PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Tuntutan adanya otonomi daerah terus dilakukan agar setiap daerah dapat memainkan peranan dan posisi yang strategis sebagai pemilik sumber daya di
daerahnya sendiri. Pelaksanaan otonomi daerah juga di harapkan sebagai upaya untuk mempercayai masyarakat dan Pemerintah Daerah dalam mengatur dan
mengembangkan potensi daerahnya sendiri. Besarnya dominasi negara selama ini menjadi alasan penting bagi masyarakat untuk melakukan perubahan yang
mendasar pada pemerintahan daerah terlebih dalam pemerintahan desa. Proses perencanaan, pengambilan keputusan dan program pembangunan kerap kali
dilakukan dengan sistem dari atas ke bawah. Rencana program-program pembangunan diseragamkan dibuat di tingkat
pusat dan dilakukan oleh pemerintah provinsi dan kabupaten, sedangkan potensi setiap daerah berbeda-beda. Sistem perencanaan pembangunan dari atas ke bawah
yang bersifat sentralistik ini menyebabkan mandulnya partisipasi masyarakat. Sejauh ini, partisipasi masyarakat masih terbatas pada keikutsertaan dalam
pelaksanaan program-program kegiatan pemerintah, padahal partisipasi masyarakat tidak hanya diperlukan pada saat pelaksanaan tetapi juga mulai dari
tahap perencanaan bahkan pengambilan keputusan. Suatu skema baru otonomi daerah, yang di dalamnya termuat semangat melibatkan masyarakat, dengan
menekankan bahwa kualitas otonomi daerah akan ditentukan oleh sejauh mana keterlibatan masyarakat, maka dengan sendirinya harus ditunjukan adanya saluran
aspirasi masyarakat semenjak dini Alexander Abe, 2005. Di sini dapat kita
ketahui bahwa sudah seharusnya ide awal proses pembangunan harus menyertakan masyarakat di dalam perumusannya. Maka perumusan ini
merupakan proses perumusan yang umum, yang mana pada rakyat diberikan kesempatan untuk mengajukan pokok-pokok harapan, dan kepentingan dasarnya.
Dalam UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, pemerintah meletakkan komitmen politik untuk memperbaiki kualitas
Universitas Sumatera Utara
pembangunan manusia Indonesia mulai dari pemetaan sistem perencanaan pembangunan yang melibatkan peran serta profesional masyarakat dan
pemerintah daerah dari sejak awal tahap perencanaan sampai pemanfaatan dan pelestarian.
Pembangunan adalah suatu proses kegiatan yang berlangsung dalam jangka waktu yang panjang dan terus-menerus. Dengan kata lain, pembangunan
itu bersifat dinamis. Kondisi dinamis dalam pembangunan tersebut bisa dilihat dalam dua konteks, yakni yang pertama adalah masyarakat itu yang selalu
berubah, dan kedua bahwa pembangunan itu sendiri dimaksudkan untuk membawa perubahan yakni dari kondisi yang sekarang menuju kondisi lain di
masa depan yang lebih baik dan bijaksana Kartz dalam Tjiptoherijanto, 1993:15.
Orientasi pembangunan yang mengikutsertakan partisipasi masyarakat terkandung suatu pengertian bahwa rakyat adalah subjek pembangunan, bukan
objek pembangunan. Sebagai subjek pembangunan berarti rakyat didorong untuk aktif terlibat dalam proses pembangunan sejak perencanaan sampai dengan
pelaksanaan serta pemeliharaan dan pengembangan suatu hasil pembangunan
Soetrisno, 1995:204.
Perencanaan merupakan tahap awal dan paling vital dalam pembangunan. Perencanaan pembangunan merupakan penentu utama dalam keberhasilan
pembangunan yang akan dilakukan di dalam suatu Negara. Perencanaan yang baik dan matang akan melahirkan hasil yang baik pula. Oleh karena itu, dalam
perencanaan pembangunan harus melibatkan semua pihak yang di dalamnya bukan sebagai objek tetapi sebagai subjek dalam pelaksanaan pembangunan.
