Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Defenisi Konsep

desa mengupayakan pengikutsertaan masyarakat sehingga melalui partisipasi tersebut, masyarakat merencanakan sendiri kebutuhan dan keinginannya berdasarkan kondisi objektif dan potensi rill yang ada. Keberhasilan pemerintah Kecamatan Panyabungan pada umumnya dan pemerintah desa Sigalapang Julu pada khususnya, dalam jangka panjang tidak hanya bergantung pada kepuasan masyarakat atas pelayanan yang diberikan, tetapi juga atas ketertarikan, keikutsertaan dan dukungan dari masyarakat. Demokrasi yang sehat tergantung pada bagaimana masyarakat mendapatkan informasi yang baik dan dapat mempengaruhi pengambilan keputusan yang akan ditetapkan oleh pemerintah desa. Untuk itu peran serta masyarakat langsung dalam perencanaan pembangunan sangat diperlukan dan perlu terus diperkuat serta diperluas. Maka berdasarkan tinjauan diatas peneliti merasa tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul: Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Pembangunan Desa di Desa Sigalapang Julu Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal.

I.2 Perumusan Masalah

Agar penelitian dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya maka penulis harus merumuskan masalahnya sehingga jelas dari mana harus memulai, kemana harus pergi, dan dengan apa ia melakukan penelitian Arikunto, 1993:17. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pentingnya perumusan masalah adalah agar diketahui arah jalam suatu penelitian. Berdasarkan penjelasan diatas maka di dalam melakukan penelitian ini penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut; “Bagaimanakah Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Pembangunan Desa di Desa Sigalapang Julu Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal?”

I.3 Tujuan Penelitian

Universitas Sumatera Utara Setiap penelitian yang dilakukan tentu mempunyai sasaran yang hendak dicapai atau apa yang menjadi tujuan penelitian tentunya jelas diketahui sebelumnya. Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tentang partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan desa di Desa Sigalapang Julu Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian merupakan hasil penelitian yang dilakukan. Manfaat penelitian yang dimaksud dalam ini mencakup hal-hal sebagai berikut : 1. Secara Subjektif bermanfaat mengembangkan kemampuan dalam penulisan karya ilmiah. 2. Secara praktis, sebagai masukankontribusi bagi pemerintah dan masyarakat desa di Desa Sigalapang Julu Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal. 3. Secara akademis, sebagai salah satu syarat dalam penyelesaian studi strata-1 di Depatemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

I.5 Kerangka Teori

Singarimbun 1995:18 Menyebutkan Bahwa teori merupakan serangkaian asumsi, konsep dan kontruksi, definisi dan proposisi untuk menerangkan fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan dan pengaruh antara konsep. Untuk Memudahkan penulis dalam menyusunkan suatu pemikiran yang dapat dijadikan fundamen dalam meniliti hal tersebut di atas, maka disusunlah beberapa kerangka pemikiran sebagai berikut:

