Latar Belakang Penyediaan Dan Karakterisasi Kitosan Dari Cangkang Kepiting (Callinectes Sapidus) Sebagai Adsorben Untuk Menurunkan Kadar Kolesterol

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kitin adalah polisakarida alami seperti selulosa, dekstran, alginat, dan sebagainya yang dapat terdegradasi secara alami dan non toksik. Kitin merupakan polisakarida rantai linier dengan rumus β 1-4-2-asetamido-2deoksi-D-glucopiranosa, sedangkan kitosan adalah deasetilasi kitin Merck Index, 1976. Kitin banyak didapati pada kulit-kulit luar arthropoda, crustacea seperti udang, kepiting, rajungan, dan lobster, mollusca, annelida, dinding yeast dan serangga. Kitin juga terdapat pada tumbuhan tingkat rendah seperti jamur terutama pada bagian miselium dan sporanya Muzzarelli, 1977. Indonesia merupakan negara maritim yang kaya akan bahan baku kitin yang banyak terdapat dalam kulit udang, kulit kepiting, dan cumi-cumi akan menjadi sangat potensial dalam produksi kitin dan kitosan. Pemanfaatan kepiting umumnya baru terbatas untuk keperluan makanan, biasanya hanya dagingnya saja yang diambil sedangkan cangkangnya dibuang, padahal cangkang kepiting mengandung senyawa kitin yang cukup tinggi yaitu, sekitar 20-30 berat kulit keringnya. Sedangkan kulit kepiting sendiri merupakan limbah pengalengan kepiting yang belum diolah secara maksimal. Penggunaan kitin dibatasi oleh sifat-sifat yang tidak larut dan sulit dipisahkan dengan bahan lain yang terikat terutama protein, sehingga untuk pemanfaatannya kitin perlu diubah terlebih dahulu menjadi kitosan Hendri, 2008. Salah satu cara lain memanfaatkan limbah ini adalah dengan mengektraksi senyawa kitin yang terdapat di dalamnya, lalu dengan proses deasetilasi kitin diolah menjadi kitosan. Proses ekstraksi kitin dari cangkang kepiting secara kimia merupakan Universitas Sumatera Utara proses yang relatif sederhana , karena itin masih terikat dengan unsur-unsur lainnya antara lain protein dan mineral. Romatua, 2002 Kitosan adalah suatu biopolimer dari D-glukosamin yang dihasilkan dari proses deasetilasi kitin dengan menggunakan alkali kuat. Kitosan bersifat sebagai polimer kationik yang tidak larut dalam air, dan larutan alkali dengan pH di atas 6,5. Kitosan mudah larut dalam asam organik seperti asam formiat, asam asetat, dan asam sitrat Rahayu, 2007. Untuk menghasilkan kitosan yang bermutu tinggi tergantung pada kitin yang dihasilkan. Sekiranya kitin yang dihasilkan tidak murni, maka tidak akan dihasilkan kitosan. Untuk inilah perlu diketahui derajat deasetilasi di dalam kitosan, karena merupakan sifat utama dari kitosan. Kitosan mempunyai kadar nitrogen yang bergantung kepada derajat deasetilasi. Salah satu metode untuk mengetahui derajat deasetilasi adalah dengan menggunakan spektrofotometri Muzarelli, 1977. Kitosan merupakan biopolimer yang banyak digunakan di berbagai industri kimia, antara lain dipakai sebagai koagulan dalam pengolahan limbah air, bahan pelembab, pelapis benih yang akan ditanam, adsorben ion logam, anti kanker anti tumor, anti kolesterol, komponen tambahan pakan ternak, sebagai lensa kontak, pelarut lemak, dan pengawet makanan Rahayu, 2007. Lemak dan minyak merupakan zat makanan yang penting untuk menjaga kesehatan tubuh manusia. Selain itu lemak dan minyak juga merupakan sumber energi yang lebih efektif dibanding dengan karbohidrat dan protein. Satu gram minyak atau lemak dapat menghasilkan 9 kkal, sedangkan karbohidrat dan protein hanya menghasilkan 4 kkalgram. Lemak hewani mengandung banyak sterol yang disebut kolesterol, sedangkan lemak nabati mengandung fitosterol dan lebih banyak mengandung asam lemak tak jenuh sehingga umumnya berbentuk cair. Lemak hewani ada yang berbentuk padat yang biasa berasal dari lemak susu, lemak babi, lemak sapi. Minyak atau lemak, mengandung asam-asam lemak essensial seperti asam linoleat, linolenat dan arakidonat yang dapat mencegah penyempitan pembuluh darah akibat penumpukan kolesterol Winarno, 1992. Universitas Sumatera Utara Salah satu upaya untuk menurunkan kadar kolesterol dalam lemak dengan menggunakan biopolimer kitosan. Senyawa ini akan membawa muatan listrik positif, dapat menyatu dengan zat asam empedu yang bermuatan negatif sehingga menghambat penyerapan kolesterol, karena zat lemak yang masuk bersama makanan harus dicerna dan diserap dengan bantuan zat asam empedu yang disekresi liver Hargono, 2008. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang pengaruh penambahan kitosan dari cangkang kepiting terhadap penyerapan kolesterol dari lemak kambing.

1.2 Permasalahan