Sesuai dengan amanat yang diemban dalam UU No. 32 tahun 2004, perencanaan pembangunan dan pelaksanaannya harus berorientasi ke bawah dan
melibatkan masyarakat luas, melalui pemberian wewenang perencanaan dan pelaksanaan pembangunan di tingkat daerah. Dengan cara ini pemerintah makin
mampu menyerap aspirasi masyarakat banyak, sehingga pembangunan yang dilaksanakan dapat memberdayakan dan memenuhi kebutuhan rakyat banyak.
Rakyat harus menjadi pelaku dalam pembangunan, masyarakat perlu dibina dan
Universitas Sumatera Utara
dipersiapkan untuk dapat merumuskan sendiri permasalahan yang dihadapi, merencanakan langkah-langkah yang diperlukan, melaksanakan rencana yang
telah diprogramkan, menikmati produk yang dihasilkan dan melestarikan program yang telah dirumuskan dan dilaksanakan.
Pengikutsertaan masyarakat dalam perencanaan pembangunan merupakan salah satu cara yang efektif untuk menampung dan mengakomodasi berbagai
kebutuhan yang beragam. Dengan kata lain, upaya peningkatan partisipasi masyarakat pada perencanaan pembangunan dapat membawa keuntungan
substantif, dimana pelaksanaan pembangunan akan lebih efektif dan efesien, di samping itu juga akan memberi sebuah rasa kepuasan dan dukungan masyarakat
yang kuat terhadap program-program pemerintah. Pada dasarnya partisipasi masyarakat tidak timbul dengan sendirinya
melainkan ada hal-hal yang mempengaruhi sehingga masyarakat tersebut merasa sadar dan terdorong untuk berpartisipasi dalam pembangunan. Banyak hal yang
dapat membuat masyarakat terdorong atau termotivasi untuk ikut berpartisipasi dalam pembangunan, apakah dengan memberikan dana ataupun dipaksa. Tetapi
yang lebih baik adalah dengan cara memberikan pengertian dan penyadaran terhadap pola pikir mereka tentang betapa pentingnya partisipasi masyarakat
dalam pembangunan. Terdapat dua faktor yang benar-benar penting dalam menentukan apakah
masyarakat benar-benar ingin terlibat dalam suatu perencanaan atau tidak Conyers, 1994:186. Faktor pertama yaitu hasil keterlibatan masyarakat itu
sendiri. Nyata sekali bahwa masyarakat tidak akan berpartisipasi atas kemauan sendiri atau dengan antusias yang tinggi dalam kegiatan perencanaan kalau
mereka merasa bahwa partisipasi mereka dalam perencanaan tersebut tidak mempunyai pengaruh pada rencana akhir. Faktor kedua yaitu bahwa masyarakat
merasa enggan berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan yang tidak menarik minat mereka atau aktivitas yang tidak mempunyai pengaruh langsung yang dapat
mereka rasakan. Sekalipun demikian, masyarakat akan berpartisipasi secara sukarela bila perencanaan didesentralisasikan semampu-mampunya, tetapi
Universitas Sumatera Utara
perencanaan tersebut diarahkan pada jenis kegiatan yang memikirkan keadaaan mereka secara langsung.
Partisipasi dalam pembangunan dipandang sebagai sebuah metodelogi yang mengantarkan pelaku-pelakunya untuk dapat memahami masalah-masalah
yang dihadapi, sehingga dapat menganalisa dan mencari solusi dari masalah yang dihadapi tersebut, sehingga memberikan kerangka untuk pemantauan dan evaluasi
pelaksanaan. Pemerintah desa sebagai ujung tombak pembangunan yang mana keberadaan dari pemerintahan desa berhubungan langsung dengan masyarakat.
dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah pada Bab 1 pasal 1 di poin 1 disebutkan bahwa desa atau yang disebut dengan nama
lain, selanjutnya disebut desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat, berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dengan demikian desa semakin dituntut kesiapannya dalam hal merumuskan kebijakan desa, merencanakan pembangunan desa yang disesuaikan
dengan situasi dan kondisi. Demikian juga dalam mengembangkan atau menciptakan kondisi yang kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya kreativitas
dan inovasi masyarakat dalam mengelola dan menggali potensi yang ada, sehingga tercipta desa yang otonom yaitu masyarakat desa yang mampu
memenuhi kepentingan dan kebutuhan yang diperlukan. Keberhasilan penyelenggaraan otonomi masyarakat desa tidak terlepas
dari partisipasi aktif anggota masyarakat. Di desa telah dibentuk Badan Permusyawaratan Desa BPD sebagai wujud dari demokrasi yang berfungsi
sebagai lembaga legislatif desa. Masyarakat desa baik sebagai sistem maupun sebagai individu merupakan bagian integral yang sangat penting dari
Pemerintahan Desa karena secara prinsip penyelenggaraan otonomi ditunjukan guna mewujudkan masyarakat sejahtera di desa yang bersangkutan. Oleh sebab itu
tanggung jawab penyelenggaraan desa tidak saja ditangan Kepala Desa, BPD dan Aparat Desa tetapi juga ditangan masyarakat desa itu sendiri.
Universitas Sumatera Utara
Masyarakat sebagai subjek pembangunan berarti masyarakat terkena langsung atas kebijakan dan kegiatan pembangunan. Dalam hal ini perlu
masyarakat ikut dilibatkan baik dari segi formulasi kebijakan maupun aplikasi kebijakan tersebut, sebab merekalah yang dianggap lebih tahu tentang kondisi
lingkungannya. Partisipasi masyarakat merupakan faktor penting yang perlu diperhatikan dalam rangka mensinergikan antara keinginan penguasa dengan
keinginan rakyat. Yang mana pada dasarnya partisipasi masyarakat timbul tidaklah semata-mata dengan sendirinya melainkan ada hal-hal yang mampu
mempengaruhinya, sehingga masyarakat merasa sadar dan terdorong untuk terlibat lebih jauh dalam segala aspek kehidupan negara.
Setelah reformasi, desa mempunyai wewenang untuk membentuk dan melaksanakan kebijakan sesuai prakarsa maupun aspirasi dari masyarakat
setempat. Dengan semangat partisipatif, pembangunan desa dapat dibahas melalui Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa Musrenbangdes. Musrenbangdes
merupakan forum tahunan yang dilaksanakan sacara partisipatif oleh semua elemen desa untuk menyepakati pembangunan tahun berikutnya.
Dengan demikian, untuk tercapainya keberhasilan pembangunan masyarakat desa maka segala program perencanaan, pelaksanaan serta evaluasi
pembangunan harus melibatkan masyarakat, karena merekalah yang mengetahui permasalahan dan kebutuhan dalam rangka membangun wilayahnya sebab
merekalah yang nantinya yang akan memanfaatkan dan menilai tentang berhasil atau tidaknya pembangunan di wilayah mereka.
Banyak fenomena menarik dalam proses perencanaan pembangunan yang dilaksanakan di Desa Sigalapang Julu Kecamatan Panyabungan, terutama
berkaitan dengan langkah ke 3 pada tahap pertama proses perencanaan pembangunan dalam Undang-Undang No. 25 tahun 2004 yang berbunyi;
Melibatkan masyarakat stakeholder dan menyelaraskan rencana pembangunan yang dihasilkan masing-masing jenjang pemerintahan melalui musyawarah
perencanaan pembangunan. Diawali dengan musrenbang tingkat desa, musrenbang tingkat kecamatan, musrenbang tingkat kabupaten. Hal menarik
tersebut antara lain mekanisme perencanaan pembangunan dari bawah yang
Universitas Sumatera Utara
dilaksanakan melalui musrenbang desa sampai kecamatan belum melibatkan masyarakat untuk memutuskan kegiatan prioritas, padahal untuk menciptakan
perencanaan pembangunan yang tepat waktu, tepat sasaran, berdaya guna, dituntut adanya partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan karena
merekalah yang mengetahui permasalahan yang dihadapi dan kebutuhan yang mereka kehendaki, sehingga keikutsertaan masyarakat dapat mengakomodasi