I.5.1 Partisipasi Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Menurut Adisasmita, 2006:38 Partisipasi masyarakat dapat didefenisikan sebagai keterlibatan dan pelibatan anggota masyarakat dalam pembangunan, meliputi kegiatan dalam perencanaan dan pelaksanaan implementasi program pembangunan. Adisasmita juga mengatakan peningkatan partisipasi masyarakat merupakan salah satu bentuk pemberdayaan masyarakat social empowerment secara aktif yang berorentasi pada pencapaian hasil pembangunan yang dilakukan dalam masyarakat pedesaan. Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya masyarakat pedesaan secara lebih aktif dan efisien, yaitu dalam hal sebagai berikut: a. Aspek masukan atau input SDM, dana, peralatansarana, data, rencana, dan teknologi b. Aspek proses pelaksanaan, menitoring, dan pengawasan c. Aspek keluar atau output pencapaian sasaran, efektivitas dan efisiensi Mubyarto mendefenisikan partisipasi sebagai dana dan daya yang dapat disediakan atau dapat dihemat sebagai sumbangan, sedangkan Tjokroamidjojo dalam Ndraha, 1990:149 mendefenisikan partisipasi sebagai kontribusi masyarakat kepada proyek-proyek pemerintah atau keterlibatan masyarakat dalam penentuan arah, strategi dan kebijaksanaan pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah, keterlibatan masyarakat dalam memikul beban dan dalam memetik hasil atau manfaat pembangunan. Dalam hubungan ini, menggerakkan partisipasi masyarakat diartikan sebagai usaha untuk menggali, menggerakkan dan mengerahkan dana dan daya dari masyarakat dalam rangka mensukseskan program-program pemerintah. Soetrisno 1995:207 mendefenisikan partisipasi sebagai kemauan rakyat untuk mendukung secara mutlak program-program pemerintah yang ditentukan dan tujuannya oleh pemerintah. Dia juga menambahkan bahwa partisipasi adalah kerja sama antara rakyat dan pemerintah dalam merencanakan, melaksanakan, melestarikan dan mengembangkan hasil pembangunan. Universitas Sumatera Utara Ada tiga alasan utama mengapa partisipasi masyarakat sangat diperlukan dalam pembangunan Conyers, 1994:154: 1. Partisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan dan sikap masyarakat setempat, yang tanpa kehadirannya program pembangunan serta proyek-proyek akan gagal. 2. Masyarakat akan lebih mempercayai proyek atau program pembangunan jika merasa dilibatkan dalam proses persiapkan dan perencanaannya, karena mereka akan lebih mengetahui seluk-beluk proyek tersebut dan akan mempunyai rasa memiliki terhadap proyek tersebut. 3. Timbul anggapan bahwa merupakan suatu hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam pembangunan masyarakat mereka sendiri. Dapat dirasakan bahwa masyarakat mempunyai hak untuk memberikan saran dalam menentukan jenis pembangunan yang akan dilaksanakan di daerah mereka. Partisipasi masyarakat telah sekian lama diperbincangkan dan didengungkan dalam berbagai forum dan kesempatan. Intinya adalah agar masyarakat umum atau sebanyaknya orang ikut serta dengan pemerintah memberikan bantuan guna meningkatkan, mempelancar, mempercepat, dan menjamin berhasilnya usaha pembangunan. Maka secara umum partisipasi dapat diartikan sebagian ”pengikutsertaan” atau pengambilan bagian dalam kegiatan bersama. Menurut Tjokromidjojo dalam Safi’i, 2007:104 partisipasi masyarakat dalam pembangunan dibagi atas tiga tahapan, yaitu: a. Partisipasi atau keterlibatan dalam proses penentuan arah, strategi dan kebijakan pembangunan yang dilakukan pemerintah. b. Keterlibatan dalam memikul beban dan tanggung jawab dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan. c. Keterlibatan dalam memetik dan memanfaatkan pembangunan secara berkeadilan. Universitas Sumatera Utara Menurut Tjokrowinoto 1996:48 arti penting partisipasi masyarakat dalam pembangunan adalah: a. Rakyat adalah fokus sentral dan tujuan akhir pembangunan, partisipasi merupakan akibat logis dari dalil tersebut. b. Partisipasi menimbulkan rasa harga diri dan kemauan pribadi untuk dapat turut serta dalam keputusan penting yang menyangkut masyarakat. c. Partisipasi menciptakan suatu lingkaran umpan balik arus informasi tentang sikap, aspirasi, kebutuhan dan kondisi daerah yang tanpa keberadaannya akan tetap terungkap. d. Pembangunan dilaksanakan lebih baik dengan dimulai dari dimana rakyat berada dan dari apa yang mereka miliki. e. Partisipasi merupakan game zone kawasan penerimaan proyek pembangunan. f. Partisipasi akan memperluas jangkauan pelayanan pemerintah kepada seluruh masyarakat. g. Partisipasi menopang pembangunan. h. Partisipasi menyediakan lingkungan yang kondusif baik bagi aktualisasi potensi manusia maupun pertumbuhan manusia. i. Partisipsi merupakan cara yang efektif membangun kemampuan masyarakat untuk mengelola program pembangunan guna memenuhi kebutuhan has daerah. j. Partisipasi dipandang sebagai pencerminan hak-hak demokrasi individu untuk dilibatkan dalam pembangunan mereka sendiri. Dalam proses pembangunan, partisipasi berfungsi sebagai masukan dan keluaran Ndraha, 1990:109. Sebagai masukan, partisipasi masyarakat berfungsi menumbuhkan kemampuan masyarakat untuk berkembang secara mandiri. Selain itu, partisipasi masyarakat sebagai masukan pembangunan dapat meningkatkan Universitas Sumatera Utara usaha perbaikan kondisi dan taraf hidup masyarakat yang bersangkutan. Antara partisipasi masyarakat dengan kemampuan masyarakat yang bersangkutan untuk berkembang secara mandiri, terdapat kaitan yang erat sekali. Kesediaan masyarakat untuk berpartisipasi merupakan tanda adanya kemampuan awal masyarakat itu untuk berkembang secara mandiri. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan dapat menumbuhkan kemampuan masyarakat tersebut. Sebagai keluaran, partisipasi dapat digerakkan atau dibangun. Disini, partisipasi berfungsi sebagai keluaran proses stimulasi atau motivasi melalui berbagai upaya. Pusic dalam Adi, 2001: 206-207 menyatakan bahwa perencanaan pembangunan tanpa memperhatikan masyarakat akan menjadi perencanaan di atas kertas. Berdasarkan pandangannya, partisipasi dalam pembangunan desa dilihat dari 2 hal, yaitu: a. Partisipasi dalam perencanaan Segi positif dari partisipasi dalam perencanaan adalah program-program pembangunan desa yang telah direncanakan bersama sedangkan segi negatifnya adalah adanya kemungkinan tidak dapat dihindari pertentangan antar kelompok dalam masyarakat yang dapat menunda atau bahkan menghambat tercapainya keputusan bersama. b. Partisipasi dalam pelaksanaan Segi positif dari partisipasi dalam perencanaan adalah bahwa bagian terbesar dari program penilaian kebutuhan dan perencanaan program telah selesai dikerjakan. Tetapi segi negatifnya adalah kecenderungan menjadikan warga Negara sebagai objek pembangunan, dimana warga hanya dijadikan pelaksana pembangunan tanpa didorong untuk mengerti dan menyadari permasalahan yang mereka hadapi dan tanpa ditimbulkan untuk mengatasi masalah. Sehingga warga Universitas Sumatera Utara masyarakat tidak secara emosional terlibat dalam program, yang berakibat kegagalan seringkali tidak dapat dihindari. Partisipasi sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya kandungan kapital yang dimiliki oleh seseorang