seperti bank konvensional melainkan juga falah oriented, yaitu mencari kemakmuran di dunia dan kebahagiaan di akhirat.
468
D. Pola Penyelamatan Pembiayaan Bermasalah Pada Perbankan Syariah
Hubungan hukum antara perbankan syariah dengan nasabah dari sisi pembiayaan merupakan penyaluran dana yang diberikan bank syariah atau UUS
kepada nasabah yang mewajibkan pihak penerima pembiayaan atau yang diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana pembiayaan tersebut setelah jangka waktu
tertentu berikut bagi hasil atau imbalan ataupun tanpa imbalan.
469
Sebelum menyalurkan dana pembiayaan, bank syariah dan UUS harus memiliki keyakinan atas
kemauan dan kemampuan calon nasabah penerima fasilitas untuk melunasi semua kewajiban pada waktunya. Keyakinan dapat diperoleh melalui kewajiban bank
syariah dan UUS dengan melakukan penilaian yang seksama terhadap watak, kemampuan, modal, agunan, dan prospek usaha dari calon nasabah penerima
fasilitas.
470
Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah yang disalurkan perbankan syariah mengandung risiko kegagalan atau kemacetan dalam pelunasannya, dan dapat
berpengaruh terhadap kesehatan bank syariah atau UUS.
471
Meski perbankan syariah tidak pernah menginginkan terjadinya permasalahan dari penyaluran pembiayaan yang diberikan kepada nasabah, namun tidak mustahil
pembiayaan tetap bermasalah Non Performing Financing - NPF dengan mengalami
468
Muhammad Syafii Antonio, Bank Syariah .....Op. Cit., hlm. 34.
469
Pasal 1 butir 25 UUPS 2008; Pasal 1 butir 12 UUP 1992 jo. UUP 1998.
470
Pasal 23 ayat 1, 2 beserta Penjelasan UUPS 2008
471
Penjelasan Pasal 37 UUPS 2008; Penjelasan Pasal 8 UUP 1992 jo. UUP 1998.
Universitas Sumatera Utara
kegagalan atau kemacetan dalam pelaksanaannya, sehingga perlu dilakukan upaya penanganan bagi penyelamatan dan penyelesaian pembiayaan. NPF dapat terjadi bila
nasabah tidak membayar angsuran dana pembiayaan atau tidak dapat menghasilkan keuntungan yang diharapkan bagi perbankan syariah, sehingga perolehan bagi hasil
yang telah disepakati tidak dapat dibayar oleh nasabah.
472
Penyebab yang bisa menimbulkan pembiayaan menjadi bermasalah dapat terjadi karena kesalahan
prosedur pada pemrosesan permohonan pembiayaan hingga disetujui oleh bank atau karena kesengajaan pihak yang harus memenuhi kewajiban atau karena keadaan yang
tidak terhindarkan terjadinya suatu peristiwa.
473
Penyelamatan pembiayaan merupakan upaya yang dilakukan perbankan syariah untuk membantu nasabah yang masih memiliki prospek usaha, namun
mengalami kesulitan memenuhi kewajiban pokok, untuk dapat melakukan kegiatan usahanya kembali sehingga bisa menyelesaikan kewajibannya kepada perbankan.
474
472
Hendy Herijanto, Selamatkan Perbankan, Jakarta: Expose, 2013, hlm. 6. Hendy Herijanto mengatakan, pengertian Non Performing Loan NPL bagi bank konvensional adalah setara dengan
Non PerformingFinancing NPF bagi bank syariah. Dikatakan NPF bagi bank syariah, karena bank syariah tidak memberikan pinjaman dalam bentuk uang tunai, tetapi melakukan pembiayaan terhadap
suatu transaksi dalam bentuk jual beli atau berbentuk partisipasi dalam usaha.
Fokus penyelamatan pembiayaan ada pada upaya tercapainya pembayaran kembali pembiayaan yang menjadi kewajiban nasabah penerima pembiayaan kepada
perbankan syariah. Sementara, fokus penyelesaian pembiayaan terletak pada tindakan menarik kembali pembiayaan yang disalurkan kepada nasabah oleh perbankan
syariah melalui upaya yanag dapat dilakukan secara paksa melalui proses penegakan
473
Bandingkan dengan Hendy Herijanto, ibid., hlm. 125.
474
A. Wangsawidjaja, Pembiayaan Bank Syariah, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2012, hlm. 448. Faturrahman Djamil, Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah Di Bank Syariah, Jakarta:
Sinar Grafika, 2012, hlm. 82
Universitas Sumatera Utara
hukum. Upaya paksa dilakukan atas pembiayaan yang tidak memiliki prospek untuk mendapatkan pelunasan kembali atas pembiayaan yang disalurkan kepada nasabah,
dengan tujuan mencegah risiko bank yang semakin besar.
475
Pemahaman terhadap pembiayaan bermasalah Non Performing Financing pada perbankan syariah dapat ditelusuri pada PBI No. 821PBI2006 tentang Kualitas
Aktiva Bank Umum Yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah, sebagaimana diubah dengan PBI No. 99PBI2007 dan PBI No.