kepentingan mereka dalam proses penyusunan rencana pembangunan. Desa Sigalapang Julu merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan
Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal. Banyak diantara masyarakat di desa Sigalapang Julu yang sudah ikut terlibat dalam pembangunan. Belum dapat
dipastikan apakah hal tersebut disebabkan adanya semacam paksaan atau karena masyarakat sudah sadar akan pentingnya berpartisipasi dalam pembangunan untuk
kebaikan bersama. Sehingga ditemukan gejala-gejala seperti tingginya tingkat respon masyarakat pada pembangunan atau selalu membuka diri jika dimintai
pertolongan, tingkat kehadiran stakeholders seperti tokoh adat dan agama setempat, tokoh pemuda, anggota organisasi kemasyarakatan yang masih rendah
yang semata-mata hanya memenuhi undangan kepala desa saja sehingga kehadirannya lebih banyak menjadi pendengar. Adapula beberapa tokoh
masyarakat yang diundang dalam musyawarah pembangunan desa tidak bisa hadir dan mewakilkannya pada orang lain yang kurang memahami perencanaan
pembangunan. Sehingga mereka tidak mengajukan usulan, tidak memberikan masukan dan juga tidak mengidentifikasi kebutuhan dalam perencanaan. Tetapi di
lain pihak tetap masih ada kelompok masyarakat yang tidak ingin melibatkan diri pada proses pembangunan, mungkin saja disebabkan berbagai faktor yang
menghambat atau terlalu mengedepankan ego pribadinya. Ada kecenderungan bahwa usulan yang diajukan dalam murenbang
kecamatan yang sesungguhnya masih jauh dari harapan. Fenomena ini dapat dilihat dari kehadiran masyarakat dalam musbangdes di desa Sigalapang Julu,
kegiatan musbangdes dihadiri oleh masyarakat desa Sigalapang Julu dan pemerintah desa setempat. Sebelum dilaksanakan musbangdes, masyarakat desa
Sigalapang Julu menyerahkan daftar identifikasi kebutuhan mereka ke Kantor
Universitas Sumatera Utara
kepala Desa sebelum penyelenggaraan musbangdes, pada tahap musbangdes, aparat desa membacakan daftar identifikasi kebutuhan dari masyarakat desa,
namun tidak mendiskusikan kebutuhan mana yang dijadikan prioritas yang akan diusulakan pada musrenbang tahapan selanjutnya. Berdasarkan fenomena
tersebut, pemerintah desa masih mendominasi perumusan kegiatan prioritas yang akan diusulakan dalam musrenbang selanjutnya.
Hal menarik lain adalah proses perencanaan pembangunan belum diawali dengan kegiatan pendahuluan untuk mendapatkan data yang valid mengenai
potensi, masalah dan kebutuhan masyarakat. Riyadi dan Bratakusumah 2004: 36 mengemukakan bahwa perencanaan pembangunan tidak mungkin hanya
dilakukan diatas kertas tanpa melihat realitas di lapangan. Data valid di lapangan sebagai data primer merupakan sesuatu yang sangat penting yang harus ada dan
digunakan menjadi bahan dalam kegiatan perencanaan pembangunan. Dengan demikian perencanaan pembangunan dapat diartikan sebagai suatu proses
keputusan-keputusan yang didasarkan pada fakta-fakta dan data yang dijadikan sebagai bahan untuk melaksanakan suatu rangkaian kegiatan kemasyarakatan
yang bersifat fisik dalam pencapaian tujuan yang lebih baik.
Berikut jadwal Musrenbang mulai dari tingkat desa sampai tingkat nasional:
Tabel 1.1 Jadwal Pelaksanaan Musrenbang Mulai dari tingkat Desa sampai tingkat Nasional.
No Tingkatan
Musrenbang Bulan ke
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11 12
1. Desa
√
Universitas Sumatera Utara
Sumber: http:wri.or.id
Penjaring aspirasi masyarakat dilakukan melalui wadah Musrenbang Musyawarah Perencanaan Pembangunan. Adapun tahapan Musrenbang adalah:
1. Musrenbang DesaKelurahan dilaksanakan pada bulan Januari, dimana
aspirasi masyarakat dapat digali melalui dialog atau musyawarah antar kelompok-kelompok masyarakat. Semua masyarakat desa tersebut harus ikut
berpartisipasi untuk memasukkan agenda kebutuhannya dalam forum musrenbangdeskelurahan tersebut. Keluaran dari Musrenbang di tingkat ini
adalah penetapan prioritas kegiatan pembangunan tahun mendatang sesuai dengan potensi serta permasalahan di desakelurahan tersebut. Pada tahap ini
juga ditetapkan daftar nama 3-5 orang delegasi dari peserta Musrenbang DesaKelurahan untuk menghadiri Musrenbang Kecamatan.