tersebut. Partisipasi hanya mungkin dilakukan bila seseorang memiliki kapital sosial yaitu jaringan kerja, aturan-aturan yang jelas dan kepercayaan. Dalam partisipasi yang dipertukarkan adalah hak dan kewajiban. Kapital sosial merupakan wahana yang memungkinkan terjadinya pertukaran itu. Pertukaran akan semakin sering bila pertukaran tersebut mengakibatkan pemenuhan hak seimbang dengan pelaksanaan kewajiban yang akan mempengaruhi frekuensi pertukaran sosial. Partisipasi masyarakat juga akan ditentukan oleh perilaku masyarakat yaitu harapan mereka untuk memperoleh keuntunganmanfaat. Semakin besar manfaat yang diperoleh seseorang atas suatu kegiatan maka semakin tinggi tingkat partisipasinya Saragi, 2004:49. Jadi agar partisipasi warga makin meningkat dalam kegiatan-kegiatan atau program pembangunan maka harus dijamin adanya pertukaran yang adil. Menurut Budi Supriyanto 2009:344 bahwa partisipasi masyarakat yang dibutuhkan dalam pembangunan adalah partisipasi yang dilakukan secara sukarela atau tanpa paksaan dan didorong oleh prakarsa atau swadaya masyarakat. Tentunya hal ini sangat relevan dengan cita-cita otonomi daerah yakni untuk mendorong prakarsa dan swadaya masyarakat. Cara berpartisipasi ini dapat dikategorikan atas: 1. Partisipasi dalam pembuatan keputusan Artinya keputusan-keputusan untuk kepentingan umum yang dibuat pemerintah seyogyanya melibatkan masyarakat, sehingga keputusan- keputusan tersebut akan sangat bermanfaat bagi masyarakat. Keputusan- keputusan yang selama ini dinilai tidak bermanfaat, karena dibuat secara top- down tanpa melibatkan masyarakat. 2. Partisipasi dalam melakukan perencanaan pembangunan Universitas Sumatera Utara Dalam merencanakan pembangunan, agar tidak menyimpang perlu melibatkan masyarakat yang diberi kesempatan untuk berpartisipasi, seperti perencanaan pembebasan tanah masyarakat untuk pelebaran jalan, atau untuk pembangunan gedung sekolah, sarana kesehatan rumah sakit ataupun puskesmas, gedung- gedung pemerintah, ataupun sarana dan prasarana publik lainnya. 3. Parisipasi dalam pelaksanaan pembangunan Dalam hal ini masyarakat perlu dilibatkan dalam pelaksanaan pembangunan sehingga terjadi sinergi antara pemerintah dan masyarakat, misalnya dalam pembangunan terminal, pembangunan sarana dan prasarana kepariwisataan. 4. Partisipasi dalam evaluasi Untuk memastikan bahwa perencanaan sesuai dengan pelaksanaan, seluruh kegiatan harus dievalusi. Evaluasi ini perlu melibatkan partisipasi masyarakat Sekalipun partisipasi masyarakat dalam pembangunan merupakan unsur yang sangat penting, tetapi tidak berarti setiap orang dapat dengan intensitas dan kapasitas yang sama dalam pembangunan yang dimaksud. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan kemampuan, perbedaan kepentingan, dan perbedaan keahlian antara anggota masyarakat yang satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu, seseorang dapat berpartisipasi secara parsial, hanya terlibat dalam satu atau beberapa aktivitas saja dan juga dapat berpartisipasi secara prosesial, dapat terlibat dalam semua fase dari awal hingga akhir Kaho, 1997:117. Adapun yang menjadi kendala maupun permasalahan dalam pelaksanaan partisipasi masyarakat di Indonesia adalah: 1. Sering muncul dilema karena ada upaya untuk menghindari maupun meniadakan partisipasi dengan alasan time consuming, costly, dan masyarakat juga malas karena time consuming dan banyak tantangan dari opposing interest groups. 2. Permasalahan yang biasanya dihadapi tubuh pemerintah adalah: a. Siapa yang berpartisipasi scope of participation. Universitas Sumatera Utara b. Bagaimana caranya pihak-pihak yang berpartisipasi tersebut dapat saling berkomunikasi dan mengambil keputusan mode of communication and decisions. c. Seberapa jauh yang didiskusikan dalam partisipasi itu diadopsi atau diperhatikan dalam kebijakan atau kegiatan publik extent of authority 3. Tidak tersedia ruang partisipasi yang cukup memungkinkan masyarakat terlibat dalam proses-proses politik yang berhubungan dengan kepentingan mereka. 4. Disisi lain bahwa keinginan masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan juga belum secara memadai diakomodasi oleh saluran-saluran partisipasi yang tersedia. 5. Masih rendahnya akses terhadap informasi publik mengenai kegiatan perencanaan pembangunan dan pemerintahan, hal ini menyebabkan kualitas partisipasi masyarakat menjadi rendah. 6. Proses partisipasi tanpa substansi, dalam hal ini banyak event-event atas nama partisipasi hanya fokus pada prosedur dengan melupakan substansi partisipasi sebagai wahana untuk kesetaraan relasi kekuasaan dan keadilan distribusi sumber daya. 7. Rendahnya keterlibatan dan keterwakilan kelompok perempuan. Hampir seluruh forum musyawarah dan lembaga perwakilan warga masih didominasi oleh kelompok laki-laki dan cenderung mengabaikan keterwakilan kelompok perempuan. 8. Apatisme masyarakat, muncul akibat berbagai kegiatan yang melibatkan partisipasi masyarakat tidak membuahkan hasil dan tidak sesuai dengan keinginan dan cita-cita masyarakat sehingga masyarakat merasa apatis terhadap partisipasi Julianara Dadang, 2004:137. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan hasil penelitian di Jamaica, Goldsmith dan Blustain dalam Taliziduhu Ndraha, 1990: 105 berkesimpulan bahwa masyarakat bergerak untuk berpartisipasi jika: a. Partisipasi itu dilakukan melalui organisasi yang sudah dikenal atau yang sudah ada ditengah-tengah masyarakat yang bersangkutan. b. Partisipasi itu member manfaat langsung kepada masyarakat yang bersangkutan. c. Manfaat yang diperoleh melalui partisipasi itu dapat memenuhi kepentingan masyarakat setempat. d. Dalam proses partisipasi itu terjamin adanya kontrol yang dilakukan oleh masyarakat. Partisipasi masyarakat ternyata kurang jika mereka tidak atau kurang berperan dalam pengambilan keputusan. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan bukanlah mobilitas mereka dalam pembangunan. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan adalah kerjasama antara masyarakat dengan pemerintah dalam merencanakan, melaksanakan dan membiayai pembangunan. Untuk mengembangkan dan melembagakan partisipasi masyarakat dalam pembangunan harus menciptakan suatu perubahan dalam persepsi pemerintah terhadap pembangunan. Pembangunan haruslah dianggap sebagai suatu kewajiban moral dari seluruh bangsa ini, bukan suatu ideologi baru yang harus diamankan. Sehingga untuk membangkitkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan diperlukan sikap toleransi dari aparat pemerintah terhadap kritik, pikiran alternatif yang muncul dalam masyarakat sebagai akibat dari dinamika pembangunan itu sendiri, karena kritik dan pemikiran alternatif itu merupakan satu bentuk dari partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Pemerintah dan aparatnya harus mau menghargai anak bangsa Indonesia yang menunjukkan sedini mungkin kesalahan yang dilakukan pemerintah dan aparatnya dalam melakukan pembangunan, bukan justru meredamnya sebelum kesalahan itu menumbuhkan permasalahan baru yang menghambat laju pembangunan itu sendiri Loekman Soetrisno, 1995: 208-209. Universitas Sumatera Utara