1024PBI2008. Kualitas pembiayaan dinilai berdasarkan, a prospek usaha; b kinerja performance nasabah; dan c kemampuan membayar.
476
Melalui penilaian atas aspek-aspek tersebut, kualitas pembiayaan ditetapkan kedalam 5 lima
golongan, yakni lancar, dalam perhatian khusus, kurang lancar, diragukan, dan macet.
477
Kualitas pembiayaan lancar dan dalam perhatian khusus termasuk kategori normal, sedang kualitas pembiayaan pada golongan kurang lancar, diragukan, dan
macet termasuk ke dalam pengertian NPF atau pembiayaan bermasalah.
478
475
Bandingkan Veithzal Rivai, et.al., Commercial Bank Management: Manajemen Perbankan Dari Teori Ke Praktik, Jakarta: Rajawali Pers, 2013, hlm. 241.
476
Masing-masing aspek yang dinilai diatur lebih lanjut komponen-komponennya. 1 Penilaian terhadap prospek usaha meliputi komponen-komponen: a. potensi pertumbuhan usaha; b. kondisi pasar
dan posisi nasabah dalam persaingan; c. kualitas manajemen dan permasalahan tenaga kerja; d. Dukungan dari grup atau afiliasi; dan e. upaya yang dilakukan nasabah dalam rangka memelihara
lingkungan hidup. 2 Penilaian terhadap kinerja nasabah meliputi komponen-komponen: a. perolehan laba; b. struktur permodalam; c. arus kas; dan d. Sensitivitas terhadap risiko pasar. 3 Penilaian
terhadap kemampuan membayar meliputi komponen-komponen: a. ketepatan pembayaran pokok dan marjinbagi hasilfee; b. ketersediaan dan keakuratan informasi keuangan nasabah; c. kelengkapan
dokumentasi pembiayaan; d. kepatuhan terhadap perjanjian pembiayaan; e. kesesuaian penggunaan dana; dan f. kewajaran sumber pembayaran kewajiban.
477
Pasal 9 PBI No. 821PBI2006 tentang Kualitas Aktiva Bank Umum Yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah, sebagaimana diubah dengan PBI No. 99PBI2007 dan
PBI No. 1024PBI2008. Dalam praktik perbankan, kualitas pembiayaan untuk kualitas lancar disebut golongan I, kualitas dalam perhatian khusus disebut golongan II, kualitas kurang lancar disebut
golongan III, kualitas diragukan disebut golongan IV, dan untuk kualitas macet disebut golongan V.
478
Faturrahman Djamil, Penyelesaian Pembiayaan....Op. Cit., hlm. 66. Merujuk pada Hendy Herijanto NPLNPF adalah istilah yang dipakai dilingkungan perbankan yang menunjukkan
Universitas Sumatera Utara
Pengaturan lebih lanjut sehubungan dengan terbitnya PBI No. 821PBI2006 yang kemudian diubah dengan PBI No. 99PBI2007 dan PBI No. 1024PBI2008,
dikeluarkan SEBI No. 822DPbS tanggal 18 Oktober 2006 perihal Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum Yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip
Syariah sebagaimana diubah dengan SEBI No. 1036DPbS tanggal 22 Oktober 2008. Dalam SEBI diadakan pembedaan penggolongan kualitas pembiayaan berdasarkan
pengelompokan produk pembiayaan, yaitu: a Penggolongan Kualitas Mudharabah dan Musyarakah. b Penggolongan Kualitas Murabahah, Istishna, Qardh dan
Transaksi Multijasa. c Penggolongan Kualitas Ijarah atau Ijarah Muntahiyah Bit Tamlik. d Penggolongan Kualitas Salam. Pada masing-masing golongan kualitas
pembiayaan ditetapkan kriteria-kriteria penilaian dari aspek-aspek prospek usaha, kinerja performance nasabah, dan kemampuan membayar.
479
Perbankan syariah berkewajiban menjaga kualitas pembiayaan untuk menghindari risiko kerugian. Untuk menjaga kelangsungan usaha nasabah penerima
pembiayaan yang masih memiliki prospek atau kemampuan membayar, perbankan syariah dapat melakukan restrukturisasi pembiayaan. Restrukturisasi pembiayaan
diatur dalam PBI No. 1018PBI2008 tentang Restrukturisasi Pembiayaan Bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah, sebagaimana diubah dengan PBI No.
139PBI2011. Ketentuan pelaksanaan dari PBI yang mengatur mengenai
kreditpembiayaan telah bermasalah karena terjadi tunggakan bungabagi hasil kewajiban lain danatau angsuran pokok lebih dari 90 hari. Di Indonesia, NPLNPF berarti seluruh kreditpembiayaan
yang tergabung dalam tiga tingkat kolektibilitas, yaitu kurang lancar, diragukan, dan macet. Hendy Herijanto, Op. Cit., hlm. xxx.
