal of Public Policy and Governance Vol. xxv, No.2: 37

Wahyu, Tri. 2011. Identifikasi Faktor Penyebab Kemiskinan Di Kota Semarang Dari Segi Kultural.Jurnal Ekonomi Pembangunan 12 (1): 28-24

Yunarto, Kurniawan. 2013. Pengaruh Pembangunan Fisik Terhadap Pemberdayaan Masyarakat di Kelurahan Simpang Pasir Kecamatan Palaran Kota Samarinda.Jurnal Ilmu Pemerintahan 1 (02): 2.

Website:

http://www.bpkp.go.id/ 2012.(diakses tanggal 10 oktober 2013). http://www.pu-ppip.go.id (diakses tanggal 9 oktober 2013). http://www.perpustakaan.bappenas.go.id (diakses 10 maret 2014) http://www.bappenas.go.id (diakses 19 Desember 2013).


Dokumen yang terkait

Pengaruh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) mandiri Pedesaan terhadap Pembangunan Desa di desa Suka Damai.

12 108 132

Partisipasi Masyarakat Desa Terhadap Pembangunan Prasarana Transportasi Darat (Studi Deskriptif: Pada Desa Hutatinggi, Kecamatan Puncak Sorik Marapi, Kabupaten Mandailing Natal, Sumatra Utara)

2 58 96

Pengaruh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan Bidang Agribisnis Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Sipogu Kecamatan Arse Kabupaten Tapanuli Selatan.

0 50 136

Efektivitas Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan ( Studi Kasus Irigasi Pertanian Di Desa Aritonang, Kecamatan Muara, Kabupaten Tapanuli Utara)

3 57 116

Efektivitas Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) di Desa Pulo Dogom Kecamatan Kualuh Hulu Kabupaten Labuhan Batu Utara

1 39 106

Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan (Studi Pada Simpan Pinjam Perempuan/SPP di Desa Napagaluh, Kec. Danau Paris, Kabupaten Aceh Singkil)

4 34 146

Peranan Pemerintah Desa Untuk Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan (Studi Kasus di Desa Pulau Kumpai Kecamatan Pangean Kabupaten Kuantan Singingi)

34 202 85

Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM MP) (Studi Kasus di Desa Sitio II Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan)

0 46 125

Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan di Desa Dolok Hataran Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun

0 55 76

Efektivitas Program Pembangunan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) Sebagai Upaya Peningkatan Akses Masyarakat Miskin Ke Infrakstruktur Dasar Wilayah Di Desa Kebumen, Kabupaten Kendal, Tahun 2010.

0 0 2