I.5.2 Perencanaan

Secara umum perencanaan berasal dari kata rencana, yang berarti rancanan atau rangka sesuatu yang akan dikerjakan. Menurut Waterson dalam Conyers, 1994: 4 pada hakekatnya perencanaan adalah usaha yang secara sadar terorganisasi dan terus menerus dilakukan guna memilih alternatif terbaik dari sejumlah alternatif untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan J Nehru Ibid, 1994: 4 menyatakan bahwa perencanaan adalah suatu bentuk latihan intelejensia guna mengolah fakta serta situasi bagaimana adanya dan mencari jalan keluar guna memecahkan masalah. Perencanaan adalah suatu proses mempersiapkan secara sistematis kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu Tjokromidjojo, 1998:12. Menurut Wrihatnolo 2006:39, perencanaan merupakan: a. Himpunan asumsi untuk mencapai tujuan. Perencanaan adalah pemilihan dan menghubungkan fakta-fakta, membuat akan asumsi-asumsi yang berkaitan dengan masa yang datang dengan menggambarkan dan merumuskan kegiatan-kegiatan tertentu yang diyakini diperlukan untuk mencapai hasil tertentu. b. Seleksi tujuan. Perencanaan adalah proses dasar yang kita gunakan untuk memilih tujuan- tujuan dan menguraikan bagaimana cara pencapaiannya. c. Pemilihan alternatif dan alokasi sumber daya. Universitas Sumatera Utara Perencanaan adalah pemilihan alternatif atau pengalokasian berbagai sumber daya yang tersedia. d. Rasionalitas. Perencanaan adalah pemikiran rasional berdasarkan fakta-fakta dan atau perkiraan yang mendekat estimate sebagai persiapan untuk melaksanakan tindakan-tindakan kemudian. e. Proses penentuan masa depan. Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang hal-hal yang dikerjakan di masa yang akan datang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan. Weterston dalam Conyers, 1994:4 menyatakan perencanaan sebagai penerapan yang rasional dari pengetahuan manusia terhadap proses pencapaian keputusan yang bertindak sebagai dasar perilaku manusia. Sedangkan menurut Friedman dalam Tarigan, 2002:4 perencanaan adalah cara berpikir mengatasi permasalahan sosial dan ekonomi, untuk menghasilkan sesuatu di masa depan. Friedman melihat perencanaan memerlukan pemikiran yang mendalam dan melibatkan banyak pihak sehingga hasil yang diperoleh dan cara memperoleh hasil itu dapat diterima banyak pihak. Hal ini berarti perencanaan sosial dan ekonomi harus memperhatikan aspirasi masyarakat dan melibatkan masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung. Tjokroamidjojo 1998:12 mengemukakan alasan dilakukannya perencanaan sebagai berikut : a. Dilihat dari segi suatu alat atau cara untuk mencapai tujuan, alasan dilakukannya perencanaan adalah : Universitas Sumatera Utara 1. Dengan adanya perencanaan diharapkan terdapatnya suatu pengarahan kegiatan, adanya pedoman bagi pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang ditujukan kepada pencapaian tujuan-tujuan pembangunan. 2. Dengan adanya perencanaan, maka dilakukan suatu perkiraan forecasting terhadap hal-hal dalam masa pelaksanaan yang akan dilalui. 3. Dengan perencanaan memberikan kesempatan untuk memilih berbagai alternatif tentang cara yang terbaik atau kesempatan untuk memilih kombinasi terbaik. 4. Dengan perencanaan dilakukan penyusunan skala prioritas memilih urutan- urutan pentingnya suatu tujuan, sasaran maupun kegiatan usahanya. 5. Dengan adanya rencana, maka akan ada suatu alat pengukur atau standar untuk mengadakan pengawasanevaluasi. b. Dari segi ekonomi, maka perencanaan dilakukan untuk: 1. Penggunaan dan alokasi sumber-sumber pembangunan yang terbatas secara efektif dan efesien. 2. Perkembangan ekonomi yang tetap, atau pertumbuhan ekonomi yang secara terus-menerus meningkat. 3. Stabilitas ekonomi. Jadi, perencanaan berfungsi sebagai alat untuk memilih, merencanakan untuk masa yang akan datang, cara untuk mengalokasikan sumber daya serta alat untuk mencapai sasaran, dan apabila dikaitkan dengan pembangunan yang hasilnya diharapkan dapat menjawab semua permasalahan, memenuhi kebutuhan masyarakat, berdaya guna dan berhasil guna, serta mencapai tujuan yang diinginkan. Sedangkan pembangunan dalam perencanaan itu merupakan suatu proses kearah yang lebih baik melalui apa yang dilakukan secara terencana. Universitas Sumatera Utara Ada 6 langkah proses perencanaan, yaitu: 1. Perumusan tujuan Perencanaan dimulai dengan keputusan-keputusan tentang keinginan atau kebutuhan organisasi atau kelompok kerja. Tanpa rumusan tujuan yang jelas, organisasi akan menggunakan sumber daya-sumber dayanya secara tidak efektif. 2. Perumusan masalah Kegiatan ini sangat penting, hanya setelah keadaan organisasi saat ini dianalisa dapat dirumuskan untuk menggambarkan rencana kegiatan lebih lanjut. 3. Melakukan analisa Segala kekuatan dan kelemahan serta kemudahan dan hambatan perlu diidentifikasikan untuk mengukur kemampuan organisasi dalam mencapai tujuan. 4. Mengembangan alternatif 5. Pemilihan alternatif Yaitu pemilihan alternatif terbaik paling memuaskan diantara berbagai alternatif yang ada. 6. Pengembangan rencana derivatif Dalam UU No. 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, dijelaskan tentang pendekatan-pendekatan dalam proses perencanaan yaitu: 1. Pendekatan politik memandang bahwa pemilihan presidenkepala daerah adalah proses penyusunan rencana, karena rakyat memilih menentukan Universitas Sumatera Utara pilihannya berdasarkan program-program pembangunan yang ditawarkan masing-masing calon presidenkepala daerah. Oleh karena itu rencana pembangunan adalah penjabaran dari agenda-agenda pembangunan yang ditawarkan presidenkepala daerah pada saat kampanye ke dalam rencana pembangunan jangka menengah. 2. Perencanaan dengan pendekatan teknokratik dilaksanakan dengan menggunakan metode dan kerangka berpikir ilmiah oleh lembaga atau satuan kerja yang secara fungsional bertugas untuk itu. 3. Perencanaan dengan pendekatan partisipatif dilaksanakan dengan melibatkan semua pihak yang berkepentingan terhadap pembangunan. Pelibatan mereka adalah untuk mendapatkan aspirasi dan menciftakan rasa memiliki. 4. Sedangkan pendekatan atas-bawah dan bawah-atas dalam perencanaan dilaksanakan menurut jenjang pemerintahan. Rencana hasil proses atas- bawah dan bawah-atas diselaraskan melalui musyawarah yang dilaksanakan baik di tingkat nasional, provinsi, kabupatenkota, kecamatan dan desa.

I.5.3 Perencanaan Pembangunan

Tjokroamidjojo 1998:12 mendefenisikan perencanaan pembangunan sebagai suatu pengarahan penggunaan sumber-sumber pembangunan termasuk sumber-sumber ekonomi yang terbatas adanya untuk mencapai tujuan keadaan sosial ekonomi yang lebih baik secara lebih efisien dan efektif. Perencanaan pembangunan dapat diartikan sebagai suatu proses perumusan alternatif-alternatif atau keputusan-keputusan yang didasarkan pada fakta-fakta yang akan digunakan sebagai bahan untuk melaksanakan suatu rangkaian kegiatanaktivitas kemasyarakatan, baik yang bersifat fisik material maupun nonfisik mental dan spiritual, dalam rangka mencapai tujuan yang lebih baik Riyadi, 2005:7. Universitas Sumatera Utara Perencanaan pembangunan juga merupakan upaya yang bertujuan untuk memperbaiki sumber daya publik yang tersedia untuk memperbaiki kapasitas sektor swasta dan publik dalam menciftakan nilai sumber daya swasta dan publik yang bertanggung jawab demi kepentingan pembangunan masyarakat menyeluruh Kuncoro, 2004:46. Ciri-ciri dan tujuan perencanaan pembangunan Tjokroamidjojo, 1998:49 yaitu: 1. Mencapai perkembangan sosial ekonomi yang tetap 2. Meningkatkan pendapatan perkapita. 3. Mengadakan perubahan struktur ekonomi. 4. Perluasan kesempatan kerja. 5. Pemerataan pembangunan distributive justice. 6. Pembinaan lembaga-lembaga ekonomi masyarakat. 7. Kemandirian pembangunan. 8. Stabilitas ekonomi. Dalam suatu perencanaan pembangunan terdapat berbagai unsur-unsur pokok. Secara umum unsur-unsur pokok yang terdapat dalam perencanaan pembangunan adalah: 1. Kebijaksanaan dasar atau strategi dasar rencana pembangunan. 2. Perkiraan sumber-sumber pembangunan. 3. Adanya kerangka rencana. 4. Uraian tentang kerangka kebijaksanaan yang konsisten. 5. Program investasi. 6. Administrasi pembangunan Tjokroamidjojo, 1998:50. Universitas Sumatera Utara Semua unsur diatas harus diperhatikan dalam suatu perencanaan pembangunan. Perlu diterangkan secara jelas tentang kebijaksanaan dasar dari rencana pembangunan tersebut, misalnya mengenai tujuan, arah, dan prioritas- prioritas pembangunan yang dilaksanakan. Kemudian perlu adanya kerangka rencana sebagai pedoman dalam melaksanakan pembangunan tadi. Juga perlu diperhatikan tentang perkiraan sumber-sumber pembangunan yang dapat dimanfaatkan. Kebijaksanaan yang konsisten perlu ada, supaya tidak terjadi keraguan atau kesalahpahaman dalam melaksanakan rencana pembangunan tersebut. Perencanaan pembangunan menurut Nasution 2008: 105 merupakan suatu tahapan awal dalam proses pembangunan. Sebagai tahap awal, maka perencanaan pembangunan akan menjadi bahan pedoman atau acuan dasar bagi pelaksana pembangunan action plan dan dapat ditetapkan aplikatif. Lebih lanjut Riyadi dan Bratakusumah 2004: 6 mengemukakan bahwa perencanaan pembangunan merupakan suatu tahap awal proses pembangunan. Sebagai tahapan awal, maka perencanaan pembangunan merupakan pedomanacuandasar bagi pelaksana kegiatan pembangunan. Karena perencanaan pembangunan hendaknya bersifat implementatif dapat melaksanakan dan aplikatif dapat diterapkan, serta perlu disusun dalam suatu perencanaan strategis dalam arti tidak terlalu mengatur, penting, mendesak dan mampu mangatasi kehidupan masyarakat luas, sekaligus mampu mengantisipasi tuntutan perubahan internal dan eksternal, serta disusun berdasarkan fakta riil di lapangan. Universitas Sumatera Utara Perencanaan pembangunan terdiri dari empat 4 tahapan UU No. 25 tahun 2004, yakni: 1. Penyusunan rencana Dilaksanakan untuk menghasilkan rancangan lengkap suatu rencana yang siap untuk ditetapkan yang terdiri dari empat langkah yaitu penyiapan rancangan rencana pembangunan yang bersifat teknokratik, menyeluruh dan terukur, masing-masing institusi pemerintah menyiapkan rancangan rencana kerja dengan berpedoman pada rancangan rencana pembangunan yang telah disiapkan, melibatkan masyarakat stakeholders dan menyelaraskan rencana pembangunan yang dihasilkan masing-masing jenjang pemerintahan melalui musyawarah perencanaan pembangunan dan yang terakhir adalah penyusunan rancangan akhir rencana pembangunan. 2. Penetapan rencana Penetapan rencana untuk menetapkan landasan hukum bagi rencana pembangunan yang dihasilkan pada tahap penyusunan rencana. 3. Pengendalian pelaksanaan rencana. Pengendalian pelaksanaan rencana pembangunan dimaksudkan untuk menjamin tercapainya tujuan dan sasaran pembangunan yang tertuang dalam rencana melalui kegiatan-kegiatan koreksi dan penyesuaian selama pelaksanaan rencana tersebut oleh pimpinan KementerianLembagaSatuan Kerja Perangkat Daerah. 4. Evaluasi pelaksanaan rencana Evaluasi pelaksanaan rencana adalah bagian dari kegiatan perencanaan pembangunan yang secara sistematis mengumpulkan dan menganalisis data dan informasi untuk menilai pencapaian sasaran, tujuan dan kinerja pembangunan. Evaluasi ini dilaksanakan berdasarkan indicator dan sasaran kinerja yang tercantum dalam dokumen rencana pembangunan. Indicator dan Universitas Sumatera Utara sasaran kinerja mencakup masukan input, keluaran output, hasil result, manfaat benefit dan dampak impact. Bagan 1.1 Tahapan Pelaksanaan Musrenbang Desa Sumber : 1.5.3.1 Tahapan Pelaksanaan Musrenbang Desa http:wordpress.com