479
Lampiran I SEBI No. 822DPbS tanggal 18 Oktober 2006 perihal Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum Yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah sebagaimana diubah
dengan SEBI No. 1036DPbS tanggal 22 Oktober 2008.
Universitas Sumatera Utara
restrukturisasi pembiayaan diatur dalam SEBI No. 1034DPbS tanggal 22 Oktober 2008 perihal Restrukturisasi Pembiayaan bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha
Syariah sebagaimana diubah dengan SEBI No. 1318DPbS tanggal 30 Mei 2011, dan SEBI No. 1035DPbS tanggal 22 Oktober 2008 perihal Restrukturisasi Pembiayaan
bagi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Menurut ketentuan BI, bank wajib memiliki kebijakan dan prosedur tertulis
mengenai restrukturisasi pembiayaan. Kebijakan restrukturisasi wajib disetujui komisaris, dan komisaris sekaligus berkewajiban untuk melakukan pengawasan aktif
terhadap pelaksanaan kebijakan restrukturisasi. Prosedur pelaksanaan wajib disetujui paling kurang oleh direksi. Kebijakan dan prosedur pelaksanaan restrukturisasi
merupakan bagian tidak terpisahkan dari kebijakan manajemen risiko bank.
480
Perbankan syariah hanya dapat melakukan restrukturisasi pembiayaan terhadap nasabah yang memenuhi kriteria: a Nasabah telah atau diperkirakan mengalami
penurunan atau kesulitan kemampuan dalam pembayaran danatau pemenuhan kewajibannya, dan b Nasabah memiliki prospek usaha yang baik dan mampu
memenuhi kewajiban setelah restrukturisasi.
481
480
Inti bisnis perbankan adalah menyerap risiko, dengan fungsi menjembatani fungsi penawaran dari tabungan dan fungsi permintaan terhadap dana untuk investasi. Penyerapan risiko
dimungkinkan karena adanya asumsi, bahwa bank sebagai lembaga intermediasi keuangan memiliki skala portofolio pimjaman dengan diversifikasi risiko yang cukup, dan hal ini merupakan permintaan
pasar. Hendy Herijanto, Op. Cit., hlm. 43.
Jadi, tujuan restrukturisasi adalah upaya membantu nasabah penerima fasilitas pembiayaan agar dapat memenuhi
kewajibannya, sehingga bank dapat terhindar dari kerugian akibat nasabah tidak memenuhi kewajibannya.
481
Pasal 46 PBI No. 821PBI2006 yang kemudian diubah dengan PBI No. 99PBI2007 dan PBI No. 1024PBI2008.
Universitas Sumatera Utara
Kebijakan dan prosedur restrukturisasi pembiayaan, berdasarkan PBI No. 1034DPbS sebagaimana diubah dengan PBI No. 1318DPbS, paling kurang
mencakup: Pertama, penetapan satuan kerja khusus untuk menangani restrukturisasi pembiayaan; Kedua, penetapan limit wewenang memutus pembiayaan yang
direstrukturisasi; Ketiga, kriteria pembiayaan yang dapat direstrukturisasi; Keempat, sistem dan standard operating procedure restrukturisasi pembiayaan; Kelima, sistem
informasi manajemen pembiayaan yang direstrukturisasi; Keenam, penetapan jumlah maksimal pelaksanaan restrukturisasi pembiayaan terhadap pembiayaan yang
tergolong non-lancar kurang lancar, diragukan, dan macet; Ketujuh, BUS atau UUS melakukan penyempurnaan terhadap kebijakan dan prosedur restrukturisasi
pembiayaan bila dinilai oleh BI kurang memperhatikan prinsip kehati-hatian danatau tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Penanganan restrukturisasi pembiayaan dilakukan dengan membantuk satuan kerja khusus yang pembentukannya disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan
masing-masing BUS atau UUS. Pejabat atau pegawai yang melakukan restrukturisasi harus berbeda dengan pejabat atau pegawai yang terlibat dalam pemberian
pembiayaan. Keputusan restrukturisasi pembiayaan dilakukan oleh pejabat yang kedudukannya lebih tinggi dari pejabat yang memutuskan pemberian pembiayaan.
Apabila keputusan pemberian pembiayaan dilakukan oleh pejabat yang memiliki kewenangan tertinggi sesuai anggaran dasar perusahaan, maka keputusan
Universitas Sumatera Utara
restrukturisasi pembiayaan dilakukan pejabat yang kedudukannya setingkat dengan pejabat pemberi pembiayaan.
482
Restrukturisasi terhadap pembiayaan bermasalah selain memperhatikan prinsip kehati-hatian harus mengindahkan prinsip syariah. Penerapan prinsip syariah
dalam restrkturisasi pembiayaan berupa pengenaan ganti rugi takwidh kepada nasabah. Ganti rugi ditetapkan sebesar biaya riil yang dikeluarkan, bukan potensi
kerugian yang diperkirakan akan terjadi potential loss karena adanya peluang yang hilang opportunity loss. Perubahan-perubahan yang disepakati antara BUS atau
UUS dengan nasabah dalam restrukturisasi pembiayaan, termasuk penetapan ganti rugi harus dituangkan dalam addendum akad pembiayaan. Jika restrukturisasi
pembiayaan dilakukan dalam bentuk konversi akad, maka harus dibuat akad pembiayaan baru.
