Implementasi Kebijakan Publik Model Merilee S. Grindle

disebutkan di atas tadi apabila tidak diperhitungkan dengan matang sangat besar kemungkinan program yang hendak diimplementasikan akan sulit untuk diimplementasikan. b. Institution and Regime Characteristic karakteristik lembaga dan rezirn yang berkuasa Lingkungan dimana sutau kebijakan tersebut dilaksanakan juga berpengaruh terhadap keberhasilannya, maka pada bagian ini ingin dijelaskan karakteristik dari suatu lembaga yang akan turut mempengaruhi suatu kebijakan. c. Compliance and Responsiveness tingkat kepatuhan dan Adanya respon dari pelaksana Hal lain yang dirasa penting dalam proses pelaksanaan suatu kebijakan adalah kepatuhan dan respon dari para pelaksana, maka yang hendak dijelaskan pada poin ini adalah sejauh mana kepatuhan dan respon dari pelaksana dalam menggapi suatu kebijakan. Setelah kegiatan pelaksanaan kebijakan yang dipengaruhi oleh isi atau konten dan lingkungan atau konteks diterapkan, maka akan dapat diketahui apakah para pelaksana kebijakan dalam membuat sebuah kebijakan sesuai dengan apa yang diharapkan, juga dapat diketahui pada apakah suatu kebijakan dipengaruhi oleh suatu lingkungan, sehingga terjadinya tingkat perubahan yang terjadi.

d. Implementasi Kebijakan Publik Model George Edward III

Edward III 1980, 1 menegaskan bahwa maslah utama administrasi publik adalah lack of attention to implementation kurangnya perhatian terhadap pelaksana. Dikatakannya, without effective implementation the decision of policymakers will not be carried out successfully keputusan kebijakan publik tidak akan berjalan dengan baik tanpa adanya pelaksanaan yang efektif. Edward menyarankan untuk memerhatikan empat isu pokok agar implementasi kebijakan menjadi efektif yaitu, communication, resources, disposition or attitudes, dan bureaucratic structures. a. Komunikasi Komunikasi berkenaan dengan bagaimana kebijakan dikomunikasikan pada organisasi dan atau publik dan sikap serta tanggapan dari para pihak yang terlibat. b. Resources Resoureces berkenaan dengan ketersedian sumber daya pendukung, khususnya sumber daya manusia. Hal ini berkenaan dengan kecakapan pelaksana kebijakan publik untuk melaksanakan kebijakan secara efektif. c. Disposition Disposition berkenaan dengan kesediaan dari para implementor untuk melaksanakan kebijakan publik tersebut. Kecakapan saja tidak cukup, tanpa kesedian dan komitmen untuk melaksanakan kebijakan. d. Struktur birokrasi Struktur birokrasi berkenaan dengan kesesuaian organisasi birokrasi yang menjadi penyelenggara implementasi kebijakan publik. Tantangannya adalah bagaimana agar tidak terjadi bureaucratic fragmention karena struktur ini menjadikan proses implementasi menjadi jauh dari dekat.

e. Implementasi Kebijakan Publik Model Richard Elmore, dkk.