1.5.3.1.1 Pengorganisasian Pelaku

Untuk menjamin mutu proses dan mutu hasil Musrenbang Desa, maka perlu dilakukan persiapan-persiapan, sebagai berikut : • Pembentukan dan konsolidasi Tim Fasilitator Musrenbang Desa. Tim ini berkedudukan di tingkat kecamatan, terdiri dari Kasie PMD PJOK sebagai Ketua, dan anggota tim terdiri dari : Setrawan Kecamatan, Fasilitator Pengorganisas ian Pelaku Penyusunan Draft RKP Desa Persiapan Pra Pelaksanaan Tahapan Pelaksanaan Tahapan Pasca Musrenbang Desa Universitas Sumatera Utara Kecamatan FK PNPM Mandiri Perdesaan, Pengurus BKAD dan Pendamping Lokal PNPM Mandiri Perdesaan. • Pembentukan Tim Penyusun Draft RKPD Desa. Tim ini berkedudukan di tingkat desa, terdiri dari Sekretaris Desa sebagai Ketua, Ketua LPM sebagai Sekretaris dan beranggotakan: KPMD, Tokoh Masyarakat dan Wakil Perempuan. Pemilihan anggota Tim Penyusun RKP Desa sebaiknya diprioritaskan kepada mantan anggota Tim Penyusun RPJM Desa. • Pelatihan Tim Penyusun Draft RKPD Desa.

1.5.3.1.2 Penyusunan Draft RKP Desa

Tim Penyusun Draft RKP Desa melakukan penyusunan rancangan RKP Desa sesuai dengan sistimatika yang telah ditetapkan. Pedoman utama yang akan digunakan sebagai dasar adalah RPJM Desa. Dengan demikian, maka RKP Desa adalah merupakan penjabaran lebih lanjut dari RPJM Desa. 1.5.3.1.3 Persiapan Pra Pelaksanaan Beberapa persiapan yang diperlukan agar kegiatan Musrenbang Desa dapat berjalan dengan baik adalah sebagai berikut : 1. Penentuan Jadwal dan tempat pelaksanaan Musrenbang Desa. 2. Identifikasi peserta Musrenbang Desa yang merepresentasikan keterwakilan kelompok-kelompok kepentingan, termasuk kelompok perempuan. 3. Menyiapkan dan mendistribusikan undangan kepada seluruh peserta Musrenbang Desa. 4. Penyiapan datainformasi tentang realisasi RKP Desa Tahun 2010 dan Tahun 2011. 5. Menyiapkan datainformasi tentang programproyekkegiatan yang akan masuk ke desa pada tahun 2011. 6. Menyiapkan bahan-bahan dan alat bantu fasilitasi lainnya.

1.5.3.1.4 Tahapan Pelaksanaan

Musrenbang Desa dilaksanakan dengan tahapan proses sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara 1. Pembukaan oleh Kepala Desa. 2. Penjelasan tujuan dan agenda Musrenbang Desa, oleh Sekretaris Desa. 3. Pemaparan – Pemaparan secara panel dan diskusi pleno : 1. Pemaparan tentang ProgramProyekKegiatan yang akan masuk ke desa pada tahun 2011, oleh Setrawan Kecamatan. 2. Pemaparan tentang Program Prioritas SKPD pada tahun 2012, oleh wakil SKPD Kecamatan. 3. Pemaparan tentang realisasi pelaksanaan RKP Desa tahun 2010 dan 2011, oleh Kepala Desa. 4. Tanya jawab dengan peserta Musrenbang Desa. 4. Pembahasan dan Penetapan RKP Desa 1. Pemaparan Draft RKP Desa, oleh Sekretaris Desa sebagai ketua Tim Penyusun RKP Desa. 2. Pembahasan Draft RKP Desa oleh peserta Musrenbang Desa. 3. Penetapan RKP Desa tahun 2012. 5. Penentuan Kegiatan yang didanai melalui Swadaya Desa dan ADD 2012. 1. Kepala Desa menjelaskan ancar-ancar besaran ADD dan pola penggunannya. 2. Sekretaris Desa memandu peserta Musrenbang Desa untuk menyepakati kegiatan yang akan didanai melalui swadaya desa dan ADD tahun 2012. Kegiatan yang disepakati tersebut bersumber dari RKP Desa tahun 2012. 3. Sekretaris Desa sebagai pemimpin rapat menetapkan kegiatan yang didanai melalui Swadaya Desa dan ADD 2012. 6. Penentuan Kegiatan yang akan diusulkan untuk didanai melalui PNPM Mandiri Perdesaan dan PNPM P2SPP Tahun 2012. Berkaitan dengan hal ini, maka kegiatan yang pilih adalah kegiatan yang telah ditetapkan dalam RKPD Desa tahun 2012. Proses penentuan kegiatan tersebut mengikuti tatacara yang telah ditentukan dalam PTO PNPM Mandiri Perdesaan dan PTO PNPM P2SPP. 7. Penentuan kegiatan yang diajukan pada Musrenbang Kecamatan. Universitas Sumatera Utara 1. Peserta Musrenbang Desa mengidentifikasi kegiatan yang akan diajukan sebagai usulan desa dalam Musrenbang Kecamatan. Kegiatan dimaksud adalah kegiatan yang tertuang dalam RKP Desa, tetapi belum mendapat kepastian pendanaan baik melalui swadaya desa dan ADD. Sedangkan kegiatan yang diusulkan untuk mendapat pendanaan dari PNPM MPd maupun PNPM P2SPP harus dimasukkan dalam DU RKP Desa. 2. Peserta Musrenbang Desa berdiskusi untuk menyusun skala prioritas berbagai kegiatan tersebut berdasarkan bidang-bidang. 3. Peserta menyepakati urutan prioritas kegiatan sesuai dengan bidang- bidang. 8. Penetapan Delegasi Desa yang akan menghadiri Musrenbang Kecamatan. Delegasi Desa tersebut hendaknya merepresentasikan kepentingan kelompok pengusul, termasuk kelompok perempuan. Jumlah Delegasi Desa minimal 6 orang, terdiri dari Kepala Desa, Ketua LPM dan tokoh masyarakat. Sebanyak 3 orang dari 6 orang delegasi desa merupakan wakil perempuan.