483
Restrukturisasi pembiayaan diartikan sebagai upaya yang dilakukan bank dalam rangka membantu nasabah agar dapat menyelesaikan kewajibannya, antara lain
melalui penjadwalan kembali rescheduling, persyaratan kembali reconditioning dan penataan kembali restructuring.
Pelaksanaan restrukturisasi pembiayaan dilakukan melalui analisis oleh konsultan keuangan independen yang memiliki izin usaha dan reputasi
yang baik. Analisis yang dilakukan konsultan keuangan independen dan BUS atau UUS terhadap pembiayaan yang direstrukturisasi serta setiap tahapan pelaksanaan
restrukturisasi didokumentasikan secara lengkap dan jelas.
484
482
SEBI No. 1034DPbS, Angka III
Penjadwalan kembali rescheduling
483
SEBI No. 1034DPbS, Angka V.
484
PBI No. 1018PBI2008 tentang Restrukturisasi Pembiayaan Bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah, sebagaimana diubah dengan PBI No. 139PBI2011, Pasal 1 angka 7.
Universitas Sumatera Utara
dilakukan dengan mengadakan perubahan jadwal, pembayaran kewajiban nasabah atau jangka waktunya. Persyaratan kembali reconditioning merupakan perubahan
sebagian atau seluruh persyaratan pembiayaan tanpa menambah sisa pokok kewajiban nasabah yang harus dibayarkan kepada bank, antara lain meliputi: Pertama,
perubahan jadwal pembiayaan; Kedua, perubahan jumlah angsuran; Ketiga, perubahan jangka waktu; Keempat, perubahan nisbah dalam pembiayaan
mudharabah atau musyarakah; Kelima, perubahan proyeksi bagi hasil dalam pembiayaan mudharabah atau musyarakah, danatau keenam, pemberian potongan.
Penataan kembali restructuring merupakan perubahan persyaratan pembiayaan yang antara lain meliputi: Pertama, penambahan dana fasilitas
pembiayaan bank; Kedua, konversi akad pembiayaan; Ketiga, konversi pembiayaan menjadi surat berharga syariah berjangka waktu menengah, danatau keempat,
konversi pembiayaan menjadi penyertaan modal sementara pada perusahaan nasabah, yang dapat disertai dengan rescheduling atau reconditioning.
Pelaksanaan restrukturisasi pembiayaan bermasalah dapat dilakukan secara kombinasi atau campuran dari aspek yang ada. Pemberian keringanan jumlah
angsuran misalnya dapat dikombinasikan dengan disertai pemberian kelonggaran jadwal pembayaran. Kombinasi tentu tidak diperlukan terhadap restrukturisasi yang
dilakukan dengan cara konversi pembiayaan menjadi penyertaan modal sementara pada perusahaan nasabah, karena dengan cara itu kewajiban nasabah penerima
fasilitas kepada perbankan syariah menjadi lunas, dan bank syariah menjadi
Universitas Sumatera Utara
pemegang saham dari perusahaan nasabah.
485
Selain itu, perpanjangan atas pembiayaan mudharabah atau musyarakah yang memenuhi kualitas lancar dan telah
jatuh tempo, serta bukan disebabkan nasabah mengalami penurunan kemampuan membayar, tidak termasuk restrukturisasi pembiayaan.
486
Restrukturisasi pembiayaan dapat dilakukan terhadap seluruh jenis pembiayaan dengan cara rescheduling, reconditioning maupun restructuring.
Berbagai jenis pembiayaan memiliki karakteristik yang berbeda, sehingga membawa konsekwensi bagi pelaksanaan cara restrukturisasi pembiayaan. Dengan berbagai
jenis pembiayaan perbankan syariah, maka restrukturisasi dilakukan dengan memperhatikan karakteristik dari masing-masing pembiayaan.
Tabel 6: Tata Cara Restrukturisasi Pembiayaan Jenis Pembiayaan
Cara Restrukturisasi Rescheduling
Reconditioning Restructuring
Piutang Murabahah dan
Istishna Memperpanjang
jangka waktu jatuh tempo pembiayaan
tanpa mengubah sisa kewjiban nasabah
yang harus dibayarkan kepada
BUS atau UUS Menetapkan
kembali syarat- syarat pembiayaan
antara lain perubahan jadwal
pembayaran, jumlah angsuran,
jangka waktu danatau pemberian
potongan sepanjang tidak
menambah sisa kewajiban nasabah
yang harus dibayarkan kepada
BUS atau UUS.
487
Melakukan
konversi piutang
murabahah atau piutang
istishna sebesar sisa kewajiban
nasabah menjadi ijarah
muntahiyyah bittamlik atau
mudharabah atau
musyarakah.