Menurut Elmore 1979, Michael Lipsky 1971, dan Benny Hejrn David O Porter 1981 dalam Nugroho 2012: 692-693, model implementasi ini didasarkan pada jenis kebijakan publik yang mendorong masyarakat untuk mengerjakan sendiri implementasi kebijakan atau tetap melibatkan pejabat pemerintah namun hanya di tataran rendah. Oleh karena itu kebijakan yang dibuat sesuai dengan harapan, keinginan publik yang menjadi target utama kliennya, dan sesuai pula dengan pejabat eselon rendah yang menjadi pelaksananya. Kebijakan model ini biasanya diprakarsai masyarakat, baik secara langsung maupun melalui lembaga-lembaga nirlaba kemasyarakatan LSM. Elmore dalam Golembiewski 1997:766-769 mengatakan bahwa ada empat hal utama yang membuat implementasi kebijakan efektif, yaitu : 1. Clearly specified tasks and objectives that accurately reflect the intent of policy tugas dan tujuan yang jelas yang secara akurat merefleksikan maksud dari suatu kebijakan Implementasi kebijakan yang dalam hal ini terdiri dari satu set rincian dari tujuan pelaksanaan suatu kebijakan yang secara akurat mencerminkan maksud dari kebijakan tertentu, memberikan tanggung jawab dan standar kinerja kepada unit yang dapat melaksanakannya secara konsisten dengan tujuan dari kebijakan tersebut. Tugas dan tujuan organisasi pelaksana diasumsikan sebagai unit yang beroperasi dalam pelaksanaan kebijakan sebagai unit yang memiliki tugas dan tujuan yang jelas yang digunakan untuk mengatur semua tugas dan tujuannya . Kegagalan dalam implementasi kebijakan sering dikaitkan dengan manajemen yang buruk. Maksud dari pernyataan tersebut yaitu bahwasanya kegagalan dalam pelaksanaan suatu kebijakan disebabkan dari ketidakjelasan tugas dan tanggung jawab yang diberikan kepada seseorang terhadap hasil yang ingin dicapai dalam suatu kebijakan tersebut. serta adanya orang-orang yang tidak bertanggung jawab atas kinerja yang mereka lakukan. Manajemen yang baik tentu saja adalah kebalikan dari semua hal di atas. Manajemen ini dimulai dari asumsi normatif bahwa manajemen yang efektif adalah yang melaksanakan tujuan yang diarahkan. 2. A management plan that allocates tasks and performance standards to subunits manajemen rencana yang mengalokasikan tugas dan standard kinerja ke organisasi pelaksana Manajemen perencanaan merupakan proses dimana perencanaan dilakukan untuk memastikan bahwa sumber daya yang diperoleh, tugas, standar kinerja dapat digunakan dan berjalan secara efektif dan efisien dalam melaksanaan suatu kebijakan. Selain itu didalam meanajemen perencanaan terdapat pengendalian operasional yang dilakukan sebagai proses untuk meyakinkan bahwa tugas-tugas tertentu telah dilaksanakan secara efektif dan efisien. Penerjemahan kebijakan ke dalam tindakan dilakukan melalui proses perencanaan dalam mengalokasikan tugas dan standar kinerja. manajemen perencanaan dan pengendalian di dalamnya memberikan pernyataan singkat tentang transisi dari kebijakan untuk operasi. Perencanaan strategis ini adalah sebagai proses untuk menentukan tujuan, sumber daya yang digunakan dalam mencapai tujuan dari kebijakan tersebut. Selanjutnya

Dokumen yang terkait

Pengaruh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) mandiri Pedesaan terhadap Pembangunan Desa di desa Suka Damai.

12 108 132

Partisipasi Masyarakat Desa Terhadap Pembangunan Prasarana Transportasi Darat (Studi Deskriptif: Pada Desa Hutatinggi, Kecamatan Puncak Sorik Marapi, Kabupaten Mandailing Natal, Sumatra Utara)

2 58 96

Pengaruh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan Bidang Agribisnis Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Sipogu Kecamatan Arse Kabupaten Tapanuli Selatan.

0 50 136

Efektivitas Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan ( Studi Kasus Irigasi Pertanian Di Desa Aritonang, Kecamatan Muara, Kabupaten Tapanuli Utara)

3 57 116

Efektivitas Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) di Desa Pulo Dogom Kecamatan Kualuh Hulu Kabupaten Labuhan Batu Utara

1 39 106

Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan (Studi Pada Simpan Pinjam Perempuan/SPP di Desa Napagaluh, Kec. Danau Paris, Kabupaten Aceh Singkil)

4 34 146

Peranan Pemerintah Desa Untuk Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan (Studi Kasus di Desa Pulau Kumpai Kecamatan Pangean Kabupaten Kuantan Singingi)

34 202 85

Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM MP) (Studi Kasus di Desa Sitio II Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan)

0 46 125

Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan di Desa Dolok Hataran Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun

0 55 76

Efektivitas Program Pembangunan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) Sebagai Upaya Peningkatan Akses Masyarakat Miskin Ke Infrakstruktur Dasar Wilayah Di Desa Kebumen, Kabupaten Kendal, Tahun 2010.

0 0 2