1.5.3.1.5 Tahapan Pasca Musrenbang Desa

Beberapa kegiatan penting yang harus dilakukan setelah Musrenbang Desa adalah sebagai berikut : 1. Tim Penyusun RKP Desa melakukan finalisasi dokumen RKP Desa berdasarkan masukan dan penyempurnaan yang telah ditetapkan dalam Musrenbang Desa. Selanjutnya Dokumen RKP Desa tersebut disampaikan kepada Kepala Desa untuk ditetapkan sebagai Keputusan Kepala Desa. 2. Tim Penyusun RKP Desa selanjutnya menyiapkan Daftar Usulan RKP Desa DU-RKP Desa dan mendorong kepala desa untuk menyampaikannya kepada camat sebelum pelaksanaan Musrenbang Kecamatan. Perencanaan daerah merupakan proses penyusunan langkah-langkah yang akan diselenggarakan oleh pemerintah daerah, dalam rangka menjawab kebutuhan masyarakat, untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Perencanaan daerah dapat dipandang sebagai formulasi rumusan mengenai aspirasi masyarakat setempat, Universitas Sumatera Utara dalam rangka mencapai suatu kehidupan baru yang lebih baik dan bermakna, melalui langkah-langkah pembangunan. Dalam hal ini dikenal 2 model perencanaan: 1. Perencanaan yang ditentukan langsung oleh pusat, sehingga pemerintahan daerah hanya merupakan pelaksana atau pelengkap dari konsep yang sudah ada. 2. Perencanaan merupakan hasil dari pergulatan masyarakat setempat, dengan menggunakan mekanisme formal dan non formal yang ada. Kualitas perencanaan daerah dan implikasinya pada kehidupan masyarakat akan sangat ditentukan oleh model yang di pilih Abe, 2005:71. Berbagai bentuk partisipasi masyarakat di dalam pembangunan dapat dibentuk atau diciptakan. Hal ini sangat tergantung pada kondisi masyarakat setempat, baik kondisi sosial, budaya, ekonomi maupun tingkat pendidikan. Di beberapa daerah bentuk partisipasi masyarakat dalam pembangunan telah terjadi, di mana wadah serta mekanisme partisipasinya telah terbentuk dengan baik. Langkah-langkah dalam mengajak peran serta masyarakat secara penuh di dalam perencanaan pembangunan dapat dilakukan dengan jalan: 1. Merumuskan dan menampung keinginan masyarakat yang akan diwujudkan melalui upaya pembangunan. 2. Dengan dibantu oleh pendamping atau nara sumber atau lembaga advokasi masyarakat, dibuatkan alternatif perumusan dari berbagai keinginan tersebut. 3. Merencanakan pertemuan seluruh masyarakat yang berminat dan berkepentingan, yang membicarakan resiko dan manfaat dari pelaksanaan pembangunan ini. 4. Memilih tokoh masyarakat atau perwakilan masyarakat untuk turut serta dalam proses selanjutnya. Universitas Sumatera Utara 5. Proses perencanaan program pembangunan dan pembiayaan pembangunan serta rencana pelaksanaan pembangunan dilangsungkan beberapa kali dan melibatkan seluruh institusi maupun pemeran pembangunan yang terkait. 6. Mendapatkan sejumlah usulan program pembangunan yang sudah disepakati. 7. Melaksanakan program pembangunan, disertai dengan pemantauan dan pengawasan pelaksanaan pembangunan Riyadi, 2005:104.