488
Melakukan
485
A. Wangsawidjaja, Op. Cit., hlm. 449
486
Penjelasan Pasal 5 ayat 3 PBI No. 1018PBI2008 jo. PBI No. 139PBI2011.
487
Sisa kewajiban nasabah dalam restrukturisasi piutang murabahah atau istishna merupakan jumlah pokok dan margin yang belum dibayar oleh nasabah pada saat dilakukan restrukturisasi
Universitas Sumatera Utara
konversi menjadi Surat
Berharga Syariah
Berjangka Waktu
Menengah.
489
Melakukan
konversi menjadi
Penyertaan Modal
Sementara.
490
Melakukan
konversi murabahah
488
Konversi piutang murabahah dan istishna dilakukan sebagai berikut: 1 BUS atau UUS menghentikan akad pembiayaan dengan memperhitungkan nilai wajar objek murabahah atau istishna.
Jika terdapat perbedaan antara jumlah kewajiban nasabah dengan nilai wajar objek murabahah atau istishna , maka diakui sebagai berikut: a apabila nilai wajar lebih kecil daripada jumlah kewajiban
nasabah, maka sisa kewajiban nasabah tersebut tetap menjadi hak BUS atau UUS yang penyelesaiannya disepakati antara BUS atau UUS dengan nasabah; b apabila nilai wajar lebih besar
daripada jumlah kewajiban nasabah, maka selisih nilai tersebut diakui sebagai uang muka ijarah muntahiyya bittamlik atau menambah porsi modal nasabah untuk musyarakah atau mengurangi modal
mudharabah dari BUS atau UUS. 2 Objek murabahah atau istishna sebelumnya menjadi dasar untuk pembuatan akad pembiayaan baru. 3 BUS atau UUS melakukan akad pembiayaan baru dengan
mempertimbangkan kondisi nasabah antara lain golongan nasabah, jenis usaha, kemampuan membayar cash flow nasabah. Pembuatan akad pembiayaan baru dalam rangka restrukturisasi mengikuti
ketentuan yang berlaku sebagaimana diatur dalam ketentuan BI mengenai pelaksanaan prinsip syariah. 4 BUS atau UUS mencantumkan kronologis akad pembiayaan sebelumnya dalam akad pembiayaan
baru.
menjadi ijarah muntahiyyah
bittamlik atau mudharabah
489
Penempatan dalam bentuk Surat Berharga Syariah Berjangka Waktu Menengah dilakukan sebagai berikut: 1 BUS atau UUS menghentikan akad pembiayaan dalam bentuk piutang murabahah
atau istishna. 2 BUS atau UUS membuat akad mudharabah atau musyarakah dengan nasabah atas Surat Berharga Syariah Berjangka Waktu Menengah yang diterbitkan oleh nasabah atas dasar proyek
yang dibiayai. 3 BUS atau UUS memiliki Surat Berharga Syariah Berjangka Waktu Menengah paling tinggi sebesar sisa kewajiban nasabah.
490
Penyertaan Modal Sementara dilakukan sebagai berikut: 1 Penyertaan Modal Sementara hanya dapat dilakukan pada nasabah yang merupakan badan usaha berbentuk hukum Perseroan
Terbatas. 2 BUS atau UUS menghentikan akad pembiayaan dalam bentuk piutang murabahah atau piutang istishna. 3 BUS atau UUS membuat akad musyarakah dengan nasabah untuk Penyertaan
Modal Sementara sesuai kesepakatan dengan nasabah atas usaha yang dilakukan. 4 BUS atau UUS melakukan Penyertaan Modal Sementara paling tinggi sebesar sisa kewajiban nasabah.
Universitas Sumatera Utara
atau musyarakah.
491
Piutang Salam Memperpanjang
jangka waktu jatuh tempo penyerahan
barang salam tanpa mengubah
spesifikasi dan kekurangan jumlah
barang yang harus diserahkan nasabah
kepada BUS atau UUS
Menetapkan kembali syarat-
syarat pembiayaan antara lain
spesifikasi barang, jumlah, jangka
waktu, jadwal penyerahan,
pemberian potongan piutang
danatau lainnya tanpa menambah
nilai barang yang harus diserahkan
nasabah kepada BUS atau UUS
Penambahan dana oleh BUS atau
UUS kepada nasabah agar
kegiatan usaha nasabah dapat
kembali berjalan dengan baik
Piutang Qardh Memperpanjang
jangka waktu jatuh tempo pembiayaan
tanpa mengubah sisa kewajiban nasabah
yang harus dibayarkan kepada
BUS atau UUS Menetapkan
kembali syarat- syarat pembiayaan
antara lain perubahan jadwal
pembayaran, jumlah angsuran,
jangka waktu danatau pemberian
potongan sepanjang tidak
menambah sisa kewajiban nasabah
yang harus dibayarkan kepada
491
Restrukturisasi akad murabahah dengan cara konversi menjadi ijarah muntahiyyah bittamlik atau mudharabah atau musyarkah didasarkan pada Fatwa DSN-MUI No. 49DSN-MUIII2005
tentang Konversi Akad Murabahah. LKS boleh melakukan konversi atas murabahah dengan membuat akad baru bagi nasabah yang tidak bisa melunasi pembiayaan murabahah sesuai jumlah dan waktu
yang telah disepakati, namun nasabah masih prospektif. Pelaksanaan konversi dilakukan dengan menghentikan akad murabahah dengan cara: 1 objek murabahah dijual oleh nasabah kepada LKS
dengan harga pasar; 2 nasabah melunasi sisa utangnya kepada LKS dari hasil penjualan; 3 apabila hasil penjualan melebihi sisa utang, maka kelebihan itu dapat dijadikan uang muka untuk akad ijarah
atau bagian modal dari mudharabah dan musyarakah; apabila hasil penjualan lebih kecil dari sisa utang, maka sisa utang tetap menjadi utang nasabah yang cara pelunasannya disepakati antara LKS dan
nasabah. Akad baru sebagai hasil konversi akad murabahah dapat berupa ijarah muntahiyyah bittamlik atau mudharabah atau musyarakah.