2. Musrenbang Kecamatan dilaksanakan pada bulan Februari, keluaran dari Musrenbang di tingkat kecamatan ini menetapkan daftar prioritas kegiatan
pembangunan di wilayah kecamatan. Prioritas kegiatan pembangunan ini disesuaikan menurut fungsi SKPD dan penetapan anggaran yang akan didanai
melalui APBD dan sumber pendanaan lainnya. Hasil penetapan daftar prioritas ini kemudian disampaikan oleh masing-masing delegasi kepada
masyarakat pada masing-masing desakelurahan. Pada tahap ini juga ditetapkan delegasi untuk mengikuti forum SKPD dan Musrenbang
2. Kecamatan
√
3. Kabupaten
Kota √
4. Provinsi
√
5. Nasional
√
Universitas Sumatera Utara
Kabupatenkota. Perwakilan perempuan harus dipastikan masuk dalam delegasi tersebut.
3. Musrenbang Daerah KabupatenKota dilaksanakan sepanjang bulan Maret.
Keluaran dari Musrenbang KabupatenKota ini adalah:
Arah kebijakan, prioritas pembangunan dan penggunaan dana berdasarkan fungsi SKPD.
Daftar prioritas yang sudah dibahas pada forum SKPD.
Daftar usulan kebijakanregulasi pada tingkat pemerintahan KabupatenKota,
Provinsi dan Pusat.
Rancangan pendanaan untuk Alokasi Dana Desa. Dalam upaya menjaga konsistensi keluaran dalam bentuk Rencana Kerja
Perangkat Daerah RKPD maka dilakukan beberapa forum multistakehorders Paska Musrenbang antara delegasi masyarakat, pemerintah daerah dan DPRD.
Selain itu forum tersebut juga bertugas untuk memberikan penjelasan alasan diterima atau ditolaknya sejumlah kegiatan yang sudah diusulkan.
4. Musrenbang Provinsi pada bulan April, merupakan tahap pemutakhiran RKPD
Provinsi serta tahap penyelarasan RKP dan Renja-KL dengan RKPD Provinsi dan RKPD KabupatenKota.
5. Musrenbang Nasional Musrenbangnas dilaksanakan pada bulan April, pada
tahap ini hasil musrenbang Provinsi disampaikan kepada seluruh KementerianLembaga, Gubernur dan Kepada Bappeda Provinsi untuk
disepakati sebagai program prioritas pembangunan nasional, prioritas pendanaan RAPBD dan rancangan akhir RKP untuk disampaikan dan dibahas
dalam sidang kabinet. Proses perencanaan pembangunan di Desa Sigalapang Julu dilakukan
dengan musyawarah pembangunan desa, dimana dalam perencanaan pembangunan telah dibuka kesempatan bagi seluruh warga dan untuk
berpartisipasi. Dalam proses perencanaan pembangunan di desa ini pemerintah
Universitas Sumatera Utara
desa mengupayakan pengikutsertaan masyarakat sehingga melalui partisipasi tersebut, masyarakat merencanakan sendiri kebutuhan dan keinginannya
berdasarkan kondisi objektif dan potensi rill yang ada. Keberhasilan pemerintah Kecamatan Panyabungan pada umumnya dan
pemerintah desa Sigalapang Julu pada khususnya, dalam jangka panjang tidak hanya bergantung pada kepuasan masyarakat atas pelayanan yang diberikan,
tetapi juga atas ketertarikan, keikutsertaan dan dukungan dari masyarakat. Demokrasi yang sehat tergantung pada bagaimana masyarakat mendapatkan
informasi yang baik dan dapat mempengaruhi pengambilan keputusan yang akan ditetapkan oleh pemerintah desa. Untuk itu peran serta masyarakat langsung
dalam perencanaan pembangunan sangat diperlukan dan perlu terus diperkuat serta diperluas.
Maka berdasarkan tinjauan diatas peneliti merasa tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul: Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan
Pembangunan Desa di Desa Sigalapang Julu Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal.
I.2 Perumusan Masalah