I.5.4 Perencanaan Partisipatif

Untuk mendapatkan dukungan dan partisipasi yang kuat dari masyarakat terhadap pembangunan daerah, maka masyarakat dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan termasuk pada tahapan perencanaan pembangunan diberbagai tingkatan. Dengan demikian diharapkan akan timbul suatu rasa tanggung jawab bersama seluruh masyarakat terhadap pembangunan di daerahnya. Perencanaan yang mendapatkan dukungan dan partisipasi yang kuat dari masyarakat disebut perencanaan partisipatif. Perencanaan partisipatif adalah sebagai suatu pengarahan penggunaan sumber-sumber ekonomi yang terbatas adanya untuk mencapai tujuan keadaan sosial yang lebih baik dengan melibatkan masyarakat setempat untuk mengetahui apa yang menjadi kebutuhan masyarakat tersebut. Jadi perencanaan bukan hanya semata-mata penjabaran perencanaan nasional, melainkan konsep yang secara ideal dikembangkan dari aspirasi lokal melalui proses partisipatif Abe, 2005:35. Pemikiran perencanaan partisipatif diawali dari kesadaran bahwa kinerja sebuah prakarsa pembangunan sangat ditentukan oleh semua pihak yang terkait dengan prakarsa tersebut. Dalam sistem perencanaan pembangunan nasional, perencanaan partisipatif diwujudkan melalui musyawarah perencanaan. Dalam musyawarah ini, sebuah rancangan rencana dibahas dan dikembangkan bersama semua pelaku pembangunan stakeholders. Pelaku pembangunan berasal dari semua aparat penyelenggara Negara eksekutif, legislatif, dan yudikatif, masyarakat dan kaum Universitas Sumatera Utara rohaniwan, pemilik usaha, kelompok professional, organisasi-organisasi non- pemerintah, dan lain-lain Wrihatnolo, 2006:160. Ndraha 1990:104 menyatakan bahwa, dalam menggerakkan perbaikan kondisi dan peningkatan taraf hidup masyarakat, maka perencanaan partisipasi harus dilakukan dengan usaha: 1. Perencanaan harus disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat yang nyata felt need. 2. Dijadikan stimulasi terhadap masyarakat, yang berfungsi mendorong timbulnya jawaban response. 3. Dijadikan motivasi terhadap masyarakat, yang berfungsi membangkitkan tingkah laku behavior Dalam perencanaan yang partisipatif, masyarakat dianggap sebagai mitra dalam perencanaan yang turut berperan serta secara aktif baik dalam hal penyusunan maupun implementasi rencana, karena walau bagaimanapun masyarakat merupakan stakeholder terbesar dalam penyusunan sebuah produk rencana. Menurut Abe 2005:91, perencanaan partisipatif yang melibatkan masyarakat akan mempunyai dampak penting yaitu: 1. Terhindar dari peluang terjadinya manipulasi. Keterlibatan rakyat akan memperjelas apa yang sebetulnya dikehendaki masyarakat. 2. Memberi nilai tambah pada legitimasi rumusan perencanaan. 3. Meningkatkan kesadaran dan keterampilan politik masyarakat. Dalam perencanaan partisipatif ada tahapan-tahapan yang harus dilalui, sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 1. Melakukan identifikasi peserta. Maksud dasar tahap ini adalah adanya pengenalan yang lebih seksama terhadap mereka yang ingin melibatkan dalam proses perencanaan. 2. Melakukan identifikasi persoalan-persoalan dan masa depan yang akan dicapai. 3. Melakukan analisis kritis secara bersama, apa yang menjadi permasalahan. 4. Melakukan analisis tujuan. Dalam proses ini dilakukan penggalian mengenai apa sebetulnya yang hendak dituju. 5. Memilih tujuan. Memilih tujuan mengandung maksud menetapkan apa yang paling mungkin dilakukan, dengan mempertimbangkan sumber daya. 6. Menganalisis kekuatan dan kelemahan. 7. Melakukan perumusan hasil-hasil dalam sebuah matrik program. 8. Menyiapkan organisasi kerja. I.5.5 Desa I.5.5.1 Pengertian Desa Posisi pemerintah yang paling dekat dengan masyarakat adalah pemerintahan desa, maka dalam pengembangan peran serta masyarakat, pemerintah desa selaku Pembina, pengayom dan pemberian pelayanan kepada masyarakat sangat berperan dalam menunjang mudahnya masyarakat digerakkan untuk berpartisipasi Widjaja, 2001: 42 Adapun menurut Syarif dalam Purwoko, 2004: 60 secara umum tujuan dari otonomi dan desentaralisasi yang dimaksud adalah meningkatkan kesejahteraan rakyat, meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, mengembangkan kreativitas daerah, menciptakan pemerataan pembangunan, memberikan keleluasaan kepada daerah dalam mengelola sumber daya yang Universitas Sumatera Utara dimiliki dan mewujudkan demokrasi ditingkat lokal terutama pada tingkat pemerintahan desa. Pengertian desa secara umum menurut Daldjoeni 2003: 53 adalah pemukiman manusia yang letaknya diluar kota dan penduduknya berjiwa agraris, sedangkan desa dalam artian administaratif menurut Kartohadikusumo dalam Daldjoeni, 2003: 54 yaitu desa dijelaskan sebagai suatu kesatuan hukum yang mana tempat tinggal suatu masyarakat yang berkuasa mengadakan pemerintahan sendiri. Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Desa adalah Kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Republik Indonesia. Desa berdasarkan Peraturan Pemerintah No 72 Tahun 2005 adalah desa atau disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yurisdiksi, berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dibentuk dalam sistem pemerintah nasional dan berada dikabupaten atau kota, sebagaimana dimaksud dalam UU 1945. Landasan pemikiran dalam pengaturan mengenai desa adalah keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi, dan pemberdayaan masyarakat. Universitas Sumatera Utara Desa dibentuk atas prakarsa masyarakat dengan memperhatikan asal-usul desa dan kondisi sosial budaya masyarakat setempat, dan pembentukan desa sebagai mana yang dimaksud harus memenuhi syarat: a. Jumlah penduduk b. Luas wilayah c. Bagian wilayah kerja d. Perangkat, dan e. Sarana dan prasarana pemerintahan Sebagai wujud demokrasi, dalam penyelenggaraan pemerintah desa dibentuk Badan Permusyawaratan Desa atau sebutan lain sesuai dengan budaya yang berkembang di desa yang bersangkutan, yang berfungsi sebagai lembaga pengaturan dalam penyelengaraan pemerintahan desa, seperti dalam pembuatan dan pelaksanaan Peraturan Desa, Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, dan Keputusan Kepala Desa. Di desa di bentuk lembaga kemasyarakatan yang berkedudukan sebagai mitra kerja Pemerintah Desa dalam memberdayakan masyarakat desa.

I.5.5.2 Pemerintahan Desa

Dalam pemerintah daerah Kabupatenkota dibentuk pemerintahan desa yang terdiri dari pemerintah desa dan Badan Permusyawaratan Desa, pembentukan, penghapusan, dan penggabungan desa dengan memperhatikan asal usul dan prakarsa masyarakat. Desa di Kabupaten secara bertahap dapat diubah atau disesuaikan statusnya menjadi kelurahan sesuai usul dan prakarsa pemerintah desa bersama BPD yang ditetapkan dengan perda.

I.5.5.2.1 Pemerintah Desa

Universitas Sumatera Utara Pemerintah desa terdiri atas kepala desa dan perangkat desa. Perangkat desa terdiri dari Sekdes dan perangkat desa lainnya. Sekretaris Desa diisi dari pegawai negeri sipil yang memenuhi persyaratan. Kepala Desa dipilih langsung oleh penduduk desa warga negara Republik Indonesia yang syarat selanjutnya dan tata cara pemilihan diatur oleh perda yang berpedoman kepada Peraturan Pemerintah. Calon kepala desa yang memperoleh suara terbanyak dalam pemilihan kepala desa ditetapkan sebagai kepala desa. Pemilihan Kepala Desa dalam kesatuan masyarakat hukum dapat beserta hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan diakui keberadaannya berlaku ketentuan, hukum adat setempat yang ditetapkan dalam perda dengan berpedoman pada Peraturan Pemerintah. Pemerintah desa adalah unsur penyelenggaraan pemerintahan desa, menurut Nurcholis 2005: 138 pemerintah mempunyai tugas pokok: 1. Melaksanakan urusan rumah tangga desa, urusan pemerintahan umum, membangun dan membina masyarakat. 2. Menjalankan tugas pembantuan dari pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten. Untuk menjalankan tugas pokok tersebut pemerintah desa mempunyai fungsi: a. Menyelenggarakan urusan rumah tangga desa b. Pelaksanaan tugas di bidang pembanggunan dan pembinaan masyarakat yang menjadi tanggung jawabnya c. Pelaksanaan pembinaan perekonomian desa d. Pelaksanaan pembinaan partisipasi dan swadaya dan gotong royong masyarakat e. Pelaksanaan pembinaan ketentraman dan ketertiban masyarakat f. Pelaksanaan musyawarah penyelesaian perselisiahan antar masyarakat g. Penyusunan, pengajuan rancangan peraturan desa Universitas Sumatera Utara h. Pelaksanaan tugas yang dilimpahkan kepada desa Berdasarkan Pasal 14 dan 15 Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 2005 bahwa Kepala Desa mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan. Pertama, urusan pemerintahan yang dimaksud adalah pengaturan kehidupan masyarakat sesuai dengan kewenangan desa seperti pembuatan peraturan desa, pembentukan lembaga kemasyarakatan, pembentukan Badan Usaha Milik Desa, kerjasama antar desa. Kedua, urusan pembangunan yang dimaksud adalah pemberdayaan masyarakat dalam penyediaan sarana prasarana fasilitas umum desa seperti jalan desa, jembatan desa, irigasi desa, pasar desa. Ketiga, urusan kemasyarakatan ialah pemberdayaan masyarakat melalui pembinaan kehidupan sosial budaya masyarakat seperti bidang kesehatan, pendidikan, adat istiadat. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana diatas Kepala Desa mempunyai wewenang : a. Memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama BPD b. Mengajukan rancangan peraturan desa c. Menetapkan peraturan desa yang telah mendapat persetujuan bersama BPD d. Menyusun dan mengajukan rancangan peraturan desa mengenai APB Desa untuk dibahas dan ditetapkan bersama BPD e. Membina kehidupan masyarakat desa f. Membina perekonomian desa g. Mengoordinasikan pembangunan desa secara partisipatif h. Mewakili desanya di dalam dan di luar pengadilan dan dapat menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan i. Melaksanakan wewenang lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Universitas Sumatera Utara