Universitas Sumatera Utara
BUS atau UUS.
492
Mudharabah dan Musyarakah
Memperpanjang jangka waktu jatuh
tempo pembiayaan tanpa mengubah sisa
kewajiban nasabah yang harus
dibayarkan kepada BUS atau UUS
Menetapkan kembali syarat-
syarat pembiayaan antara lain nisbah
bagi hasil, jumlah angsuran, jangka
waktu, jadwal pembayaran,
pemberian potongan pokok
danatau lainnya tanpa menambah
sisa kewajiban nasabah yang harus
dibayarkan kepada BUS atau UUS.
493
Penambahan
dana oleh BUS atau UUS
kepada nasabah agar kegiatan
usaha nasabah dapat kembali
berjalan dengan baik
Melakukan
konversi menjadi Surat
Berharga Syariah
Berjangka Waktu
Menengah.
494
Melakukan
konversi menjadi
Penyertaan Modal
Sementara.
495
Ijarah dan jarah Muntahiyya
Bittamlik Memperpanjang
jangka waktu jatuh tempo pembayaran,
Menetapkan kembali syarat-
syarat pembiayaan
Melakukan konversi akad
ijarah atau
492
Sisa kewajiban nasabah dalam restrukturisasi pembiayaan qardh merupakan jumlah pokok yang belum dibayar oleh nasabah pada saat dilakukan restrukturisasi.
493
Sisa kewajiban nasabah dalam restrukturisasi pembiayaan dalam bentuk mudharabah atau musyarakah merupakan jumlah pokok yang belum dibayar oleh nasabah pada saat dilakukan
restrukturisasi.
494
Penempatan dalam bentuk Surat Berharga Syariah Berjangka Waktu Menengah dalam rangka restrukturisasi dilakukan sebagai berikut: 1 BUS atau UUS menghentikan akad pembiayaan
dalam bentuk mudharabah atau musyarakah. 2 BUS atau UUS membuat akad mudharabah atau musyarakah dengan nasabah untuk Surat Berhagra Syariah Berjangka Waktu Menengah yang
diterbitkan oleh nasabah atas dasar proyek yang dibiayai. 3 BUS atau UUS memiliki Surat Berharga Syariah Berjangka Waktu Menengah paling tinggi sebesar sisa kewajiban nasabah.
495
Penyertaan Modal Sementara dalam rangka restrukturisasi dilakukan sebagai berikut: 1Penyertaan Modal Sementara hanya dapat dilakukan pada nasabah yang merupakan badan usaha
berbentuk hukum Perseroan Terbatas. 2 BUS atau UUS menghentikan akad pembiayaan dalam bentuk mudharabah atau musyarakah. 3 BUS atau UUS membuat akad musyarakah dengan nasabah
untuk Penyertaan Modal Sementara sesuai kesepakatan dengan nasabah atas usaha yang dilakukan. 4 BUS atau UUS melakukan Penyertaan Modal Sementara sebesar sisa kewajiban nasabah
Universitas Sumatera Utara
dan BUS atau UUS dapat menetapkan
kembali besarnya ujrah yang harus
dibayar nasabah.
496
antara lain jumlah angsuran, jangka
waktu, jadwal pembayaran,
pemberian potongan ujrah
danatau lainnya , dan BUS atau UUS
dapat menetapkan kembali ujrah yang
harus dibayar nasabah.
497
akad ijarah muntahyyah
bittamlik menjadi
mudharabah atau
musyarakah.
498
Melakukan
konversi menjadi
Penyertaan Modal
Sementara.
499
496
Perpanjangan waktu dalam restrukturisasi ijarah dan ijarah muntahiyya bittamlik melalui rescheduling dilakukan dengan memperhatikan kondisi berikut: 1 Aktiva ijarah dimiliki oleh BUS
atau UUS. Jangka waktu perpanjangan paling lama sampai dengan umur ekonomis aktiva ijarah. 2 Aktivaijarah bukan milik BUS atau UUS. Jangka waktu perpanjangan paling lama sampai dengan
berakhirnya hak penggunaan aktiva ijarah.
497
Restrukturisasi ijarah dan ijarah muntahiyya bittamlik melalui reconditioning dilakukan dengan kondisi sebagai berikut: 1 Aktiva ijarah dimiliki oleh BUS atau UUS. Jika BUS atau UUS
memberikan perpanjangan jangka waktu, maka jangka waktu perpanjangan paling lama sampai dengan umur ekonomis aktiva ijarah. 2 Aktiva ijarah bukan milik BUS atau UUS. Jika BUS atau UUS
memberikan perpanjangan jangka waktu, maka jangka waktu perpanjangan paling lama sampai dengan berakhirnya hak penggunaan aktiva ijarah.
498
Konversi pembiayaan terhadap aktiva ijarah yang dimiliki BUS atau UUS dilakukan sebagai berikut: 1 BUS atau UUS menghentikan akad pembiayaan dalam bentuk ijarah atau ijarah
muntahiyya bittamlik dengan memperhitungkan nilai wajar aktiva ijarah. Bila terdapat perbedaan antara nilai wajar aktiva ijarah dengan nilai buku aktiva ijarah ditambah tunggakan angsuran ijarah,
maka diakui sebagai berikut: a apabila nilai wajar lebih kecil daripada nilai buku ditambah tunggakan angsuran ijarah, maka BUS atau UUS mengakui kerugian sebesar selisih tersebut; b apabila nilai
wajar lebih besar daripada nilai buku ditambah tunggakan angsuran ijarah, maka BUS atau UUS mengakui keuntungan yang ditangguhkan sebesar selisih tersebut dan diamortisasi selama masa akad
mudharabah atau musyarakah. 2 BUS atau UUS membuat akad pembiayaan baru dengan mempertimbangkan kondisi nasabah antara lain golongan nasabah, jenis usaha, kemampuan membayar
nasabah cash flow. Pembuatan akad baru harus sesuai dengan prinsip syariah yang diatuur dalam ketentuan BI. 3 BUS atau UUS mencatat pembiayaan dalam bentuk mudharabah atau musyarakah
sebesar nilai wajar aktiva ijarah. 4 BUS atau UUS mencantumkan kronologis akad pembiayaan sebelumnya dalam akad pembiayaan baru.
499
Penyertaan Modal Sementara dalam rangka restrukturisasi dilakukan sebagai berikut: 1 Penyertaan Modal Sementara hanya dapat dilakkukan pada nasabah yang merupakan badan usaha
yang berbentuk hukum Perseroan Terbatas. 2 BUS atau UUS menghentikan akad pembiayaan dalam bentuk ijarah atau ijarah muntahiyya bittamlik dengan memperhitungkan nilai wajar aktiva ijarah.
Bila terdapat perbedaan antara nilai wajar aktiva ijarah dengan nilai buku aktiva ijarah ditambah tunggakan angsuran jarah, maka diakui sebagai berikut: a apabila nilai wajar lebih kecil daripada nilai
buku ditambah tunggakan angsuran ijarah, maka BUS atau UUS mengakui kerugian sebesar selisih tersebut. b apabila nilai wajar lebih besar daripada nilai buku ditambah tunggakan angsuran ijarah ,
maka BUS atau UUS mengakui keuntungan yang ditangguhkan sebesar selisih tersebut dan diamortisasi selama masa Penyertaan Modal Sementara. 3 BUS atau UUS membuat akad musyarakah
dengan nasabah untuk Penyertaan Modal Sementara sesuai kesepakatan dengan nasabah atas usaha
Universitas Sumatera Utara
Ijarah Multijasa Memperpanjang
jangka waktu jatuh tempo pembiayaan
tanpa mengubah sisa kewajiban nasabah
yang harus dibayarkan kepada
BUS atau UUS. Menetapkan
kembali syarat- syarat pembiayaan
antara lain jumlah angsuran, jangka
waktu, jadwal pembayaran,
pemberian potongan piutang
danatau lainnya tanpa menambah
sisa kewajiban nasabah yang harus
dibayarkan kepada BUS atau UUS
Dari tata cara restrukturisasi pembiayaan yang diatur dalam ketentuan BI sebagai upaya penyelamatan pembiayaan bermasalah berdasarkan prinsip syariah
dapat terjadi dalam beberapa bentuk meliputi: Pertama, memperpanjang jangka waktu pembiayaan; Kedua, penambahan dana pembiayaan; Ketiga, konversi akad
pembiayaan; Keempat, perubahan nisbah bagi hasil atau imbalan pembiayaan; Kelima, pemberian potongan pembiayaan; Keenam, penambahan dana fasilitas
pembiayaan; Ketujuh, perubahan jumlah angsuran. Restrukturisasi merupakan cara penanggulangan piutang yang sejalan dengan
prinsip syariah dalam penyelamatan atau penyelesaian kewajiban dari pembiayaan bermasalah.