I.5.5.2.2 Badan Permusyawaratan Desa

Badan Permusyawaratan Desa atau disingkat dengan BPD berkedudukan sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa. Anggota BPD adalah wakil dari penduduk desa bersangkutan berdasarkan keterwakilan wilayah yang ditetapkan dengan cara musyawarah dan mufakat. Anggota BPD terdiri dari Ketua Rukun Warga, pemangku adat, golongan profesi, pemuka agama dan tokoh atau pemuka masyarakat lainnya. Masa jabatan anggota BPD adalah 6 enam tahun dan dapat diangkatdiusulkan kembali untuk 1 satu kali masa jabatan berikutnya. BPD berfungsi menetapkan peraturan desa bersama Kepala Desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat. Adapun wewenang BPD yaitu Membahas rancangan peraturan desa bersama kepala desa. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan desa dan peraturan kepala desa. Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian kepala desa. Membentuk panitia pemilihan kepala desa, Menggali, menampung, menghimpun, merumuskan dan menyalurkan aspirasi masyarakat dan Menyusun tata tertib BPD BPD mempunyai hak, meminta keterangan kepada Pemerintah Desa, menyatakan pendapat. Anggota BPD mempunyai kewajiban mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan mentaati segala peraturan perundang-undangan, melaksanakan kehidupan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa, mempertahankan dan memelihara hukum nasional serta keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, menyerap, menampung, menghimpun, dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat, memproses pemilihan kepala desa, mendahulukan kepentingan umum diatas kepentingan pribadi, kelompok dan golongan, menghormati nilai-nilai sosial budaya dan adat istiadat masyarakat setempat dan menjaga norma dan etika dalam hubungan kerja dengan lembaga kemasyarakatan.

I.6 Defenisi Konsep

Universitas Sumatera Utara Menurut Masri Singarimbun 1995:37 konsep adalah istilah atau defenisi yang digunakan untuk mengambarkan secara abstrak mengenai kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat ilmu sosial. Berdasarkan judul penelitian dalam tulisan ini, maka yang menjadi defenisi konsep dalam penelitian ini adalah: 1. Partisipasi masyarakat adalah dana dan daya yang dapat disediakan atau dapat dihemat sebagai sumbangan atau kontribusi masyarakat kepada proyek-proyek pemerintah atau keterlibatan masyarakat dalam penentuan arah, strategi dan kebijaksanaan pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah, keterlibatan masyarakat dalam memikul beban dan dalam memetik hasil atau manfaat pembangunan. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan merupakan salah satu prasyarat utama untuk keberhasilan proses pembangunan di Indonesia. Indikator partisipasi masyarakat adalah sebagai berikut: a. Kontribusi masyarakat yaitu suatu keterlibatan sukarela atau bentuk kontribusi langsung dari masyarakat dalam perencanaan pembangunan baik dalam sumbangan pemikiran, waktu, tenaga, serta materi. b. Ketersediaan organisasi sebagai wadah masyarakat dalam penampungan dan penyaluran aspirasi masyarakat. c. Kemampuan masyarakat untuk terlibat dalam perencanaan pembangunan, yakni berupa kesadaran atau keyakinan pada dirinya bahwa ia mempunyai kemampuan, bias berupa pikiran, tenagawaktu sarana dan materi lainnya. d. Kerjasama yakni hubungan yang sinergis antara pemerintah dan masyarakat dalam merencanakan pembangunan. e. Konsultasi yakni keterbukaan masyarakat untuk memberikan kritiksaran bagi pemerintah. 2. Perencanaan pembangunan merupakan tahap suatu awal proses pembangunan. Sebagai tahap awal, maka perencanaan pembangunan merupakan pedomanacuandasar bagi pelaksana kegiatan pembangunan. Karena perencanaan Universitas Sumatera Utara pembangunan hendaknya bersifat implentatif dapat melaksanakan dan aplikatif dapat diterapkan, serta perlu disusun dalam suatu perencanaan strategis dalam arti tidak terlalu mengatur, penting, mendesak dan mampu mangatasi kehidupan masyarakat luas, sekaligus mampu mengantisipasi tuntutan perubahan internal dan eksternal, serta disusun berdasarkan fakta riil di lapangan. Universitas Sumatera Utara

BAB II METODE PENELITIAN

II.1 Bentuk Penelitian

Dokumen yang terkait

Peran Kepemimpinan Kepala Desa Dalam Mewujudkan Good Governance"(Suatu Penelitian Deskriptif Kualitatif di Desa Sigalapang Julu Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal)

27 139 108

Peran Serta Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Malaria Di Desa Gunung Manaon Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal

4 111 89

Partisipasi Masyarakat Desa Terhadap Pembangunan Prasarana Transportasi Darat (Studi Deskriptif: Pada Desa Hutatinggi, Kecamatan Puncak Sorik Marapi, Kabupaten Mandailing Natal, Sumatra Utara)

2 58 96

Tingkat Kesiapan Masyarakat Desa Penyangga Terhadap Pra Penetapan Dan Pengelolaan Sistem Zonasi Di Taman Nasional Batang Gadis (Studi Di Desa Batahan, Sibanggor Julu Dan Sopotinjak Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara)

0 43 128

Persepsi Masyarakat dan Prospek Pembangunan Hutan Wisata Lumban Julu (Studi Kasus di Desa Sionggang Utara Kecamatan Lumban Julu Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara)

10 70 78

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI DESA IPARBONDAR KECAMATAN PANYABUNGAN KOTA KABUPATEN MANDAILING NATAL.

0 2 22

PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang - Partisipasi Masyarakat dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Studi Pada Desa Sigalapang Julu Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal Provinsi Sumatera Utara).

0 0 42

Partisipasi Masyarakat dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Studi Pada Desa Sigalapang Julu Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal Provinsi Sumatera Utara).

0 1 10

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian - Peran Kepemimpinan Kepala Desa Dalam Mewujudkan Good Governance"(Suatu Penelitian Deskriptif Kualitatif di Desa Sigalapang Julu Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal)

0 0 27

Peran Kepemimpinan Kepala Desa Dalam Mewujudkan Good Governance"(Suatu Penelitian Deskriptif Kualitatif di Desa Sigalapang Julu Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal)

1 1 10