500
yang dilakukan. 4 BUS atau UUS melakukan Penyertaan Modal Sementara sebesar nilai wajar aktiva ijarah.
Ajaran Islam yang bersumber pada Alquran dan Hadis mengakui kemungkinan terjadinya restrukturisasi utang atau pembiayaan. Dalam Q.S. Al-
Baqarah 2: 280, ditegaskan, “Dan jika orang berutang itu dalam kesukaran, maka
500
Faturrahman Djamil, Penyelesaian ....Op. Cit., hlm. 86.
Universitas Sumatera Utara
berilah tangguh sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan sebagian atau semua utang itu lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.” Melalui ayat ini,
penanganan piutang atau pembiayaan bermasalah dapat diselesaikan melalui penangguhan pembayaran kewajiban rescheduling dan menyedekahkan sebagian
reconditioning atau seluruh utang cut off atau writte off. Penangguhan kewajiban dilakukan melalui cara penjadwalan kembali rescheduling terhadap kewajiban
dengan harapan nasabah memiliki kemampuan membayar kembali semua kewajibannya kepada perbankan. Sekira nasabah tidak mampu melunasi
kewajibannya, perbankan dapat menyedekahkan sebagian piutangnya, yang disamakan dengan pemberian potongan atas pokok pembiayaan atau nisbah bagi
hasil. Dalam restrukturisasi pembiayaan perbankan syariah, konsep pemberian potongan ini dilakukan melalui penetapan kembali syarat-syarat pembiayaan
reconditioning. Apabila upaya penangguhan dan penyedekahan sebagian kewajiban telah dilakukan, namun pelaksanaan pembiayaan tetap bermasalah karena kewajiban
tetap tidak dapat dipenuhi, maka perbankan dapat menyedekahkan seluruh kewajiban yang tidak dapat dipenuhi nasabah. Dalam praktik perbankan, penyedekahan seluruh
sisa utang atau kewajiban nasabah bermasalah dilakukan dengan cara memberikan hapus buku atau hapus tagih writte offcut off. Kebijakan hapus buku dan hapus
tagih hanya dapat dilakukan terhadap pembiayaan yang digolongkan atau memiliki kualitas macet. Bank wajib memiliki kebijakan dan prosedur tertulis mengenai hapus
buku dan hapus tagi pembiayaan.
501
501
Perhatikan Pasal 47 dan 48 PBI No. 1313PBI2011 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bagi Bank Umum Syariah Dan Unit Usaha Syariah.
Universitas Sumatera Utara
Rasulullah telah memberi tuntunan penyelesaian atas utang piutang atau pembiayaan bermasalah melalui hadis yang mendukung cara restrukturisasi.
Rasulullah menyuruh pihak berpiutang untuk senantiasa berlaku sopan terhadap pihak berutang dan untuk menghapus sebagian pinjamannya. Pada satu riwayat disebutkan,
Abdullah bin Abi Hadrat tidak mampu melunasi pinjaman yang jatuh tempo kepada Ka’ab bin Malik yang terus mendesak agar piutangnya dibayar. Nabi Muhammad
meminta sahabatnya Ka’ab bin Malik untuk menghapuskan sebagian piutangnya yang harus dibayarkan oleh sahabat lain Abdullah bin Abi Hadrat, dan Ka’ab
menyetujuinya. Atas persetujuan itu, Abdullah diminta membayar sisa utangnya dengan pembayaran sebisanya yang dapat dilakukan.
502
Ketentuan normatif yang terdapat dalam Alquran dan Hadis di atas telah diterapkan dalam PBI No. 1018PBI2008 sebagaimana telah diubah dengan PBI No.
139PBI2011 yang mengatur restrukturisasi pembiayaan, dan PBI No. 1313PBI2011 yang berkaitan dengan hapus buku danatau hapus tagih pada BUS
dan UUS. Seperti telah disebut terdahulu, hapus buku atau hapus tagih dapat dilakukan hanya terhadap pembiayaan berkualitas macet, terutama yang telah
terpenuhi syarat pembayaran atau telah jatuh tempo. Apabila restrukturisasi tidak dapat dilakukan atau tidak berhasil yang menyebabkan pembiayaan macet, bank perlu
mengambil tindakan penyelesaian dengan menempuh jalur hukum yang bersifat represifkuratif.
503
502
Muhammad Ayub, Understanding Islamic Finance: A-Z Keuangan Syariah, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2009, hlm. 256.
Sengketa pembiayaan macet antara nasabah dengan perbankan
503
Faturrahman Djamil, Penyelesaian .... Op. Cit., hlm. 94. A. Wangsawidjaja, Op. Cit., hlm 465.
Universitas Sumatera Utara
syariah dapat diselesaikan melalui mekanisme penyelesaian sengketa yang diakui hukum, baik melalui mekanisme litigasi maupun non litigasi.
E. Peranan Hukum Dalam Penyelesaian Sengketa